Deskripsi Subjek Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Mayoritas siswa di SMP 1 Mayang bertenik Madura. Sebaliknya, tidak semua guru di SMP Negeri 1 Mayang beretnik Madura. Sebagian besar beretnik Jawa. SMP Negeri 1 Mayang merupakan tempat Habibi bersekolah. SMP Negeri 1 Mayang dipilih sebagai lokasi penelitian karena sekolah dirasa menjadi tempat yang tepat untuk dijadikan lokasi pengamatan aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh Habibi. Di sekolah, Habibi tidak hanya berinteraksi dengan teman-teman yang sesama beretnik Madura, tetapi juga dengan guru-guru yang beretnik berbeda dengan dirinya, baik dalam nuansa formal maupun nonformal. Selain itu, di sekolah pula, peneliti melihat kemampuan berkomunikasi Habibi sedikit berbeda dengan siswa seusianya.

3.3 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa bernama Habibi. Nama lengkapnya adalah Ahmad Noer Habibi. Habibi lahir di Jember pada tanggal 1 Juni 2000. Usia Habibi adalah 16 tahun. Saat ini, Habibi menduduki bangku kelas IX 3 SMP. Habibi merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pekerjaan orang tua Habibi adalah buruh tani. Habibi tinggal di Desa Karang Kedawung, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember. Habibi melewati masa pendidikan dengan normal. Dia bersekolah dasar selama enam tahun di SDN Karang Kedawung 1, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember sebelum melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama SMP. Secara usia, Habibi memang telah sepantasnya menduduki kelas IX Sekolah Menengah Pertama SMP. Secara fisik, Habibi terlihat normal, tidak menjukkan adanya keterbatasan atau kelainan, seperti kepala yang membesar, muka yang tampak lebih tua dari usianya, atau fisik yang memiliki ukuran lebih pendek dari manusia normal. Ukuran badan Habibi terbilang normal. Dengan tinggi badan sekitar 150 meter dan berat badan sekitar 45 kilogram. Habibi tinggal di lingkungan Madura. Bahasa ibu dan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Habibi adalah bahasa Madura. Sepengamatan peneliti, Habibi juga menggunakan bahasa Madura ketika berkomunikasi dengan guru dalam situasi formal saat di sekolah. Sepintas, tidak terlihat ada hal aneh dalam perilaku sehari-harinya. Dia bersosialisasi, berkomunikasi, dan bercanda seperti siswa normal. Hal tidak biasa yang paling menonjol adalah ketidakmampuannya dalam membaca dan menulis dengan lancar seperti siswa-siswa seumurannya. Cara membaca Habibi lebih seperti seorang anak yang baru belajar membaca: tidak lancar, masih dieja, dan kurang bisa menangkap isi dari bacaan. Cara menulisnya pun demikian. Tulisan Habibi cenderung bagus, mudah dibaca. Itu jika ada tulisan yang dia contoh. Jika dia diberi tugas menulis yang juga menuntut kerja pikiran, tulisan yang dihasilkan Habibi tidak berstruktur dan tidak bermakna. Dalam kegiatan komunikasinya, secara sepintas, Habibi terlihat normal. Dia berinteraksi dengan teman-temannya, paham dengan yang dikatakan gurunya hal ini terlihat dari sikap yang dia tunjukkan sebagai respon ucapan dan perintah mitra tuturnya. Bahasa yang digunakan Habibi adalah bahasa Madura dan Habibi tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Selama ini kehadiran Habibi dianggap wajar oleh teman-temannya meski terkadang dia juga dijadikan bahan lelucon oleh teman-temannya karena kekurangnormalannya. Ketika berinteraksi dengan teman- temannya, Habibi menggunakan bahasa Madura bahkan juga ketika berinteraksi dengan guru yang menggunakan bahasa Indonesia, Habibi tetap menggunakan bahasa Madura. Artinya, Habibi paham dengan bahasa Indonesia tapi kurang bisa menggunakannya.

3.4 Data dan Sumber Data