Pengaruh Jenis Asam Organik Dan Perbandingan Sari Markisa Dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992).

Tablet Effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari buah dan bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan ke dalam air, akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan larutan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2).

Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya dalam waktu kurang dari satu menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga memberikan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Arya, 2004).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbon dioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

Asam Tartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbon dioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian


(2)

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervescent jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses pencampuran

Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk, densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel. Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Arya, 2004).

2. Proses pencetakan tablet

Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat dan penghancur harus memiliki sifat alir dann kompresibilitas yang baik.


(3)

Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas (Arya, 2004).

Pada pembuatan tablet effervescent suhu dan RH (relative humidity) merupakan salah satu faktor yang sangat penting. RH yang rendah dan suhu yang rendah (cool) sangat penting untuk mencegah proses granulasi dan pembentukan tablet dari penyerapan uap air, yang menyebabkan ketidakstabilan tablet. Ruangan ber-RH maksimal 25% dan bersuhu 25oC, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent (Lieberman, et al., 1992).

Asam Organik

Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik seperti asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat dan asam tartarat (Winarno, 2002).

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992).


(4)

Asam tartarat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber asam effervescent. Asam tartarat kelarutannya lebih baik dan lebih higroskopis dibandingkan asam sitrat (Lieberman, et al., 1992).

Asam malat merupakan asam yang digunakan dalam sistem effervescent. Asam ini bersifat higroskopis dan kelarutannya relatif cukup baik. Kekuatan asamnya lebih kecil dari asam sitrat dan asam tartarat tetapi dapat menghasilkan reaksi karbonasi ketika direaksikan dengan sumber basa (Lieberman, et al., 1992).

Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam air. Vitamin C ditemukan hampir sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar (Winarno, 2002).

Markisa

Markisa yang ada di Indonesia dikenal ada dua jenis, yaitu markisa yang berwarna ungu (Passiflora edulis SIMS), yang dikenal dengan sebutan buah negeri atau siuh, dan markisa yang buahnya kuning disebut (Passiflora laurifolia L.), yang dikenal dengan sebutan buah susu atau konyal. P.edulis (buah negeri) memiliki rasa yang asam dan cocok ditanam pada dataran tinggi, sedangkan P. laurifolia (buah konyal) memiliki rasa yang agak manis dan cocok ditanam di dataran rendah. Meskipun demikian keduanya memiliki bentuk tanaman yang sama dan mahkota bunganya keduanya berwarna ungu keputih-putihan. Bunganya berkelamin dua (hermaphrodite) dan memiliki aroma khas harum namun memilki biji yang banyak. Markisa jenis P.edulis SIMS jarang dikonsumsi dalam bentuk segar karena rasanya yang asam. Di Indonesia masih terdapat balewa atau markisa besar yang disebut dengan erbis (Passiflora quadrangularis L.). Buah erbis ini


(5)

umumnya hanya ditanam di dataran rendah dan buahnya hanya untuk sari buah segar (Sunarjono, 1997).

Musim buah terjadi pada bulan Desember sampai Februari, sedangkan pada bulan Juni, Juli dan Agustus hasilnya sangat rendah. Bagian-bagian buah markisa terdiri dari bagian kulit sebesar 51% dan bagian isi sebesar 49%. Bagian isi terdiri dari biji sebesar 20,2% dan sari buah sebesar 28,8%. Sari berwarna

kuning kemerah-merahan dan rasanya asam dengan pH 3,0-4,5 (Faatmah, et al., 1985).

Buah famili Passiflora mengandung banyak sari buah dan daging buahnya selalu dimanfaatkan, namun pada markisa spesies Passiflora quadrangularis daginga buah yang rasanya khas hanya dimanfaatkan untuk sari buah segar. Akan tetapi daging buah yang matanglah yang merupakan produk utama. Sari buah

dapat dicampur dengan jeruk manis, papaya dan jambu biji (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Markisa

Sari markisa adalah cairan yang di ekstrak, diperas atau dikeluarkan dari bagian buah dengan penekanan atau pengepresan atau dengan cara mekanis lain dan umumnya digunakan untuk minuman segar. Sari buah markisa kaya dengan zat nutrisi dan merupakan sumber vitamin C yang baik. Komposisi sari markisa sangat tergantung pada varietas buah markisa (Tollerd dan Timberlake, 1971).


(6)

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan

Komposisi Jumlah Kalori (Kal) 51,00 Protein (g) 0,40 Lemak (g) 0,10 Karbohidrat (g) 13,60 Kapur (mg) 3,60 Fosfor (mg) 12,50 Besi (mg) 0,20 Vitamin A (IU) 717,00 Vitamin B (mg) 0,10 Vitamin C (mg) 30,00 Air (g) 85,60 Abu (g) 0,30 Sumber: Rismunandar, (1986).

Daging buah markisa banyak mengandung sari buah. Karena rasanya yang khas, daging buah markisa dapat dicampur dengan buah-buahan yang lain. Daging buah ini dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah menjadi konsentrat sari buah atau sirup. Daging buah markisa kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi 88 g air; 0,9 g protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 20 mg fosfor; 0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C, nilai energinya mencapai 170 kJ/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Terung Belanda

Terung belanda (Syphomandra betacea) diduga berasal dari pegunungan Andes wilayah Peru. Kemudian disebarkan ke sebagian besar dataran tinggi tropis (di tempat tersebut dijadikan tanaman peliharaan kembali) di daerah sub tropis, dan juga di beberapa daerah yang memiliki iklim sedang. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di daerah Sumatera Utara seperti di daerah Tanah Karo yang telah lama dibudidayakan (Verheij dan Coronel, 1997).


(7)

Buah terung belanda dimanfaatkan untuk berbagai bahan makanan seperti konsentrat, sirup dan dodol. Setiap 100 g bagian buah terung belanda yang dapat dimakan mengandung air 85%; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10 g; serat 1,4-4,2 g; abu 0,7 g;vitamin A 150-500 SI dan vitamin C 25 mg. sebagian vitamin akan hilang dengan perebusan (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Terung Belanda

Komposisi kimia terung belanda secara umum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan

Komposisi Jumlah Kalori (Kal) 48,00 Protein (g) 1,50 Lemak (g) 0,30 Karbohidrat (g) 11,30 Kalsium (mg) 13,00 Fosfor (mg) 24,00 Besi (mg) 0,80 Vitamin A (SI) 0,00 Vitamin B (mg) 0,04 Vitamin C (mg) 17,00 Air (g) 85,90 B.d.d (%) 73,00

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., (1996).

Bahan-bahan Tambahan Gula Sukrosa

Sukrosa adalah polisakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi (Almatsier, 2001).


(8)

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba (Buckle, et al., 1987).

Acesulfame

Pemanis baru, yang diizinkan sejak tahun 1988, ialah K-asesulfam. Pemanis ini adalah garam kalium 6-metil-1,2,3-oksatiozina-4 (3H)-on-2,2-dioksida dan merupakan glikosida fenolik. Senyawa ini berbentuk serbuk kristal dengan kemanisan sekitar 200 kali kemanisan gula. Daya memaniskannya bergantung sampai tingkat tertentu, pada keasaman makanan yang ditambahi senyawa ini. K-asesulfam menurut laporan lebih stabil dari pada pemanis lain. Pemanis hidrokarbon diperoleh dari glikosida fenolik yang terdapat dalam kulit jeruk. Senyawa seperti ini dapat diperoleh dari jeruk, anggur atau dari flavanoid neophesperidin (deMan, 1997).

Aroma

Aroma buah-buahan disebabkan oleh berbagai ester yang bersifat volatil.

Proses timbulnya aroma ini pada bahan yang berbeda tidak sama. Pada buah-buahan, produksi senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa klimakterik (Winarno, 2002).

Aroma buatan sering sekali ditambahkan pada minuman yang tidak menggunakan bahan sari buah atau buah yang digunakan sebagai bahan dasar


(9)

jumlahnya relatif rendah. Apabila perbandingan air yang digunakan sangat besar dibandingkan bubur buahnya,maka perlu ditambahkan aroma untuk menutupi kekurangan tersebut (Satuhu, 1994).

Gelatin

Gelatin adalah protein ynag diperoleh dari kolagen tak larut. Meskipun gelatin dapat dibuat dari bermacam-macam hasil tambahan hewan, kulit merupakan sumber umum produksi gelatin. Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan berikut :

1. Pemutusan sejumlah terbatas ikatan peptida untuk memperpendek rantai 2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai 3. Perubahan konfigurasi rantai

Perubahan terakhir merupakan satu-satunya perubahan penting untuk perubahan kolagen menjadi gelatin. Proses pembentuk gel kemungkinan berkaitan erat dengan adanya gugus guanidin arginin (deMan, 1997).

Gelatin diekstrak dari jaringan tubuh hewan khususnya dari kulit dan tulang hewani, umumnya dari tulang sapi atau hewan memamah biak lainnya. Jaringan-jaringan tersebut diletakkan dalam larutan alkali lemah selama seminggu kemudian dididihkan untuk mendapatkan gelatin. Gelatin merupakan bentuk gel yang stabil pada suhu panas yang berbentuk padat pada suhu 20oC dan Cair pada suhu 30oC, oleh karena itu gel-gel gelatin mencair didalam mulut.(Hughes, 1991).

Gelatin umum tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air pada suhu diatas 45oC, kecuali bubuk gelatin yang diperoleh dengan spray drying. Gel gelatin melembut pada suhu 25o-28oC yang mana tergantung pada sel padatannya (Tranggono, et al., 1990).


(10)

Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

NaHCO3 akan menghasilkan gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses

karbonasi. Proses yang paling penting dalam pembuatan minuman ini adalah proses karbonasi karena rasa yang spesifik dan efek yang menyegarkan diberikan oleh proses karbonasi ini. Karbonasi merupakan pelarutan CO2 di dalam air

dengan kondisi temperatur dan tekanan yang terkontrol. Penyerapan CO2 akan

semakin banyak dengan naiknya tekanan dan turunnya temperatur. Keuntungan dari menggunakan NaHCO3 adalah relatif tidak mempengaruhi rasa, harganya

relatif murah dan tingkat kemurniannya tinggi (Dania dan Hidayat, 2005).

Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular (Atwawijaya, 2004).

Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3

-HCO3- + H2O H2CO3 + OH

-HCO3- CO3- + H


(11)

ABSTRAK

IMRAN: Pengaruh Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Mutu Tablet Effervescent. Dibimbing oleh ZULKIFLI LUBIS dan HERLA RUSMARILIN.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap mutu tablet effervescent. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni jenis asam (A): (asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan asam askorbat) dan perbandingan sari markisa dan terung belanda (M): (90:10%, 80:20%, 70:30%, dan 60:40%). Parameter analisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan berpengaruh nyata terhadap kadar air. Perbandingan sari markisa dan terung belanda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air dan daya larut. Interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar vitamin C tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa). Asam askorbat dan perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10% menghasilkan tablet effervescent yang terbaik.

Kata kunci : Tablet effervescent, asam organik, sari markisa, sari terung belanda.

ABSTRACT

IMRAN: The Effect of Different Organic Acids and Composition of Marquisa and Tamarillo Juice on the Quality of Effervescent Tablet. Under the supervision of ZULKIFLI LUBIS and HERLA RUSMARILIN.

The research was performed to find the effect of different organic acids and composition of marquisa and tamarillo juice on the quality of effervescent tablet. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors i.e: different organic acids (A): (citric acid, maleic acid, tartaric acid, and ascorbic acid) and composition of marquisa and tamarillo juice (M): (90:10%, 80:20%, 70:30% and 60:40%). Parameters analysed were moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste).

The result showed that the different organic acid had highly significant effect on vitamin C content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste), and had significant effect on moisture content. The composition of marquisa and tamarillo juice had highly significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste), but had no significant effect on moisture content and solubility. The interaction of the different organic acid and composition of marquisa and tamarillo juice had highly significant effect on vitamin C content, but had no significant effect on moisture content, total acid, solubility, pH and organoleptic values (colour, flavour, and taste). Ascorbic acid and composition of marquisa and tamarillo juice of 90:10% produced the best effervescent tablet.


(12)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk hortikultura. Produk hortikultura terutama buah-buahan menempati posisi yang penting dalam hal pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi manusia, khususnya vitamin A, B dan C, mineral dan serat kasar. Pada kondisi pasca panen buah-buahan mudah sekali mengalami kerusakan, hal ini dikarenakan terjadinya perubahan pada buah baik perubahan fisiologis, kimiawi maupun mikrobiologis bila tidak diikuti dengan penanganan dan pengawetan yang tepat. Dalam jangka 5-10 hari buah menjadi tidak segar lagi, yang akhirnya mengakibatkan mutu dari buah-buahan akan turun drastis.

Karena sifatnya yang mudah rusak maka pengolahan buah-buahan adalah salah satu alternatif untuk mengantisipasi hasil panen yang berlebihan dan tidak dapat dipasarkan karena mutunya yang rendah.

Markisa dan terung belanda dapat diperoleh dari pasar lokal di daerah tropis, hampir sepanjang tahun. Buah markisa dan terung belanda tidak selamanya habis terjual terutama pada saat musim panen besar. Hal ini akan memberikan dampak merugikan bagi petani. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius sehingga buah ini dapat digunakan semaksimal mungkin.

Salah satu cara pengawetan buah-buahan tersebut adalah mengolahnya menjadi minuman berkarbonasi dalam bentuk tablet yaitu effervescent. Minuman effervescent atau tablet effervescent dapat dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent


(13)

dimasukkan ke dalam air, maka akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga menghasilkan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Di samping menghasilkan larutan yang jernih, rasanya juga enak

karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki cita rasa. Pada pembuatan tablet effervescent selain sumber asam dan karbonat, ada faktor lain yang memiliki pengaruh seperti bahan pengikat, bahan cita rasa dan penambahan warna.

Penambahan natrium bikarbonat (NaHCO3) dan asam organik sangat

mempengaruhi tablet effervescent yang dihasilkan. Sumber karbonat yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah NaHCO3 yang memiliki

daya larut sangat baik di dalam air. Sedangkan jenis asam organik yang sering digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan asam askorbat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi di dalam air dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap aroma dan rasa. Penambahan asam juga berperan dalam menurunkan pH. Oleh karena itu diperlukan konsentrasi NaHCO3 dan konsentrasi asam yang tepat untuk

memperoleh tablet effervescent dengan kelarutan yang baik di dalam air.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent”


(14)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap mutu tablet effervescent.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri tablet effervescent.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh jenis asam organik, perbandingan sari markisa dan terung belanda dan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap mutu tablet effervescent.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992).

Tablet Effervescent dibuat dengan cara mengempa formulasi sari buah dan bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan ke dalam air, akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan larutan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2).

Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya dalam waktu kurang dari satu menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga memberikan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Arya, 2004).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbon dioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

Asam Tartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbon dioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian


(16)

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervescent jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses pencampuran

Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk, densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel. Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Arya, 2004).

2. Proses pencetakan tablet

Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat dan penghancur harus memiliki sifat alir dann kompresibilitas yang baik.


(17)

Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas (Arya, 2004).

Pada pembuatan tablet effervescent suhu dan RH (relative humidity) merupakan salah satu faktor yang sangat penting. RH yang rendah dan suhu yang rendah (cool) sangat penting untuk mencegah proses granulasi dan pembentukan tablet dari penyerapan uap air, yang menyebabkan ketidakstabilan tablet. Ruangan ber-RH maksimal 25% dan bersuhu 25oC, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent (Lieberman, et al., 1992).

Asam Organik

Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik seperti asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat dan asam tartarat (Winarno, 2002).

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992).


(18)

Asam tartarat merupakan asam yang biasa digunakan sebagai sumber asam effervescent. Asam tartarat kelarutannya lebih baik dan lebih higroskopis dibandingkan asam sitrat (Lieberman, et al., 1992).

Asam malat merupakan asam yang digunakan dalam sistem effervescent. Asam ini bersifat higroskopis dan kelarutannya relatif cukup baik. Kekuatan asamnya lebih kecil dari asam sitrat dan asam tartarat tetapi dapat menghasilkan reaksi karbonasi ketika direaksikan dengan sumber basa (Lieberman, et al., 1992).

Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam air. Vitamin C ditemukan hampir sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar (Winarno, 2002).

Markisa

Markisa yang ada di Indonesia dikenal ada dua jenis, yaitu markisa yang berwarna ungu (Passiflora edulis SIMS), yang dikenal dengan sebutan buah negeri atau siuh, dan markisa yang buahnya kuning disebut (Passiflora laurifolia L.), yang dikenal dengan sebutan buah susu atau konyal. P.edulis (buah negeri) memiliki rasa yang asam dan cocok ditanam pada dataran tinggi, sedangkan P. laurifolia (buah konyal) memiliki rasa yang agak manis dan cocok ditanam di dataran rendah. Meskipun demikian keduanya memiliki bentuk tanaman yang sama dan mahkota bunganya keduanya berwarna ungu keputih-putihan. Bunganya berkelamin dua (hermaphrodite) dan memiliki aroma khas harum namun memilki biji yang banyak. Markisa jenis P.edulis SIMS jarang dikonsumsi dalam bentuk segar karena rasanya yang asam. Di Indonesia masih terdapat balewa atau markisa besar yang disebut dengan erbis (Passiflora quadrangularis L.). Buah erbis ini


(19)

umumnya hanya ditanam di dataran rendah dan buahnya hanya untuk sari buah segar (Sunarjono, 1997).

Musim buah terjadi pada bulan Desember sampai Februari, sedangkan pada bulan Juni, Juli dan Agustus hasilnya sangat rendah. Bagian-bagian buah markisa terdiri dari bagian kulit sebesar 51% dan bagian isi sebesar 49%. Bagian isi terdiri dari biji sebesar 20,2% dan sari buah sebesar 28,8%. Sari berwarna

kuning kemerah-merahan dan rasanya asam dengan pH 3,0-4,5 (Faatmah, et al., 1985).

Buah famili Passiflora mengandung banyak sari buah dan daging buahnya selalu dimanfaatkan, namun pada markisa spesies Passiflora quadrangularis daginga buah yang rasanya khas hanya dimanfaatkan untuk sari buah segar. Akan tetapi daging buah yang matanglah yang merupakan produk utama. Sari buah

dapat dicampur dengan jeruk manis, papaya dan jambu biji (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Markisa

Sari markisa adalah cairan yang di ekstrak, diperas atau dikeluarkan dari bagian buah dengan penekanan atau pengepresan atau dengan cara mekanis lain dan umumnya digunakan untuk minuman segar. Sari buah markisa kaya dengan zat nutrisi dan merupakan sumber vitamin C yang baik. Komposisi sari markisa sangat tergantung pada varietas buah markisa (Tollerd dan Timberlake, 1971).


(20)

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan

Komposisi Jumlah Kalori (Kal) 51,00 Protein (g) 0,40 Lemak (g) 0,10 Karbohidrat (g) 13,60 Kapur (mg) 3,60 Fosfor (mg) 12,50 Besi (mg) 0,20 Vitamin A (IU) 717,00 Vitamin B (mg) 0,10 Vitamin C (mg) 30,00 Air (g) 85,60 Abu (g) 0,30 Sumber: Rismunandar, (1986).

Daging buah markisa banyak mengandung sari buah. Karena rasanya yang khas, daging buah markisa dapat dicampur dengan buah-buahan yang lain. Daging buah ini dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah menjadi konsentrat sari buah atau sirup. Daging buah markisa kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi 88 g air; 0,9 g protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 20 mg fosfor; 0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C, nilai energinya mencapai 170 kJ/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Terung Belanda

Terung belanda (Syphomandra betacea) diduga berasal dari pegunungan Andes wilayah Peru. Kemudian disebarkan ke sebagian besar dataran tinggi tropis (di tempat tersebut dijadikan tanaman peliharaan kembali) di daerah sub tropis, dan juga di beberapa daerah yang memiliki iklim sedang. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di daerah Sumatera Utara seperti di daerah Tanah Karo yang telah lama dibudidayakan (Verheij dan Coronel, 1997).


(21)

Buah terung belanda dimanfaatkan untuk berbagai bahan makanan seperti konsentrat, sirup dan dodol. Setiap 100 g bagian buah terung belanda yang dapat dimakan mengandung air 85%; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10 g; serat 1,4-4,2 g; abu 0,7 g;vitamin A 150-500 SI dan vitamin C 25 mg. sebagian vitamin akan hilang dengan perebusan (Verheij dan Coronel, 1997).

Komposisi Kimia Terung Belanda

Komposisi kimia terung belanda secara umum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia terung belanda per 100 g bahan

Komposisi Jumlah Kalori (Kal) 48,00 Protein (g) 1,50 Lemak (g) 0,30 Karbohidrat (g) 11,30 Kalsium (mg) 13,00 Fosfor (mg) 24,00 Besi (mg) 0,80 Vitamin A (SI) 0,00 Vitamin B (mg) 0,04 Vitamin C (mg) 17,00 Air (g) 85,90 B.d.d (%) 73,00

Sumber : Departemen Kesehatan R.I., (1996).

Bahan-bahan Tambahan Gula Sukrosa

Sukrosa adalah polisakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi (Almatsier, 2001).


(22)

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba (Buckle, et al., 1987).

Acesulfame

Pemanis baru, yang diizinkan sejak tahun 1988, ialah K-asesulfam. Pemanis ini adalah garam kalium 6-metil-1,2,3-oksatiozina-4 (3H)-on-2,2-dioksida dan merupakan glikosida fenolik. Senyawa ini berbentuk serbuk kristal dengan kemanisan sekitar 200 kali kemanisan gula. Daya memaniskannya bergantung sampai tingkat tertentu, pada keasaman makanan yang ditambahi senyawa ini. K-asesulfam menurut laporan lebih stabil dari pada pemanis lain. Pemanis hidrokarbon diperoleh dari glikosida fenolik yang terdapat dalam kulit jeruk. Senyawa seperti ini dapat diperoleh dari jeruk, anggur atau dari flavanoid neophesperidin (deMan, 1997).

Aroma

Aroma buah-buahan disebabkan oleh berbagai ester yang bersifat volatil.

Proses timbulnya aroma ini pada bahan yang berbeda tidak sama. Pada buah-buahan, produksi senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa klimakterik (Winarno, 2002).

Aroma buatan sering sekali ditambahkan pada minuman yang tidak menggunakan bahan sari buah atau buah yang digunakan sebagai bahan dasar


(23)

jumlahnya relatif rendah. Apabila perbandingan air yang digunakan sangat besar dibandingkan bubur buahnya,maka perlu ditambahkan aroma untuk menutupi kekurangan tersebut (Satuhu, 1994).

Gelatin

Gelatin adalah protein ynag diperoleh dari kolagen tak larut. Meskipun gelatin dapat dibuat dari bermacam-macam hasil tambahan hewan, kulit merupakan sumber umum produksi gelatin. Proses perubahan kolagen menjadi gelatin melibatkan tiga perubahan berikut :

1. Pemutusan sejumlah terbatas ikatan peptida untuk memperpendek rantai 2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai 3. Perubahan konfigurasi rantai

Perubahan terakhir merupakan satu-satunya perubahan penting untuk perubahan kolagen menjadi gelatin. Proses pembentuk gel kemungkinan berkaitan erat dengan adanya gugus guanidin arginin (deMan, 1997).

Gelatin diekstrak dari jaringan tubuh hewan khususnya dari kulit dan tulang hewani, umumnya dari tulang sapi atau hewan memamah biak lainnya. Jaringan-jaringan tersebut diletakkan dalam larutan alkali lemah selama seminggu kemudian dididihkan untuk mendapatkan gelatin. Gelatin merupakan bentuk gel yang stabil pada suhu panas yang berbentuk padat pada suhu 20oC dan Cair pada suhu 30oC, oleh karena itu gel-gel gelatin mencair didalam mulut.(Hughes, 1991).

Gelatin umum tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air pada suhu diatas 45oC, kecuali bubuk gelatin yang diperoleh dengan spray drying. Gel gelatin melembut pada suhu 25o-28oC yang mana tergantung pada sel padatannya (Tranggono, et al., 1990).


(24)

Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

NaHCO3 akan menghasilkan gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses

karbonasi. Proses yang paling penting dalam pembuatan minuman ini adalah proses karbonasi karena rasa yang spesifik dan efek yang menyegarkan diberikan oleh proses karbonasi ini. Karbonasi merupakan pelarutan CO2 di dalam air

dengan kondisi temperatur dan tekanan yang terkontrol. Penyerapan CO2 akan

semakin banyak dengan naiknya tekanan dan turunnya temperatur. Keuntungan dari menggunakan NaHCO3 adalah relatif tidak mempengaruhi rasa, harganya

relatif murah dan tingkat kemurniannya tinggi (Dania dan Hidayat, 2005).

Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular (Atwawijaya, 2004).

Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3

-HCO3- + H2O H2CO3 + OH

-HCO3- CO3- + H


(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2010 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah markisa dan terung belanda yang dibeli dari Pasar Sore Padang Bulan, Medan. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir yang diperoleh dari Pasar Sore Padang Bulan, Medan.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iodin 0,01N, NaOH 0,1N, aquadest, asam sitrat, asam malat, asam tartarat, dan asam askorbat.

Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, erlenmeyer, blender, cawan aluminium, oven, pipet tetes, pH-meter, cawan petri, tabung reaksi dan gelas beaker.


(26)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:

faktor I : jenis asam organik (A) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: A1 = Asam Sitrat

A2 = Asam Malat

A3 = Asam Tartarat

A4 = Asam Askorbat

faktor II : Perbandingan sari markisa dan terung belanda (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

M1 = 90 : 10

M2 = 80 : 20

M3 = 70 : 30

M4 = 60 : 40

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15 16 (n-1) ≥ 15 16 n ≥ 30

n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2


(27)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial dengan model sebagai berikut:

Ŷijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor A pada taraf ke-i

βj : Efek faktor M pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Buah markisa dan terung belanda yang segar dipilih yang benar-benar baik dan dibersihkan terlebih dahulu. Buah markisa dan terung belanda yang telah dibersihkan kemudian diblansing selama 5 menit, kemudian ditiriskan lalu dipotong, buah terung belanda yang telah dipotong dicampur dengan air masak dengan perbandingan (1:1) lalu diambil sarinya dengan blender, sedangkan markisa diambil sarinya dengan blender tanpa penambahan air dan kemudian


(28)

disaring untuk mendapatkan sari buah dengan perbandingan sari markisa dan terung belanda 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30 dan 60 : 40 sebanyak 200g.

Campuran sari buah sebanyak 200g ditambahkan aroma markisa sebanyak 3 tetes dimasak sampai volume menjadi 1/3 volume semula lalu pemasakan dihentikan. Kemudian ditambahkan tepung gula 100g, masing-masing asam sitrat, malat, tartarat dan askorbat sebanyak 1% sambil terus diaduk sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC. Tepung yang terbentuk, dihaluskan dengan blender. Untuk menyeragamkan ukuran kehalusannya, tepung tersebut diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh.

Tepung hasil ayakan ditambahkan Natrium bikarbonat (NaHCO3) 3%,

gelatin 3% dan acesulfame 1% lalu dicetak. Tablet effervescent yang dihasilkan dikemas dengan menggunakan plastik dan ditutup dengan rapat dengan menggunakan plastic clip sehingga udara tidak dapat masuk.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap parameter sebagai berikut:

1. Kadar air (%) 2. Kadar vitamin C 3. Total asam 4. Daya larut 5. pH


(29)

1. Penentuan Kadar Air (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.

Kadar air = x100%

awal berat

akhir berat awal

berat

2. Penentuan Kadar Vitamin C (Ranganna, 1977)

Ditimbang bahan sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan disaring dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi dengan Iodium 0,01N. Titrasi dianggap selesai bila telah terbentuk warna biru stabil.

Vitamin C = ml I2 0,01N x 0,88 x fp x 100

Berat Contoh Fp = faktor pengencer (10) 1 ml I2 0,01N = 0,88 mg vitamin C


(30)

3. Penentuan Total Asam (Ranganna, 1977)

Bahan ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan phenolptalein 1% 2-3 tetes. Kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.

Total asam = ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x fp x 100 % Berat contoh (gr) x 1000 x valensi asam

fp = faktor pengencer

Asam dominan = Asam sitrat (C6H8O7), BM = 192, valensi = 3 4. Penentuan Daya Larut (%) (SNI 06-1451-1989)

Ditimbang bahan sebanyak 2 gr lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan air panas sampai tanda tera. Dikocok selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian diambil 10 ml dan dituang ke dalam cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama 80oC untuk 1 jam pertama, lalu langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua dan dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30 menit, lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.


(31)

Daya larut = 10 ( A – B ) x 100% C

Keterangan : A = Berat akhir

B = Berat cawan porselin C = Berat sampel

5. Penentuan pH

Bahan berupa tablet effervescent dilarutkan dalam air kemudian diukur pH dengan menggunakan pH-meter.

6. Penentuan Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (numerik)

Uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa terhadap tablet effervescent yang dihasilkan dari sari markisa dan terung belanda dilakukan kepada 10 orang panelis pada hari ke-1 dengan ketentuan uji hedonik sebagai berikut:

Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma dan rasa Skala hedonik Skala numerik Sangat suka 4

Suka 3 Agak suka 2 Tidak suka 1


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Markisa Pencucian

Blansing

Pengambilan Sari Buah dengan Blender

Penyaringan

Sari Markisa

Terung Belanda

Pencucian

Blansing

Pengambilan Sari Buah (Buah : air = 1:1) dengan Blender

Penyaringan Sari Terung Belanda

Pencampuran Sari

Pemasakan 90oC Hingga 1/3 Bagian

Markisa : Terung Belanda M1 = 90 : 10

M2 = 80 : 20

M3 = 70 : 30

M4 = 60 : 40

Penambahan Gula 100g Homogenisasi

Pengeringan dengan Oven 60oC

Penepungan

Pencetakan Tablet Pengemasan

Analisa

Penambahan NaHCO3 3%,

Acesulfamme 1%, Gelatin 3% Penambahan Asam 1%

A1 = Asam Sitrat

A2 = Asam Malat

A3 = Asam Tartarat

A4 = Asam Askorbat

Gambar 1. Skema pembuatan tablet effervescent dari sari markisa dan terung belanda Penambahan Aroma


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Asam Organik Terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) seperti pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Pengaruh jenis asam organik terhadap parameter yang diamati Jenis Asam

Organik

Kadar Air (%)

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Total Asam (%)

Daya Larut

(%) pH

Uji Organoleptik A1=Asam

Sitrat 5,78 155,00 0,31 90,30 4,79 2,90

A2=Asam

Malat 5,90 137,00 0,30 88,25 4,74 2,92

A3=Asam

Tartarat 6,08 154,18 0,31 99,67 4,39 2,94

A4=Asam

Askorbat 6,24 203,28 0,35 99,38 4,38 3,05

Tabel 4 memperlihatkan bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A4

(asam askorbat) yaitu sebesar 6,24% dan terendah pada perlakuan A1 (asam sitrat)

yaitu sebesar 5,78%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A4 (asam

askorbat) yaitu sebesar 203,28 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2

(Asam Malat) yaitu sebesar 137,00 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 0,35% dan terendah pada

perlakuan A2 (asam malat) yaitu sebesar 0,30%. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan A3 (asam tartarat) yaitu sebesar 99,67% dan terendah terdapat pada

perlakuan A2 (asam malat) yaitu sebesar 88,25%. pH tertinggi terdapat pada


(34)

perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 4,38. Uji rganoleptik tertinggi terdapat

pada perlakuan A4 (asam askorbat) yaitu sebesar 3,05 dan terendah terdapat pada

perlakuan A1 (asam sitrat) yaitu sebesar 2,90.

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik (warna,aroma dan rasa) seperti pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap parameter yang diamati

Perbandingan Sari Markisa dan Terung

Belanda

Kadar Air (%)

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Total Asam (%)

Daya

Larut (%) pH

Uji Organoleptik M1= 90% : 10% 6,12 166,01 0,34 94,71 4,52 3,04

M2= 80% : 20% 6,06 164,05 0,33 94,47 4,55 2,96

M3= 70% : 30% 5,95 160,30 0,31 94,20 4,60 2,91

M4= 60% : 40% 5,87 159,09 0,29 94,23 4,63 2,90

Tabel 5 memperlihatkan bahwa perbandingan sari markisa dan dan terung belanda memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung

belanda 90:10%) yaitu sebesar 6,12% dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 5,87%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa

dan terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 166,01 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari markisa dan terung belanda


(35)

perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10%) yaitu

sebesar 0,34% dan terendah terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari

markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 0,29%. Daya larut tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan terung belanda

90:10%) yaitu sebesar 94,71% dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 94,23%. pH tertinggi terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari markisa dan terung

belanda 60:40%) yaitu sebesar 4,63 dan terendah terdapat pada perlakuan M1

(perbandingan sari markisa dan terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 4,52. Uji organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (perbandingan sari markisa dan

terung belanda 90:10%) yaitu sebesar 3,04 dan terendah terdapat pada perlakuan M4 (perbandingan sari markisa dan terung belanda 60:40%) yaitu sebesar 2,90.

Kadar Air (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa jenis asam askorbat memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air tablet effervescent. Hasil uji LSR pengauh jenis asam organik terhadap kadar air tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 6 berikit ini.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 5,78 b A

2 0,32 0,44 A2 = Asam Malat 5,90 b A

3 0,33 0,46 A3 = Asam Tartarat 6,08 ab A

4 0,34 0,47 A4 = Asam Askorbat 6,24 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)


(36)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata

dengan A2 dan A3, berbeda nyata dengan A4. Perlakuan A2 berbeda tidak nyata

dengan A3 dan berbeda nyata dengan A4. Perlakuan A3 berbeda tidak nyata

dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar 6,24%

dan terendah pada perlakuan A1 yaitu sebesar 5,78%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar air tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan asam sitrat menyebabkan kadar air tablet effervescent relatif rendah hal ini karena asam sitrat dan garam natrium sangat stabil dalam keadaan tanpa air, tetapi dalam keadaan ada air dan oksigen atau bahan pengoksidasi lainnya maka asam sitrat menjadi sangat labil (Winarno, 1995). Penambahan asam askorbat menghasilkan kadar air yang relatif tinggi, karena asam askorbat dapat bersifat antioksidan, sehingga tablet effervescent lebih stabil.

Gambar 2. Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar air (%)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang

5,40 5,70 6,00 6,30

A1=Asam Sitrat

A2=Asam Malat

A3=Asam Tartarat

A4=Asam Askorbat

K

a

d

a

r

A

ir

(

%

)


(37)

berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap kadar air (%).

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi jenis asam organik dan dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap kadar vitamin C tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 155,00 b B

2 1,57 2,16 A2 = Asam Malat 137,00 c C

3 1,65 2,27 A3 = Asam Tartarat 154,18 b B

4 1,69 2,33 A4 = Asam Askorbat 203,28 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2 dan A4, dan berbeda tidak nyata dengan A3. Perlakuan A2 berbeda

sangat nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4.


(38)

Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu sebesar 203,28

mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2 yaitu sebesar 137,00 mg/100 g

bahan.

Hubungan antara jenis asam organik dengan kadar vitamin C tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa tablet effervescent yang menggunakan asam askorbat dan asam sitrat memiliki kadar vitamin C yang tinggi karena adanya kandungan asam dapat menghambat proses oksidasi vitamin C dalam bahan. Oksidasi tidak akan terjadi bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam (Winarno, 2002).

Gambar 3. Hubungan antara jenis asam organik terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent. Hasil

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 A1=Asam Sitrat A2=Asam Malat A3=Asam Tartarat A4=Asam Askorbat K a d a r V it a m in C ( m g /1 0 0 g b a h a n )


(39)

uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda dengan kadar vitamin C dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi 0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 166,01 a A

2 1,57 2,16 M2= 80% : 20% 164,05 b A

3 1,65 2,27 M3= 70% : 30% 160,30 c B

4 1,69 2,33 M4= 60% : 40% 159,09 c B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan

M2, dan berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat

nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4. Kadar

vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 yaitu sebesar 166,01 mg/100 g

bahan dan terendah pada perlakuan M4 yaitu sebesar 159,09 mg/100 g bahan.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda dengan kadar vitamin C tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin rendah perbandingan sari markisa maka kadar vitamin C tablet effervescent semakin menurun. Markisa merupakan sumber vitamin C yang tinggi yaitu sebesar 30 mg/100 g bahan (Rismunandar, 1986), sehingga dengan menurunnya perbandingan sari markisa maka kadar vitamin C semakin menurun.


(40)

Gambar 4. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Dari Tabel 9 di bawah dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A4M1 yaitu sebesar 210,00

mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan A2M4 yaitu sebesar 133,35 mg/100

g bahan. 154,00 156,00 158,00 160,00 162,00 164,00 166,00 168,00

M1=90:10 M2=80:20 M3=70:30 M4=60:40

K a d a r V it a m in C ( m g /1 0 0 g b a h a n )


(41)

Tabel 9. Uji LSR efek utama interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1M1 157,50 e C

2 3,140 4,322 A1M2 156,50 ef C

3 3,297 4,542 A1M3 152,70 gh CD

4 3,380 4,657 A1M4 153,30 fgh CD

5 3,454 4,751 A2M1 139,65 i E

6 3,496 4,814 A2M2 137,50 i EF

7 3,527 4,887 A2M3 137,50 i EF

8 3,548 4,940 A2M4 133,35 j F

9 3,569 4,982 A3M1 156,90 e C

10 3,590 5,013 A3M2 156,00 efg C

11 3,590 5,044 A3M3 150,50 h D

12 3,600 5,065 A3M4 153,30 fgh CD

13 3,600 5,086 A4M1 210,00 a A

14 3,611 5,107 A4M2 206,20 b A

15 3,611 5,128 A4M3 200,50 c B

16 3,621 5,139 A4M4 196,40 d B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Hubungan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan sari markisa dan dengan penambahan jenis asam seperti asam askorbat maka semakin tinggi kadar vitamin C tablet effervescent. Hal ini disebabkan karena markisa mengandung kadar vitamin C yang tinggi dan juga karena adanya kandungan asam yang dapat menghambat proses oksidasi vitamin C pada sari markisa. Oksidasi tidak akan terjadi bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam (Winarno, 2002).


(42)

Gambar 5. Hubungan interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari

markisa dan terung belanda dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Total Asam (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Total Asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap total asam tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap total asam (%)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 0,314 b B

2 0,010 0,013 A2 = Asam Malat 0,296 c C

3 0,010 0,014 A3 = Asam Tartarat 0,308 b BC

4 0,011 0,015 A4 = Asam Askorbat 0,349 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2 dan A4, dan berbeda tidak nyata dengan A3. Perlakuan A2 berbeda

nyata dengan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A3 berbeda

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 K a d a r v it a m in C ( m g /1 0 0 g b a h a n )

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)

A1=asam sitrat A2=asam malat A3=asam tartarat A4=asam askorbat


(43)

sangat nyata dengan A4. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 yaitu

sebesar 0,349% dan terendah pada perlakuan A3 yaitu sebesar 0,308%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap total asam tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa dengan penambahan asam askorbat dan asam sitrat, total asam produk meningkat, hal ini dikarenakan asam askorbat dan asam sitrat merupakan jenis asam kuat dan juga karena kecenderungan penambahan asam akan menyebabkan total asam meningkat.

Gambar 6. Hubungan antara jenis asam organik terhadap total asam (%)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

0,27 0,28 0,29 0,30 0,31 0,32 0,33 0,34 0,35 0,36

A1=Asam Sitrat

A2=Asam Malat

A3=Asam Tartarat

A4=Asam Askorbat

T

o

ta

l A

sa

m

(

%

)

Jenis Asam Organik


(44)

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam (%)

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi 0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 0,340 a A

2 0,010 0,013 M2= 80% : 20% 0,326 b A

3 0,010 0,014 M3= 70% : 30% 0,309 c B

4 0,011 0,015 M4= 60% : 40% 0,292 d C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan

M2,M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3

berbeda nyata dengan M4. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 yaitu

sebesar 0,340% dan terendah pada perlakuan M4 yaitu sebesar 0,292%.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam tablet effervescent dapt dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan semakin tinggi perbandingan sari markisa maka semakin meningkat total asam tablet effervescent. Oksidasi tidak akan terjadi bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam (Winarno, 2002), sehingga dengan kata lain total asam markisa sangat tinggi sehingga dengan meningkatnya perbandingan sari markisa, maka meningkat pula total asam tablet effervescent.


(45)

Gambar 7. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap total asam (%)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Total Asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap total asam tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Daya Larut (%)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap daya larut tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

0,26 0,27 0,28 0,29 0,30 0,31 0,32 0,33 0,34 0,35

M1=90:10 M2=80:20 M3=70:30 M4=60:40

T

o

ta

l A

sa

m

(

%

)

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)


(46)

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap daya larut (%)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 90,31 b B

2 0,40 0,55 A2 = Asam Malat 88,25 c C

3 0,42 0,58 A3 = Asam Tartarat 99,67 a A

4 0,43 0,59 A4 = Asam Askorbat 99,32 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda tidak nyata dengan A4. Daya larut tertinggi diperoleh pada

perlakuan A3 yaitu sebesar 99,67% dan terendah pada perlakuan A2 yaitu sebesar

88,25%.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap daya larut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan bahwa daya larut tablet effervescent sangat tinggi dengan penambahan asam tartarat. Dengan menggunakan asam tartarat saja akan menghasilkan tablet effervescent yang lebih mudah larut dalam air, karena kelarutan asam tartarat lebih tinggi dari pada asam yang lain (Candra, 2008).

Gambar 8. Hubungan antara jenis asam organik terhadap daya larut (%)

80,00 85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 A1=Asam Sitrat A2=Asam Malat A3=Asam Tartarat A4=Asam Askorbat D a y a L a ru t (% )


(47)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap daya larut tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh Interaksi antara Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Daya Larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi antara jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap daya larut tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

pH

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH tablet effervescent. Hasil uji LSR jenis asam organik terhadap pH tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap pH

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 4,79 a A

2 0,03 0,05 A2 = Asam Malat 4,74 b B

3 0,04 0,05 A3 = Asam Tartarat 4,39 c C

4 0,04 0,05 A4 = Asam Askorbat 4,38 c C Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)


(48)

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2,A3, dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda tidak nyata dengan A4. pH tertinggi diperoleh pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 4,79 dan terendah pada perlakuan A4 yaitu sebesar

4,38.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap pH tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa pH tablet effervescent menurun dengan penambahan asam malat dan asam askorbat. Penambahan asam malat dapat menyebabkan penurunan pH (Candra, 2008).

Gambar 9. Hubungan antara jenis asam organik terhadap pH

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.

4,10 4,20 4,30 4,40 4,50 4,60 4,70 4,80 4,90

A1=Asam Sitrat

A2=Asam Malat

A3=Asam Tartarat

A4=Asam Askorbat

p

H


(49)

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi 0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 4,52 c C

2 0,03 0,05 M2= 80% : 20% 4,55 b B

3 0,04 0,05 M3= 70% : 30% 4,60 a A

4 0,04 0,05 M4= 60% : 40% 4,63 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata

dengan M2,M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4.

Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4. pH tertinggi diperoleh pada

perlakuan M4 yaitu sebesar 4,63 dan terendah pada perlakuan M1 yaitu sebesar

4,52.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan sari markisa maka semakin rendah pH hal ini disebabkan markisa merupakan buah yang memiliki kadar vitamin C dan Asam sitrat yang tinggi.

Gambar 10. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap pH

4,45 4,50 4,55 4,60 4,65

M1=90:10 M2=80:20 M3=70:30 M4=60:40

p

H

Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda (%)


(50)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Organik dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap pH tablet effervescent yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Pengaruh Jenis Asam Organik terhadap Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna aroma dan rasa (numerik)

Jarak LSR Jenis Asam Organik Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - A1 = Asam Sitrat 2,90 b B

2 0,06 0,08 A2 = Asam Malat 2,92 b B

3 0,06 0,08 A3 = Asam Tartarat 2,94 b B

4 0,06 0,08 A4 = Asam Askorbat 3,05 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata

dengan A2 dan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A2 berbeda

tidak nyata dengan A3, dan berbeda sangat nyata dengan A4. Perlakuan A3


(51)

perlakuan A4 yaitu sebesar 3,05 dan terendah pada perlakuan A1 yaitu sebesar

2,90.

Hubungan antara jenis asam organik terhadap uji organleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa penambahan asam askorbat membuat tablet effervescent disukai oleh panelis karena asam askorbat yang ditambahkan menghasilkan rasa yang enak, dimana rasa asam yang dihasilkan dapat meningkatkan cita rasa dari tablet effervescent yang dihasilkan.

Gambar 11. Hubungan antara jenis asam organik terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

Pengaruh Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda terhadap Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap warna, aroma dan rasa tablet effervescent. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.

2,80 2,85 2,90 2,95 3,00 3,05 3,10 A1=Asam Sitrat A2=Asam Malat A3=Asam Tartarat A4=Asam Askorbat O rg a n o le p ti k W a rn a , A ro m a d a n R a sa (n u m e ri k )

Jenis Asam Organik


(52)

Tabel.16. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

Jarak

LSR Perbandingan Sari

Rataan

Notasi 0,05 0,01 Markisa dan Terung

Belanda 0,05 0,01

- - - M1= 90% : 10% 3,04 a A

2 0,06 0,08 M2= 80% : 20% 2,96 b B

3 0,06 0,08 M3= 70% : 30% 2,91 bc B

4 0,06 0,08 M4= 60% : 40% 2,90 c B

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata

dengan M2, M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda tidak nyata dengan M3, dan

berbeda sangat nyata dengan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4.

Nilai uji organoleptik warna, aroma dan rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3,04 dan terendah pada perlakuan M4 yaitu sebesar 2,90.

Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan sari markisa, maka nilai uji organoleptik warna, aroma dan rasa semakin tinggi. Hal ini disebabkan markisa memiliki warna, aroma dan rasa yang lebih enak dibanding sari terung belanda. Oleh karena itu perbandingan sari markisa yang tinggi menyebabkan warna, aroma dan rasa yang relatif tinggi.

Gambar 12. Hubungan antara perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

2,80 2,85 2,90 2,95 3,00 3,05 3,10

M1=90:10 M2=80:20 M3=70:30 M4=60:40

O rg a n o le p ti k W a rn a , A ro m a d a n R a sa ( N u m e ri k )


(53)

Pengaruh Interaksi Jenis Asam Askorbat dan Perbandingan Sari Markisa dan Terung Belanda Terhadap Uji Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik warna, aroma dan rasa tablet effervescent yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.


(54)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda terhadap parameter yang diamati dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis asam organik memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air.

2. Perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C, total asam, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) dan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan daya larut.

3. Interaksi jenis asam organik dan perbandingan sari markisa dan terung belanda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C dan memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P<0,05) terhadap kadar air, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa).


(1)

Lampiran 1. Data pengamatan kadar air (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 5,84 5,84 11,68 5,84

A1M2 5,78 5,76 11,54 5,77

A1M3 5,76 5,72 11,48 5,74

A1M4 5,66 5,86 11,52 5,76

A2M1 5,82 6,14 11,96 5,98

A2M2 5,78 6,12 11,90 5,95

A2M3 5,64 6,06 11,70 5,85

A2M4 5,63 5,98 11,61 5,81

A3M1 6,64 5,84 12,48 6,24

A3M2 6,60 5,80 12,40 6,20

A3M3 6,42 5,62 12,04 6,02

A3M4 5,66 6,02 11,68 5,84

A4M1 6,52 6,28 12,80 6,40

A4M2 6,48 6,12 12,60 6,30

A4M3 6,32 6,06 12,38 6,19

A4M4 6,16 6,00 12,16 6,08

Total 191,93

Rataan 6,00

Daftar analisis sidik ragam kadar air (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 1,3663 0,0911 1,0090 tn 2,35 3,41

A 3 0,9975 0,3325 3,6829 * 3,63 5,29

A Lin 1 0,9907 0,9907 10,9736 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,0048 0,0048 0,0526 tn 4,49 8,53

A Kub 1 0,0020 0,0020 0,0225 tn 4,49 8,53

M 3 0,2825 0,0942 1,0429 tn 3,63 5,29

M Lin 1 0,2797 0,2797 3,0985 tn 4,49 8,53

M Kuad 1 0,0007 0,0007 0,0078 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,0020 0,0020 0,0225 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,0864 0,0096 0,1063 tn 2,54 3,78

Galat 16 1,44 0,09

Total 31 2,81

Keterangan: FK = 1.151,16 KK = 5,01%

** = sangat nyata * = nyata

tn = tidak nyata


(2)

Lampiran 2. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 158,40 156,60 315,00 157,50

A1M2 156,80 156,20 313,00 156,50

A1M3 153,40 152,00 305,40 152,70

A1M4 153,90 152,70 306,60 153,30

A2M1 140,80 138,50 279,30 139,65

A2M2 138,60 136,40 275,00 137,50

A2M3 137,80 137,20 275,00 137,50

A2M4 132,90 133,80 266,70 133,35

A3M1 158,40 155,40 313,80 156,90

A3M2 155,80 156,20 312,00 156,00

A3M3 150,80 150,20 301,00 150,50

A3M4 150,40 156,20 306,60 153,30

A4M1 211,20 208,80 420,00 210,00

A4M2 206,40 206,00 412,40 206,20

A4M3 200,30 200,70 401,00 200,50

A4M4 195,60 197,20 392,80 196,40

Total 5195,60

Rataan 162,36

Daftar analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 19849,25 1323,28 604,07 ** 2,35 3,41

A 3 19506,64 6502,21 2968,20 ** 3,63 5,29

A Lin 1 10497,60 10497,60 4792,06 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 9004,82 9004,82 4110,62 ** 4,49 8,53

A Kub 1 4,22 4,22 1,93 tn 4,49 8,53

M 3 249,20 83,07 37,92 ** 3,63 5,29

M Lin 1 240,59 240,59 109,83 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 1,12 1,12 0,51 tn 4,49 8,53

M Kub 1 7,48 7,48 3,42 tn 4,49 8,53

AxM 9 93,40 10,38 4,74 ** 2,54 3,78

Galat 16 35,05 2,19

Total 31 19884,29

Keterangan: FK = 843.570,61 KK = 0,91%

** = sangat nyata * = nyata


(3)

Lampiran 3. Data pengamatan total asam (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 0,32 0,34 0,65 0,33

A1M2 0,32 0,33 0,65 0,33

A1M3 0,30 0,31 0,61 0,31

A1M4 0,30 0,30 0,60 0,30

A2M1 0,32 0,32 0,64 0,32

A2M2 0,31 0,30 0,61 0,30

A2M3 0,28 0,30 0,59 0,29

A2M4 0,26 0,28 0,54 0,27

A3M1 0,33 0,34 0,68 0,34

A3M2 0,31 0,32 0,63 0,32

A3M3 0,30 0,29 0,59 0,30

A3M4 0,28 0,29 0,56 0,28

A4M1 0,37 0,38 0,75 0,38

A4M2 0,36 0,36 0,72 0,36

A4M3 0,35 0,33 0,68 0,34

A4M4 0,32 0,31 0,63 0,32

Total 10,14

Rataan 0,32

Daftar analisis sidik ragam total asam (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 0,023309 0,001554 18,255 ** 2,35 3,41

A 3 0,012054 0,004018 47,203 ** 3,63 5,29

A Lin 1 0,005267 0,005267 61,874 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,006786 0,006786 79,720 ** 4,49 8,53

A Kub 1 0,000001 0,000001 0,014 tn 4,49 8,53

M 3 0,010416 0,003472 40,789 ** 3,63 5,29

M Lin 1 0,010401 0,010401 122,181 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,000015 0,000015 0,178 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,000001 0,000001 0,007 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,000838 0,000093 1,094 tn 2,54 3,78

Galat 16 0,001362 0,000085

Total 31 0,025

Keterangan: FK = 3,21 KK = 2,91%

** = sangat nyata * = nyata

tn = tidak nyata


(4)

Lampiran 4. Data pengamatan daya larut (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 90,49 90,25 180,74 90,37

A1M2 90,49 90,24 180,73 90,37

A1M3 90,49 90,03 180,52 90,26

A1M4 90,49 90,03 180,52 90,26

A2M1 90,00 88,35 178,35 89,18

A2M2 88,77 88,36 177,13 88,56

A2M3 87,45 87,90 175,35 87,68

A2M4 87,90 87,30 175,20 87,60

A3M1 99,98 99,80 199,78 99,89

A3M2 99,55 99,60 199,15 99,58

A3M3 99,66 99,49 199,15 99,58

A3M4 99,98 99,30 199,28 99,64

A4M1 99,41 99,40 198,80 99,40

A4M2 99,41 99,40 198,80 99,40

A4M3 99,32 99,29 198,61 99,30

A4M4 99,28 99,05 198,33 99,17

Total 3020,41

Rataan 94,39

Daftar analisis sidik ragam daya larut (%)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 855,06 57,00 398,84 ** 2,35 3,41

A 3 851,41 283,80 1985,71 ** 3,63 5,29

A Lin 1 590,71 590,71 4133,03 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 5,83 5,83 40,80 ** 4,49 8,53

A Kub 1 254,87 254,87 1783,29 ** 4,49 8,53

M 3 1,55 0,52 3,63 tn 3,63 5,29

M Lin 1 1,45 1,45 10,13 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,08 0,08 0,53 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,03 0,03 0,21 tn 4,49 8,53

AxM 9 2,09 0,23 1,62 tn 2,54 3,78

Galat 16 2,29 0,14

Total 31 857,34

Keterangan:

FK = 285.089,89 KK = 0,40%

** = sangat nyata * = nyata


(5)

Lampiran 5. Data pengamatan pH

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 4,76 4,72 9,48 4,74

A1M2 4,76 4,80 9,56 4,78

A1M3 4,78 4,86 9,64 4,82

A1M4 4,80 4,85 9,65 4,83

A2M1 4,70 4,67 9,37 4,69

A2M2 4,72 4,72 9,44 4,72

A2M3 4,75 4,80 9,55 4,78

A2M4 4,75 4,82 9,57 4,79

A3M1 4,35 4,35 8,70 4,35

A3M2 4,36 4,39 8,75 4,38

A3M3 4,40 4,42 8,82 4,41

A3M4 4,42 4,45 8,87 4,44

A4M1 4,32 4,30 8,62 4,31

A4M2 4,30 4,38 8,68 4,34

A4M3 4,39 4,42 8,81 4,41

A4M4 4,46 4,50 8,96 4,48

Total 146,47

Rataan 4,58

Daftar analisis sidik ragam pH

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 1,21950 0,08130 81,55 ** 2,35 3,41

A 3 1,15413 0,38471 385,92 ** 3,63 5,29

A Lin 1 0,98753 0,98753 990,63 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,00340 0,00340 3,41 tn 4,49 8,53

A Kub 1 0,16320 0,16320 163,71 ** 4,49 8,53

M 3 0,05793 0,01931 19,37 ** 3,63 5,29

M Lin 1 0,05738 0,05738 57,56 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,00003 0,00003 0,03 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,00053 0,00053 0,53 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,00743 0,00083 0,83 tn 2,54 3,78

Galat 16 0,016 0,001

Total 31 1,24

Keterangan: FK = 670,42 KK = 0,69%

** = sangat nyata * = nyata

tn = tidak nyata


(6)

Lampiran 6. Data pengamatan uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

A1M1 2,97 2,96 5,93 2,97

A1M2 2,93 2,96 5,89 2,95

A1M3 2,86 2,86 5,72 2,86

A1M4 2,80 2,86 5,66 2,83

A2M1 2,97 2,97 5,94 2,97

A2M2 2,93 2,90 5,83 2,92

A2M3 2,90 2,90 5,80 2,90

A2M4 2,90 2,90 5,80 2,90

A3M1 2,93 3,06 5,99 3,00

A3M2 3,00 2,93 5,93 2,97

A3M3 2,86 2,93 5,79 2,90

A3M4 2,90 2,90 5,80 2,90

A4M1 3,23 3,23 6,46 3,23

A4M2 2,96 3,06 6,02 3,01

A4M3 2,96 3,03 5,99 3,00

A4M4 3,06 2,86 5,92 2,96

Total 94,47

Rataan 2,95

Daftar analisis sidik ragam uji organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik)

SK db JK KT F hit. F.05 F.01

Perlakuan 15 0,242 0,016 5,94 ** 2,35 3,41

A 3 0,105 0,035 12,92 ** 3,63 5,29

A Lin 1 0,086 0,086 31,61 ** 4,49 8,53

A Kuad 1 0,016 0,016 5,79 * 4,49 8,53

A Kub 1 0,004 0,004 1,36 tn 4,49 8,53

M 3 0,099 0,033 12,07 ** 3,63 5,29

M Lin 1 0,090 0,090 32,98 ** 4,49 8,53

M Kuad 1 0,009 0,009 3,23 tn 4,49 8,53

M Kub 1 0,000 0,000 0,00 tn 4,49 8,53

AxM 9 0,038 0,004 1,57 tn 2,54 3,78

Galat 16 0,04 0,00

Total 31 0,286

Keterangan: FK = 278,89 KK = 1,77%