Komunikasi Nonverbal di Kalangan Ayam Kampus di Universitas Sumatera Utara

(1)

KOMUNIKASI NONVERBAL DI KALANGAN AYAM

KAMPUS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

Siti Fatimah Z.I

060904063

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAKSI

Fokus penelitian ini mengambil tema Fenomena ayam kampus dengan subjek penelitian adalah komunikasi nonverbal di kalangan ayam kampus di Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari alasan seseorang menjadi ayam kampus, mencari latar belakang seseorang menjadi ayam kampus, mengetahui simbol-simbol nonverbal yang digunakan ayam kampus dalam berkomunikasi serta mengetahui aktivitas dan peranan yang dimainkan seorang ayam kampus di luar dan didalam kampus.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yakni sebuah pendekatan yang berusaha untuk menjabarkan secara rinci mengenai pengalaman dan juga pembahasan yang berbentuk pemaparan dalam sebuah narasi.

Objek penelitian adalah ayam kampus yang kuliah dan juga menjual diri di kampus Universitas Sumatera Utara. Para informan yang diteliti berasal dari latar belakang, suku dan agama yang berbeda sehingga penelitian ini cukup menarik dan menantang untuk dilakukan. Setelah melakukan observasi yang cukup mendalam dan bersifat parsipatoris, maka data serta analisis yang disajikan adalah berupa pengalaman dari para informan.

Melalui penelitian terhadap fenomena ayam kampus ini ditemukan bahwa komunikasi nonverbal yang digunakan para ayam kampus di Universitas Sumatera cukup bervariasi dan pengalaman penggunaan simbol-simbol tersebut berbeda satu sama lain. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana mahirnya para ayam kampus mampu menyembunyikan identitas kedua mereka dan berlaku layaknya para mahasiswi yang sedang mengenyam bangku pendidikan di tingkat universitas.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Komunikasi nonverbal di kalangan

ayam kampus di Universitas Sumatera Utara”. Tak lupa shalawat berangkaikan

salam penulis haturkan kepada jujungan alam Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa manusia dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan. Dalam penulisan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam mencari, mengumpulkan, dan mengolah data-data penelitian. Meskipun demikian peneliti berusaha secara maksimal agar tulisan ini dapat tersusun sebaik mungkin. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis terbuka atas segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca, sebagai masukan untuk menyempurnakan tulisan ini.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir peneliti dimungkinkan berkat bantuan berbagai pihak. Maka sudah pada tempatnya bila peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya pada mereka yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti dalam penulisan skripsi ini. Pertama sekali, peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua ayanda H.Iskandar Zulkarnaen dan ibunda Hj.Djamilah bibi yang selalu ada untuk membimbing, memberikan semangat,cinta dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus untuk menjadikan kami yang terbaik (love you so much

umi,abah). Untuk abang Muhammad, abang Dayat, kakak dDlla (always be my great mentor!),dan adik Baim yang selalu setia memberikan kebaikan dan

ketulusan dalam memotivasi untuk membantu peneliti untuk menggapai gelar sarjana, serta kepada Muhammad Harris, SH terimakasih banyak untuk dukungan semangatnya (thank you, you’ve been help full anyway n don’t ever stop loving

me hny) dan sepupu my little princess Karina Rahma yang selalu memberikan

keceriaan dan senyuman dikala penat melanda (great niece).

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberikan berkontribusi, baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak prof.Dr.M.arif Nasution , MA selaku Dekan fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Univrsitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA dan ibu Dra.Dewi kurniawati,M.si selaku ketua dan juga sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.


(4)

3. Bapak Drs. Humaizi , MA selaku dosen pembimbing peneliti, terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas kebaikan dan pengetahuan yang telah banyak bapak berikan untuk membimbing peneliti sehingga memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Para dosen Ilmu komunikasi FISIP USU yang selalu mmberikan

contoh, masukan serta teladan yang patut ditiru oleh peneliti berupa semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita.

5. Kak Ros, bang Ria, kak Icut dan kak Maya untuk semua dukungannya.

6. Kak Rotua Nuraini Tampubolon atas semua dukungan, pengertian, dan motivasinya agar peneliti segera menyelesaikan studi (thank you

for u’r kindness kak ro)

7. Teman-temanku tersayang: Wia, Rara, Dina, Gina, Sendy, Wulan, Bayu, budi, Gizhan, Pupu, Adis, Tika, Olin, Mira, Aghi, Oya, Beby, Winda, Sari (thank’s for being so sincere n miss u guys so much!) 8. Terima kasih peneliti ucapkan untuk Zierra, Rini, Icha, Sheila, Jessica

teman-teman yang bersedia diwawancarai sebagai responden untuk berbagi info demi kelancaran penelitian ini.

Peneliti selalu berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna dimasa yang akan dating. Semoga skripsi ini dapat membuka khazanah berfikir kita dan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak nantinya.

Medan , Juni 2010 Penulis


(5)

Siti Fatimah Z.I

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAKSI ……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang masalah ……….. 1

I.2 Perumusan masalah ……… 7

I.3 Pembatasan masalah ……….. 7

I.4 Tujuan dan Manfaat penelitian ……….. 8

I.4.1 Tujuan penelitian ……… 8

I.4.2 Manfaat penelitan ……….. 8

I.5 Kerangka teori ……….. 9

I.5.1 Teori dramaturgis ……….. 9

I.5.2 Teori interaksionisme simbolik ………, 10

I.5.3 Komunikasi nonverbal ……… 11

I.6 Kerangka konsep ……… 12

I.7 Model teoritis ………. 13

I.8 Variabel operasional ………. 14

I.9 Defenisi operasional ………. 14

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Teori dramaturgis ………. 16

II.2 Teori interaksionisme simbolik ……… 20

II.3 Komunikasi nonverbal ………. 24

II.3.2 Fungsi komunikasi nonverbal ……….. 25

II.3.3 Klasifikasi pesan nonverbal ………. 27

II.3.3.1 Kinesik ……… 27

II.3.3.2 Sentuhan ………. 29

II.3.3.3 Parabahasa ……….. 30

II.3.3.4 Penampilan fisik ……….. 31

II.3.3.5 Bau-bauan ……… 31

II.3.3.6 Orientasi ruang dan jarak …………. 32

II.3.3.7 Warna ………. 32

II.3.3.8 Artefak ………. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 34

III.1.1 Sejarah dan perkembangan USU …………... 34


(6)

III.2.1 Riset kualitatif ……… 48

III.2.2 Metode deskriptif ……….. 48

III.2.3 Teknik pengumpulan data ……….. 48

III.2.4 Unit analisis ……… 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan ………. 50

IV.2 Teknik pengolahan data ……… 51

IV.3 Uraian hasil wawancara responden ……….. 51

IV.4 Pembahasan ……….. 67

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan ……… 71

V.2 Saran ……….. 72


(7)

DAFTAR TABEL

NOMOR TABEL HALAMAN

I.1 Variabel operasional ………. 14


(8)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR GAMBAR HALAMAN

I.1 Kerangka konsep ………. 13

I.2 Model teoritis ………. 13


(9)

ABSTRAKSI

Fokus penelitian ini mengambil tema Fenomena ayam kampus dengan subjek penelitian adalah komunikasi nonverbal di kalangan ayam kampus di Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari alasan seseorang menjadi ayam kampus, mencari latar belakang seseorang menjadi ayam kampus, mengetahui simbol-simbol nonverbal yang digunakan ayam kampus dalam berkomunikasi serta mengetahui aktivitas dan peranan yang dimainkan seorang ayam kampus di luar dan didalam kampus.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yakni sebuah pendekatan yang berusaha untuk menjabarkan secara rinci mengenai pengalaman dan juga pembahasan yang berbentuk pemaparan dalam sebuah narasi.

Objek penelitian adalah ayam kampus yang kuliah dan juga menjual diri di kampus Universitas Sumatera Utara. Para informan yang diteliti berasal dari latar belakang, suku dan agama yang berbeda sehingga penelitian ini cukup menarik dan menantang untuk dilakukan. Setelah melakukan observasi yang cukup mendalam dan bersifat parsipatoris, maka data serta analisis yang disajikan adalah berupa pengalaman dari para informan.

Melalui penelitian terhadap fenomena ayam kampus ini ditemukan bahwa komunikasi nonverbal yang digunakan para ayam kampus di Universitas Sumatera cukup bervariasi dan pengalaman penggunaan simbol-simbol tersebut berbeda satu sama lain. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana mahirnya para ayam kampus mampu menyembunyikan identitas kedua mereka dan berlaku layaknya para mahasiswi yang sedang mengenyam bangku pendidikan di tingkat universitas.


(10)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Sadar atau tidak sadar, kita generasi muda adalah tulang punggung bangsa tercinta kita ini kelak dengan adigium “jika dulu para pahlawan membela bangsa dengan bambu runcingnya, maka kita akan ‘mengangkat’ buku untuk membela negara”. Bangsa ini kaya akan sumber daya alam tetapi miskin sumber daya manusia yang ada. Maka dari sinilah dahulu timbul suatu gagasan untuk manyelenggarakan pendidikan yang dikemas dalam lembaga pendidikan yakni ‘sekolah’ dari tingkat lembaga pendidikan yang paling rendah yaitu TK sampai ke lembaga pendidikan yang berbentuk universitas.

Dunia pendidikan merupakan suatu gambaran dunia yang penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi

tantangan perubahan zaman yang terus berkembang. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada lagi nilai tawar untuk satu kata yakni ‘pendidikan’. Akan tetapi kita tidak selamanya akan hidup dalam dunia ide, atu sudah saatnya Plato keluar dari ‘gua Platonya’, atau kita sadar bahwa kita ada dalam realita, yakni hitam putihnya kehidupan.

Kita juga harus mengakui bahwasanya apa pun bisa terjadi karena kita hidup dalam ruang dan waktu, manusia bukan malaikat dan juga bukan setan, manusia tetaplah manusia sesuai kodratnya, yang artinya sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk itu ada dalam diri kita. Begitu juga dengan dunia pendidikan, tidak selalu seperti apa yang kita pikirkan bahwa dunia pendidikan itu kita hanya berbicara tentang sekolah, sekolah lagi, dan lagi-lagi sekolah. Akan tetapi, ada fenomena lain di dalamnya yakni prostitusi yang dilakukan oleh peserta didik (pelajar) dari suatu institusi pendidikan yang umumnya disebut “Ayam Kampus”.

Prostitusi dalam dunia pendidikan bukanlah menjadi hal yang baru, akan tetapi hal tersebut masih menjadi hal yang tabu karena praktek prostitusi tersebut masih tertutup atau terselubung, juga minim dari eksposes media massa, tidak vulgar seperti praktek prostitusi pada umumnya. Hal ini sangat memprihatinkan karena status mereka sebagai mahasiswa atau pelajar yang hanya dibebani tanggung jawab untuk menuntut ilmu di lembaga pendidikan ternyata harus dikotori dengan profesi lain yang dilakoni mereka. Apakah praktek prostitusi tersebut menjadi sebuah kebutuhan atau menjadi sebuah tuntunan bagi mereka?, apakah ada faktor-faktor lain dalam diri mereka sehinga mereka terjerumus dalam praktek prostitusi disamping status mereka sebagai mahasiswa?

Pergerakan mereka sangatlah dinamis seiring berkembangnya jaman. di dunia kampus. Sepak terjang ayam kampus lebih susah ditebak dibanding dengan pelacur-pelacur yang biasa berjejer dikawasan Bahkan jika diperhatikan penampilan dan kesehariannya dikampus, mereka terlihat sama dengan mahasiswi-mahasiswi lainnya.


(11)

Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus. Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malan didaerah pelacuran. Entah apa yang menjadi alasan utama beberapa mahasiswi memutuskan untuk terlibat di dunia pelacuran ini. Namun yang seringkali menjadi alasan adalah bahwa mereka harus membayar uang kuliah sendiri, kecewa dengan pacar ataupun korban pemerkosaan saat masih duduk di bangku sekolah dan lain-lain. Isi tasnya tidak lupa selalu ada kondom dengan berbagai bentuk dan merek agar dapat setiap saat mampu melayani langganan bookingan yang hadir menghampirinya. Ada Ayam kampus yang mencari langganan sendiri maupun melalui jasa ke pihak ke-3 atau lewat perantara Baru-baru ini terbongkar kasus sepasang suami istri yang berprofesi sebagai perantara para wanita panggilan kelas tinggi yakni para ayam kampus yang hanya bermodalkan sebuah komputer mereka menjalankan operasinya. Nekadnya, tidak puas dengan hasil memasarkan para wanita 'biasa' mereka mencatut nama para artis beken dan membandrol tarif mereka dari yang hanya lima juta untuk sekali servis short time, sampai mereka artis papas atas yang dibrandol harga puluhan juta. Tentu saja ulah mereka membuat gerah para artis yang namanya terang-terangan dicatut tanpa ijin

Harga untuk setiap bookingan ayam kampus bermacam-macam tergantung dimana dia menuntut ilmu. Ayam kampus dari universitas yang terkenal pasti lebih mahal jika di banding dengan kampus swasta yang biasa-biasa saja. Namun itu semua tergantung dari cara ayam kampus itu memuaskan pelanggannya. Semakin ayam kampus itu memberikan pelayanan yang memuaskan maka,

namanya akan semakin melambung seiring harganya yang juga melambung tinggi Salah satu contoh fenomena ayam kampus di yang marak adalah di suatu daerah di Jawa Barat seperti apa yang dikutip dari harian Kompas yakni puluhan siswi dan mahasiswi aktif diduga terlibat dalam jaringan prostitusi terselubung di Provinsi Banten. Umumnya kegiatan itu tidak diketahui orangtua karena mereka melakukan perbuatan asusila itu pukul 15.00-21.00. Pelanggannya bukan hanya masyarakat umum, tetapi juga kalangan pejabat

tidak hanya terjadi di Provinsi Banten saja. Uniknya, konon dari sekian mahasiwsi yang merangkap menjadi ayam kampus, memang sejatinya adalah ayam kampus, mereka sengaja masuk kampus dengan tujuan menaikkan taraf. Kesan inteleklah yang mereka buru.

Ternyata hal ini tidak saja terjadi di Indonesia bahkan juga di Australia. Negara yang bisa dikatakan sudah makmur dan maju ini ternyata tidak lepas dari gejolak ayam kampus. Dalam sebuah buku yang berjudul CONVERSATION IN

BROTHELS yang mana beberapa nara sumbernya berasal dari anak kampus yang

mempunyai double job. Alasan mereka melakukan prostitusi, kurang lebih sama dengan yang ada di Indonesia. HUNDREDS of university students in Victoria

have turned to prostitution to pay their way through higher education, The Sunday Age has learnt. (emphasis added) , A quick search of the files would


(12)

reveal that this is old news., a repeatedly re-discovered ‘finding’. That a few hundred of Victoria’s 180,000 or so university students are sex workers is no more surprising than that thousands of them are waiters.

Seperti di Australia yang di banyak kampusnya tersebar ayam-ayam berkeliaran, kalau mau jujur, ayam kampus ada di setiap kampus di Indonesia. Inilah fenomena yang harus kita cermati bersama. Jangan sampai tingkat

pendidikan tertinggi kita itu menjadi layaknya lokalisasi pelacuran. Peningkatan sistem keamanan dan monitoring harus dilakukan oleh setiap kampus di Indonesia agar kualitas pendidikan kita semakin bersaing. Prostitusi memang tak mengenal ruang dan waktu. Bisnis esek-esek ini sudah merambah ke segala penjuru, tak terkecuali di kalangan mahasiswi tertentu di sejumlah perguruan tinggi di Medan. Sebagian generasi intelek ini tak sedikit yang terjerumus ke dalam jaringan prostitusi terselubung.

Fenomena ayam kampus merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup menarik untuk diteliti. Sudah banyak bidang ilmu yang meneliti mengenai keberadaan para pelacur intelek ini. Sebut saja dari berbagai bidang ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, antropologi dan juga bidang ilmu kita sendiri yakni komunikasi. Tema-tema yang diangkat dalam penelitian komunikasi seperti Semiotika text status para ayam kampus di friendster maupun facebook, analisis isi, wacana maupun semiotika dari buku Jakarta Undercover dan berbagai penelitian lain yang masih berada pada ranah perkomunikasian.

Bagi para ayam kampus yang sudah saling kenal dan terbuka satu sama lain, barangkali tidak ada persoalan dalam hal berkomunikasi. Tapi bagi yang belum kenal, tentu saja banyak persoalan yang muncul. Misalnya bagaimana si X yang berstatus sebagai calon pengguna jasa layanan bisa mengetahui kalau si Y, wanita yang duduk di seberangnya sebuah kafe mall itu adalah seorang ayam kampus. Dalam kaitannya dengan ini, kaum penkmat ayam kampus memiliki cara lain untuk mengenali targetnya , yaitu dengan komunikasi non verbal. Penggunaan bahasa tubuh ini dilatarbelakangi oleh pengalaman masa lalu dan budaya, meskipun demikian, ada juga bahasa tubuh yang merupakan bawaan, sebagaimana yang terjadi pada para penyandang cacat tuna rungu dan tuna netra yang tak mungkin melakukan pengamatan, penglihatan dan pendengaran atas tingkah laku orang dari berbagai kebudayaan dunia.


(13)

Hal serupa terjadi pada ayam kampus, dimana mereka menggunakan gerakan tubuhnya untuk menunjukkan orientasi status pekerjaan mereka. Para ayam kampus ini tidak berdandan secara berlebihan, memamerkan lekuk tubuh mereka ataupun bertingkah murahan layaknya pelacur di tempat prostitusi. Terdapat banyak komunikasi non verbal yang digunakan si ayam kampus yang harus si calon pengguna jasa layanan tahu bahwa mereka adalah pihak yang akan saling berbisnis.

Dari berbagai hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti latar mengapa dan bagaimana tercipta komunikasi nonverbal para ayam kampus dalam upaya menjerat dan juga mengirimkan sinyalnya kepada para calon pengguna jasa pelacur berkedok mahasiswa ini.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah komunikasi nonverbal yang dilakukan di kalangan para ayam kampus di Universitas Sumatera Utara?”

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidah terlalu luas dan permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dan yang menjadi pembatasan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :


(14)

1. Objek penelitian ini hanya pada satu universitas dan menggunakan 5 orang informan sebagai objek penelitian.

2. Penelitian ini memakai metode penelitian deskritpif yang sifatnya hanya memaparkan atau menggambarkan satu fenomena.

3. Penelitian ini berbatas hanya pada ayam kampus, bukan pelacur ataupun gigolo.

4. Analisis komunikasi nonverbal yang diteliti meliputi bahasa tubuh, sentuhan, penampilan fisik, bau-bauan, warna dan artefak.

5. Lokasi penelitian berada di kota Medan dan jangka waktu penelitian sekitar 3 bulan yang dimulai sejak Mei 2010.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mencari alasan seseorang menjadi ayam kampus.

2. Untuk mencari latar belakang seseorang menjadi ayam kampus.

3. Untuk mengetahui simbol-simbol non verbal yang digunakan ayam kampus dalam berkomunikasi.

4. Untuk mengetahui aktivitas serta peranan yang dimainkan seorang ayam kampus di luar dan didalam kampus.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Akademis

Peneliti dapat menyumbangkan pemikiran yang berguna bagi studi ilmu komunikasi yaitu kajian psikologi komunikasi dan filsafat komunikasi (khususnya yang berhubungan dengan ayam kampus). 2. Teoritis


(15)

Peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, khususnya tentang penelitian yang berkaitan dengan bidang komunikasi nonverbal.

3. Praktis

Peneliti dapat membuka pandangan masyarakat mengenai ayam kampus, maupun pandangan ayam kampus mengenai keberadaan diri mereka di tengah masyarakat.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi,

dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah Teori Dramaturgis, Teori Interaksionisme Simbolik serta Komunikasi nonverbal.

I.5.1 Teori Dramaturgis

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar, dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.

Bila Aristoteles mengacu kepada teater maka Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi


(16)

kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut.

Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Kenapa komunikasi? Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indra verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut.

Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu (http://meiliemma.wordpress)

I.5.2 Teori Interaksionisme Simbolik


(17)

Teori interaksionisme-simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago School dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert Blummer. Awal perkembangan interaksionisme simbolik dapat dibagi menjadi dua aliran / mahzab yaitu aliran / mahzab Chicago, yang dipelopori oleh oleh Herbert Blumer, melanjutkan penelitian yang dilakukan George Herbert Mead. Blumer meyakini bahwa studi manusia tidak bisa diselenggarakan di dalam cara yang sama dari ketika studi tentang benda mati. Peneliti perlu mencoba empati dengan pokok materi, masuk pengalaman nya, dan usaha untuk memahami nilai dari tiap orang. Blumer dan pengikut nya menghindarkan kwantitatif dan pendekatan ilmiah dan menekankan riwayat hidup, autobiografi, studi kasus, buku harian, surat, dan nondirective interviews. Blumer terutama sekali menekankan pentingnya pengamatan peserta di dalam studi komunikasi. Lebih lanjut, tradisi Chicago melihat orang-orang sebagai kreatif, inovatif, dalam situasi yang tak dapat diramalkan. masyarakat dan diri dipandang sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial.

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis (Blumer,1969:78).


(18)

I.5.3 Komunikasi nonverbal

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal.

Dalam komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tangan. Dan hal demikan setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Sebenarnya jika kita jujur maka pelaksanaan komunikasi antar pribadi setiap hari terbanyak melibatkan prilaku non verbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan.

Goffman (1971) dan De Lozier (1976) Little John (1978) merinci perilaku verbal seperti bahasa jarak atau prosemik; bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik dan perilaku yang terletak antara verbal dan nonverbal yang disebut dengan paralinguistik.

Jadi, baik perilaku verbal maupun nonverbal masing-masing dapat menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Perilaku verbal dan nonverbal yang memiliki/mengandung pesan dapat menghasilkan suatu suasana yang menunjukkan erat tidaknya hubungan antara dua orang atau dekat atau jauhnya jarak sosial (Liliweri, 1997:31).

I.6 Kerangka Konsep

Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001 :73). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :


(19)

Gambar 1 Kerangka Konsep

I.7 Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep maka dibentuk suatu model teoritis yaitu :

Gambar 2 Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlau dibuat operasional variabel-variabel terkait sebagai berikut :

Tabel 1 Variabel Operasional

Komponen Indikator

Komunikasi Nonverbal

1. Kinesik 2. Sentuhan 3. Parabahasa 4. Penampilan fisik 5. Artefak

Faktor-Faktor menjadi Ayam Kampus 1. Ekonomi

2. Pengaruh teman dekat 3. Pengaruh pacar 4. Tuntutan Biologis

Kehidupan ayam kampus

Komunikasi NonVerbal di kalangan ayam kampus

Komponen Ayam Kampus

Komponen Komunikasi Nonverbal


(20)

Ayam Kampus

1. Ekonomi

2. Pengaruh teman dekat 3. Pengaruh pacar 4. Tuntutan Biologis 5. Kehidupan kampus

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : a. Ekonomi, tingkat kehidupan yang menyangkut materi seseorang. b. Pengaruh teman dekat, suatu tindakan persuasif dari orang terdekat c. Pengaruh pacar, suaut tindakan persuasive dari pasangan lawan jenis d. Tuntutan biologis, keinginan untuk pemenuhan hasrat seseorang e. Kehidupan kampus, keadaan yang dialami oleh seseorang dalam

perkuliahan

f. Kinesik, merupakan penelaahan bahasa tubuh

g. Sentuhan, merupakan penelaahan dari setiap indra sentuhan yang mampu menstimuli rangsangan

h. Parabahasa, mengacu pada aspek suara

i. Penampilan fisik, bagaimana wujud yang ditunjukkan oleh seseorang j. Artefak, benda-benda yang digunakan sekaligus melambangkan suatu


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Teori Dramaturgis

Teori dramaturgis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut (Littlejohn,1996:165). Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.

Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk

meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah

“impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan.

Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil.

Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Contohnya, seorang ayam kampus senantiasa berpenampilan serta bersikap layaknya mahasiswi. Tetapi, saat akan melakukan aksi menjual diri, sang

ayam kampus bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul

dengan temannya atau bersikap mesra/intim untuk melepaskan segala hasrat kepada calon pelanggannya. Saat sang ayam kampus berada di depan publik, merupakan saat penampilan normal baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menjaga identitas dia sebagai seorang mahasiswa normal sehingga tidak dicurigai oleh masyarakat secara umum dan menghindari pelanggaran norma-norma yang berlaku. Oleh karenanya, perilaku sang ayam

kampus juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh

masyarakat/publik. Saat sang ayam kampus menjajakan dirinya, dia bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut.

Karenanya, skenario yang disiapkan oleh sang ayam kampus adalah bagaimana sang ayam kampus tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya.


(22)

Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan

mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking

character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan

oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.

Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan

masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.

Dramarturgi hanya dapat berlaku di institusi total. Institusi total

maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.

Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat

disinkronkan.

Dramaturgis dianggap terlalu condong kepada positifisme. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur.


(23)

II.2 Teori Interaksionisme Simbolik

Hal yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang diidentifikasikan sebagai Bapak Teori Interaksionisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead tak pernah menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah mempengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial. Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua aliran : Iowa dan Chicago.

Meski mengacu pada prinsip-prinsip dasar pemikiran interaksionisme simbolik, kalangan pemikir Iowa banyak yang menganut tradisi epistemology dan metodologi post positivis. Sebaliknya aliran Chicago yang banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan pemikiran Mead.

Karya Mead yang paling terkenal berjudul Mind, Self, and Society (Mead:1934), menggarisbawahi tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme simbolik. Hal pertama yang harus dicatat adalah bahwa tiga konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari itu, pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) di mana kita hidup. Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada saat yang sama, “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial masyarakat. Pengaruh timbal-balik antara

masyarakat, pengalaman individu, dan interaksi menjadi bahan bagi penelaahan dalam tradisi interaksionisme simbolik seperti ringkasan Holstein dan Gubrium berikut ini (Elvinaro, 2007:136) :

“Teori interaksionisme simbolik berorientasipada prinsip bahwa orang-orang merespon makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat, dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka”.

Mead dan pengikutnya menggunakan banyak konsep untuk

menyempurnakan cara lahirnya makna melalui interaksi dalam kelompok sosial. Contohnya Mead berbicara tentang simbol signifikan (significant symbols) dengan makna yang sama dalam sebuah masyarakat. Tanpa sistem penyimbolan yang sama, aksi yang terkoordinasi adalah tidak mungkin. Konsep penting lainnya dalam teori interaksionisme simbolik adalah orang lain yang significant

(significant others), yaitu “orang yang berpengaruh dalam kehidupan anda”, lalu orang lain yang digeneralisasikan (generalized others) yakni konsep anda tentang bagaimana orang lain merasakan anda, dan “tata cara yang dipakai” (role taking) yaitu pembentukan perilaku setelah perilaku orang lain. Konsep ini disusun bersama dalam teori interaksionisme simbolik untuk menyediakan sebuah gambaran kompleks dari pengaruh persepsi individu dan kondisi psikologis, komunikasi simbolik, serta nilai sosial dan keyakinan dalam sebuah konstruksi sosial masyarakat.


(24)

Oleh karenanya teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan kepada defenisi dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan defenisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-tindakan

individu dan juga pola interaksinya dibimbing oleh defenisi bersama yang sedemikian itu, dan dikonstruksikan melalui proses interaksi.

Blummer (1969:2) mengemukakan tiga buah premis sederhana yang menjadi dasar interaksionisme simbolik, ketiganya berfungsi sebagai ringkasan tentang filosofis teoritis dari interaksionisme simbolik. Pertama, manusia bertindak terhadap hal-hal atas dasar makna yang dimiliki oleh hal-hal tersebut. Kedua, makna itu berkaitan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan teman-temannya. Ketiga, makna ini diciptakan, dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran yang dipergunakan oleh orang-orang tersebut dalam berhubungan dengan hal-hal yang ia hadapi. Yang paling dasar dari interaksionisme simbolik adalah dua karakteristik yang sangat penting. Perilaku manusia berbeda dengan yang lain, bersifat “sosial” dan terdiri dari “tindakan”. Karena itu, manusia secara inheren adalah organisme yang aktif secara sosial yang proses penafsirannya, yakni kemampuan simbolisnya membuatnya menjadi makhluk yang unik (Ritzer, 2004:341).

Sejauh ini Mead dan Blummer telah menjadi sumber-sumber utama bagi filsafat dasar dalam teori ini, yang melandasi model interaksional komunikasi manusia. Secara lebih khusus lagi, arah perkembangan dalam masyarakat ilmiah komunikasi manusia yang memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah adanya indikasi yang terang sekali dari pendekatan interaksional pada studi komunikasi manusia. Perspektif interaksional menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan yang bersifat proses dalam komunikasi manusia.

Barangkali implikasi yang paling penting dari perspektif interaksionisme simbolik bagi studi komunikasi manusia adalah adanya penyempurnaan

pemberian penekanan pada metodologi penelitian, implikasinya yang pertama mencakup pemahaman yang disempurnakan tentang peran yang dijalankan oleh peneliti. Daripada hanya digambarkan sebagai seorang pengamat yang sifatnya berat sebelah, tidak bias, dan tidak tertarik atas fenomena empiris, peneltii interaksional menjalankan perannya sebagai seorang pengamat partisipan dalam melaksanakan penelitiannya. Ia melibatkan dirinya dalam pengambilan peran agar dapat menemukan sudut pandang subjek penelitian.

Perspektif interaksional dengan jelas merupakan sumber yang menarik perhatian orang dalam pengertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan yang kontinu. Dalam artian sebagai “revolusi yang masih belum tuntas”, setiap penemuan penelitian secara relatif masih baru dan mengarah ke banyak arah baru. Penelitian yang kontemporer mencerminkan jiwa penelitian yang sesungguhnya, bahwa para peneliti tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam pengukuhan atau verifikasi hipotesis, akan tetapi lebih banyak berusaha menemukan bagaimana hipotesis itu seharusnya.

Pada sisi yang lain, penelitian interaksionalis kurang memiliki arah atau fokus dalam upaya-upayanya. Para peneliti masih harus mengembangkan metodologi baru yang diperlukan bagi panduan interaksional/dialogis. Oleh karenanya para peneliti yang didorong paham interksionisme harus


(25)

mengembangkan fokus bersama tentang variabel apa yang paling penting, konsep apa yang perlu dikembangkan atau dikaji, dan ke arah mana usaha mereka

selayaknya diarahkan.

II.3 Komunikasi Nonverbal

Menurut Samovar (1981), Komunikasi nonverbal memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita sadari. Padahal kebanyakan ahli komunikasi akan sepakat apabila dikatakan bahwa dalam interaksi tatap muka umumnya, hanya 35 persen dari “social context” suatu pesan yang disampaikan dengan kata-kata. Maka ada yang mengatakan bahwa bahasa verbal penting, tetapi bahasa nonverbal tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih penting, dalam peristiwa komunikasi. (Lubis, 2008 :34)

Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing dan sebagainya), namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A.Samovar dan Richard E.Porter, komunnikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima; jadi defenisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana, 2003:308).

II.3.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah proses yang dijalani oleh seorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu lain (Lubis, 2008:35)

Untuk merumuskan pengertian “komunikasi nonverbal”, biasanya ada beberapa defenisi :

• Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.

• Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara.

• Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh sesorang yang diberi makna oleh orang lain.

• Komunikasi nonverbal adalah suatu mengenai ekspresi, wajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, bau, perilaku, mata dan lain-lain.


(26)

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :

Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki

kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan “Saya tidak sungguh-sungguh”.

• Ilustrator, pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

• Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

• Penyesuaian, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang merupakanupaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect Display, pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan

peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut atau senang.

Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

• Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya anda mengganggukkan kepala ketika mengatakan “ya”, atau menggelengkan kepla ketika mengatakan “tidak”.

• Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat tinggal”.

• Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi berdiri sendiri. Misalnya menggantikan kata-kata haru dengan linangan air mata.


(27)

• Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya melirik kearah jam tangan menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen menyadari untuk mengakhiri perkuliahan.

• Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seorang dosen menyatakan kalau dia memiliki waktu untuk berbicara kepada seorang mahasiswa, tetapi matanya berulangkali menatap kearah jam tangannya (Mulyana,2003:315).

II.3.3 Klasifikasi Pesan Nonverbal

Berdasarkan analisis Edward T.Hall dan Bridstell, pesan nonverbal digolongkan menjadi tiga jenis umum, yaitu kinesik, prosemik, dan paralinguistik (Liliweri,2003:193)

II.3.3.1 Kinesik

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray

L.Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan oandangan mata), tangan, kepala, kaki dan simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Dalam pelajaran pesan nonverbal dikenal beberapa jenis kinesik yaitu :

• Ekspresi wajah

Pelbagai penelitian melaporkan bahwa emosi dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah karena wajah dianggap sangat kuat menampilkan ‘keadaan dalam’ seseorang yang membuat orang lain dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi.

Sylvan S.Tomkins menemukan sekurang-kurangnya ada 8 (delapan) dasar emosi wajah yang mencengangkan, yakni emosi yang menyatakan surprise, minat, gembira, gusar, takut, jijik atau muak, malu dan kesedihan yang mendalam.

Wajah manusia menyimpan banyak sekali misteri. Para ahli psikologi menyebut wajah dan ekspresi wajah sebagai the organ of emotion. Karena tanda-tanda yang ada di wajah berkaitan dengan perasaan manusia,d an tanda-tanda-tanda-tanda itu dapat diinterpretasikan oleh orang lain di sekeliling kita. Wajah merupakan kekuatan saluran komunikasi nonverbal yang diterjemahkan atau di-encode oleh pengirim dan kemudian di-decode oleh penerima dengan makna yang berlaku dalam suatu konteks sosial atau budaya tertentu.

• Kontak mata dan pandangan

Kontak mata/cara pandang mata merupakan komunikasi nonverbal yang ditampilkan bersama ekspresi wajah. Tak mengherankan kalau banyak orang menggerakkan alis mata ketika mereka bercakap-cakap karena mereka


(28)

menganggap bahwa kontak mata yang ditampilkan komunikator akan menarik umpan balik dari komunikan.

Dalam Hattori (1987) pelbagai kebudayaan, pandangan mata kerap kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat keseriusan perhatian, mendengarkan, melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung, marah, cinta, sayu, menggoda, sensual, menguasai, membiarkan, dan masa bodoh yang semuanya harus ditafsir dalam konteks sosial budaya tertentu (Liliweri, 2003:197).

• Isyarat tangan

Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan. Sebagian orang menggunakan tangan mereka dengan leluasa, sebagaian lagi moderat dan sebagian lagi hemat. Untuk memperteguh pesan verbal mereka, orang-orang Prancis, Italia, Spanyol, Mexico dan Arab termasuk orang-orang yang sangat aktif menggunakan tangan mereka, lebih aktif daripada orang Amerika atau orang Inggris, seakan-akan mereka tidak mau diam. Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke budaya.

• Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan oleh William Sheldon misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen. Sebagian anggapan mengenai bentuk tubuh dan karakter yang dihubungkannya mungkin sekadar stereotip.

II.3.3.2 Sentuhan

Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Sentuhan seperti foto, adalah suatu perilaku nonverbal yang multimakna., dapat

menggantikan seribu kata. Menurut Heslin (Mulyana,2003:336), terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut : - Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi

bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.

- Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktek sosial yang berlaku, msialnya berjabat tangan.

- Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, msialnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah.


(29)

- Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang meyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di bawah meja; orang eskimo yang saling menggosokkan hidung.

- Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.

Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal, termasuk sentuhan, bukan hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.

II.3.3.3 Parabahasa

Parabahasa, atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan atau ketakutan. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang , bukan karena isi pembicaraannya, melainkan karena cara menyampaikannya yang lamban dn monoton.

Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan atau emosi. menurut formula mereka, parabahasa punya andil 38% dari keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55% dari keseluruhan impak pesan, lebih dari 90% isi emosionalnya ditentukan secara nonverbal.

II.3.3.4 Penampilan Fisik

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna) dan juga ornamen lain yang

dipakainya, seperti kaca mata, sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang juga memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang terhadap pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif,


(30)

religius, modern, atau berjiwa muda. Kita memang cenderung mempersepsi dan memperlaukan orang yang sama dengan cara yang berbeda bila ia mengenakan pakaian yang berbeda.

II.3.3.5 Bau-Bauan

Bau-bauan terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant, eau de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang juga dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentifikasi keadaan emosional dan menarik lawan jenis.

Mereka yang ahli dalam wewangian dapat membedakan bau parfum laki-laki dengan parfum perempuan, bau parfum yang mahal dengan bau parfum yang murah. Bau parfum yang digunakan seseorang dapat menyampaikan pesan bahwa ia berasal dari kelas tertentu; kau eksekutif, selebritis atau wanita

tunasusila, kelas atas atau kelas bawah. Wewangian dapat mengirim pesan sebagai godaan, rayuan, ekspresi feminimitas atau maskulinitas. Dalam bisnis,wewangian melambangkan kesan, citra, status dan bonafiditas.

II.3.3.6 Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualiasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T.Hall adalah antropolog yang menciptakan istilah proxemics (proksemika) sebagai studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi (Mulyana, 2003:356). Beberapa pakar lainnya memperluas konsep prosemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi, termasuk iklim (temperatur),

pencahayaan dan kepadatan penduduk.

II.3.3.7 Warna

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik dan bahkan mungkin keyakinan agam kita. Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai ataupun tidak. Hingga derajat tertentu, tampaknya ada hubungan antara warna yang digunakan dengan kondisi fisiologis dan psikologis manusia, meskipun kita memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan dugaan ini.

II.3.3.8 Artefak

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dai pakaian dan penampilan yang telah dibahas sebelumnya. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu. Bidang studi mengenai ini disebut objektika (objectics).


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera utara dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut : Abdul Hakim (Ketua), Dr. T. Mansoer (Wakil ketua), Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara), Ir. R.S. Danunagoro, Drg. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas. J.Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota).

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan Perguruan Tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan Perguruan Tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mengangkat Dr. Moh. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia.

Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947 Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah Universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr.Soemarsono, yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan Sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dewan pimpinan yayasan, organisasi Universitas Sumatera Utara pada awal berdirinya terdiri dari Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet.

Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril serta material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1955).

Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara (USU) diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia. Dr. Ir. Soekarno menjadi

Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Tanggal peresmian ini kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalies USU yang diperingati setiap tahun hingga tahun 2001.

Kemudian atas usul beberapa anggota senat Universitas, hari jadi USU ditinjau kembali. Senat Universitas akhirnya memutuskan bahwa hari jadi USU adalah pada tanggal 20 Agustus 1952 yaitu pada saat perkuliahan pertama dimulai


(32)

di lingkungan USU. Dengan persetujuan Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 diperingati Dies Natalis USU yang ke-50.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan, dan Fakultas

Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden RI. Kemudian di kota yang sama didirikan Fakultas Kedokteran dan Peternakan (1960). Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari 5 Fakultas di Medan dan 2 Fakultas di Banda Aceh. Dalam perjalanan usianya yang kini mencapai 50 tahun, melalui berbagai program pengembangan yang dilaksanakan, banyak kemajuan yang telah dicapai, yang menjadikan USU berkembang hingga seperti sekarang ini.

Saat ini, USU mengelola lebih dari 100 program studi yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, yang tecakup dalam 12 fakultas dan 1 program pasca sarjana. Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syah Kuala di Banda Aceh (Fakultas Ekonomi dan Fakultas kedokteran hewan dan peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang berubah menjadi UNIMED (dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Politeknik Negeri Medan (dari Politeknik USU).

Kampus USU Padang Bulan terletak di sebelah barat daya kota Medan, 7 KM dari pusat kota. Kampus ini memiliki luas 116 Ha dengan luas zona akademik 93,4 Ha, merupakan pusat utama kegiatan Universitas. Di sini terdapat lebih dari seratus bangunan dengan total luas lantai 133.141 m2.

Selain bangunan pendidikan dan penunjang, diareal kampus juga terdapat berbagai fasilitas sosial dan publik seperti taman dan fasilitas olahraga. Lahan ini yang telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu diperuntukkan untuk menampung kegiatan universitas dengan jumlah mahasiswa hingga 20.000 orang dan saat ini jumlah mahasiswa USU telah mencapai 25.000 orang.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama di lapangan, di areal kampus juga terdapat warung internet dengan tarif yang relatif murah, yaitu Rp.3000,-/jam, tepatnya berada di areal Perpustakaan USU. Sedangkan diluar areal kampus, warung internet juga dapat ditemui dengan mudah karena berada tidak jauh dari areal kampus, tepatnya di daerah Padang Bulan, meliputi Jl. Jamin Ginting, daerah Sumber, dan Pasar I, yaitu sebanyak 38 warung internet, dan di Jl. Dr. Mansyur terdapat sebanyak 9 warung internet. Warung-warung internet yang berada di lokasi sekitar areal kampus USU tersebut, sebagian besar pelanggannya adalah mahasiswa USU.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah mahasiswa sesuai dengan kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk usia 19 s/d 24 tahun, USU sejak beberapa tahun yang lalu telah mengupayakan lahan baru untuk perluasan kampus. Dengan bantuan berbagai pihak, USU saat ini sedang mempersiapkan lahan kampus perluasan di Kwala Bekala dengan luas 300 Ha.

Setelah UI, ITB, IPB dan UGM, menjadi sebuah Perguruan Tinggi Negeri berbadan hukum yakni Badan Hukum Milik Negara (BHMN), kini menyusul USU telah menjadi sebuah PTN ke-5 berbadan hukum yang sama. Ini dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 56 Tahun 2003 yang telah menetapkan bahwa USU resmi sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang ditetapkan pada tanggal 11 November 2003 dan ditetapkan langsung oleh Presiden RI, Ibu Megawati Soekarno Putri.


(33)

III.1.2. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara

a. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara terdiri dari 2 kategori yang meliputi :

1. Tanah 2. Bangunan

Tabel III.1 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara

KATEGORI LUAS (m2)

1. Tanah

- Kampus Padang Bulan - Pusdiklat

- Kebun Percobaan - Lahan Simalingkar - Bungalow Berastagi - Area Keperawatan

- Lahan Kampus Kwala Bekala - Lahan Perkebunan

Jumlah 2. Bangunan

- Fakultas - Lembaga - Perpustakaan

- Kantor Pusat Administrasi - Unit Penunjang

- Gedung Pertemuan - Asrama

- Unit Kegiatan Mahasiswa - Wisma

- Pusdiklat

- Gedung Olah Raga - Lain-lain

Jumlah 1.160.030 28.301 6.040.000 12.360 2.855 38.242 3.000.000 60.000.000 70.281.788 133.141 1.605 7.634 6.414 4.239 8.993 1.158 2.189 638 861 1.744 15.806 184.422 Sumber: http://www.usu.ac.id/index.php

b. Unsur Penunjang

Sejumlah unsur penunjang (Unit Pelaksana Teknis) ikut berperan aktif mendukung proses belajar mengajar di lingkungan Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Perpustakaan

2. UPT. Penerbit dan Percetakan (USU Press) 3. UPT. Pusat Informasi dan Humas USU


(34)

4. UPT. Pusat Komputer

5. Unit Pengembangan Pendidikan (UPP) 6. Unit Audiovisual dan Elektronika (AVEL)

7. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM) 8. Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA/MKDU)

9. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pada Masyarakat (Pusdiklat/PPM)

10. Pusat Bahasa 11. Workshop/Bengkel

12. Badan Koordinator Olah Raga ( BAKOR)

c. Fasilitas Lainnya

Adapun Fasilitas lain yang membentuk terbentuknya kehidupan sosial di lingkungan kampus antara lain :

a. Asrama Mahasiswa

b. Koperasi Keluarga Besar USU c. Poliklinik USU

d. Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK USU) e. Wisma USU

f. Rumah Ibadah

g. Warung Pos dan Telekomunikasi – KKB USU h. Kantor Pos

i. Bank j. Auditorium

k. Gelanggang Mahasiswa

III.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sumatera Utara a. Visi

Visi dari Univeristas Sumatera Utara adalah University for Industry.

b. Misi

1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.


(35)

2. Memperluas partisipasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan daya saing masyarakat.

c. Tujuan

1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional serta memodernisasi cara pembelajaran.

2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah, teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan.

3. Mengembangkan pusat indormasi serta sistem teknologi komunikasi dan sistem penjaminan mutu yang handal.

4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien dan demokratis.

5. Mewujudkan lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang kondusif.

6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar departemen/program studi.

7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui


(36)

8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah industrial, jasa tenaga ahli, dan lain-lain.

9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (demand-driven learning

system).

III.1.4. Pilihan Program Studi a. Program Sarjana S1

Terdiri dari Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi,

Kedokteran Gigi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan, dan Farmasi.

b. Program Sarjana S1 Ekstension

Terdiri dari Program Studi Manajemen, Akuntansi, Ekonomi

Pembangunan/Perbankan, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, Agronomi, Sosial Ekonomi Pertanian, Ilmu Hukum, Sastra Inggris, Bahasa Jepang, Ilmu Perpustakaan, Kesehatan Masyarakat, Kimia, Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komuikasi.

c. Program Pascasarjana (S-2)

Terdiri dari Agronomi, Ilmu Tanah, Ilmu Hukum, Pengelolaan Alam dan Lingkungan, Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Kimia, Magister Manajemen, Biometik, Farmasi, Lingustik, Kenotariatan, Ilmu Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Akuntansi, Fisika, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Kimia, Arsitektur, Teknik Industri, Kesehatan kerja/Masyarakat, Administrasi Kebijakan Kesehatan, Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Studi Pembangunan, Matematika, Ilmu Kedokteran Tropis, Biologi dan Psikologi.

d. Diploma III (D-III)

Terdiri dari Program Studi Keuangan, Akuntansi, Kesekretariatan, Perpustakaan, Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Pariwisata, Kimia Analisis, Komputer, Statistik, Fisika Instrumen, Kimia Industri, Administrasi Perpajakan, Keperawatan, dan Analisis Farmasi.

e. Diploma IV (D-IV)

Terdiri dari Program Studi Perawat Pendidik, Bidan Pendidik, Teknologi Kimia industri, Teknologi Mekanik Industri, Teknologi Instrumental Pabrik, Teknik dan Manajemen Pabrik.


(37)

f. Program Doktor

Terdiri dari Ilmu Hukum, Ilmu Pertanian, Ilmu Kimia, Ilmu Kedokteran, Lingustik dan Perencanaan Wilayah Pedesaan.

g. Pendidikan Profesi

Terdiri dari Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu OBS dan Ginekologi, Ilmu Penyakit mata, Ilmu Penyakit Paru, Ilmu Psikiatri/Jiwa, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ilmu THT, Ilmu Patologi Klinik, Ilmu Patologi Anatomi, Neurologi, Anestesiologi, Forensik Medis, Kardiologi, Radiologi, Orthopedi, Dokter, Akuntansi, Apoteker, Dokter Gigi dan N E R S.

III.1.5. Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

Struktur organisasi Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai PT BHMN terdiri dari Mejelis Wali Amanat (MWA), Dewan Audit, Senat Akademik,

Pimpinan Universitas, unit-unit pelaksana akademik, unit-unit pelaksana administratif, dan unit-unit penunjang.

a. Majelis Wali Amanat

Majelis Wali Amanat (MWA) adalah organ tertinggi Universitas. MWA merupakan suatu badan independen dengan anggota sebanyak 21 orang yang terdiri dari satu orang mewakili Pemerintah Pusat (Menteri Pendidikan Nasional), Rektor, delapan orang mewakili Senat Akedemik, dan sebelas orang mewakili masyarakat. MWA bertugas untuk menetapkan kebijakan umum dalam bidang non akademik, mengangkat pimpinan Universitas dan memberhentikannya, mensahkan rencana strategis, rencana kegiatan dan anggaran tahunan,

mengevaluasi kinerja pimpinan Universitas, menyampaikan laporan tahunan, dan rekomendasi/pendapat kepada Menteri Pendidikan Nasional. Hingga saat ini, MWA telah mengeluarkan sembilan keputusan termasuk Anggaran Rumah Tangga (ART), mengangkat Rektor dan para pembantu Rektor, dan menetapkan Kebijakan Umum Universitas.

b. Senat Akademik

Senat Akademik (SA) adalah badan normatif tertinggi dalam bidang akademik. Keanggotaan SA terdiri dari Rektor dan para Pembantu Rektor, para Dekan, perwakilan dosen guru besar dan dosen non guru besar, Kepala

Perpustakaan dan Sistem Informasi, dan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Senat Akademik melalui suatu proses seleksi menominasikan calon Rektor. Rektor diangkat dan bertanggung jawab kepada Majelis Wali Amanat (MWA).

c. Dewan Guru Besar

Dewan Guru Besar (DGB) yang terdiri dari 177 anggota berfungsi sebagai dewan penasehat dalam hal pengembangan keilmuan dan kualitas pendidikan di Universitas.


(38)

Dewan Audit dibentuk oleh Majelis Wali Amanat (MWA) yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas nama MWA.

e. Pimpinan

1. Pimpinan Universitas

Prof. Syahril Pasaribu, DTM&H, SpA(K) Rektor

Prof Zulkifli

Pembantu Rektor I bidang Akademik

Prof Armansyah Ginting

Pembantu Rektor II bidang Kepegawaian dan Keuangan

Prof Eddy Marlianto

Pembantu Rektor III Kemahasiswaan dan Alumni

Prof Ningrum Natasya Sirait

Pembantu Rektor IV bidang Perencanaan dan Kerjasama

Yusuf Husni

Pembantu Rektor V bidang Aset dan Perlengkapan

Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ak Sekretaris Eksekutif

2. Pimpinan Fakultas

Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, M.Sc Direktur Sekolah Pasca Sarjana

Prof. Gontar A. Siregar, Sp. PD –KEGH Dekan Fakultas Kedokteran


(39)

Dekan Fakultas Hukum

Prof. Dr. IR. Zulkifli Nasution, M.Sc Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Sc Dekan Fakultas Teknik

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Ismet Danial Nasution, Drg., Ph.D Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Drs. Wan Syaifuddin. M.A, Ph.D Dekan Fakultas Sastra

Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Dr. M. Arief Nasution, M.A

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Prof. Dr. Sumadio Dekan Fakultas Farmasi

3. Pimpinan Lembaga


(40)

Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

Drs. A. Ridwan Siregar, S.H., M.Lib Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi

f. Auditor Internal

Auditor internal diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor. Tujuan unit ini adalah mengevaluasi dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan kinerja seluruh unit Universitas. Dalam organisasi terdahulu fungsi dari Auditor Internal terfokus hanya pada evaluasi keuangan. Dalam organisasi yang baru Auditor Internal mengevaluasi baik kinerja non akademik maupun akademik.

g. Unit Penjaminan Mutu

Unit Penjaminan Mutu adalah suatu unit yang bertujuan mempromosikan dan memelihara baik kualitas kegiatan akademik maupun administratif

Universitas. Unit ini mengembangkan dan memantau standar dan praktik kualitas; meninjau dan mengevaluasi sistem dan prosedur penjaminan mutu; memberikan rekomendasi dari waktu ke waktu tentang isu-isu penjaminan mutu kepada Senat Akademik dan Rektor.

Adapun bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

III.2 Metodologi Penelitian III.2.1 Riset kualitatif

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-sedalam-dalamnya. Riset ini tidak

mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau


(41)

menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2006:58).

III.2.2 Metode Deskriptif

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Metode Deskriptif, yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh “ayam kampus” di Universitas Sumatera Utara.

III.2.3 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap para ayam

kampus yang berdomisili di Medan dan kuliah di Universitas Sumatera Utara

adalah dengan dua cara yaitu wawancara dan studi literatur. Wawancara

mengandung arti sebagai proses komunikasi diadik, relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) dengan responden yaitu mahasiswi ayam kampus yang berdomisili di Medan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara namun dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Wawancara ini termasuk wawancara semiterstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

Selain wawancara mendalam dengan responden, peneliti juga melakukan studi literatur. Literatur dapat berbentuk dokumen tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi literatur merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif.

III.2.4 Unit analisis

Penelitian dilakukan terhadap 5 orang responden yakni para mahasiwi yang melakukan double job sebagai ayam kampus. Pengambilan 5 orang responden ini dengan menggunakana teknik penarikan sampel bola salju (Snow

Ball sampling), yaitu bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran

di atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Lokasi penelitian dilakukan di kota Medan dengan spesifikasi area adalah para mahasiswi ayam kampus di Universitas


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan

Pada saat melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data. Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut: a. Tahap Awal

Penelitian diawali dengan mencari para ayam kampus yang berada di sekitaran kawasan Universitas Sumatera Utara. Melalui observasi yang penulis lakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2010, serta wawancara yang dilakukan dengan para ayam kampus di Universitas Sumatera Utara, maka akhirnya penulis berhasil mendapatkan data-data yang diperlukan.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuakn melalui teknik observasi langsung serta komunikasi tatap muka (face to face communication) melalui wawancara mendalam antara penulis dengan ayam kampus sebagai informan dengan berpedoman kepada daftar pedoman wawancara. Disamping itu penulis juga mempersiapkan buku catatan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika proses pengumpulan data dilakukan.

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam (indepth

interview) para ayam kampus yang diperoleh melalui teknik snow ball sampling.


(43)

Utara di Medan. Mereka terdiri dari 5 orang wanita, mereka adalah penduduk kota Medan, memiliki keyakinan agama dan suku yang berbeda.

Wawancara dilakukan di tempat yang berbeda satu sama lain, hal ini di karenakan kesepakatan yang terjadi sebelumnya antara penulis dengan para informan penelitian yaitu para mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berprofesi sebagai ayam kampus. Wawancara dan diskusi dilakukan di lokasi penelitian karena tempat ini adalah tempat yang paling efisien bagi penulis dan para informan. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu yang bisa di luangkan oleh masing-masing responden sesuai dengan jadwal luang mereka.

IV.2 Tehnik Pegolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari para responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dari hasil wawancara dan diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan responden. Pada tahap ini, penulis menguraikan hasil wawancara terhadap responden penelitian serta hasil observasi. Kemudian penulis menguraikan jawaban-jawaban responden berdasarkan penuturan responden yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan, serta literatur yang berkompeten dengan masalah penelitian.

IV.3 Uraian Hasil Wawancara Responden

Wawancara di lakukan terhadap ayam kampus di Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 5 (lima) orang dengan data diri sebagai berikut :

1. Nama informan : Zierra


(44)

Agama : Islam

Fakultas : Hukum

2. Nama informan : Rini

Tempat/tanggal lahir : Medan, 6 Agustus 1987 Agama : Kristen

Fakultas : Ekonomi

3. Nama informan : Icha

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 23 Desember 1987

Agama :Islam

Fakultas : Ekonomi

4. Nama informan : Sheila

Tempat/tanggal lahir : Siantar, 7 April 1988

Agama : Islam

Fakultas : Hukum

5. Nama : Jessica

Tempat/tanggal lahir : Medan, 4 April 1987

Agama : Kristen


(45)

Uraian Hasil Wawancara

1. Apakah anda menggunakan gerak tubuh/kinesik dalam memikat calon pelanggan anda?

Zierra : “Tentunya lah, itu kan menjadi penarik kita”

Rini :“Ya, saya menggunakan gerakan tertentu dalam memikat

mereka”

Icha : “ Ada, dan hampir selalu digunakan”

Sheila :“Menggunakan gerakan simpel tapi langung mengena ke

sasaran.”

Jessica : Ya, ada dan memang hal itu untuk memikat calon tamu saya.” Gerakan tubuh/kinesik sangat diperlukan sewaktu menjalin komunikasi baik itu verbal maupun verbal. Hal tersebut mampu menunjang kita dalam menjalin proses komunikasi verbal. Dalam hal ini, para ayam kampus menggunakan gerakan tertentu dalam usaha untuk menarik perhatian para calon pengguna layanan jasa mereka. Gerakan menjadi satu kunci utama dalam mengenali mereka nantinya yang berprofesi sebagai pelacur dan juga mahasiswa atau biasa disebut dengan istilah ayam kampus.

2. Bagaimana bentuk gerakan tubuh tersebut!

Zierra : “Melingkarkan kaki seperti gerakan menyilang, dengan tangan


(46)

Rini : “Berdiri menunggu, sibuk memegang handphone dan

menggigit bibir”

Icha : “Cukup dengan lirikan mata aja, mereka pasti ngerti deh” Sheila : “Sibuk dengan jam dan handphone terus memilin rambut” Jessica : “Melirik si pelanggan dan pura-pura BBM-an”

Gerakan yang ditunjukkan oleh masing-masing ayam kampus berbeda satu sama lain. Perbedaan gerakan ini disebabkan tidak adanya aturan ataupun pakem dalam penggunaan gerak nonverbal yang dihasilkan oleh mereka. Jenis gerakan yang para ayam kampus gunakan cukup beragam, selain dikarenakan pemahaman yang berbeda mengenai suatu gerakan, hal ini juga dikarenakan mereka merasa bahwa simbol yang mereka kirimkan kepada calon pelanggannya sudah dapat mewakili pesan yang ingin mereka sampaikan, yaitu pesan berupa pemberitahuan identitas mereka sebagai ayam kampus.

3. Menurut anda apakah penggunaan gerakan tubuh tersebut bisa dimengerti oleh calon pelanggan anda?

Zierra : “Terkadang, mereka bisa mengerti dengan sinyal kita, tapi

kadang ga ngerti, jadinya ga laku deh”

Rini : “Makanya aku buat gerakan yang simpel, jadi mereka bisa

ngerti dengan maksud gerakan aku tadi”

Icha : “Tentu saja, mata sangat berperan penting dalam kegiatan

sinyal-sinyalan ini”

Sheila : “Ga juga, terkadang mau ga mau harus pake acara ngomong


(47)

Jessica : “Jelas sekali mereka ngerti, wong dengan modus pura-pura

sms mereka juga bakal pura-pura nanya, klop banget kan”

Komunikasi yang ideal tentunya terjalin jika komunikator mampu menyampaikan pesan kepada komunikan, dan komunikan mengerti dengan pesan yang dikirimkan oleh komunikator. Demikian halnya dengan komunikasi nonverbal yang dijalin oleh para ayam kampus dengan calon pelanggannya. Mereka akan saling mengerti satu sama lain, karena komunikasi dari gerak tubuh yang mereka ciptakan berkembang dengan sendirinya, dan memang hanya segelintir saja yang mengerti akan gerakan ini.

4. Apakah anda menggunakan sentuhan dalam memikat calon pelanggan anda?

Zierra : “Kadang, namun itupun kalau kira-kira udah pasti booking aku” Rini : “Sure, touch is number one thing must to do to attract them” Icha : “Ga harus, karena dengan simbol tanpa sentuhan, mereka

juga bakal ngerti juga kok”

Sheila : “Yup, saya memang harus lebih berani untuk bisa nunjukin

diri ke pelanggan, salah satu nya dengan cara kasih sentuhan”

Jessica : “Alami aja ya, sentuhan itu sebagai pelengkap, jadi itu semua

keharusan waktu kita mau transaksi”

Sentuhan merupakan bagian penting dari komunikasi non verbal. Walaupun hanya sebatas sentuhan, namun terkadang sentuhan memiliki makna yang mendalam mencakup kata-kata apapun. Lihat saja, bagaimana makna sentuhan dari usapan kasih saying seorang ibu kepada bayinya,


(1)

ekonomi keluarga yang kurang mampu, faktor pengaruh dari teman dekat, faktor pacar yang pernah melakukan hubungan intim dengan ayam kampus, faktor kebutuhan biologis yang membuatnya menjadi ketagihan untuk melakukan hubungan intim dan yang terakhir berupa faktor tuntutan kampus, berupa keinginan untuk dianggap nyata dan eksis di kalangan sosialita kampus.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Blummer, 1969, Contemporer Sociology, Sage Publications : USA

Bungin, Burhan, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer,:PT RajaGrafindo Persada Jakarta , 2006, Sosiologi Komunikasi :Kencana Predana Media Group,

Jakarta.

Denzin Norman Yvonna dan S.Lincoln, 2000 , Handbook of Qualitative Research Second Edition, London: Sage Publications.Inc

Effendy, Onong Uchjana, 2002 ,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek :Remaja Rosdakarya, Bandung.

___________________, 2004, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi : Citra Aditya, Bandung

Elvinaro, dan Bambang, 2007, Filsafat Ilmu Komunikasi: Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Liliweri, Alo, 2003. Komunikasi Antar Pribadi : Citra Aditya, Bandung

Littlejohn, Stephen W, 1996 : Theories of Human Communication: Wadsworth Publishing Company, USA

Lubis, Lusiana, 2008 ,Komunikasi Antar Budaya :USU Press, Medan.

Moeleong, Lexy, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif: Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Dede, 2003, Ilmu Komunikasi suatu Pengantar: Remaja Rosdakarya, Bandung

Nawawi, Hadari, 2001, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Rakhmat, Jallaludin, 2004. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi Dengan Contoh Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

________________, 2001. Psikologi Komunikasi :Remaja Rosdakarya, Bandung.


(3)

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Ritzer, George dan Goodman Douglas, 2004, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prenada Media.

Internet

(http://achiles97.blogdetik.com/2009/01/18/fenomena-ayam-kampus-di-dalam-dunia-kampus/ (Akses terakhir 24 Januari 2010)

http://community.kompas.com/read/artikel/2460 ( Akses terakhir 24 Januari 2010)


(4)

Daftar pertanyaan yang diajukan :

1. Apakah anda menggunakan gerak tubuh/kinesik dalam memikat calon pelanggan anda?

2. Bagaimana bentuk gerakan tubuh tersebut!

3. Menurut anda apakah penggunaan gerakan tubuh tersebut bisa dimengerti oleh calon pelanggan anda?

4. Apakah anda menggunakan sentuhan dalam memikat calon pelanggan anda?

5. Bagaimana bentuk sentuhan anda tersebut!

6. Menurut anda apakah dengan sentuhan tersebut bisa dimengerti oleh calon pelanggan anda?

7. Apakah anda menggunakan penekanan nada ketika berbicara dalam memikat calon pelanggan anda?

8. Bagaimana bentuk penekanan nada berbicara anda tersebut!

9. Menurut anda apakah dengan berbicara dengan penekanan nada tersebut bisa dimengerti oleh calon pelanggan anda?

10. Apakah anda menggunakan dandanan (make up) khusus ketika berbicara dalam memikat calon pelanggan anda?

11. Bagaimana tampilan make up anda tersebut!

12. Menurut anda apakah dengan menggunakan make up seperti itu, calon pelanggan anda mengerti dengan maksud anda?

13. Apakah anda menggunakan perhiasan tertentu di tubuh anda dalam memikat calon pelanggan anda?


(5)

14. Bagaimana bentuk penggunaan perhiasan tersebut!

15. Menurut anda apakah penggunaan perhiasan tersebut bisa dimengerti oleh calon pelanggan anda?

16. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal dirasa paling efektif dalam berkomunikasi dengan pelanggan?

17. Apakah anda merasa aman dan nyaman dengan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal ini?

18. Apakah anda merasa bahwa dengan menggunakan komunikasi nonverbal anda merasa lebih leluasa dalam bertransaksi?

19. Apakah faktor ekonomi, teman dekat, pengaruh pacar, tuntutan biologis dan tuntutan kampus menjadi alasan anda menjadi ayam kampus dan mengapa?

20. Faktor apakah yang menjadi faktor yang paling dominan?


(6)

DATA PRIBADI

Nama : Siti Fatimah Z.I Tempat/tanggal lahir : Medan , 25 Mei 1988

Alamat : Komp. Tasbih BHR No 67 Medan Agama : Islam

Golongan darah :B

Telepon : (061)-77669810

Email : me_aiz@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

SD Ulumul Qur’an Medan (1994-2000) SLTP Harapan II Medan (2000-2003) SMU Harapan I Medan (2003-2006)

Pengalaman Praktek Kerja Lapangan

PTPN IV MEDAN (2009)


Dokumen yang terkait

Virtualisasi Fasilitas Umum di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU)

4 105 66

Virtual Reality untuk Pengenalan Kampus di Universitas Sumatera Utara

46 228 69

Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

5 122 134

Angka Kejadian Diare Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

0 29 45

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

6 66 112

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 1 11

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 8

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 26

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 1 2