Haram untuk mengojek wanita menumpang ojek wanita Haram Rebonding Haram Gaya rambut rasta dan punk

72 merokok, sehingga orang bertanya bagaimana hukumnya merokok? Itulah tugas ulama memberikan fatwa, termasuk juga masalah yang terkait dengan kemacetan misalnya. Kalau saya shalat ternyata tidak mampu tepat waktu karena macet. Misalnya orang-orang yang bekerja dikota, dia berangkat dari kantor jam 4 sore sampai dirumah sudah isya. Bolehkan melaksanakan jama’ maghrib – isya karena macet? Inikan masalah baru, zaman rasul belum ada, tapi karena melihat ini masalah ini sangat penting dan perlu penjelasan dari para ulama, maka majelis ulama perlu memberikan fatwa terhadap masalah seperti itu. Jadi, majlis ulama ini tidak lain adalah melanjutkan perjuangan rasulullah dalam membimbing umat agar hidupnya sesuai dengan petunjuk dan sunnah rasulullah SAW. Seberapa besar bahaya media sekarang membentuk suatu gaya hidup baru yang bertentangan dengan agama islam, sampai-sampai ulama harus intervensi? Jadi yang namanya media, baik itu cetak maupun elektronik, termasuk internet itu adalah sebagai sarana, sebagai alat yang bisa bersifat positif atau negative tergantung materinya. Kalau internet itu kita bisa download materi- materi dakwah, kan itu bagus. Kalau di dalam internet itu kita bisa menyebarkan nilai-nilai islam, kan bagus. Tapi kalau disitu hal-hal yang negative, tentu kan dilarang. Memang ditengah-tengah masyarakat ada kecenderungan, disitu ada gambar-gambar porno, berita-berita yang tidak mendidik. Maka disitulah tugas ulama menerjemahkan al- qur’an dan sunnah. Al-qur’an dan sunnah itu sebenarnya masih global, tidak berbicara dalam takaran yang real terkait dengan masalah sekarang. Misalnya, qur’an tidak pernah bicara masalah kemacetan, tapi ulama harus menggali bagaimana bisa menetapkan hukum shalat jama’ karena macet, misalnya. Sekarang ada yang namanya infotainment, qur’an tidak pernah bicara masalah infotainment, tapi disitu masalah ghibah. Tugas ulama menerjemahkan, apakah infotainment itu bisa disamakan dengan ghibah atau tidak. Al- Qur’an tidak bicara bunga bank, tapi bicara masalah riba. Ulama bertugas menerjemahkan apakah bunga bank itu sama dengan riba atau tidak. Jadi, tidak semua masalah itu dijelaskan secara rinci oleh al- Qur’an dan hadits. Fatwa Yang Dikeluarkan Forum Masyarakat Pondok Pesantren Putri FMP3 se-Jawa Timur :

1. Haram untuk mengojek wanita menumpang ojek wanita

Pada dasarnya, ajaran agama islam itu tujuan utamanya adalah menarik kemaslahatan, mendapatkan kebaikan dan menghindari bahaya, itu adalah tujuan utama ajaran islam. Oleh karena itu, mengenai kasus-kasus yang di fatwakan tadi, memang perlu lihat konteksnya. Kalau memang seorang pengojek wanita atau dia menjadi penumpang ojek, dikhawatirkan diperkosa ditengah jalan, sehingga membahayakan terhadap kehormatannya, itu wajar kalau diharamkan. Tapi kalau mandang kondisi aman, tidak dikhawatirkan timbulnya pemerkosaan, apalagi kalau wanita memang perlu sumber ekonomi dari kegiatan tukang ojek, maka diperbolehkan. Yang diharamkan itu barangkali terkait dengan ke khawatiran, kalau nanti wanita tersebut diperkosa 73 ditengah jalan. Jadi masalahnya harus dikaitkan dengan kondisi dimana wanita itu di kondisi yang sangat terancam.

2. Haram Rebonding

Jangan disamakan antara makan daging babi dengan rebonding. Mengapa demikian? Karena daging babi itu haramnya nash al- qur’an, sehingga tidak bisa diotak-atik karena itu sudah ketentuan Allah, tapi rebonding itu masalah ijtihadi, masalah analisa yang boleh jadi setuju atau tidak.

3. Haram Gaya rambut rasta dan punk

4. Haram peran sebagai orang nasrani untuk artis muslimah 5. Haram membuat photo pra wedding 6. Haram menonton Film 2012 K.H. Zainuddin MZ – Al-qur’an mengajarkan “Watilkal iyyaamu nutaawiluhaa bainan naas” hari itu kami putar diantara manusia, tidak ada yang tetap, segalanya pasti berubah sehingga para filosof bilang yang tetap adalah perubahan. Ada saat datang, ada saat pergi, ada hari dilantik, ada saat menyerahkan jabatan. Ada saat berdiri, ada waktunya duduk, semua datang dan pergi silih berganti. Dalam proses perubahan itu sering terjadi pergeseran nilai, sebab al- qur’an sudah memberikan indikasi “anlaa innal insaana layathghoo arro aaghus taghnaa” manusia sering lupa diri apabila melihat dia berada dalam posisi yang mapan, baik kemapanan itu karena kemampuan intelektual, karena kekuatan materi atau karena factor kekuasaan, dikala itu orang sering lentur dan luntur mengalami proses degradasi. Banyak orang tadinya dengan lantang teriak “Brantas Korupsi” karna belum dapat kesempatan. Begitu dapat kesempatan, korupsinya lebih gila dari yang diteriakin. Terjadi proses degradasi. Makanya saya mengharap, menteri-menteri Kabinet bar u, DPR baru, saya mengharap waktu dilantik baca doanya “Nawaitu Sauma ghodin” niat puasa dulu. Negara lagi kurang bagus, ekonomi masih gonjang ganjing, rakyat masih senen – kemis. Niat puasa dulu, nunda dulu, menunda saja sebentar. Puasa itu kan tempe hala l abis maghrib, tahu halal “abis maghrib” air kelapa halal “abis maghrib” istri sendiri halal “abis maghrib”. Kalau waktu kemarin menteri- menteri kita dilantik bacanya “nawaitu shauma ghodin” seneng tu rakyat kita. Niat puasa dulu lah sebentar. Pakai mobil mewah “boleh” nanti kalau ekonomi sudah bagus. Yang kita khawatir waktu dilantik bacanya Allahumma lakasumtu “doa buka puasa” Banyangin, orang buka puasa itu kan mbahnya rakus, apa saja disikat. Kita ini sekarang banyak yang merasa pinter, tapi tidak pinter merasa. Akibatnya informasinya kita banyak tahu, tapi tidak tahu banyak. Orang itu kalau merasa pinter yang timbul keangkuhan, tapi yang pinter merasa yang timbul kebijakan. Ayolah Nawaitu Sauma ghodin, sebentar kok nunggu maghrib, kalau ekonomi sudah beres, rakyat hidup sudah agak mapan, itu menteri mau makai mobil mbahnya mewah masa bodoh amat. Menteri-menteri di inggris harga mobil 200 jt-an, padahal inggris yang bikin rollrois, inggris yang bikin mobil asthon martin. Mobil menterinya harga 200 jt-an, menteri-manteri Malaysia pakai mobil 74 protonsaka produknya sendiri. Kita 1,3 milyard. Mudah-mudahan mobil dinas baru kita ini bisa meningkatkan kinerja saya “kata seorang menteri” Dodol. Apa hubungannya mobil merah sama kinerja. Kalau memang mental-mental bajaj, biar naik marcy juga slonang- slonong tidak karuan “Mental”. Dan ini saya akan bicara, kita perlu stabilitas temperature bathin atas terjadinya perubahan yang membawa pergeseran nilai. Kita harus kaya ikan dilaut. Ikan dilaut katanya sudah Kristen semua, sebab ikan yang paling besar adalah paus. Menghadapi arus perubahan kita itu harus seperti ikan dilaut “kata saya tadi” Ikan dilaut dengan tiga tahun berendam di air asin, tidak ikut asin. Kenapa? Karena dia hidup. Ikan yang hidup tiga tahun berendam di air asin tidak ikut asin, tapi begitu dia mati, ya bagaimana keadaan. Digaremin asin, diasemin asem “ikan mati”. Orang yang jauh dari agama jiwanya mati, kalau jiwanya mati gampang diasem garemin lingkungan. Deket sama ustad kalem kayak ustad, deket tukang mabuk, teler aja kayak gitu. Gampang diasem garemin lingkungan, tapi orang yang jiwanya hidup, silakan buka tempat pelacuran di samping rumah saya, pantang masuk. Silakan buka tempat judi di depan rumah saya, tidak bakalan saya ikut. Silakan buka minuman keras dibelakang rumah saya, tidak bakalan saya ikut. Karena jiwanya hidup, dan jiwa akan hidup kalau agama hidup dihati kita. Kita tidak bisa menghindari perubahan. Kita tidak bisa menghindari arus persaingan. Sekarang ini jangankan dagang, kiyai jug a kalau tidak sanggup bersaing “ini bahasa kasar, tapi jujur” karena sekarang orang hidup di zaman banyak pilihan. Pergeseran nilai pastilah terjadi. Dulu tahun 60-an, betawi ini sebelum listrik masuk desa, asal sore abis maghrib kita jalan masuk kampong berasa banyak islam. Rumah sono anak muda lagi baca yasin, sebelah sana lagi latihan parjanji. Anak muda lagi belajar huruf al- qur’an. Begitu masuk listrik rumah pada terang, terjadi pergeseran nilai, apa yang kita lihat? Televisi main gede-gedean. Suara al- qur’an sepi, jangankan yang baca parjanji, yang baca al-qur’an pun sepi. Ini pergeseran nilai. Dulu sosial kontrol tajam, orang peduli sama lingkungan. Sekarang loe-loe gw- gw. Dulu kalau ada anak gadis hamil di luar nikah “aib” malu selebar kampung, sekarang menjadi makanan sehari-hari. Ibu-ibu lebih menghargai selingkuh daripada poligami. Terjadi pergeseran nilai. Nah kita ingin pergeseran nilai itu yang positif, bukan yang negative. Supaya bisa kita harus punya filter, ini kan abad entertainment, orang pandai membangun pencitraan sekarang ini, kiyai sama dukun tipis bedanya. Saya sering bilang, dulu sebelum mbah surip “yang meninggal karena kebanyakan ngegendong” bikin lagu bercerita tentang “madu ditangan kananmu, racun ditangan kirimu” kalau itu situasi yang kita hadapi transparan rakyat enak. Kenapa? Alamat jelas, pilihan paten. Madu di kanan, racun di kiri, kan tidak bingung. Sekarang dimana madu, dimana racun tidak ketahuan. Orang pandai membangun pencitraan, banyak racun bermerk madu. Kita harus punya filter. Emas pasti kuning, apa semua yang kuning pasti emas? Harus ada filter, karena rakyat kita, umat kita sekarang kan kaya daun kering, gampang dikumpulin, susah diiket, berisik, gampang dibakar, cepat heran, gampang kakung, masyarakat mall. Ada mall baru ibu-ibu, remaja berbondong-bondong menghampiri, tidak belanja hanya numpang heran, ini dimanfaatkan oleh ahli entertain. Pandai membungkus membangun opini, membangun pencitraan, maka kita harus punya filter. 75 Menghadapi arus perubahan, harus punya stabilitas temperature batin. Apa konsepsi dasarnya? “Agama”. Kekuasaan kalau jatuh ke tangan orang beriman “aman”, ilmu kalau jatuh ke tangan orang beriman “manfaat”, harta kalau jatuh ke orang yang beriman “Manfaat, rahmatan lil „aalamiin”. Tapi kekuasaan jatuh di tangan orang yang jahat, jauh dari iman “fir’aun”. Fir’aun kan dulunya cuman raja, tapi karena kelamaan jadi raja dan tidak ada yang menandingi maka akhirnya lupa daratan ngaku jadi Tuhan, Anna robbukumul „ala “Aku tuhanmu yang paling tinggi” di hadapi oleh Musa “dulu adu sihir, sekarang kan adu konsep” itu cuman beda versi saja. Sekarang adu visi dan misi, polanya sama. Akhirnya fir’aun mengangkat diri menjadi Tuhan, di tenggelamkan dilaut merah, begitu nafas di tenggorokan baru “Aamantu birobbi musa wa haaruun”. Kekayaan kalau jatuh ke tangan orang yang jauh dari iman, yang muncul qorun, lupa diri, lupa daratan, masuk dalam kategori “Allaa innal insaana layatghoo arro aaghus taghnaa” maka dari itu kita bersyukur, majlis ulama memberikan fatwa yang berkenaan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di tengah-tengah kita, supaya kita punya pagar, supaya kita punya benteng, ada yang kita pegang dan yang memberikan fatwa juga majelis ulama, bukan seorang, majelis, lalu terdiri dari berbagai proses, pertimbangan, tidak sembari ngelamun di pohon jambu nyusun fatwa itu. Saya perlu sampaikan ini, semua orang kan perlu hati-hati. Memang ada hadist “Barang siapa yang berijtihad, lalu ijtihadnya benar dapat dua pahala, kalau ijtihadnya salah, dia dapat satu pahala” “Manijtahada” Man disini bukan “lil itlaq” bukan siapa saja. Barang siapa lalu siapa saja “tidak beres urusan” Barang siapa yang memenuhi persyaratan untuk berijtihad, lalu dia berijtihad itu yang kalau salah dapat satu kalau bener dapat dua. Jadi, Manijtama’a fiihi syuruutul ijtihad, bukan “manlil itlaq” siapa saja boleh berijtihad. Lalu lahir fatwa yang aneh-aneh, tetapi sungguh pun demikian fatwa majelis ulama itu tidak bersifat mengikat, ini yang bijaksananya. Dalam al- qur’an, Allah itu maha bijaksana, kapan? Coba, kalau surga disediakan untuk orang yang tidak punya dosa, sepi sorga “Ya” untung Allah bilang apa? Wa amma man tsakulat mawaaziinuhu fahuwa fii’iisyatir raadiyah “Orang yang timbangan kebaikannya lebih berat dari timbangan kesalahannya” bukan tidak yang punya salah. Ada dosa, ada salah, tapi timbangan kebaikan lebih baret dari dosa dan kesalahan. Bapak ibu yang saya hormati, terima kasih kepada Bapak Hamdan Rasyid yang sudah memberikan jawaban. Dan memang hukum yang memerlukan ijtihad itu terkait seka li dengan kaidah. Hukum itu berubah menurut „ilatnya. Artinya, ada hukum asal, ada hukum yang berubah menurut situasi dan kondisinya. Disitulah letak fleksibilitasnya watak hukum islam. Nikah hukum asalnya itu mubah “boleh”, bisa jadi sunnah, bisa jadi wajib, bisa jadi makruh, bahkan bisa jadi haram, kalau ada „ilatnya alasan perubahan sebuah hukum. Misalnya, ada anak muda punya pekerjaan tetap, penghasilannya hebat, dia yakin kalau dia berumah tangga dia bisa menghidupi anak istrinya, syahwatnya termasuk tegangan tinggi, dikhawatirkan kalau tidak segera nikah, dia jatuh kepada zina, maka buat anak muda kayak begitu, nikah tidak lagi sunah tapi wajib hukumnya. Jadi masalah-masalah yang ijtihadi, tidak dalam konteks nash 76 yang qhot’i dari qur’an dan sunnah yatuuru ma’a illati. Kan sudah ada qur’an dan sunnah, mengapa perlu fatwa lagi? Inilah persoalannya. Memang al- qur’an mengajarkan kita “Fas’alu ahladz-dzikri inkuntum laa ta’almuu” kalau kamu tidak tahu, Tanya yang tahu. Mau tau cara bikin tempe, jangan T anya pada tukang roti “tidak nyambung”. Mau tau tentang hukum yang ada dalam qur’an dan sunnah, Tanya yang ngerti, siapa? Ya para ulama, apalagi yang namanya majelis, itu jelas bukan satu orang. Gambaran sederhananya begini; Saudara mau ke Surabaya, mobil punya, jalanan hafal, SIM ada, peraturan lalu lintas tahu, berangkat dah insya Allah aman. Tapi kalau mobil kagak punya, jalanan Jakarta Surabaya tidak hafal, kan lebih aman naik kereta, ngikutin masinis yang Jakarta – Surabaya jalananya setiap hari, dari pada nekad tidak ngerti jalan sendiri, mau ke Surabaya tembusnya ke irian. Ijitihad- ijtihad, qur’an tidak ngerti, mau jalan sendiri, sesat hasilnya. Fas’alu ahladz- dzikri inkuntum laa ta’almuu, kalau memang tidak ngerti, Tanya sama yang ngerti. Ini soal pergeseran nilai. Pertama saya setuju 100 tentang perlunya kehidupan kembali pendidikan budi pekerti untuk anak anak kita, mudah-mudahan ini didengar oleh Mendiknas kita, lalu diadakan perubahan terhadap kurikulum bagi pendidikan buat anak-anak kita sehingga pendidikan tidak hanya berorientasi kepada mengisi otak tapi juga kepada membangun kepribadian. Rasulullah SAW mengajarkan kewajiban orang tua kepada anak itu ada tiga. Pertama; memberi nama yang bagus. Memang “Apa arti sebuah nama” tapi jangan lupa, al asma mimba’di dhu’a “nama itu bagian dari pada doa” jadi kalau namanya bagus, tiap kali orang tua memanggil, itu dianggap doa kepada anak. Nama yang bagus itu mengandung kehambaan, Abdul, ditambah salah satu asma’ul husna Abdul Ghofur, Abdul Jabba, dll atau yang mengandung pujian Ahmad, Muhammad, Hamid, Mahmud, dll Jangan mentang-mentang ada di qur’an, anak dikasih nama Jahannam. Ayyuhsina isma’u “kasih nama yang bagus”. Kedua; Wa ayyu’ad dibahu “Mendidiknya” bukan mu’allim, mendidik itu kan lebih luas dari pada mengajar. Mengajar sasarannya otak, mendidik membangun kepribadian, maka rasul menggunakan kalimat Wa ayyuad dibahu “mendidiknya, membangun kepribadiannya” guru pertamanya adalah ibu bapaknya, sekolah pertamanya adalah rumah tangganya. Kalau kita orang tua bangun pagi jam 7, insya Allah anak kita jam 8. Jangan berharap mendidik dia shalat subuh, itu bagian dari pada mendidik, bukan mengajar, kalau mengajar ngisi otak, Yu addiba. Nama yang bagus tidak banyak menolong kalau tidak di didik. Ket iga; Wa ayyuzaw wijahu “Kewajiban orang tua mengawinkan anaknya” Majlis ulama itu Cuma punya kekuatan moral, tapi tidak punya kekuatan structural untuk menekankan fatwanya. Maka diperlukan hubungan yang baik antara ulama dengan umaro, hubungan yang bukan sekedar seremonial, bukan sekedar hubungan silaturrahmi, tapi hubungan yang esensil, bagaimana pemerintah tiap mengambil keputusan mengajak ulama, bagaimana majelis ulama 77 mengeluarkan fatwa di dukung oleh umaronya. Kerjasama ulama dengan umaro, bisa efektif. Tapi kalau masing-masing berjalan, ya tidak ketemu. Kekuatan moral diperlukan kekuatan structural untuk menekankan fatwa itu. Barulah ustad-ustad yang ngajar dikampung menjadi ujung tombak dari pelaksanaan itu sendiri. Kalau kita lihat sekarang ini, masih banyak harapan umat kepada MUI kedepan, asal lebih peka terhadap masalah yang berkembang di masyarakat dan fatwanya kebawah juga keatas juga. Artinya buat masyarakat awam juga, buat yang elit-elit juga. Ulama dengan umaro harus kerjasama, umaro dengan kekuatan moral ulama dengan kekuatan structural. Hadits nabi, “Saya’ti „alaa zamaanun al qoobid „alaadinihi kal qoobid „alal jamroh” Akan datang satu masa ditengah umatku, dimana orang yang teguh memegang agama, kayak megang bara ditangan. Dipegang tangan terbakar, dilepas bara terbuang. Al- qur’an tidak memisahkan antara “Tawashoubil haq” dengan “Tawashoubil shobr” Kebenaran dan kesabaran, prinsip dan strageti. Kebenaran itu prinsip, kesabaran itu strategi. Kebenaran tanpa kesabaran membuat kita mudah dipatahkan orang, kesabaran tanpa kebenaran membuat kita di injak terus oleh yang lain. Strategi, maju kena, mundur kena, Terus? “Miring” selalu ada strategi, selalu ada jalan. Yang kedua; Seorang filosof bilang “Kalau ada 1000 orang pembela kebenaran, saya masuk yang 1000 itu, kalau ada 100 orang yang berjuang membela kebenaran, saya juga satu diantara 100, kalau hanya ada 10 orang yang membela kebenaran, saya juga satu dari yang 10, kalau hanya satu yang berjuang membela kebenaran, sayalah yang satu itu” sampai tetes darah penghabisan” setelah ada taktik dan strategi. Jadi walaupun yakin kita bener, strategi harus punya. Allahuakbar “bener” semangat, tapi kalau ada kebo gila minggir dulu, pake strategi. Jadi, berani perlu, nekad jangan, berkorban siap, konyol nanti dulu. Jangan pisahkan “Tawashoubil haq” dengan “Tawashoubil shobr” DR. K.H. Hamdan Rasyid, MA – Bahwa efektifitas sebuah fatwa ini memang perlu dukungan semua pihak. Majelis ulama sebagaimana disampaikan KH. Zainuddin MZ adalah pemilik kekuatan moral, kita memberikan fatwa penjelasan hokum kepada masyarakat, akan tetapi untuk sosialisasi fatwa itu perlu dukungan termasuk kalangan media, media cetak maupun elektronik perlu membantu sosialisasi fatwa ulama. Kalau pemerintah memberikan bantuan untuk sosialisasi fatwa itu akan sampai ke desa-desa yang terpelosok. Mohon maaf, bahwa kemungkinan informasi fatwa ini tidak diketahui masyarakat. Sebenarnya fatwa ulama itu juga menyangkut masalah pejabat bukan hanya untuk masyarakat biasa saja. Misalnya, haramnya korupsi, itu sudah kita fatwakan sejak beberapa tahun yang lalu dan itu sudah kita sampaikan kepada para pejabat. Kemudian haramnya berkhianat, ini juga merupakan kesan dari ulama kepada umaro dan perlu diketahui, tidak semuanya berupa fatwa. Bisa jadi berupa nasehat, tausiyah, pesan-pesan moral kepada para pejabat. Jadi fatwa ini lebih banyak ke masalah hukum, tapi masalah-masalah terkait masalah moral itu lebih banyak berupa tausiyah atau pesan-pesan dan itu tidak semuanya perlu disebarluarkan kepada masyarakat. Kalau orang tertentu kan kita harus bijak, 78 tidak mungkin kita mengklaim orang lain di depan mata masyarakat. Jadi sebenarnya majelis ulama ini bukan hanya untuk membimbing masyarakat, tapi juga para umaro. Jadi, fatwa ini sifatnya bermacam-macam. Kalau fatwa itu mengutip dari al- qur’an dan hadits rasul dan qhot’i hukumnya sudah pasti dan itu wajib diikuti karena fatwa ulama ini adalah dalam kaitan mengikuti qur’an hadits. Misalnya, haramnya korupsi, itu waji b di ikuti, karena terkandung dalam alqur’an dan hadits. Kalau merokok termasuk yang makrum. Majelis ulama juga tidak mengharamkan secara mutlak. Majelis ulama mengharamkan untuk orang-orang tertentu. Misalnya, ibu yang hamil, karena dampaknya ini sangat negative. Tapi kalau untuk masyarakat secara umum, majelis mengeluarkan fatwa tentang rokok makruh saja hukumnya. Kalau diharamkan, ini dampaknya panjang sekali. Disitu ada petani tembakau yang memang nafkahnya dari tembakau itu. Masalahnya kalau bahasanya itu sangat kuat, maka diharamkan. Jadi, kita melihat perkonteksnya, kalau secara umum merokok itu makruh, namun jadi haram kalau melihat ke masyarakat luas. Pertama; yang namanya facebook adalah sarana, media. Kalau memang itu sebagai sarana bersilaturahim, untuk menghimpun teman-teman kita yang sudah lama tidak bisa ketemu, itu sangat positif dan sangat dianjurkan. Tapi kalau disitu tujuannya yang negative, menghimpun temen-temen untuk kumpul bareng-bareng dan pesta sex “misalnya” itu diharamkan. Maka dari itu yang namanya facebook, friendster dan lain sebagainya, itu adalah sebagai sarana saja, sebagai wasilah. Wasilah itu tergantung pada tujuannya. Keharamannya itu kalau memang dijadikan sarana untuk maksiat, kalau memang tujuannya positif, itu memang menjadi wajib. Jadi, tergantung pada konteksnya, situasi dan kondisi. Bukan masalah situsnya, tapi tergantung kita memanfaatkannya. K.H. Zainuddin MZ - Saya ingin membantu menekankan pemahaman tentang hukum tadi. Menurut Imam Al-Ghozali, amalan manusia itu tiga macam. Pertama; Kewajiban, kedua; Mubahan dan ketiga; Muharraman. Dari tiga amalan ini, yang dua tergantung niat yaitu amalan wajib dan mubah, sedangkan amalan haram tidak tergantung pada niat. Tapi yang wajib kalau kita salah niat bisa keseleo. Yang kedua; barang yang haram itu ada dua macam. Ada yang disebut haram aini “bendanya yang haram” ada yang disebut haram hukmi “hukumnya yang haram” Contoh; Judi yang haram bukan kartunya, tapi yang haram adalah efek yang ditimbulkannya, itu namanya haram hukmi, lain dengan babi, itu memang haram babinya yang haram, itu haram aini “bendanya yang memang diharamkan” Saya sependapat dengan MUI, merokok masih sebatas dengan makruh, ini bukan karena saya perokok, tapi karena melihat mashalihnya, nasib penanam tembakau, nasib ribuan buruh yang kerja di pabrik tembakau dan mungkin juga politik tambahan globalnya amerika. Produsen rokok terbesar di dunia itu amerika Marlboro bahkan sekarang dibeli 15 saham Sampoerna. Dimana-mana yang 79 namanya amerika selalu kepengin menjadi satu-satunya. Nuklir dia pengin satu- satunya yang punya nuklir, semua Negara lain yang bikin nuklir dia musuhi, dia bangun opini. Lihat ikl an rokok “Merokok dapat menyebabkan kanker” kalimatnya coba lihat “dapat” Dapat itu kan tidak mutlak. Apa pernah ada rise berapa banyak penderita kanker yang menderita karena merokok? Tidak pernah ada rise, cuman dapat menimbulkan. Dapat itu kan indikasi, makan tahu pun “dapat” menimbulkan kanker. Lalu menimbulkan impotensi. Kok banyak perokok yang bininya dua? Impoten dari mana? Kembali ke pertanyaan. Ciri- ciri pemimpin seperti fir’aun. Cirri yang pasti adalah otoriter. Otoriter mematikan demokrasi, mau menang sendiri, itu cirri-ciri fir’aun. Apakah ada cirri pemimpin fir’aun di negeri kita? “Wallahu „A’lam” Tapi kalau kita bertekad membangun demokrasi, walaupun sejarah kadang-kadang berulang, kita masih mencari cirri demokrasi yang sesuai dengan Indonesia ini. Ketika kita memilih demokrasi dalam menentukan berbangsa dan bernegara, kita sebenarnya sudah menghindari icon- icon fir’aun tadi, asal demokrasinya sehat. Karena itu saya terkesan dengan amanat Bung Karno tentang “Jas Merah” Jangan sekali-kali melupakan sejarah Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarang, jangankan kita, Rasulullah saja disuruh belajar dari sejarah. Sebab sejarah penting, istilahnya mendingan kayak nabi Yusuf, dipenjara dulu baru jadi pejabat tinggi, jangan jadi pejabat tinggi dulu baru dipenjara kebalik. Bung Karno sendiri “Masya Allah” sejak masih super, berjuang, ditangkap belanda, di depan pengadilan belanda malah pidato “Indonesia menggugat, minta merdeka” makin kalap belanda, dibuang sana-sini, setelah merdeka baru pake Jas, pidato dimana-mana Bung Karno. Sekarang entah dari mana munculnya tokoh pake jas pake dasi, pidato dimana-mana baru dibuang Terbalik. Kedua; Ciri Ekonom Qorun. Qorun itu waktu ditanya “Anna laka hadza qorun?” harta begini banyak dari mana kamu dapat hai qorun? Dia bilang apa? Ini keringat saya, tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Banyak orang yang “Walailul likulli humazatil lumazah” kerjanya ngumpulin ngitung – ngumpulin ngitung, terjebak pada kapitalisme murni dan itu alatnya qorun, melupakan Allah dan menganggap keringatlah sendiri yang bisa membuat dia jadi kaya. Di Indonesia qorun insya Allah banyak. Makanya berulang kali saya ingatkan, beruntung kita oleh Allah dijadikan kran. Kran itu nyimpen air, tapi bukan untuk dirinya, dia salurkan buat yang perlu. Bahagia orang kalau oleh Allah dijadikan kran dalam hidup ini, rezekimu Cuma Allah percayakan lewat saya. Dan kemudian icon nya qorun itu adalah icon monyet. Monyet itu tidak pernah cukup. Coba ke kandang monyet, kasih dia pisang, langsung dimakan, lemparin lagi, tangannya megang, lemparin lagi, kakinya megang, padahal mulut penuh, temen sebelahnya dikasih dirampas juga, itu monyet. Qorun itu tamak, serakah, orang lain tidak boleh kebagian. Bagaimana Negara mau makmur kalau yang mimpin monyet-monyet kayak gini, tamak, serakah, perataan cuman jadi impian. KESIMPULAN. Saya akan ambil beberapa catatan. Pertama tentang pergeseran nilai, Rasulullah mengingatkan Pada satu saat nanti kamu akan mengikuti tingkah laku orang-orang sebelum kamu, kamu akan jadi umat yang ikut-ikutan, mengalami pergeseran nilai, kehilangan garis bijak, tidak punya khittoh, kamu akan mengikuti tingkah laku dan jejak orang-orang sebelum kamu, pindah 80 kepribadianmu ke kepribadian mereka. Begitu enak kamu ikut-ikutan, sejengkal demi sejengkal, semeter demi semeter, sampai kalau mereka masuk ke lubang biawak kamu pun akan ikut masuk ke dalamnya “Na’udzu billah mindaalik” Sahabat bertanya; Apa Yahudi dan Nasrani ya Rasul? Kalau bukan mereka siapa lagi “Kata Rasul”. Dan itu jawabannya adalah kembali kepada al-qur’an. Ya Ayyuhal ladziina aamanu fii …. Saafah. Hai orang yang beriman masuklah kedalam islam secara total, secara utuh, secara menyeluruh, jangan separuh- separuh. Beraga islam tapi berfikir yahudi, beraga islam tapi berumah tangga secara nasrani. Kamu akan ikuti tingkah laku, kita bakal ikut-ikutan, sejengkal- sejengkal tidak berasa, bergeser nilai. Mula-mula nama, malu memakai nama yang berbau hukum qur’an, nama Ibrahim di ganti Bram. Dari nama pindah ke pakaian, waktu nama Ibrahim masih mau pake kopyah pergi ke masjid, nama menjadi Bram tidak lagi mau ke masjid. Bergeser kepada pergaulan, bergeser pada pakaian, dari pakaian pindah ke pergaulan. Kita khawatir kalau sudah pindah pergaulan, pindah agama pun tidak terasa. Maka untuk menangkal proses pergeseran nilai pada yang negative, marilah kita kembali pada khittoh, masuklah kepada islam secara total, jangan separuh-separuh, itu yang pertama. Yang kedua; kita bersyukur, bahwa untuk mengantisipasi kemajuan zaman, islam harus memberikan jawaban dan buat kita, kita berharap dengan adanya Majelis Ulama Indonesia ini terhadap masalah-masalah ijtihadiah, perkembangan-perkembangan yang baru, umat mendapat filter, sehingga dengan demikian fatwa-fatwa majelis ulama yang lebih akurat, actual, keatas dan juga kebawah, kepada rakyat dan kepada elit, kepada masyarakat dan juga kepada penguasa tetap dilaksanakan, sehingga dengan demikian kedepan kita berharap fatwa ini lebih efektif dan efisien. Ulama dengan kekuatan moralnya dan umaro dengan kekuatan strukturalnya. Saling menunjang, asah, asih dan asuh membangun kerjasama yang baik antara ulama dengan umaro. Kalau ulama dan umaronya bersanding, rakyat nikmat, tapi kalo ulama dan umaronya bertanding, rakyatnya kiamat. d. Deskripsi pesan dakwah dalam tema “ Ketelasanan Rasulullah sebagai Inspirasi Umat ” Tema : Keteladanan Rasulullah sebagai Inspirasi Umat Disiarkan Tgl : 28 Februari 2010 Lokasi : Alun-alun Lapangan Tegar Beriman Kabupaten Bogor Pembicara : Ustd. Zainuddin MZ, 81 KH. Zainuddin MZ, هتاكربو ها حرو ي ع اّسلا . ،ها د ع نبا دّ ح اندّيس ،ها وسر ى ع اسلاو اصلاو ،ه د حلا دعبا ا ،هلاو ن و ه حصو هلا ى عو Hari ini saya bersyukur, bangga dan terharu. Satu peringatan maulid besar dilaksanakan dengan prakarsa Bapak Bupati Kabupaten Bogor. Saudara-saudara memperingati maulid artinya memperingati hari kebebasan manusia dengan visi dan misi yang dibangun oleh Nabi Besar Muhammad SAW. 14 abad yang lalu Eropa masih biadab, Afrika belum dikenal orang, Amerika belum ditemukan oleh Pristo Colombus, Asia sangat terbelakang. Pembebasan yang dilakukan oleh baginda rasul, 3 saja yang akan saya sampaikan. Pertama; Membebaskan manusia dari kemusyrikan. Menanamkan pondasi kehidupan selama 13 tahun di Mekah membangun aqidah, menata iman, meluruskan keyakinan, memasang pondasi dengan perhitungan kalau pondasi kuat, bangunan aman. Kalau pondasi rapuh, bangunan runtuh, kalau pondasi menceng, bangunan bengkok. Bangunan bagaimana pondasinya? Orang hidup bagaimana imannya. Karena itu memperingati maulid, memperingati komitmen “saya bersaksi tiada tuhan selain Allah” maka saya tidak akan menyembah kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah takut kecuali kepada Allah, saya tidak akan menggantungkan hidup kecuali kepada Allah, inilah rem kehidupan. Karena itu mulai saat ini, jadikan iman tempat bertanya. Kemanapun kita pergi, apapun yang mau kita lakukan, iman di tanya. Yang pedagang mau ke pasar, berangkat kepasar iman dibawa insya Allah timbangannya tidak curang. Jadikan iman tempat rujukan, tempat bertanya, ini intan paling mahal, ini mutiara paling berharga. Zaman boleh berubah tapi aqidah tidak goyah. Masa boleh berganti tapi keyakinan jangan mati. Sekali lagi Laa ilaaha illallah sampai mati Laa ilaaha illallah. Bapak ibu hadirin yang saya hormati, pedagang mau ke pasar iman jangan ketinggalan, pejabat mau ke kantor iman jangan ketinggalan, kemana pun kita pergi, dimana pun kita berada, iman harus jadi rem dalam kehidupan kita. Ini intan paling mahal dan ini mutiara paling berharga. Inilah pondasi kehidupan, apalagi sekarang ini kita bersama-sama menyadari perubahan terjadi begitu cepat tanpa pondasi keimanan kita akan rapuh, akan lentur dan akan luntur dalam proses pergeseran nilai. Rasul membebaskan manusia dari ras diskriminasi. Mengikat manusia dengan tali aqidah. Festival dondang ini mengangkat kembali keharmonisai yang hilang, kehangatan yang lenyap, semangat gotong royong diantara kita secara bersama-sama. Setelah ditempa oleh nilai keimanan karena kecintaan kepada baginda rasul kita tumbuh kembangkan semangat kebersamaan. Ringan sama dijinjing, berat pun sama dipikul. Duduk kita sama rendah berdiri pun kita sama tegak. Dengan berbekal iman dan semangat kebersamaan, saya yakin kita bisa mengatasi persoalan-persoalan kita, kita mampu menciptakan hari esok yang lebih baik dari hari sekarang ini. Amin. 82 Semangat kebersamaan. Islam membebaskan manusia dari ras diskriminasi. Dari manapun orang datang, apapun warna kulitnya, dari suku apapun ia dilahirkan, kalau aqidahnya sama itu kan saudara kita. Kita bersatu, berangkat dari semangat keimanan “Tiada Tuhan selain Allah” saya tidak akan menyembah kecuali kepada Allah, saya tidak akan minta rizki kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah takut kecuali kepada Allah, saya tidak akan melarikan persoalan kecuali hanya kepada Allah, itu komitment, itu loyalitas. Loyalitas mutlak kita hanya kepada Allah SWT. Kalau kepada manusia tergantung, sepanjang benar, ayo kita dukung, kalau tidak benar mari kita luruskan. Karena itu dengan semangat keimanan, transparan, mengambil contoh dari baginda nabi. Rasulullah memimpin masyarakat itu gelarnya tidak muluk-muluk, cuma “Al-Amin” Orang yang jujur, orang yang benar, orang yang bisa dipercaya. Karena itu kita berharap para pemimpin kita, baik yang di eksekutive maupun yang di legislative dengan hikmah maulid ini sama-sama kembali ke sipecontoh baginda nabi, sidik, jujur dapat dipercaya, jangan ada dusta diantara kita. Kita berharap apalagi menghadapi kasus century bisa diselesaikan dengan sebaik- baiknya tanpa ada dusta diantara kita. Jangan dengan niat untuk menyalahkan yang benar atau membenarkan yang salah. Dua-duanya jelek itu. Membenarkan yang salah “tidak bagus” menyalahkan yang benar “lebih celaka lagi”. Inikan kita sering terjebak, s udah ambisi kalau tujuannya menyalahkan yang benar “ngawur hasilnya” membenarkan yang salah “lebih celaka lagi”. Proporsional secara terbuka karena kita punya nilai keimanan kepada Allah. Kedua; Semangat kebersamaan. Rukun, uyub, kompak, itulah culture kita rakyat Indonesia dan itulah nilai dari ajaran agama kita. Maulid itu pembebasan manusia dari gaya hidup sekuler, dari gaya hidup materialis, dari gaya hidup hedoris. Rasul mengingatkan “ada hidup sesuah mati, dan ada akhirat sesudah dunia” maka bekerjalah buat duniamu seolah kau akan hidup selamanya, tapi bekerjalah buat akhiratmu seolah kau akan mati besok. Yang kita lihat sekarang ini adalah sebuah acara, tapi dibelakang ini ada kaum, dibelakang ini ada ghiroh, dibelakang ini ada semangat dan itu yang harus tetap kita angkat kepermukaan. Apalagi diindonesia ini walaupun bukan Negara agama tapi negaranyaorang beragama dan dalam beragama di Indonesia ini sangat terasa kita memang sedang berpacu dalam agama. Kita umat islam jangankan diam, berjalanpun kalau terlalu lambat didahului oleh orang lain. Jadikan maulid kali ini sebagai event bagi bangkitnya kebersamaan orang islam, menata hari esok yang lebih baik dari hari sekarang ini. Kita boleh berbeda tapi perbedaan tidak harus menyebabkan kita berpecah belah, kita boleh berbeda tapi berpedaan tidak harus kita saling mencaci maki satu dengan yang lainnya. Mari kita dewasa dalam membangun demokrasi, mari kita dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan dan menghilangkan hal-hal yang dapat melemahkan perjuangan kita. Jalan masih panjang, tidak lurus bertabur bunga dikanan kirinya. Menanjak, menurun banyak tantangan banyak rintangan, tetapi baginda rasulsudah memberikan contohnya kepada kita untuk tetap tegar menghadapi kesulitan yangbagaimanapun juga. 83 Karena itu memperingati maulid, memperingati hari kebebasan manusia dari gaya hidup edonis, gaya hidup materialis, gaya hidup serba beda, islam mengajarkan nilai keseimbangan, karenanya event maulid harus menambah meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT. Saya yakin kita sepakat Negara kita ini besar, saya yakin kita sependapat Negara kita kaya, buminya subur, diatas perut buminya segala tanaman hidup, di bawah perut buminya ada gas minyak dan lain-lain, lautnya kaya, hutannya kaya. Kekayaan negeri ini dikuasai oleh Negara, itu sudah betul. Tapi harus digunakan bagi sebesar- besar kemakmuran rakyat “itu amanah Pasal 33”. Kekayaan negeri ini tidak akan banyak memberikan kemakmuran kepada rakyatnya kalau bencana silih berganti menimpa kita. Karena itu pada sisi yang bersamaan kita harus mohon pertolongan Allah agar bangsa kita ini dilepaskan dari bencana, diberikan kemudahan, diberikan pemimpin-pemimpin yang takut kepada Allah dan sayang kepada rakyat, pemimpin-pemimpin yang waktu dilantik baca niatnya Nawaitu Shauma G hodin “niat puasa dulu” puasa kan menunda “menunda saja sebentar” puasa itu kan tempe halal abis maghrib, tahu halal “maghrib” air kelapa halal “abis maghrib” istri sendiri halal “abis maghrib”. Kalau waktu kemarin menteri- menteri kita dilantik bacanya “nawaitu shauma ghodin” seneng tu rakyat kita. Niat puasa dulu lah sebentar. Pakai mobil mewah “boleh” nanti kalau ekonomi sudah bagus. Yang kita khawatir waktu dilantik bacanya Allahumma lakasumtu “doa buka puasa” Banyangin, orang buka puasa itu kan mbahnya rakus, apa saja disikat. Inilah semangat kesadaran akan perlunya semangat kebersamaan. Jangan ada dusta diantara kita. Benarkan yang benar salahkan yang salah. Orang itu kalau sudah haus kekuasaan, yang benar disalahin, yang salah dibenerin, dan dua- duanya ngawur. Yang bener disalahin, dicari-cari alasan tapi sisi lain yang salah dibenerin juga kalau orang haus sama kekuasaan. Coba lihat orang-orang yang haus kekuasaan, yang kerjanya membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar sama-sama tidak baiknya. Orang itu kalau sudah membenarkan yang salah menyalahkan yang benar, sama halnya menegakkan benang basah. Hilang harga dirinya, yang tadinya intelektual, cerdas, begitu membela yang salah jadi goblog, logikanya ga tajam lagi. Nasibnya kayak orang yatim di p esta orang kaya “Cuma nunggu dipojokan” apa yang bakal dapat. Tadinya “Maju tak gentar membela yang benar” belakangan “Maju tak gentar membela yang bayar”. Jangan ada dusta diantara kita. Makanya sifat yang wajib bagi rasul itu yang lain-lain nomor belakangan, yang pertama adalah sidiq dulu. Sidiq, Amanah, Fatonah. Fatonahnya di belakang. Cerdas, pinter nomor empat, nomor satu itu jujur. Kalau pinter tidak keburu jujur “gawat” cerdas tidak keburu jujur “bahaya” pandai bermain minyak diatas air, ucapa nnya santun tapi perbuatannya fir’aun “Naudzu billah mindhalik”. Marilah, dengan peringatan maulid ini pertama iman jaga baik-baik wariskan pada anak-anak kita. Biarkan zaman berubah aqidah jangan goyah, yang kedua jalan terus semangat kebersamaan, kerukunan dan kekompakan. Yang ketiga, tingkatkan Allah karena negeri yang subur ini tidak akan berpunah, tidak 84 akan banyak memberikan kemakmuran kepada rakyat kalau dihantam bencana terus menerus. Dalam hadis kudsi Allah berfirman; Inni la ahammu bi’asafi ibadi “Kadang kalau melihat tingkah laku manusia yang kurang ajar, Aku jengkel, Aku muak, Aku marah, Aku pengin turunkan bencana “Kata Allah”” tetapi kalau Aku lihat tiga perkara, murka-Ku surut bencana Aku tarik lagi. Ada tiga hal yang meredam murka Allah. Pertama; Aku lihat orang-orang tua tengah malam sujud sambil berlinang air mata. Orang-orang tua yang dikeheningan malam sujud sambil berlinang air mata, Allah tidak jadi marah melihat yang begitu. Kedua; Bayi-bayi tanpa dosa masih menyesu dan yang Ketiga; Binatang ternak melata mencari makan, artinya lingkungan hidup masih terjaga keasriannya. Sekarang bagaimana bencana tidak mau nambah, kita ngamalin hadits ini juga terbalik. Yang disuruh orang tua tengah malam sujud, bayi tanpa dosa nyusu “Bayi tanpa dosa dibuang ketempat sampah gara-gara orang tua tengah malam nyusu”. Mari, untuk kita sudah mempercayakan urusan kita kepada yang kita pilih baik di eksekutive maupun legislative, pada sisi yang bersamaan kita juga mohon pertolongan Allah agar bangsa ini diselamatkan dari segala macam bencana. Amin. KEPEMIMPINAN Kalau mau jujur kita sekarang ini miskin negarawan, kaya politisi. Kaya politisi tapi miskin negarawan. Kita banyak punya pejabat, tapi miskin pemimpin. Sering rakyat merasa tidak terwakili. Menurut saya pemimpin itu apa yang disampaikan nabi; Sayyidul kaumi khotimuhum “Pemimpin rakyat adalah pelayan rakyat”. Kita miskin dengan sikap mental seperti itu, menjadi pemimpin berarti melayani. Prinsip nabi Basyiru wanatunaffiru, Yassiru walaa tu’assiru “gembirakan orang jangan ditakut-takuti, mudahkan urusan orang jangan dibikin sulit”. Pantesan waktu Umar bin Abdul Aziz terpilih menjadi kholifah, ucapan yang pertama kali keluar dari bibirnya; Innalillahi wainnaa ilaihi raaji’uun “merasa mendapat musibah”. Hari ini dilantik, malemnya pesta “pesta air mata”. Dimana? Di masjid “nangis mohon pertolongan Allah”. Yang indah, satu saja saya kutip; Suatu malam beliau sedang bekerja di kamar pakai lampu minyak, datang tamu, Assalamu’alaika ya amirul mu’minin? Ada apa? Ga ada apa- apa Cuma mau ngobrol. Ngobrol urusan pribadi “kita kan teman”, silahkan masuk. Temannya duduk lampu ditiup “padam” gelap segelap- gelapnya, bingung tamunya. Ya khalifah kita kan mau ngobrol, kenapa lampu dipadamkan. Begini tadi waktu kamu datang kan kamu liha saya sedang kerja “iya” saya kerja kan ngurusin rakyat “tentu” saya kan pake lampu “memang” lampunya kan pake minyak “betul” minyaknya kan beli “iya” belinya kan pake duit “pasti” duitnya kan duit rakyat “memang” kita mau ngobrol urusan pribadi, jadi ga usah pake minyak rakyat. Sebagai seorang pemimpin apa yang Bupati lakukan dalam rangka menimbulkan semangat bagi umat islam untuk bisa 85 memajukan dirinya, kembali lagi kepada Al- Qur’an dan mengembangkan budaya masyarakat lokal yang tidak bertentangan dengan agama islam. H. Rachmat Yasin - Bupati Bogor, Tugas saya adalah melayani umat, melayani masyarakat. Persoalan peringatan maulid ini bisa juga menjadi wasilah, bagaimana kita kemudian membangun hiroh dikalangan umat islam. Artinya mengingatkan kembali sasaran antara untuk kita kembali mencintai Rasulullah. Inilah tugas saya memfasilitasi dan melayani masyarakat yang rindu kepada rasul, melalui peringatan ini. Mudah-mudahan besok lusa sampai tahun depan dan tahun depannya lagi kegiatan ini bukan hanya ada di Cibinong – Bogor, tapi diseluruh desa, diseluruh masjid, diseluruh musholla, diseluruh pondok pesantren. Kegairahan terhadap keimanan dan aqidah kita harus ditumbuhkan dan dikelola terus. Inilah hakekat dari tugas pelayan.

H. Achmad Heryawan - Gubernur Jawa Barat,