Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Fokus Penelitian Proses Pembentukan Citra

5

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Citra Pelayanan Publik SIM Keliling Polres Banjarbaru dilihat dari aspek kecepatan pelayanan, kualitas pelayanan dan loyalitas pelayanan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan peneliti adalah untuk mendeskripsikan Citra Pelayanan Publik SIM Keliling Polres Banjarbaru dilihat dari aspek kecepatan, kualitas dan loyalitas pelayanan ?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain : 1 Secara akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan tentang konsep citra organisasi, terutama yang berkenaan dengan pelayanan publik. 2 Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada Polres Banjarbaru yang berhubungan dengan peningkatan citra melalui pelayanan.

1.5 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah citra pelayanan publik SIM Keliling yang dilakukan oleh Unit Satlantas Polres Banjarbaru dilihat dari aspek kecepatan pelayanan, kualitas pelayanan, dan loyalitas pelayanan. 6

1.6 Kajian Pustaka

1.6.1 Konsep Citra

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian citra adalah : 1 kata benda:gambar, rupa, gambaran; 2 gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; 3 kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuak kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsure dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi Soemirat dan Ardianto, 2007:114. Menurut Danasaputra dalam Soemirat dan Ardianto 2007:114 Frank Jefkins dalam bukunya public relation technique, menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseoranga atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Dalam buku Essential of public relation, Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Solomon, dalam Rakhmat, mengemukakan sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang orang atau objek tersebut. Citra adalah suatu penggambaran tentang objek. Biasanya lewat bahasa. Warna putih menggambarkan ketulusan, kesucian, bersih dan apa adanya. Objek yang memilih warna putih sebagai atribut kadangkala tidak 7 hanya bermaksud menunjukkan identitas dirinya melainkan juga mengkomunikasikan gambaran citra dirinya sebagai objek yang penuh ketulusan, bersih, dan apa adanya. Pemilihan kata “menyesuaikan harga” dimaksudkan sebagai pencitraan “keputusan yang penuh pertimbangan” dari pada memilih kata “menaikkan harga” karena hanya akan mencitrakan kesewenang-wenangan. Citra dapat sebagai hasil manipulasi sama halnya sebuah kata dapat digunakan untuk berbohong. Citra dengan demikian bisa bersifat sementara, hanya ketika seseorang mendengar, membaca, melihat sebuah objek yang sedang dicitrakan www.fridakusumastuti.multyply.com, diakses tanggal 19 Juni 2009 pukul 21.30 WIB. Citra mrupakan gambaran perusahaanobjek yang diperoleh melalui persepsi kesimpulan dan penafsiran orang lain =baca,public terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh perusahaanobjek. Disinilah kajian komunikasi kembali relevan dihubungkan dengan citra, yakni suatu usaha mengkonstruksi pesan untuk disebarluaskan kepada khalayak sehingga hasil dari konstruksi pesan tersebut dapat dipersepsikan oleh khalayak sesuai dengan pengkonstruksi pesan. Konstruksi sebuah pesan melalui symbol- simbol verbal menjadi kajian tersendiri dalam kajian humas. Bahkan mungkin ini merupakan periode terpanjang dalam paradigm kerja humas. Para praktisi humas selalu diberi beban yang lebih dalam upaya mengkonstruksi pesan- pesan perusahaan melalui media publisitas. Keahlian menulis, memilih kata, diksi, metafora dan kalimat-kalimat tertentu yang sering ditugaskan kepada para praktisi humas kadangkala menjebak para praktisi untuk menggunakan 8 bahasa sebagai pemanis, retoris, eupimisme bahasa. Semua dilakukan demi sebuah citra atau image www.fridakusumastuti.multyply.com, diakses tanggal 19 Juni 2009 pukul 21.30 WIB. Katz dalam Soemirat dan Ardianto 2007:113 Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan disektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.

a. Proses Pembentukan Citra

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian system komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, menurut Danasaputra dalam Soemirat dan Ardianto, 2007:115-116 sebagai berikut : Sumber : soemirat dan ardianto, 2007:115 Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenal Stimulus Kognisi Persepsi Sikap Motivasi Stimulus Rangsang Respon Perilaku 9 Public relation digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-motivasi-sikap. Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus rangsang yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari organisasi, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut sebagai “picture in our head” oleh Walter Lipman. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. PERSEPSI diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsure lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu. KOGNISI yaitu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan 10 ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. MOTIF adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. SIKAP adalah kecendungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku, tetapi merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.

b. Jenis-Jenis Citra