Analisis isi pesan dakwah dalam novel pesantren ilalang karya Amar De Gapi

(1)

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH

DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG

KARYA AMAR DE GAPI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

TRIANI SUGIANINGSIH NIM: 105051001915

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(2)

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH

DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG

KARYA AMAR DE GAPI

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

TRIANI SUGIANINGSIH

NIM: 105051001915

Di bawah bimbingan:

Umi Musyarofah, MA

NIP: 150281980

JURUSAN KOMUNIKASI DANPENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(3)

ABSTRAK Triani Sugianingsih

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi

Novel sebagai media cetak masih memiliki pengaruh penting dalam menyampaikan dakwah, terbukti dengan masih cukup banyaknya penggemar novel di Indonesia . Novel menjadi media yang efektif dalam berdakwah karena pembaca dapat memahami lewat perspektif masing-masing, pesan yang ingin disampaikan pengarang. Novel diharapkan dapat membantu para aktivis dakwah dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan pesan aqidah, akhlak dan syariah kepada pembaca. Khususnya dai yang kurang mampu atau kurang percaya diri berbicara dalam sebuah majelis, sehingga dai tetap bisa menuangkan pemikiran mereka dan berdakwah menggunakan media cetak atau tulisan.

Dalam novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi yang merupakan kumpulan dari pengalaman pribadi pengarang sebagai pengajar di sebuah pesantren. Novel ini cukup berbeda dibanding novel best seller lain yang banyak mengusung tema seputar percintaan. Novel ini berkisah tentang kehidupan di pesantren dengan segala konflik dan permasalahannya yang disisipkan berbagai pesan dakwah yang lekat dengan kehidupan pesantren.

Karena novel ini bernuansa Islam, maka diduga didalamnya terdapat pesan dakwah. Mengacu pada hal diatas, dapat disimpulkan perumusan masalahnya adalah apakah isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Pesantren Ilalang? Apa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel tersebut? Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yakni melalui pendekatan kuantitatif, dengan membuat kategorisasi pesan meliputi pesan aqidah, syariah, akhlak, yang terdapat dalam paragraf dan dialog dalam novel Pesantren Ilalang. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, pesan dakwah yang terdapat dalam novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi ialah seputar aqidah, akhlak dan syariah. Dan pesan yang paling dominan disampaikan adalah pesan syariah, karena novel ini berlatar tempat pesantren sehingga pengarang lebih banyak memasukkan pesan ibadah/ syariah.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, sembah sujud dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat selesai.

Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah membawa kebaikan kepada umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan jasa dari berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi sekaligus Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Study Rizal, LK, MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,dan Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta telah memberikan saran, kritik dan motivasi dalam membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Muammar S, Si (Amar De Gapi), sebagai pengarang novel dan telah

menjadi narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai dan berbagi cerita serta dorongan motivasi dan semangatnya.


(5)

4. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Sumarlan serta Almh. Ibu Juminem, atas segenap doa, cinta, kasih sayang, serta motivasi baik moril maupun materiil yang diberikan kepada saya. Tanpa mereka saya bukanlah siapa-siapa.

5. Kedua kakak saya Hermanto,dan Dwi Susilowati,serta kakak ipar saya Dadang Supriyanto atas segala perhatian dan doa.

6. Seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan, memberikan perhatian dan dukungannya.

7. Kak Ros, kak Eva serta Robi’ah sebagai juri/koder, yang telah meluangkan waktu untuk membaca, mengerti dan meresapi novel Pesantren Ilalang sehingga dapat menilai dan bertindak sebagai juri. 8. Teman-teman saya angkatan 2005, seluruh anak kelas KPI B, Dina, Eha,

Ita, Nanda, serta seluruh teman yang selalu baik dan selalu memberi motivasi, dukungan, dan tempatku bertanya. Segala bantuan yang teman-teman berikan hanya Allah Swt yang akan membalas.

9. Serta seluruh kerabat, tetangga saya, teman rumah saya dan pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan seluruh bantuannya. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT, Amin.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI………..iv

DAFTAR TABEL……….vi

DAFTAR LAMPIRAN………vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………5

D. Metodologi Penelitian…….……….6

E. Tinjauan Pustaka………10

F. Sistematika Penulisan ………11

BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Analisis Isi ……….12

B.Pengertian Pesan Dakwah……….………...13

C.Pengertian Novel dan Novel Islam 1. Pengertian Novel………..………19

2. Pengertian Novel Islam………20

D.Novel Sebagai Bentuk Sastra………..……….21

E.Unsur Intrinsik Novel……….….22


(7)

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI

A. Latar Belakang Kehidupan Amar De Gapi………28 B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang

a) Unsur Intrinsik Novel Pesantren Ilalang………..34 b) Sinopsis Novel Pesantren Ilalang……… 37 C. Karya-Kaya Amar De Gapi………41

BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL

PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI

A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……….42 B. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang……...54 C. Pesan Dakwah Dominan dalam Novel Pesantren Ilalang………..74

BAB V PENUTUP

A. Simpulan………75 B. Saran ………..77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

1. Kategorisasi Pesan Dakwah……….8

2. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan..………..43

3. Rincian Hasil Kategori Pesan Aqidah………45

4. Rincian Kategosisasi Pesan Aqidah………...46

5. Rincian Hasil Kategori Pesan Akhlak………48

6. Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak………...48

7. Rincian Hasil Kategosi Pesan Syariah………...50

8. Rincian Kategosisasi Pesan Syariah………...51


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan semakin pesatnya perkembangan media komunikasi dan informasi. Media komunikasi melalui tulisan seperti buku , novel, surat kabar, atau majalah masih memiliki pembaca setia. Ditengah maraknya media komunikasi dan informasi elektronik seperti televisi, internet, bahkan e-book (electronic book), ternyata buku atau novel yang diterbitkan masih tetap eksis di pasaran.

Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik ynag menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan yang menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah,brosur dan materi cetak lain1.

Sebenarnya sejak zaman Rasulullah SAW karya sastra dalam bentuk tulisan telah diterapkan walaupun masih sangat sederhana, terbukti saat Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis wahyu yang turun dari Allah SWT berupa ayat-ayat Al-Quran dengan pelepah kurma agar tidak tercecer atau hilang. Pada abad selanjutnya banyak pujangga Islam yang menuangkan karya mereka tentang pemikiran mereka mengenai Islam melalui tulisan yang berbentuk kitab. Setelah revolusi industri, kemudian menghasilkan alat-alat percetakan yang memudahkan karya tulis dibuat ke dalam bentuk buku yang bisa dicetak dalam jumlah banyak.

1


(10)

Walaupun saat ini sudah banyak masyarakat yang ingin membaca buku atau novel hanya dengan mengakses internet. Bagi masyarakat sibuk di perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi mungkin ini adalah salah satu alternatif baik untuk tetap bisa memperoleh pengetahuan melalui buku, dan tidak perlu repot-repot ke toko buku.

Banyak orang berpendapat buku adalah jendela dunia, melalui buku kita bisa memperoleh pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Buku juga menjadi media hiburan, jika kita membaca buku atau novel ber’genre’ humor, seperti komik. Buku juga merupakan media edukasi yang tepat dalam mentransfer ilmu pengetahuan.

Pembaca novel di Indonesia sudah cukup banyak, mereka tidak hanya dari kalangan dewasa, tapi saat ini anak-anak remaja beranjak dewasa juga menikmati novel. Novel yang paling diminati pembaca khususnya bertemakan cinta, yang dibumbui unsur komedi.

Sesuatu yang bertemakan cinta pasti mendapat perhatian lebih,dan pasti digemari banyak orang. Cinta merupakan kata ampuh dalam menyampiakan pesan komunikasi. Terbukti dengan banyaknya novel yang bertemakan cinta menjadi

best seller, film tentang percintaan menjadi box office, dan banyaknya program acara televisi yang mengatas namakan cinta memperoleh rating tinggi.

Sastra Islam(fiksi Islami) merupakan karya seni dan merupakan unsur penting peradaban Islam. Apa yang dimaksud dengan sastra Islam paling tidak mengacu pada pengertian dan hakikat Islam sendiri yang tentu saja terbuka


(11)

diperdebatkan. Secara general Islam berarti “berserah diri” dihadapan yang Maha Mutlak. Dalam hal ini, tauhidlah landasannya.2

Begitu pula dengan novel Islam yang banyak mengusung tema cinta, namun tetap memasukkan unsur-unsur dakwah dalam cerita. Karena esensi karya sastra Islam, seperti novel Islam selalu mengandung unsur dakwah.

Dakwah dapat diartikan dengan seruan, undangan atau ajakan yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak, dimana pihak pertama da’i berusaha menyampaikan pesan, informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua mad’u namun dalam proses berdakwah hendaknya pesan-pesan agama disampaikan dengan cara yang baik.3

Saat ini media dakwah sudah mulai berkembang, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, dakwah tidak hanya dapat dilakukan dari masjid ke masjid, terbatas ruang dan waktu. Aktivis dakwah sudah banyak menggunakan media komunikasi seperti buku, televisi, radio, sampai internet yang bisa diakses oleh siapapun diseluruh penjuru dunia.

Begitu pula dengan Novel Islam yang saya baca yang berjudul “Pesantren Ilalang” novel ini tidak seperti kebanyakan novel yang dipajang dirak-rak toko buku yang kebanyakan bertemakan cinta. Novel “Pesantren Ilalang” mengisahkan tentang pengabdian seorang guru yang harus mengajar disebuah pesantren yang letaknya cukup jauh dari kota, bisa disebut pedalaman. Novel ini pengarang tulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai pengajar di Pesantren Subulussalam Aceh, Singkil.

2

Helmi Setiawan, Sastra-Sastra Islami, (Jakarta: Gema Insani, 2004) hlm.24 3


(12)

Mungkin novel ini tidak jauh berbeda kisahnya dengan novel best seller

seperti novel Laskar Pelangi yang bertemakan tentang pengabdian seorang guru yang mencurahkan segenap hati dan jiwa demi kepentingan pendidikan, yang membedakan hanya setting tempat dan waktu.

Karena pengarang sebagai pelaku kejadian dan tokoh utama, maka deskripsi yang dituturkan pengarang sangat detail mengenai situasi tempat dan setting waktu. Novel ini bercerita tentang tokoh utama yang bernama ustadz Kemal yang tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan saat dirinya telah lulus dari Universitas. Awalnya tawaran sebagai pengajar di pesantren yang letaknya jauh dari kota tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sampai akhirnya dia sangat menikmati sebagai pengajar dan sangat mencintai anak-anak didiknya. Walaupun dia hanya mendapat gaji dengan honor kecil.

Kehidupan pesantren tradisional yang sangat sederhana tidak membuat ustadz Kemal menyerah dan merasa bosan untuk mengajar. Berbagai konflik yang terjadi selama ustadz Kemal mengajar menjadi perekat antara usatadz Kemal dengan seluruh penghuni pesantren. Hingga akhirnya ustadz Kemal diberi kepercayaan menjadi Kepala Sekolah. Ustadz Kemal juga harus melibatkan diri secara pribadi dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh para santri.

Penulis cukup mahir dalam menceritakan tiap konflik yang terjadi dengan sangat menarik dan cukup membuat pembaca penasaran. Karakter tokoh utama yang sangat kalem dan sabar serta penggambaran aktivitas sehari-hari para santri di pesantren tradisional, merupakan daya tarik khusus bagi pembaca yang tidak pernah merasakan kehidupan pesantren.


(13)

.

Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap novel yang sarat dengan pesan-pesan dakwah. Maka peneliti tertarik untuk meneliti sebuah novel, dengan mengangkat judul penelitian “Analisis Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren Ilalang Karya Amar De Gapi”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari beberapa karya yang telah dihasilkan oleh Amar De Gapi, dalam hal ini penulis membatasi dengan mengambil salah satu karya yaitu novel ” Pesantren Ilalang”. Penelitian ini dibatasi pada tiap paragraf dan dialog yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”. Karena buku ini bernuansa Islam, maka diduga di dalamnya banyak terdapat pesan dakwah yang mengandung unsur-unsur pesan dakwah yaitu aqidah, akhlak, syariah. Mengacu pada hal di atas, kemudian peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel “Pesantren Ilalang”? 2. Apa pesan dakwah yang cenderung mendominasi isi novel tersebut?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pesan dakwah yang disampaikan melalui novel ”Pesantren Ilalang”.

b. Mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat dalam novel ”Pesantren Ilalang”.

2. KegunaanPenelitian


(14)

juru dakwah mengenai pentingnya pemanfaatan berbagai media dakwah melalui media cetak yaitu sebuah novel.

b. Kegunaan akademis yaitu memberikan kontribusi tentang pengembangan media dakwah dengan memasukkan pesan dakwah ke dalam karya tulis berupa novel

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis isi yang biasanya dipakai untuk memberikan gambaran secara jelas tentang kecenderungan pesan-pesan dakwah.

R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan dalam suatu yang sistematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan-pesan tatanan yang disampaikan oleh komunikator.4

Metode analisis isi juga diartikan sebagai objek data dianalisis secara manifest, artinya dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat) bukan menurut arti yang terkandung diatas baris demi baris (tersirat)5.

Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang reflicable (yang dapat ditiru) dan shahih dari data atas dasar konteksnya6.

Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel “Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi yang diterbitkan oleh Diva Press pada tahun 2009, dan unit pengamatannya adalah tiap paragraph dan dialog yang mengandung

4

R. Hostly. Et al, Konteks Analisis dalam Handbook Psycology, edited by: Gardner Lindsey

5

Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Garafindo, 2006), h.7

6

Klaus Krippendrof, Analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) h.56


(15)

pesan dakwah dalam novel tersebut.

1. Alat pengumpulan data:

a. Koding (coding sheet) , yaitu tabel yang berisi kategori-kategori pesan dakwah yang menjadi objek penelitian. Coding sheet dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan.

b. Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Teknik yang digunakan adalah

interview terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengarang novel “Pesantren Ilalang”, yang dijawab langsung dengan bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Amar De Gapi (pengarang) pada tanggal 13 Mei 2009 di School Of Universe Parung, Bogor. Penulis juga berkomunikasi lewat media handphone di nomor 08158397731 dan media facebook atau email dengan alamat

amarde77@yahoo.com

c. Studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data-data berupa buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, seperti buku-buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi, dan novel.

Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi dan wawancara. Kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat ringkas, kemudian hasilnya diuraikan dengan dijelaskan dalam deskripsi hasil


(16)

penelitian. Karena teknik analisis data yang dipakai oleh penulis adalah analisis deskriptif. Maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dan wawancara dijabarkan dengan memberikan analisis kemudian diambil kesimpulan akhir .

2. Teknik Pengumpulan Data a.Kategorisasi

Penyusunan kategorisasi pesan yang diteliti meliputi tiga kategori besar yaitu aqidah, akhlak, syariah Data tersebut dibuat dalam bentuk

cooding sheets. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan, dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri/koder.

Koder terdiri dari juri 1 adalah Rosdiana yang merupakan alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, juri 2 adalah Robiatul Adawiyah alumni Universitas Indonesia jurusan Geografi, saat ini mengajar privat dan TPA, juri 3 adalah Amla Eva Nadya alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Perbankan Syariah.

Tabel I Kategorisasi Pesan NO KATEGORI SUB KATEGORI

1 Aqidah 1. Iman Kepada Allah 2. Iman Kepada Rasul


(17)

2. Akhlak kepada Allah 3. Syariah 1. Ibadah

2. Muamalah

Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F X 100% N

Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N= Jumlah Populasi b. Analisa Data

Data akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisa dengan menggunakan kuantitatif. Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan menggambarkan tokoh dan menganalisis isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan yang cermat mengenai isi novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Dan untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori-kategori isi tulisan dimintakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder. Hasil kesepakatan tim juri tersebut, dijadikan koefisien reliabilitas dengan rumus dari Hostly7, yaitu:

Koefisien reliabilitas = 2m N1+N2

7


(18)

Keterangan :

2M : Nomor keputusan yang sama antar juri NI+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M : Kesepakatan antar juri

N : Jumlah yang diteliti

Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antara juri (komposit reliabilitas) dengan menggunakan rumus:

Komposit reliabilitas = N (X antar juri)

1+(N-1)(X antar juri)

Keterangan : N : Jumlah juri X : Rata-rata

c. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara dengan penulis novel yaitu Amar De Gapi pada tanggal 13 Mei 2009, yang bertempat di School of Universe Parung, Bogor. Kemudian di waktu yang berbeda pada tanggal 8 Juni 2009 penulis bertemu langsung dengan 3 juri, dan semua data terkumpul pada 22 Juni 2009.

d. Teknis Penulisan

Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Ceqda, 2007).

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi, terbukti dengan banyaknya skripsi yang ditemukan penulis di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, penulis menjadikan skripsi berikut sebagai referensi yaitu: Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel ”Di Atas Sajadah Cinta” Karya Habiburahman El-Shirazy , ditulis


(19)

oleh Zakiyah Fiddini, 2008 unit pengamatan skripsi ini adalah per bab dan dialog, dengan membagi 3 kategori pesan yaitu aqidah, akhlak syariah. Dalam skripsi ini pesan dakwah yang paling dominan adalah aqidah dengan prosentase 52,63%, kemudian akhlak dengan prosentase 26,31%, sedangkan syariah dengan prosentase 5,26 %.

Kemudian skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Dakwah dalam novel ”Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara garis besar ia membahas pesan moral, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pesan dakwah yang paling dominan yaitu aqidah dengan prosentase 38,1%, akhlak 28,6%, dan syariah 11,2%.

Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi, belum terdapat skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam novel ”Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Oleh karena itu penulis mengajukan judul tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis, maka penulisan skripsi ini disusun:

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis, berisikan konseptualisasi dakwah, pengertian pesan dakwah, unsur-unsur dakwah, pengertian novel dan novel Islam, novel sebagai bentuk sastra, unsur intrimsik, novel sebagai media dakwah.


(20)

BAB III : Sekilas tentang biografi Amar De Gapi, membahas tentang latar belakang kehidupan Amar De Gapi, unsur intrinsik dalam novel Pesantren Ilalang, karya-karya Amar De Gapi.

BAB IV : Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi, membahas isi pesan dakwah, analisis isi pesan dakwah dan pesan dakwah paling dominan.


(21)

BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Analisis Isi

Dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, definisi analisis isi

(content analysis)merupakan tekhnik penelitian untuk memperoleh keterangan

dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll.8

Menurut Klauss Krippendorf metode analisis isi ialah sebuah teknk penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.9 Menurut Agus Putranto menjelaskan penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.10

Menurut Wazer dan Wiener analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.11

Berger menyatakan bahwa, analisis isi adalah teknik penelitian yang melibatkan pengukuran suatu pesan. Seperti menghitung kekerasan

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 19

Klaus Krippendorf, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi

M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), hal.146

11

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal.68-69


(22)

menentuakan presentase orang kulit hitam, atau apapun secara acak dari beberapa bentuk komunikasi seperti: komik, komedi situasi, opera sabun, berita dsb.12

B.Pengertian Pesan Dakwah

Pesan (message) dakwah adalah pesan yang dikomunikasikan, dalam dakwah adalah ajaran Islam yang dikemas dengan baik oleh da’i13.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pesan dakwah adalah perintah, nasihat, permintaan amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain14.

Pengertian dakwah menurut etimologis adalah ‘panggilan, seruan, ajakan’. Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu,penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan,maupun secara lukisan (panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam)15

Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul16.

Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan melalui aktivitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam

12

Ibidh, hal. 69 13

Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, ( Jakarta: Gema Insani, 2001 ), h.28

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997 ), h.761

15

Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam ,( Jakarta: Gema Insani, 2004 ), h.152

16


(23)

berdakwah. Alquran merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-nilai kebenaran.17

Dakwah Islam tidak sekedar diartikan sebagai ajaran Islam, tetapi lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi keIslaman. Dengan demikian, para dai sebagai pengundang harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.18

Dalam buku Membumikan Al-Quran, Quraisy Syihab berpendapat bahwa pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi akidah, ibadah, dan akhlak. Dasar dari pembagian tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Quran yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan susila.19

1. Unsur-Unsur Dakwah

Dakwah dikatakan berhasil apabila semua unsur dalam dakwah dipenuhi dan bisa dioperasionalkan dengan baik. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah :

Da’i

Seorang da’i hendaknya memiliki kepribadian yang baik bagi seorang da’i. kepribadian itu bisa bersifat ruhaniah, (psikologis), yang meliputi sikap, sifat,dan kemampuan diri seorang da’i. sifat dari pribadi dai diantaranya, iman kepada Allah, ikhlas yang tidak mementingkan

17

Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.33

18

Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya ( Jakarta: Gema Insani, 1999 ), h.80

19


(24)

kepribadian, ramah dan penuh pengertian, tawadhu’ rendah diri, sederhana dan jujur, tidak egois, sabar20

Seorang da’i menyampaikan dakwah secara sengaja untuk mengajak setiap manusia ke jalan kebenaran sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 104:

!

"

#$% &

'(

) *+,-

./

0 -

1

2

34

5 6

,

7 8

9;<=

*+

2

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar merekalah orang-orang yang beruntung

a) Objek Dakwah

Mereka yang menerima dakwah (mad’u) lebih tepat disebut mitra dakwah daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah, padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syariah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dihayati dan diamalkan bersama-sama.21

b) Materi Dakwah

Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang

20

Enung Asamaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, ( Jakarta: PT Mizan Publika, 2004 ), h.37

21


(25)

menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, membahas yang menjadi dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah

dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, akidah, syari’ah, akhlak.22

1. Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, permanent, saling mengikat, dan rapat. Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam I’tiqad bersifat yang mencakup masalah masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman.23 pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul24.

Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathinyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.25

a) Iman kepada Allah

22

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71 23

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT Wijaya, 1971) hal.1 24

AA. Hamid al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta, Niaga Swadaya, 2004), h.34

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ihklas,1983), h. 60


(26)

b) Iman kepada Malaikat-Nya c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya e) Iman kepada hari akhir

f) Iman kepada qadha dan qadhar

2. Akhlak, kata akhlak secara etimologi berasala dari bahasa Arab, dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara linguistik kata akahlak merupakan isim dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah Swt). Ada pula yang mengatakan akhlak yaitu perkataan jama, dari bahsa Arab yang berarti khulk, sedangkan didalam kamus Al- Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Sedangkan di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak ialah sifat manusia yang terdidik26. Sedangkan menurut Al-Ghazali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:

a) Akhlak kepada Allah

b) Akhlak terhadap sesama manusia

3. Syariah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw. Berbentuk wahyu di dalam Al-Quran dan sunnah. Sedangkan secara terminologi

26


(27)

syariah ialah ketentuan (norma) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah)27. Syariah yang mencakup pengertian dalam hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-Quran dan hadits shahih atau ditetapkan dengan ijma’.

a) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat, shaum (puasa), haji bila mampu.

b) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas (hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya. Kemudian Al- Qunnul’am (hukum publik), hinayah, (hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai) dan sebagainya.

c) Media Dakwah

Media berasal dari bahasa latin yaitu “median” yang berarti alat perantara. Pengertian media secara istilah segala sesuatu yang dapat dijadikan alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.28

Media adalah alat atau perantara dalam menyampaikan dakwah, saat ini para juru dakwah (dai) sudah menggunakan teknologi. Dengan cara berdakwah melalui berbagai media, seperti media cetak yaitu melalui buku, koran , majalah dan novel. Melalui media elektronik yaitu radio, televisi, hingga dakwah melalui internet.

27

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta:PT Pustaka Firdaus, 1994), hal.343 28

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h.165


(28)

d) Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara atau jalan yang hArus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq29

B. Pengertian Novel dan Novel Islam 1) Pengertian Novel

Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan dari kata “novies” yang berarti baru. Menurut Henry Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Sastra dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis-jenis novel ini muncul kemudian.

Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa narasi, bersifat imajinatif, ceritanya lebih panjang dari cerpen, merupakan peniruan dari kehidupan manusia, dan melibatkan banyak tokoh30.

Novel adalah salah satu karya yang berbentuk prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.31

29

Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.35 30

Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung:Media Grafindo Pratama 2006), h.45

31

Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992),h.99


(29)

Novel merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra yang khasnya mempunyai elemen-elemen seperti: plot, tokoh, setting, dan lain-lain. Dalam sebuah novel juga cenderung menitikberatkan munculnya kompleksitas. Novel merupakan produk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia, masa perkembangannya terjadi pada tahun 1970-an.32

2) Pengertian Novel Islam

Novel Islam merupakan novel yang berisikan kisah cerita yang memiliki nilai-nilai dakwah. Dalam alur cerita novel tersebut, menyisipkan unsur dakwah. Nilai-nilai dakwah yang dimasukkan dalam isi cerita novel Islam sengaja dimasukkan oleh pengarang novel. Biasanya nilai-nilai dakwah yang dimasukkan seperti aqidah, akhlak, syariah.

Novel Islam menurut Amar De Gapi adalah novel yang berkisah sesuai dengan norma-norma agama Islam. Maksudnya setiap kisah yang terkandung di dalamnya harus memberi perubahan, wawasan yang baik pada pembaca. Khususnya pembaca digiring untuk menjadi lebih taat kepada Allah Swt, juga kisah tentang pembelajaran tentang aturan Islam33

Menurut Sunarwoto Prono Legsono dalam buku Menandai Kebangkitan Fiksi Islam, mengartikan sastra Islami dalam 3 bagian:

32

Jacob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1970-1977, (Bandung: Alumni, 1999), h.12

33


(30)

1) Sastra Islami adalah karya sastra yang menampilkan persoalan (tema) dan latar belakang dunia Islam. Tidak hanya dalam konteks Indonesia, tetapi dunia Islam secara universal.

2) Sastra Islami adalah karya yang menampilkan tokoh-tokoh Islam. Para pelaku cerita adalah orang-orang Islam yang berjuang atau memperjuangkan ke-Islamannya.

3) Para penulis adalah orang-orang Islam.

C. Novel Sebagai Bentuk Sastra

Karya sastra adalah karya yang kreatif, sehingga ada hal yang baru muncul, sastra mempunyai intensitas terhadap realitas bukan sekedar meletakkan kembali realitas tersebut.34

Dalam hal ini beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian dari sastra:

1) Menurut M. Atar Semi, bahwa sastra adalah bentuk seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.35

2) Panuti Sujiman mengemukakan, sastra adalah karya lisan dan tulisan yang memilki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, karakteristik, keindahan dalam isi dan ungkapannya.36

34

Goenawan Muhammad, Sejarah Sastra Indonesia, Perkembangan Yang Tak Pernah Mengagetkan,( Prisma no.8 tahun 1998 ), h.53

35


(31)

3) Menurut Jan Van Luxembrug, pada dasarnya sastra adalah seni kreatif. Hal ini lahir karena adanya objek peristiwa dari kegiatan manusia itu sendiri. Dan sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi.37

Segala yang berhubungan dengan sastra adalah sesuatu yang bisa dipahami dan dimengerti. Dan sebuah karya sastra selalu mengandung banyak pesan di dalamnya, yang dirangkai dengan kata-kata indah.

D. Unsur Inrinsik Novel

Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut Welleck dan Warren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas penagarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.38

36

Panuti Sujiman, Kamus Istilah Sastra, ( Jakarta: UI Press, 1990 ), h.71 37

Jan Van Luxembrug, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: PT Gramedia, 1989 ), h.112

38

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.23


(32)

Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: 1. Plot

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain39. Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkana secara linear, akan memepermudah pemahamankita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanan plot berarti kemudahan serita umtuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami40.

Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah41.

Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau secara berurutan cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot balik (flash back), yakni peristiwa yang diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita

39

Ibid, h.110 40

Ibid , h.120 41

Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986), h.49


(33)

dikisahkan. Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu kategori plot yaitu progresif-regresif atau dapat dinamakn plot-campuran42.

2. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagio jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau ada beberapa jumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter,menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafirkan oleh pembaca, lebih menunujuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita43.

Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu:

a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termasuk konflik sehingga

42

Burhan Nurgiantoro, , Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,1995), h.153-156


(34)

tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot44. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh didalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita45.

b. Tokoh Protagonis

Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, megartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita46.

c. Tokoh Antagonis

Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita47

d. Tokoh Tritagonis

Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan antagonis.

e. Tokoh pembantu atau tambahan

44

Ibid, h. 176 45

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003), h.16

46

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995),h. 178

47


(35)

Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagi pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau penengah jika terjadi konflik.

3. Setting atau latar

Latar atau setting, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu temapat yang diceritakan dalam karya fiksi48.s

4. Point Of View

Sudut pandang atau point of view oleh Robert Stanton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia dan Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai49.

Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan tatanan bahasa, yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan menggugah pembacanya

48

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1995), h.81

49

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang, (Bandung : Katarsis, 2003) h.16


(36)

untuk terus membaca dan tidak merasa bosan terlarut dalam cerita yang diceritakan.

Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalm bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih50.

E. Novel Sebagai Media Dakwah

Tulisan merupakan salah satu dari sekian banyak cara dalam berdakwah, saat ini telah banyak penulis yang mengaplikasikan hal tersebut ke dalam sebuah buku. Novel merupakan salah satunya, banyak pembaca yang menikmati novel Islam.

Novel Islam dibuat karena hal itu merupakan salah satu cara mengemas materi dakwah agar selalu terlihat menarik, tidak monoton, dapat menghibur, dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, pembaca juga membaca ulang materi dakwah yang disampaikan jika lupa.

Dakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah Saw. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat pada sejumlah pengurus Arab saat itu Atau yang paling mungkin lagi karena pesan pertama Al-Quran adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat kaitannya dengan perintah menulis51.

Sebuah novel bernilai dakwah bila segala unsur yang terdapat dalam novel tersebut memiliki pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai keislaman. Hal itu juga bisa

50

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 204

51


(37)

dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan pengetahuan pengarang mengenai Islam.

Dalam novel terdapat banyak pesan-pesan dakwah yang dapat disampaikan dari setiap uraian kalimat yang diuntai oleh pengarang. Pengarang juga dapat menyisipkan pengetahuan Islam mereka kedalam alur cerita sebuah novel. Pembaca juga dapat mengikuti alur cerita yang dibuat pengarang, pembaca mulai menenggelamkan atau menyatu dengan alur cerita. Biasanya tanpa sadar pembaca, juga ikut membayangkan dan ikut merasakan menjadi tokoh utama .

Pemanfaatan novel Islam sebagai media komunikasi dakwah merupakan salah satu alternatif pengarang dalam mencapai target dakwah penggemar novel. Pengarang sebagai dai bisa memasukkan materi-materi dakwah dan referensi mengenai pengetahuan Islam ke dalam teks narasi dalam sebuah novel

Dengan membaca novel Islam, secara tidak langsung pembaca telah mendapat pesan-pesan dakwah dan pengetahuan tentang Islam, pembaca juga tidak merasa digurui. Novel juga dapat memberikan waktu kepada pembaca untuk memahami pesan-pesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari

BAB III

SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI A. Latar belakang Kehidupan Amar De Gapi

Penulis novel Pesantren Ilalang adalah Amar De Gapi yang merupakan nama pena dari Muammar S.Si. Pria kelahiran Blang Kumot, Aceh pada 12


(38)

Januari 1977, saat ini bermukim di komplek Griya Melati, Blok D, Bubulak Bogor. Bang Amar begitu pria ini akrab dipanggil, merupakan pribadi yang sedikit pemalu, saat ditemui disela-sela aktivitas mengajarnya di sekolah alam pada Rabu, 13 Mei 2009 di daerah Parung. Bang Amar banyak bercerita tentang dirinya. Alasan mengapa ia menggunakan nama pena juga dijelaskan, Amar merupakan nama panggilannya sejak kecil. Sedangkan Gapi merupakan sebutan bagi anak-anak Aceh yang memiliki kulit putih atau cerah.

Bang Amar juga menceritakan kalau dia merupakan anak kedua dari pasangan M. Yacob dan Khadijah Yusuf. Kakaknya sudah lama merantau jadi perhatian orang tuanya tercurah seluruhnya untuknya. Saat bang Amar kecil, pemberontak GAM telah membuat keadaan di Aceh menjadi daerah operasi militer, karena GAM telah membuat rakyat Aceh risau. Bang Amar juga termasuk anak yang jahil, suasana di Aceh sedikit mencekam bila malam tiba. Pada waktu itu bila Maghrib tiba pintu rumah sudah mulai tetutup.

Bang Amar kecil bersekolah di SDN Lhok Igeuh, Aceh Pidie. Dia bercerita saat SD dia termasuk anak yang cukup nakal. Dia suka tidak mengikuti pengajian, dan malah bersembunyi di kolong tempat tidur, biasanya ayahnya akan memarahinya.52

Bang Amar tergolong anak yang cukup pintar karena, ia selalu bersekolah di sekolah negeri, seperti pendidikan SMP yang ditempuhnya di SMP No.1 Kota Bakti, Aceh Pidie. Kehidupannya semasa SMP sama seperti anak SMP kebanyakan. Bakat menulisnya telah terlihat sejak kecil. Tapi ia mulai

52


(39)

memberanikan diri untuk mempublikasikan tulisannya, saat ia duduk bangku SMA yang ditempuhnya di SMA N Darussalam Banda Aceh. Saat itu ia mengikuti semacam lomba menulis kreatif yang diadakan oleh kantor pos dekat rumahnya dan tidak disangka dirinya memenangkan lomba tersebut, bahkan tulisannya sempat dipajang di kantor pos tersebut53.

Hobi menulisnya berlanjut hingga di bangku kuliah, bang Amar berkuliah di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh jurusan Matematika. Bang Amar merupakan mahasiswa yang cukup aktif, ia merupakan salah satu anggota BEM, sehingga biasanya tulisannya dimuat di buletin kampus. Terbukti dengan pengalaman organisasinya sebagai Ketua Humas KAMMI periode 1998-2001 daerah Aceh, Banda Aceh, NAD. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua Rohani Islam (Rohis) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Unsyiah, Banda Aceh-NAD periode 1999-2001. Ia juga menjadi Ketua Bidang Jurnalistik dan Data, Social Service Centre, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Banda Aceh pada tahun 1998-2001, karena dirinya aktif menulis54.

Dia juga cukup sering mengirimkan hasil tulisannya ke majalah-majalah Islam seperti Annida, Sabili, Koran Republika dan masih banyak lagi. Biasanya tulisannya berkisah tentang pengalaman pribadi yang dialaminya, maupun pengalaman pribadi orang lain yang diceritakannya kembali ke dalam tulisan dengan sangat baik.

Sama halnya dengan novel Pesantren Ilalang yang merupakan novel pertamanya. Novel ini merupakan pengalaman pribadinya saat mengajar di

53 Ibidh

54


(40)

Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil selama 2001-2004. Pengalamannya selama mengajar selalu ditulisnya dibuku catatan hariannya, sehingga tidak ada satu pun kejadian menarik yang dialaminya luput dari tulisannya55.

Bang Amar beraktivitas sebagai pengajar di sekolah alam (School of Universe) Parung, Bogor. Bang Amar sangat dekat dengan dunia pendidikan, karena dia menganggap mengajar sama dengan berdakwah. Bang Amar sangat mendedikasikan dirinya dalam mengajar, ia hampir mempergunakan seluruh waktunya di sekolah dari pukul 08.00-16.00, dirinya berada di sekolah. Jadi ia jarang sekali berada di rumah, ia mengkhususkan waktunya pada hari Sabtu dan Minggu hanya untuk keluarga.

Dalam urusan rumah tangga Bapak dari Muhammad Faruq Abdillah dan Muhammad Afif Abdillah ini menyerahkan masalah pendidikan yang terbaik untuk anaknya kepada sang istri Susanna. Kebetulan istrinya merupakan lulusan S2 IPB, sehingga sang istri mendedikasikan seluruh waktunya menjadi ibu rumah tangga, hanya untuk mencurahkan segala perhatian kepada anaknya. Bapak yang satu ini sangat menyayangi keluarganya, ia juga sempat menyatakan alasan mengapa ia memberanikan diri untuk mengirimkan tulisannya kepada penerbit yaitu agar hasil tulisannya kelak bisa menjadi referensi yang baik bagi anak cucunya kelak dan anaknya bisa belajar dari pengalaman pribadi bapaknya.

55


(41)

Alasan yang cukup sederhana tetapi merupakan salah satu hal yang cukup penting56.

Sebenarnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengirimkan hasil tulisannya selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, dijadikan sebuah novel. Hal ini bisa terwujud karena dorongan sang istri, saat mengetahui dirinya telah menyelesaikan tulisannya, sang istri memberikan ide untuk mengirimkannya kepada penerbit. Saat itu bang Amar berfikir kenapa tidak dicoba, kemudian dia memasukkan hasil tulisannya ke sebuah penerbit. Tetapi ternyata penerbit tersebut menolak untuk menerbitkan tulisannya menjadi novel. Alasan penerbit tersebut menolak tulisan bang Amar karena tulisannya tidak sesuai dengan konsep penerbit tersebut57.

Bang Amar tidak berputus asa, ia kemudian mencari tahu tentang penerbit lewat browsing internet. Kemudian pilihannya jatuh ke penerbit diva press, karena menurutnya cover buku yang diterbitkan penerbit tersebut sangat menarik. Saat ia mengirimkan tulisannya ke penerbit diva press tidak berselang lama, ia dikabari pihak penerbit bahwa tulisannya bisa diterbitkan menjadi sebuah novel. Hal ini bisa terwujud berkat dorongan istri dan teman-temannya. Bahkan teman mengajarnya ada yang didaulat menjadi editor untuk mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada tanda baca pada tulisannya58.

Bang Amar sangat mencintai pekerjaannya sebagai pengajar disekolah tempatnya mengajar saat ini, karena sekolah alam dimana ia mengajar merupakan sekolah inklusif. Sekolah alam tersebut juga memiliki metode belajar khusus,

56

Percakapan melalui handphone, pada 2 Juni 2009 57

Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 58


(42)

yaitu anak didiknya belajar di alam terbuka. Anak didik bang Amar di sekolah alam juga tidak hanya berasal dari anak-anak normal seperti kebanyakan, tetapi juga terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak-anak autis yang bersosialisasi di kelas yang sama. Dalam menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus bang Amar dituntut memiliki kesabaran lebih dibanding dengan mengajar anak-anak normal lain. Metode belajar yang diberikan juga tidak sama dengan anak-anak normal. Selain harus memiliki kesabaran lebih, dirinya juga dituntut harus memiliki daya kreatifitas tinggi dalam mengajar59.

Novel Pesantren Ilalang menceritakan segala pengalaman pribadi yang dirasakan Bang Amar selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil. Novel ini sedikit berbeda dengan novel-novel best seller lain yang banyak menekankan cerita tentang percintaan. Novel ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi tenaga pengajar lain yang baru terjun menjadi pengajar di tempat terpencil dengan segala keterbatasan fasilitas.

Novel ini bisa menjadi sedikit gambaran bagi pembaca yang belum pernah merasakan kehidupan pesantren. Dalam novel ini bang Amar juga ingin menyampaikan pesan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membuat anak-anak didiknya patah semangat. Bahkan mantan anak didik bang Amar di pesantren ada yang menuntut ilmu sampai ke negara Mesir. Dan tidak sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membatasi prestasi seseorang, asal kita memiliki niat, doa, dan usaha.

59


(43)

Pesantren Ilalang merupakan novel perdana bang Amar, ia berharap novel ini dapat menjadi awal yang baik bagi dirinya dalam melakukan aktivitas dakwah melalui media tulisan atau novel. Bang Amar berharap novel Pesantren Ilalang dapat diterima masyarakat dan penggemar novel Islam.

Saat ini bang Amar juga sedang menulis mengerjakan novel berikutnya, masih berkisah mengenai pengalaman pribadinya sendiri. Novel ini bercerita tentang masa kecil bang Amar di Aceh, yang saat itu masih dilanda kecemasan karena saat itu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melakukan pemberontakan dan berkuasa. Bang Amar ingin menggambarkan bagaimana suasana sangat mencekam dan rasa tidak aman mengancam warga Aceh sewaktu-waktu saat itu60. Bang Amar sangat independent dalam menulis, karena dirinya menulis sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang dirasakannya. Dirinya mengaku tidak pernah terpengaruh oleh karya-karya pengarang novel lain. Itu sebabnya dia lebih memilih membuat novel berdasarkan pengalaman pribadi dirinya61.

Menulis merupakan salah satu cara bang Amar dalam berdakwah, namun dirinya mengaku akivitasnya sebagai pengajar juga merupakan salah satu cara dalam berdakwah. Ia akan sangat senang bila novel Pesantren Ilalang bisa menjadi referensi postif bagi pembacanya. Bang Amar juga sempat bercerita novel Pesanten Ilalang akan segera diterbitkan di negara Malaysia. Dan novel berikutnya yang saat ini sedang dikerjakannya bisa segera diterbitkan62.

60

Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 61

Percakapan melalui handphone pada 2 Juni2009 62


(44)

B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang

a) Unsur Intrinsik Dalam Novel Pesantren Ilalang

Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Pesantren Ilalang, diantaranya adalah:

1.Plot

Dalam novel Pesantren Ilalang cerita yang digambarkan termasuk dalam kategori plot progresif atau lurus, yaitu novel ini mulai menceritakan tentang alasan tokoh utama bisa mengajar di Pasantren yaitu tahap awal, yang terdapat dalam novel berikut:

Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan. Meski serba kebetulan dan tak diharapkan, dan meski dengan sedikit rasa keikhlasan di dada, tetap bisa memberi warna lain akan jalan hidup. Profesi yang kujalani sekarang sebagai seorang guru: jauh dari harapan, dan tak pernah singgah di impianku. Latar belakang pendidikanku yang di fakultas MIPA Matematika bertolak belakang dengan apa yang kujalani sekarang. Setelah lulus kuliah, tawaran mengajar di Pesantren as-Salam, menghadapkanku pada kenyataan lain: menjadi seorang guru di tempat yang terpencil? Segala predikat harus kutanggalkan sejenak. Melipat rapi dalam benak kepala63.

Kemudian masuk ke tahap tengah atau konflik, seperti kutipan dalam novel berikut:

Rahmad duduk di bangku kelas tiga Tsanawiyah, dia tergolong anak pintar. Dia sering jadi bintang dilapangan sepak bola, dia juga selalu mengumandangkan azan dan dan ayat-ayat suci al-Quran di masjid. Namun rahmad menjadi pribadi yang berbeda saat dikirimi kabar melalui surat bahwa ayahnya yang menjadi tulang pungung keluarganya ditangkap polisi karena terlibat kasus narkoba. Dirumahnya, ditemukan satu kilogram pil ekstasi yang berasal dari temannya di Medan. Rahmad menangis tersedu-sedu, ia menyesali setiap butir nasi yang masuk ke dalam perutnya, setelah tahu itu adalah hasil dari penjualan barang haram. Puncak dari kegamangan jiwanya, ia kabur dari pesantren64.

Dan akhirnya sampai pada tahap akhir atau penyelesaian, yang terdapat dalam novel berikut:

63

Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.7-9 64


(45)

Didalam laci lemari Rahmad ditemukan surat yang berisi tentang keinginannya untuk pergi berjihad ke Ambon.Ustadz Kemal yang merupakan guru yang paling dekat mendapat tugas untuk menyusul Rahmad ke Medan, mencari dimana pos relawan jihad Ambon. Ketika tiba di Medan dan bingung harus mencari kemana, akhirnya Ustadz Kemal berinisiatif menghubungi Ustadz Amir yang rumahnya berada di Binjai. Dan ternyata Rahmad juga berada disana, karena Rahmad juga kebingungan dan tidak menemukan posko jihad Ambon. Setelah bertemu dengan Rahmad, hari itu juga aku langsung membawa Rahmad ke pesantren65.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam novel yang memiliki beberapa cerita ini dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu.

a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam novel tersebut adalah Ustadz Kemal, Siti, Rahmad, Kepala Sekolah, Ustadzah Ainun.

b. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, sesuai dengan novel tersebut adalah Ustadz Kemal.

c. ]Tokoh antagonis adalah tokoh yang menantang protagonis, sesuai dengan novel tersebut adalah Amran, Rahmad.

d. Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah, sesuai dengan novel tersebut yaitu Ustadzah Sarah, Ustadzah Mutia, Ustadz Ramzy. e. Tokoh Pembantu atau tambahan yaitu tokoh pembantu pelaku

tokoh utama yaitu Fauzan, Haris, Ustadz Amir. 3. Setting atau latar

Latar tempat cerita dalam novel merupakan Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, berada di perbatasan Sidikalang dan Nangroe Aceh Darussalam. Latar waktu dalam novel dikisahkan pada tahun 2001 sampai tahun 200466.

65

Ibid, h. 144-147 66


(46)

Latar sosial Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil berada di daerah perbatasan dan perkampungan yang cukup jauh letaknya dari kabupaten kota, masyarakat sekitar pesantren masih memiliki pemikiran tradisional dan masih dekat dengan budaya mistis, pengetahuan agama belum diaplikasikan dengan baik. Dan mata pencaharian masayarakat sekitar masih tradisional, seperti berburu (keluar-masuk hutan), menjadi sopir angkutan, buruh tani dan pekerjaan kasar lain67.

4. Point Of View

Sudut pandang yang digunakan pengarang sudut pandang orang pertama karena pengarang memposisikan dirinya sendiri dalam cerita. Tata bahasa yang digunakan oleh penulis juga sudah baik dan telah memenuhi standard Ejaan Bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Gaya bahasa yang digunakan juga menggugah hati pembaca. Pembaca juga digiring ke dalam alur cerita yang menarik dan tidak mudah ditebak.

b) Sinopsis Novel Pesantren Ilalang

Dalam benak Ustadz Kemal tidak pernah terlintas dalam pikirannya selepas lulus kuliah di sebuah Universitas di Banda Aceh, dia akan menjadi seorang guru, tapi kenyataan berbeda dengan harapan dan impian68.

67

Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.71 68


(47)

Setelah lulus kuliah dirinya ditawari pekerjaaan sebagai guru/ustadz di pesantren as-Salaam, letak pesantren tersebut cukup jauh dari kota Banda Aceh, terletak di perbatasan Aceh dan Medan, Aceh-Singkil. Semula dia ditawari mengajar dengan gaji sebesar Rp 450.000,- tidak sesuai dengan kenyataan, karena menurut Kepala Sekolah ustadz Kemal hanya mendapat gaji sebesar Rp 300.000,- terkadang gaji tersebut dibayar tidak tepat waktu, mengingat keuangan yayasan tidak cukup baik69.

Keuangan yayasan hanya bergantung dari iuran para santri dan tidak sedikit santri yang menunggak iuran bulanan. Karena orang tua para santri berasal dari keluarga kurang mampu. Biasanya mereka hanya bekerja keluar masuk hutan untuk berburu atau menjadi supir angkutan.

Ustadz Kemal mengaajar lebih daari lima mata pelajaran, kkhususnya mata pelajaran karena background pendidikannya yang berasal dari fakultas MIPA. Guru di as-Salam, banyak yang tidak betah dengan kondisi tersebut sehingga, banyak guru yang menyerah dan meninggalkan as-Salaam.Perasaan tersebuut sering menghinggaapi perasaan Ustadz Kemal, tetapi perasaan tersebut mulai hilang ketika memikirkan para santri70.

Sebagai guru ustadz Kemal juga bertindak sebagai teman curhat para santri, mereka malah sering meminjaam uang kepada Ustadz Kemal saat kiriman uang dari orang tua mereka belum tiba. Seiring dengan waktu ustadz Kemal menganggap para santrinya sebagai teman dan saudaranya.

69

Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 35 70


(48)

Tahun pertama ustadz Kemal dihadapkan dengan masalah, ada salah satu santri putri bernama Siti, mengalami kesurupan. Selama beberapa bulan Siti selalu kerasukan, tidak banyak hal yang dapaat dilakukan oleh para guru, saat Siti kesurupan para guru dan santri hanya bisa membacakan Ayat Kursi, karena tidak ada penghuni pesantren yang bisa melakukan pengobatan ruqyah, seperti yang dicontohkan Rasulullah. Setelah diselidiki ustdz Kemal ddaan atas pengakuan para jin yang merasuki Siti. Para jin tersebut disuruh merasuki tubuh Siti oleh salah satu santri, yang bernama Amran. Tidak jelas, mengapa Amraan melakukan hal tersebut. Setelah ustadz Kemal melakukan penggeledehan di kamar santri putra, dia menemukan sekumpulan penggalan ayat alQuran, lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat al Quran, bungkusan kain, serta selongsong peluru. Akhirnya barang-barang tersebut dibawa ustad Kemal untuk dimusnahkan. Sedangkan Siti setelah kembali kerumah orang tuanya, beberapa bulan kemudian akhirnya jin yang merasuki tubuh Siti tidak pernah merasuki tubuhnya lagi71.

Pada tahun kedua, pesantren as-Salam kedatangan guru baru, usatadz Iman. Dia membaawa suasana baru, karena semenjak kedatangannya, terdapat program renungan Shubuh, para santri juga dapat mengisi pidato bergantian. Masalah yang dihadapi adalah seoraang santri yang bernama Rahmad tertimpa masalah saat mengetahui ayahnya adalah seorang pengedar narkoba, dia sangat terpukul menghadapi masalah tersebut dan

71


(49)

memutuskan untuk pergi berjihad ke Ambon, tetapi akhirnya dia kembali ke pesantren dijemput ustad Kemal. Permasalahan kembali muncul saat ada seorang anak yang merupakan warga desa sekitar pesantren yang tersambar petir. Setelah kejadian tersebut para santri jaadi lebih sering beribadah, mereka melakukaan shalat berjamaah tepat pada waktunya, mereka rajin melakukan tadarus, mereka belajar dengan sangat rajin, mereka sebenarnya takuta akan kematian ynag datang tidak terduga72.

Pada tahun ketiga, ustad Kemal mengajar, dia diangkat menjadi Kepala Sekolah pessantren as-Salam. Setelah ustadz Iman diterima menjadi PNS, dan menikah dengan ustadzah Mutia. Tidak banyak pilihan guru yang akan dijadikan kepala sekolah. Saat menjadi kepala sekolah, masalah yang dihadapinya adalah saat mengetahui santrinya yang bernama Haris ditimpa musibah, karena Haris dituduh membeli barang tadahan. Dia membeli parabola dari temannya yang ternyata adalah barang hasil curian. Haris dipanggil ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang tidak dilakukannya73.

Tahun ketiga merupakan tahun terakhir ustadz Kemal berada di As-Salam karena dia menikah dan mendapatkan seorang istri yang shalehah, yang medapat beasiswa di sebuah perguruan tinggi di luar negeri. Tetapi kenangannya selama mengajar di as-Salam tidak akan pernah dia lupakan. Pengalamanya, tersebut ditulis disebuah buku catatan hariannya, dan

72

Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.188 73


(50)

kemudian dijadikan sebuah novel untuk mengabadikan pengalaman hidupnya, dan berbagi pengalaman dengan para pembaca74.

C. Karya-karya Amar De Gapi

Pada tahun 1998 membuat Solving Linier Equation System Using Gauss Seidel Method karya tulis yang dibuat sesuai dengan ilmu yang dipelajari bang Amar dibangku kuliah. Pada tahun 2000 karyanya yang berjudul Pancaran di Kursi Pengantin dimuat di Surat Pembaca majalah Annida75.

Masih pada tahun 2000 bulan April karyanya yang berjudul Air

Mata Megawati dipublikasikan pada Surat Pembaca, majalah SAKSI.

Tepat di tahun yang sama pula karyanya yang berjudul Ramadhan

Bersama KAMDA dimuat di berita Republika yang terdapat bagian kolom

daerah. Kemudian novel perdananya yang diterbitkan pada Februari 2009 yaitu Pesantren Ilalang76.

74

Amar De Gapi, Pesantren Ilalang, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.285 75

Percakapan melalui facebook pada 13 Juni 2009 76


(51)

BAB IV

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PESANTREN ILALANG KARYA AMAR DE GAPI

A. Isi Pesan Dakwah dalam Novel Pesantren Ilalang

Pada pembahasan Bab IV ini penulis akan menguraikan data dalam memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah dalam novel “Pesantren Ilalang” karya Amar De Gapi. Data yang diolah berupa kalimat atau dialog yang terdapat dalam paragrap yang mengandung pesan dakwah.

Pengolahan data pada novel “Pesantren Ilalang” sesuai dengan kategori yang ditentukan, yaitu kategori pesan aqidah, yang meliputi Iman kepada Allah, Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Kitab. Kemudian akhlak yang meliputi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia. Selanjutnya kategori syariah dengan subkategori ibadah dan muamalah, yang kemudian akan ditmapilkan dalam data dan jumlah frekuensi.

Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalm novel “Pesantren Ilalang”, peneliti membuat pengujian kategori yang sudah penulis tetapkan kepada tiga orang juri yang dipilih berdasarkan latar belakang pendidikan mereka dan pengetahuan mereka dalam bidang dakwah dan komunikasi. Koder terdiri dari juri 1 yaitu Amla Eva Nadya, juri 2 yaitu Rosdiana,


(52)

juri 3 yaitu Robiatul Adawiyah. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien. Berikut ini adalah table rincian kesepakatan antar juri.

Untuk memperoleh koefisien reliabilitas kategori antar juri, penulis menguraikan rumus dari Hostly77, sebagai berikut:

Koefisien reliabilitas = 2M N1+N2

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri NI+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M = Kesepakatan antar juri

N = Jumlah yang diteliti

Tabel yang menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri berada pada halaman lampiran.

Berikut ini adalah tabel hasil kesepakatan antar juri: Tabel 2

Koefisien Reliabilitas Kesepakatan

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai Ke 1 dan 2 73 65 8 0,89

Ke 2 dan 3 73 67 6 0,91 Ke 1 dan 3 73 71 2 0,97

77


(53)

Dari tabel diatas menunjukkan tingkat kesepakatan antar juri 1 dan 2 sebesar 0,89 , menujukkan bahwa terdapat kesepakatan yang cukup tinggi antar juri. Pada kesepakatan juri 2 dan 3 nilai kesepakatannya sebesar 0,91, angka tersebut menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri. Sedangkan kesepakatan tertinggi berada pada kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,97, itu berarrti juri 1 dan juri 3 lebih memahami pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang”.

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri dapat dihitung dengan rumus komposit reliabilitas sebagai berikut:

Komposit Reliabilitas = N (X antar juri) 1+(N-1) (X antar juri) Keterangan :

N = Jumlah juri X = Rata-rata

Aqidah = 47:73 = 0,64 Akhlak = 60:73 = 0,82 Syariah = 96:73 = 1,31 Jadi 0,64+0,82+1,31 = 2,77


(54)

1+(N-1) (X antar juri) = 3 (2,77)

1+(3-1)(2,77) = 8,31

1+5,54 = 1,27

Dari hasil yang ditemukan penulis maka rata-rata tingkat kesepakatan antar juri cukup tinggi yaitu sebesar 1,27.

Setelah penulis melakukan perhitungan reliabilitas kepada tiga juri terhadap kategori-kategori yang telah penulis buat. Selanjutnya akan ditampilkan data mengenai kalimat atau dialog dalam paragraf yang mengandung pesan dakwah, kemudian dihitung mendapatkan nilai frekuensi dari masing-masing kategori tersebut.

Berikut ini merupakan rincian hasil penelitian dengan memakai rumus penelitian:

P= F/N X 100% Keterangan: P : Presentase F :Frequensi data

N : Jumlah data yang dimaksud


(55)

Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah Novel “Pesantren Ilalang”

No. Kategori pesan aqidah F % 1. Iman kepada Allah 16 94,1 2. Iman kepada Rasul 1 5,9 17 100 Dari rincian hasil kategorisasi diatas menunjukkan pesan aqidah yang terdapat dalam novel ”Pesantren Ilalang” adalah pesan yang mengandung unsur Iman kepada Allah yang mendominasi terlihat dari hasil prosentase Iman Kepada Allah sebanyak 94,1%, sedangkan prosentase Iman kepada Rasul hanya 5,9%.

Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan aqidah.

Tabel 4

Rincian Kategorisasi Pesan Aqidah No Halaman/

paragraf

Kutipan/uraian Keterangan

1. H.7, P.1 Kujalani hidup ini dengan sebuah keyakinan akan skenario Tuhan.

Iman kepada Allah 2. H.8, P.3 Seperti bertambahnya keimanan seseorang

tatkala mendengar ceramah seorang ustadz yang menggelora.

Iman kepada Allah

3. H.10, P.1 Senada dengan tasbih yang dilantunkan oleh hati-hati yang sadar akan kemaha sempurnaan Tuhan.

Iman kepada Allah


(56)

4. H.44, P.1 Setiap pasang mata terjaga menyongsong berkah dari Sang Maha Pencipta.

Iman kepada Allah 5 H.51, P.1 Kecuali dengan kemurahan hati Sang Khalik

dengan Cahaya Kasih Nya untuk tidak terjerumus kejurang kemusyrikan.

Iman Kepada Allah

6. H.53, P.1 Pengobatan terhadap Siti tak kunjung membuahkan hasil. Tak seorang pun diantara mereka yang bisa melakukan rukyah, termasuk aku. Pengobatan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Iman kepada Rasul

7. H.83,P.1 Aku mencoba menghanyutkan diri dalam kekhusukan berharap meraih keridhaan Illahi. Mencari setitik ketenangan untuk jiwa.

Iman kepada Allah

8. H.103, P.1 “Doa pengasih dan dan doa untuk memanggil jin” kata ustadz Amir. “Dan biasa digunakan untuk jimat.” Katanya lagi

Iman kepada Allah

9. H.110, P.2 Aku menemukan sekumpulan penggalan ayat-ayat Alquran di beberapa murid Tsanawiyah, lengkap dengan arti dan kegunaan penggalan ayat Al-Quran tersebut. Tulisan berbahasa Arab itu ada di buku pelajaran santri bernama Rahmad. Doa menolak turunnya hujan , doa supaya sembuh dari sakit gigi, doa pengasih,

Iman kepada Allah


(57)

doa tahan dari tusukan benda tajam, doa membuat omongan agar didengar orang, doa memanggil roh atau jin.

10. H.112, P.2 “Barang siapa yang menggantungkan jimat, maka Allah tidak akan menolongnya, dan

barang siapa yang menggantungkan

pengasihan ,maka Allah akan

menggagalkannya.” Arti hadits itu begitu lancar keluar dari mulutnya.

Iman kepada Allah

11. H.139, P. 4 Namun Allah berkehendak lain. Kudapat kabar dari santri yang satu daerah dengan Siti. Beberapa minggu setelah siti kembali ke rumahnya, ia sembuh total seperti tidak terjadi apa-apa. Tanpa pengobatan dukun ataupun dokter. Kelima puluh empat jin yang merasuki tubuh Siti tak pernah mengganggunya lagi.

Iman kepada Allah

12. H.143, P. 1 Aku mencoba menopang jiwanya dengan memberi semangat bahwa: Allah tidak akan mencoba hambaNya di luar kemampuannya.

Iman kepada Allah

13. H.178, P.1 Aku bertakbir dan bertasbih saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ustadzah Mutia.

Iman kepada Allah


(58)

yang paling tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya

Allah

15. H.192, P.4 Ternyata sang Illahi menjawab kesedihan hati si kakek, selang dua jam kemudian si kakek meninggal.

Iman kepada Allah

16. H.247,P. 2 Ternyata Allah menjawab perkataanku sebagai sebuah doa. Dan terkabulkan.

Iman kepada Allah 17. H.303, P.1 Ya Allah jangan Kau bangunkan aku dalam

mimpi yang tak kuharap hanya sekejap ini. Tlah kukumpulkan yang terserak. Kau himpun yang terpisah. Kau bawa kami dalam berkah dijalanMu. Maka biarkan sayap-sayap kami mengepakkan cinta dan mimpi kami setingi-tingginya. Mengekalkan kebahagiaan ini.

Iman kepada Allah

Tabel 5

Rincian Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak Novel ”Pesantren Ilalang”

No. Kategori pesan akhlak F % 1. Akhlak kepada Allah 2 10 2. Akhlak kepada sesama manusia 18 90 20 100


(59)

Dari rincian hasil penelitian kategorisasi pesan akhlak diatas, sub kategori hubungan manusia kepada Allah yang lebih banyak dimuat dalam novel “Pesantren Ilalang” dengan prosentase 90%, sedangkan hubungan antar sesama manusia prosentasenya sebesar 10%.

Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategorisasi pesan akhlak. Tabel 6

Rincian Kategorisasi Pesan Akhlak No. Halaman/

paragraf

Kutipan/uraian Keterangan

1. H.21, P.2 “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Bapak ketua yayasan memberi salam. ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.” Jawaban salam yang semangat.

Akhlak kepada sesama manusia

2. H.23, P.2 “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz Kemal, sandalnya saya pakai. Terima kasih. Tertanda Ustadz Arif

Akhlak kepada sesama manusia

3. H.30, P.2 Namun aku cukup amanah dalam hal memegang rahasia orang lain.

Akhlak kepada sesama manusia 4. H.38, P.2 “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa

barakatuh…!” si anak memberi salam. Salam dijawab dengan suara keras oleh santri yang berada di luar kelas, mengusir

Akhlak kepada sesama manusia


(60)

kantuk di pelupuk mata.

5. H.57, P.2 “Assalamu’alaikum.” Seseorang memberiku salam. “Wa’alaikum salam.” Jawabku.

Akhlak kepada sesama manusia

6. H.63, P.1 Ah! tidak…,tidak… aku tidak boleh percaya dengan apa yang dikatakannya (jin). Meskipun itu benar.

Akhlak kepada Allah

7. H.65, P.2 “Assalamu’alaikum. Maaf ustadz, menggangggu sebentar.”

Akhlak kepada sesama manusia 8. H.70, P.3 “Baik kalau begitu. Karena kamu muslim,

maka setiap kali masuk ke tubuh Siti wajib kasih salam.”

Akhlak kepada sesama manusia

9. H.75, P.3 Aku sudah lebih terbiasa dengan menu makanan disini. Meski awalnya sempat kaget. Namun, rasa ingin mengabdiku menutup semua kekurangan yang sering terlintas didepan mata.

Akhlak kepada sesama manusia

10. H.75, P.4 Kami jadi lebih kuat dengan kebersamaan dalam senasib dan sepenanggungan

Akhlak kepada sesama manusia 11. H.73-74, P.4 “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa

barakatuh…!” suaraku terdengar dicorong mikrofon yang bertengger di sudut atas masjid. ”Wa’alaikum salam wa

Akhlak kepada sesama manusia


(1)

Semua santri putra dan putri ikut shalat jenazah di masjid sekolah. (H.189, P.2)

Untuk menghormati anak yang meninggal tersambar petir di pesantren as-Salam seluruh penghuni as-as-Salam mengikuti shalat jenazah untuk mendoakan arwah anak tersebut.

Selama satu minggu sejak peristiwa anak yang meninggal disambar petir, santri putra dan putri tidak jadi lebih disiplin, dan rajin dalam segala hal. Membaca al-Quran, menghafal kosakata bahasa Arab, mengulang pelajaran di asrama atau masjid. (H.190,P.3)

Satu minggu setelah kejadian anak yang meninggal disambar petir kesadaran akan kematian dapat menjemput pada waktu yang tak terduga, membuat mereka rajin beribadah tetapi setelah satu minggu berlalu, mereka kembali seperti semula.

Ia menjadi penghubung kami, jika shalat jenazah yang enggan dilakukan di masjid sekolah dimulai. (H. 192, P.1)

Haris menjadi penghubung warga as-Salam saat mengetahui ada warga sekitar yang meninggal tetapi tidak mau disholatkan di masjid pesantren as-Salam. Warga as-Salam merasa ikut bertanggung jawab saat ada warga desa yang meninggal. Mereka khawatir warga desa tidak melaksanakan shalat jenazah.

“Barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya. Harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.” (H.216, P.1)


(2)

“Barang siapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang diketahuinya atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari hasil kejahatan.” .“Si pelaku penadahan bisa dikenakan hukuman kurungan empat tahun penjara atau membayar denda satu juta rupiah.” Dua ayat ini terdapat dalam pasal 480 KUHP. (H.216, P.2-4)

“Ternyata hukum tidak bisa ditawar lagi. Haris tetap berada diantara dua opsi yang membingungkan, sekaligus menakutkan baginya. Ia harus membayar denda satu juta rupiah tanpa kurang. (H.220, P.2)

Dari uraian diatas dijelaskan bahwa Haris membeli antenna parabola dari seorang temannya. Tetapi ternyata barang tersebut merupakan barang curian hal tersebut langsung diketahui polisi, Haris dibawa ke kantor polisi, sebagai wali kelas usatadz Kemal membela Haris, dengan menjelaskan kepada polisi bahw aHaris tidak bersalah, tapi ternyata hal itu tidak berarti karena barang bukti telah ditemukan di rumah Haris. Sehingga Haris harus menanggung hasil kejahatan orang lain dengan membayar denda atau menerima hukuman penjara. Akhirnya pihak keluarga berusaha mencari uang untuk membayar uang denda. dari uraian diatas dijelaskan bahwa hukum tidak main-main, dan kita harus mematuhi hukum yang berlaku di Negara tempat kita tinggal.

Setelah selesai shalat dan dzikir, Bapak ketua yayasan mengambil alih mikrofon yang masih berada di tangan Ustadz Subki. (H.253, P.2)

Hal yang biasa penghuni as-Salam adalah shalat berjamaah diikuti dengan berdzikir, hal yang selalu menjadi ibadah yang selalu dilakukan penghuni as-Salam.


(3)

Waktu luang antara Maghrib dan Isya biasanya diisi dengan tadarus bersama atau kultum secara bergiliran. Sampai menjelang shalat Isya. Otomatis mereka menunggu selesainya shalat berjamaah, ketimbang makan malam. (H.287, P.2)

Setelah melakukan shalat berjamaah penghuni asrama mengisi waktu luang dengan memperbanyak beribadah sebelum makan malam ,karena biasanya jika ibadah dilaksanakan setelah makan malam mereka menjadi kurang konsentrasi karena kenyang.

Saat setelah shalat Isya di dalam masjid, desiran alunan dzikir masih terdengar pelan dari mulut para santti yang menunaikan perintahNya. Suasana begitu syahdu dan tenang (H.297, P.2)

Saat berdzikir adalah saat yang tepat seseorang berkomunikasi dengan Allah Swt, kita akan merasa sangat dekat dengan sang Maha Pancipta.

Berikut adalah kutipan pesan yang mengandung sub kategori muamalah dalm novel “Pesantren Ilalang”.

Rahmad ingin pergi berjihad ke Ambon. Ia tak ingin mati sia-sia, tapi dengan cara pergi berjihad ke Ambon. (H.144, P.1)

Setelah mengetahui kalau ayahnya adalah seorang pengedar narkoba, Rahmad menjadi pendiam dan tidak pernah menjadi muadzin, dia menyesal selama ini menerima nafkah haram, akhirnya dia memutuskan untuk pergi berjihad ke Ambon memperjuangkan agama Islam disana.

Keesokan harinya, penggundulan bagian samping kiri dan kanan kepalanya. Sanksi bagi siapa saja yang ketahuan merokok. (155, P.1)


(4)

Sanksi yang diberikan tersebut untuk dipatuhi seluruh santri putra pesantren as-Salam tanpa terkecuali. Karena merokok makruh hukumnya, merokok juga dapat merusak kesehatan dan kita menjadi boros dalam keuangan.

Kali ini aku tak berkompromi dengan aturan menggunduli rambut bagi santri yang kedapatan melanggarnya. (H.286, P.1)

Ustadz Kemal langsung melaksanakan hukuman bagi santri yang melanggar peraturan, agar santri lebih disiplin dan taat peraturan.

C Kategorisasi Pesan yang Paling Dominan Dalam Novel Pesantren Ilalang

Dalam mencari pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ”Pesantren Ilalang” ini, maka penulis menggunakan rumus:

P = F X 100% N

Berikut ini tabel penghitungan pesan yang paling dominan dalam novel ”Pesantren Ilalang”

Tabel 9

No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase

1. Aqidah 17 23,3

2. Akhlak 20 27,4


(5)

Total 73 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kalimat dan dialog yang terdapat dalam paragraf yang mengandung pesan aqidah yaitu sebesar 23,3%, yang mengandung pesan akhlak sebesar 27,4%, dan untuk pesan syariah yang terdapat dalam novel “Pesantren Ilalang adalah sebesar 49,3%. Dapat diketahui dari hasil penelitian diatas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel “Pesantren Ilalang adalah pesan syariah dengan prosentase sebesar 49,3%.


(6)