Jenis-jenis Rasio Keuangan Bank

24 a. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan. b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan? Karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan. c. Bagaimanakah manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum. d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum perusahaan dan bagian labakeuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan Bank

Berdasarkan teknik analisis keuangan, analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Universitas Sumatera Utara 25 Rasio-rasio keuangan bank dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Permodalan Capital Penilaian terhadap komponen ini adalah sebagai berikut: a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi trend ke depan permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah. b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. 2. Kualitas aset aset quality Penilaian terhadap komponen – komponen ini adalah sebagai berikut: a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur, risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP. b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang review internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen management Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut: a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko. b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Universitas Sumatera Utara 26 4. Rentabilitas Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut: a. Pencapaian ROA, ROE, NIM dan tingkat efisiensi bank. b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penetapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendaptan dan biaya, dan prospek laba operasional. 5. Likuiditas Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut: a. Rasio aktivapasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio LDR, proyeksi Cash Flow dan konsentrasi pendanaan. b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. CAR Capital Adequency Ratio Menurut Dendawijaya 2004:12, “CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pd bank lain untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri , disamping memperoleh dana-dana dari sumber- sumber diluar seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain.” Rumus yang digunakan adalah: 100 x ATMR Modal CAR = Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, disatu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko dipihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank, Universitas Sumatera Utara 27 sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank Kasmir, 2004:47. Menurut peraturan Bank Indonesia No. 321PBI2001 tanggal 13 Des 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8 . Hal ini didukung oleh peraturan Bank Indonesia No. 512PBI2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan resiko pasar market risk dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan penyediaan modal minimum sebesar 8 dengan memperhitungkan risiko pasar. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. 2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administrasi. Dalam rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif, Universitas Sumatera Utara 28 pemberian nilai kredit sebesar 0 nol akan diberikan apabila rasio yang didapat sebesar 0. Dan setiap peningkatan 1 mulai dari 0, akan diberikan tambahan nilai kredit sebesar 1 satudengan maksimum 100. Adapun rasio PPAP tersebut adalah sebagai berikut: 100 x dibentuk wajib yang PPAP dibentuk yang PPAP PPAP = 3. Return On Assets ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 100 x Aktiva Total Pajak Sebelum Laba ROA = Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. 4. Return On Equity ROE Menurut Sutrisno 2002:207, “ROE atau sering disebut Rate of Return on Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal yang dimiliki sendiri.” Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Universitas Sumatera Utara 29 Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank. Menurut Riyadi 2004:137, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 100 x Inti Modal rata Rata Pajak Setelah Laba ROE − = Menurut Siamat 2005:290, “Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ditanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.” 5. Net Interest Margin NIM Yaitu mengukur kemampuan bank mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendaptan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih adalah selisih antara pendapatan bunga dan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 100 Pr tan x oduktif Aktiva rata Rata Bersih Bunga Pendapa NIM − = Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio NIM. Semakin tinggi rasio NIM maka semakin tinggi profitabilitas bank karena selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga semakin besar. Namun, angka NIM yang terlalu tinggi justru memberi sinyal inefisiensi. Perbankan karena selisih Universitas Sumatera Utara 30 antara tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito dan atau pinjaman semakin besar maka Bank Indonesia menetapkan NIM minimum 6 . 6. Operating RatioBOPO “Operating ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.” Dendawijaya, 2005:119 Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Menurut Riyadi 2004:141. “Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.” Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 100 tan x l Operasiona Pendapa l Operasiona Biaya Ratio Operating Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana misal, dana masyarakat maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir 2004:110 biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain. Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari Interest Income Pendapatan Bunga, dari jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit dan komisi, laba selisih kurs Universitas Sumatera Utara 31 bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain. 7. Loan to Deposit Ratio LDR Menurut Juli Irmayanto, 2004:90, “LDR adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat, serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.” Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Menurut Riyadi 2004:147, “LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana unit surplus of funds dengan pihak yang membutuhkan dana unit deficit of funds.” Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 100 x Ketiga Pihak Dana Diberikan Yang Kredit Jumlah LDR = Berdasarkan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk rasio LDR sebesar 110 atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. 2. Untuk rasio LDR dibawah 110 diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Universitas Sumatera Utara 32 Menurut Dendawijaya 2005:117, “Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 dan 100.

C. Penilaian Kinerja Keuangan 1. Pengertian dan Prosedur Penilaian