Analisis Isi Pesan Komunikasi Intrapersonal Dalam Dakwah Dzatiyah Pada Buku Shalawat Untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.

(1)

SHALAWAT UNTUK JIWA KARYA RIMA OLIVIA, Psi.

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Kom.I)

Oleh :

NURUL HIDAYANTI

NIM: 1112051000027

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M/1437 H


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Agustus 2016


(5)

i 1112051000027

Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra Personal dalam Dakwah Dzatiyah pada Buku Shalawat Untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.

Buku adalah sebuah media cetak yang dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Agar dakwah tidak hanya terbatas dengan bertatap muka dan mendengar da’i berbicara tentang ajaran Islam. Berdakwah melalui tulisan mempunyai kelebihan dibandingkan berdakwah dengan tatap muka, karena mad’u akan mengingat apa yang disampaikan dan dapat membaca kembali pesan yang ada di dalam sebuah buku. Salah satu buku yang dapat memotivasi pembacanya agar lebih semangat beribadah adalah buku Shalawat Untuk Jiwa karya Rima Olivia Psi. Buku ini menceritakan tentang pengalaman penggiat Sahabat Shalawat yang merasakan manfaat bershalawat.

Bedasarkan uraian diatas, maka pertanyaannya adalah apa isi pesan komunikasi intra personal dalam dakwah dzatiyah yang terkandung dalam buku Shalawat Untuk Jiwa? Dan apa pesan dakwah yang paling dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa?

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka peneliti menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Di dalam penelitian skripsi ini peneliti membagi kategori isi pesan yang mengandung penjelasan tentang enam kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan basyariah, Kecerdasan fitrah, kecerdasan ruh, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa. R. Hostly memberikan definisi bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Penghitungan data dilakukan dengan lembar koding dan penjurian yang dilakukan oleh tiga orang juri yang sudah ditentukan.

Dari hasil penelitian, pesan paling dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa karya Rima yang dominan adalah kategori pesan yang paling dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa adalah kategori pesan kecerdasan intelektual dengan hasil prosentase sebesar 36,75%, dan yang menempati urutan kedua adalah kategori pesan kecerdasan emosional dengan hasil prosentase sebesar 35,04%, dan diurutan terendah adalah kategori pesan kecerdasan nafs dengan hasil prosentase sebesar 28,20%.


(6)

ii

Dengan segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra Personal dalam Dakwah Dzatiyah pada buku Shalawat Untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa syariat Islam yang menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi kehidupan ini sampai hari akhir.

Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus peneliti ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Dr. Suparto, M.Ed, MA. Selaku Wakil Dekan I. Dr. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan II, Dr. Suhaemi, MA selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Masran, MA dan ibu


(7)

iii

dan Penyiaran Islam.

3. Ibu Umi Musyarrofah, MA, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan, doa, serta nasihat untuk menjadi lebih baik kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skrispi ini dengan baik.

4. Kepada para juri (coder) Maretha Widia Putri S.Hum, Hj. Ida Suhaida dan Nurul Hidayah S.ikom yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi juri (coder) dalam penelitian ini.

5. Kepada Uni Rima Olivia, Psi selaku penulis buku Shalawat Untuk Jiwa, terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang sudah diberikan.

6. Kepada seluruh penggiat Sahabat Shalawat dan Ustd. Muzakki Kamalie yang telah membantu peneliti dalam proses pembuatan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, staff Tata Usaha dan Akademik dan juga Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Terimakasih untuk Mama Hj. Ida Suhaida dan Papa H.M Yakub atas segala kasih sayang, dukungan, nasihat dan doa yang tidak


(8)

iv

9. Kakak Andri dan Naya yang selalu memberikan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini hingga skripsi ini selesai.

10.Calon Imam, Ahmad Kamal Fanani yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan motivasi kepada peneliti sehingga proses skripsi ini berjalan dengan penuh kebahagiaan. 11.Ellya Pratiwi, Dani Perdana, Akbar Ramadhan, Diana Amelia,

Siti Hannah terimakasih untuk setia menjadi sahabat dan menjadi pendengar terbaik untuk peneliti.

12.Ikatan Keluarga Besar Pondok Pesantren Darunnajah, terutama untuk Alkautsar Anhar, Abdi Abiwijaya, Rizka Maulidya, Muhammad Bilal, Farda Syarifah, Reza Rahmawan, Akbar Kurniawan, Muhammad Lukman serta Angkatan ke 35. Terimakasih atas waktu, tempat, tawa canda dan semangat yang selalu diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini.

13.Keluarga besar Teater Syahid, Terimakasih atas ilmu, kenangan dan semua pengalaman yang peneliti dapat.

Tentu saja skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun besar harapan saya agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan pembaca. Allahumma Shalli ‘Ala Syayidina Muhammad.

Ciputat, 01 Agustus 2016


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Intrapersonal ... 9

B. Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah dzatiyah ... 11

C. Konsep Dakwah ... 12

1. Pengertian Dakwah ... 12

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 15

D. Buku Sebagai Media Dakwah ... 27

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Metedologi Penelitian ... 29

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

C. Tahapan Penelitian ... 30

D. Teknik Analisis ... 34

E. Analisis Isi ... 36

F. Reliabilitas Antar coder ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Buku Shalawat Untuk Jiwa ... 46

1. Biografi Penulis Rima Olivia, Psi. ... 46

2. Gambaran Umum Buku Shalwat Untuk Jiwa ... 48

3. Sinopsis Buku Shalawat Untuk Jiwa... 51

B. Temuan Analisis dan Pembahasan ... 53

C. Pesan Yang Dominan ... 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(10)

vi

TABEL 2 Kategori dan sub kategori pesan komunikasi intrapersonal dalam dakwah dzatiah

TABEL 3 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan

TABEL 4 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Intelektual TABEL 5 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Emosional TABEL 6 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Nafs

TABEL 7 Rincian Kategori Pesan Intelektual TABEL 8 Rincian Kategori Pesan Emosional TABEL 9 Rincian Kategori Pesan Nafs TABEL 10 Hasil Persentase Kategori Pesan


(11)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Buku merupakan sarana untuk berbagi ilmu dari satu individu ke inidividu lainnya, selain itu buku juga mengandung informasi yang dapat menambah wawasan. Buku juga dapat menjadi hiburan, mengunggah emosi dan membentuk serta mengubah cara pikir seseorang. Bagi mereka yang memiliki antusias besar dalam membaca buku dapat memberikan efek yang positif dan memberikan banyak pengetahuan.

Namun sayangnya kegiatan membaca buku akhir-akhir ini telah banyak diabaikan berbagai kalangan dengan alasan kesibukan, maupun karena adanya media yang lebih praktis untuk mendapatkan informasi seperti televisi, radio, maupun media internet. Tanpa kita sadari, manfaat membaca buku dapat memberikan banyak inspirasi bagi kita, seperti melatih keterampilan untuk menganalisa, dapat menumbuhkan konsentrasi dan fokus, dan juga buku dapat disimpan lebih lama informasinya serta buku lebih mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks dan rinci.

Media massa baik cetak maupun elektronik yang saat ini berkembang telah menjadi suatu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dengan adanya media massa informasi tervisualisasikan melalui media tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan baru. Media massa juga dapat memberikan sebuah penjelasan untuk informasi yang belum jelas diterima oleh idividu.


(12)

Saat ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan bertatap muka dan menjadikan suatu tempat untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam melainkan dengan menceritakan pengalaman-pengalaman ibadah seseorang dengan menuangkannya menjadi sebuah buku, untuk memotivasi individu yang

membaca agar semangat keberagamaannya semakin baik. Pada hal ini da‟i

berperan penting untuk mengemas pesan-pesan dakwahnya kedalam tulisan secara kreatif dan inovatif.

Media berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan dan memperjelas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dengan adanya perkembangan teknologi media komunikasi menjadi semakin beragam dan mempunyai akses yang sangat mudah dan juga bisa digunakan oleh siapa saja. Perkembangan teknologi saat ini berdampak juga pada

perkembangan media dakwah yang digunakan oleh da‟i untuk menyebarkan pesan agama kepada mad‟u. Dakwah tidak lagi hanya memanfaatkan tempat

ibadah sebagai sarana berdakwah namun seorang da‟i juga menjadikan media massa sebagai media untuk menyebarkan agama islam. Kehadiran media massa dalam kehidupan khususnya bagi umat islam dapat menunjang kegiatan komunikasi serta penyebaran ajaran agama islam.

Dakwah tidak lagi hanya disampaikan dengan bertatap muka dan disampaikan dengan lisan saja namun dakwah juga dapat disampaikan melalui sebuah tulisan, seperti koran, majalah, buku-buku cerita, dan lain sebagainya. Dakwah melalui tulisan atau yang sering disebut dengan dakwah bil qalam yaitu sarana dan metode dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah


(13)

kepada mad‟u melalui media-media cetak seperti koran, majalah, buku-buku atau berupa tulisan dan artikel lainnya. Pengertian dakwah bil qalam itu sendiri dalam buku Jalaludin Rahmat dalam buku Islam Aktual adalah menyampaikan dakwah melalui media cetak (tulisan).1

Dakwah menempatkan posisi yang mulia dan tinggi dalam agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor, terlebih pada era media baru saat ini, dimana berbagai pesan dakwah dapat didapat dengan instan dan tidak dapat dibendung lagi.

Objek utama dakwah adalah manusia semua pernyataan, perintah, dan larangan yang ada di dalamnya berisikan pesan dakwah yang ditujukan kepada seluruh manusia, yang dalam fitrahnya memiliki potensi yang dapat diarahkan dan ditunjukan dalam tindakan nyata.2

Media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.3 Dengan

banyaknya media yang ada, maka da‟i harus memilih media yang paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Salah satu media dakwah bil qalam adalah dengan cara menuliskan cerita menjadi sebuah buku yang bermanfaat

bagi seorang mad‟u yang membacanya.

Buku Shalawat Untuk Jiwa merupakan sebuah buku yang ditulis oleh Rima Olivia, Psi salah satu penggiat Komunitas Sahabat Shalawat yang mengangkat tentang manfaat Shalawat untuk kehidupan sehari-hari ditengah

1

Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1998), h. 172. 2

Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), Cet ke-1, h. 123.

3


(14)

banyaknya amalan-amalan lain. Buku ini menjelaskan tentang efek shalawat yang mengindahkan jiwa, menenangkan dan meningkatkan kualitas diri. Buku ini juga menjelaskan tentang tujuan shalawat dan pengalaman beberapa penggiat dan anggota Komunitas Sahabat Shalawat yang lain yang telah mengamalkan shalawat dalam kehidupan sehari-harinya.

Komunitas Sahabat Shalawat merupakan suatu komunitas yang didirikan pada tahun 2015 dengan anggota sebanyak 500 yang terdiri dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Sahabat Shalawat Mempunyai peran penting dalam keberagamaan umat muslim saat ini. Salah satu hal yang menarik dari Komunitas Sahabat Shalawat adalah mempunyai amalan yaitu berdzikir mengingat Allah dan juga RasulNya, dzikir yang diajarkan dalam Komunitas Sahabat Shalawat adalah satu hari membaca seribu shalawat yang nantinya akan di setorkan melalui Grup Discussion pada aplikasi pesan WhatsApp yang dibentuk oleh admin dari Komunitas Sahabat Shalawat. Mayoritas anggota Komunitas Sahabat Shalawat merupakan kaum muda yang terdiri dari mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti isi pesan dakwah Komunitas Sahabat Shalawat dalam buku Shalawat untuk Jiwa karya Rima Olivia P.si yang mengandung nilai dakwah serta memberi pengetahuan bagi para pembacanya melalui sebuah tulisan yang dituangkan dalam bentuk buku. Untuk itu peneliti memberikan judul,

“Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra Personal dalam Dakwah Dzatiyah pada Buku Shalawat untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.”


(15)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus antara masalah yang akan dikemukakan dengan pembahasannya, maka perlu diberi batasan. Pembahasan dalam penelitian hanya memfokuskan pada kalimat yang mengandung penjelasan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa yang dimulai dari halaman 1 sampai dengan halaman 181.

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang akan didapatkan jawabannya yang akan dicari melalui penelitian. Bedasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimana isi pesan komunikasi intapersonal dalam dakwah dzatiyah yang terdapat dalam buku Shalawat untuk Jiwa?

b. Apa pesan komunikasi intrapersona yang dominan dalam buku Shalawat untuk Jiwa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui isi pesan komunikasi intrapersonal dalam dakwah dzatiyah pada buku Shalawat untuk Jiwa.


(16)

b. Untuk mengetahui pesan komunikasi intrapersonal dalam dakwah dzatiyah yang paling dominan pada buku Shalawat untuk Jiwa.

2. Manfaat penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, peneliti mengharapkan adanya manfaat bagi peneliti dan masyarakat. Manfaat yang bersifat akademis dan praktis, yakni:

a. Manfaat Akademis

Secara akademis, skripsi ini mengambil subjek dakwah melalui media cetak yaitu buku yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang dakwah melalui aplikasi pesan khususnya tentang penelitian analisis isi media cetak sebagai media dakwah.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dalam perkembangan ilmu komunikasi dan dakwah serta menambah wawasan bagi para teoritis serta praktisi dan pemikir dakwah untuk lebih memanfaatkan media cetak sebagai media untuk berkomunikasi dengan masyarakat, dengan mengemas nilai-nilai Islam menjadi kajian yang sangat menarik.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penneliti telah mengadakan tinjauan ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan peneliti, terdapat banyak kumpulan skripsi yang


(17)

membahas tentang analisis isi tetapi sampai saat ini peneliti tidak menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang di ajukan oleh peneliti. Maka peneliti menjadikan skripsi berikut sebagai referensi:

1. Analisis Isi Tentang Sedekah dalam twitter Ustadz Yusuf Mansur dalam Twitter Ustad Yusuf Mansur, ditulis oleh Dicky Rinaldi dengan NIM 109051000025 2014. Skripsi ini membahas isi pesan yang terkandung dalam akun twitter Ustad Yusuf Mansur. Pesan yang dominan adalah 75,62% sedekah perkataan, 14,38% sedekah harta dan 21,4% sedekah perbuatan.

2. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam buku “Pejuang Subuh” karya Hadi E Halim, ditulis oleh Ahmad Rian Lisandi 2014. Dalam pembahasan skripsi ini membahas pesan dakwah yang terkandung dalam buku ini. Pesan-pesan didalamnya lebih dominan adalah Pesan-pesan Syariah dengan sub kategori ibadah dan muamalah.

3. Analisis Isi Pesan dakwah dalam Buku “Laa Tahzan For Hijabers” karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk. Ditulis oleh Ais Muflihah 2014.

Skripsi ini membahas isi pesan dakwah yang terkandung dalam Buku “Laa Tahzan For Hijabers” karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk. Pesan

yang paling dominan dalam buku ini adalah pesan Aqidah dengan presentase 45,92%, dilanjutkan dengan pesan akhlak dengan prosentase

sebesar 39,79%, dan pesan terendah yaitu pesan syari‟ah dengan

prosentase sebesar 14,29%.

Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah tidak satu pun penulis menemukan skripsi yang membahas tentang analisis isi


(18)

pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk Jiwa karya Rima Olivia, Psi. Oleh karena itu dapat disimpulkan peneliti ialah orang pertama yang mengangkat buku Shalawat Untuk Jiwa sebagai objek penelitian.

E. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan lima bab pembahasan yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bab yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis isi pesan dakwah serta pengertian tentang konsep dakwah dan juga aplikasi pesan dakwah.

BAB III Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan tentang paradigma penelitian, Analisis Isi, Populasi dan Sampel dan Uji Reabilitas.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN Bab ini

menjelaskan tentang biografi penulis, gambaran umun dan prolog buku Shalawat untuk Jiwa dan juga berisi tentang analisis isi pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk Jiwa, terdiri dari pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk Jiwa dan pesan dakwah yang paling dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa.

BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran


(19)

9

LANDASAN TEORI A. Komunikasi Intrapersonal

Ilmu komunikasi berkaitan erat dengan ilmu yang memperlajari tingkah laku manusia yaitu psikologi, komunikasi intrapersonal melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (self talk) ketika manusia ingin memutuskan keputusannya secara matang. Dalam komunikasi intrapersonal dijelaskan bagaimana seseorang menerima informasi, mengolahnya, menyimpan dan menghasilkan kembali.1

Dalam komunikasi intrapersonal melibatkan beberapa unsur atau elemen sebagai berikut:

1. Sensasi, Merupakan tahapan paling awal dalam penerimaan informasi.

Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang

menghubungkan organisme lingkungannya. Proses sesnasi terjadi bila alat-alat indra mengubah informasi menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang difahami oleh otak. Sensasi berasal dari kata

“sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan

organisme dengan lingkungannya, menurut Dennis Coon, Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera dan tidak memerlukan penguraian verbal, Simbolis atau konseprual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.

2. Asosiasi, asosiasi Merupakan proses kedua setelah terjadi sensasi. Asosiasi dapat diartikan sebagai proses menyamakan makna-makna

1


(20)

stimulus yang datang di sensasi dengan pengalaman masa lalu. Asosiasi sangat berguna untuk memberikan penyempurnaan persepsi. Dengan pengalaman-pengalaman individu yang berbeda, mala asosias tiap orang seringkali memiliki perbedaan walaupun sensasi yang datang sama.

3. Persepsi, persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Persepsi seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional.2

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal bertujuan untuk melakukan prediksi, evaluasi dan penguatan/pelemahan. sebagai contoh, pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain, timbul perbincangan dengan diri kita untuk prdeiksi bagaimana rasanya berkomunikasi dengan orang tersesbut, setelah proses prediksi maka terjadilah proses evaluasi tentang apa yang telah diperbincangkan untuk mengetahui kenyamanan pada saat berbincang dengan orang lain. Pada proses ini jika terjadi penguatan hasilnya adalah perasaan nyaman pada saat berbincang dengan lawan bicara dan pelemahan terjadi ketika adanya evaluasi negatif dengan lawan bicara kita.3

2

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986). 3

Nursalimah Bahar, http://iniblogrucan.blogspot.co.id/2014/12/makalah-komunikasi-intrapersonal-dan.html, diakses pada tanggal 21 September 2016 pukul 14:29 WIB.


(21)

B. Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah dzatiyah

Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan mitra dakwah melatih dirinya menjadi manusia yang sehat jasmani sebagai makhluk basyariah. Mereka menjadi manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah. Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi kemanusiaan, dan potensi-potensi kejiwaan. Pendekatan komunikasi intrapribadi ini menjelaskan dakwah dzatiyah. Kata dzatiyah ini mengikuti definisi tarbiyah

dzatiyah. Dakwah dzatiyah ini, mengajak diri sendiri untuk mengenal diri sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di humi, mengenal Allah yang berkesinambungan dan hubungan komunikasi terjadi hubungan interaktif antara hamba dan pencipta-Nya.4

Dakwah dzatiyah meliputi semua komponen komunikasi dakwah dan proses komunikasi dakwahnya yaitu komunikator, pesan, saluran, dan mitra dakwahnya. Peristiwa dakwah mencakup dimensi komunikasi manusia, bagaimana seseorang berada dalam tiga dimensi komunikasi yaitu, tingkat komunikasi, konteks komunikasi dan saluran komunikasi. Tingkat komunikasi terdiri dari individu, keluarga, sahabat, kelompok, komunitas dan organisasi tingkat lokal, nasional dan internasional. Konteks komunikasinya adalah perdagangan, politik, pendidikan, dan penyuluhan. Saluran komunikasi menggunakan media cetak dan media elektronik, baik langsung maupun tidak langsung. Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan

4


(22)

cara berpikir yang Islami. Dakwah Dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi, menjaga memori dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani, rohani dan kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim. Seorang pendakwah harus mampu memperhatikan faktor personal dan juga faktor lingkungan dalam menjalankan dakwahnya. Dalam

berdakwah para da‟i juga harus mempunyai kecerdasan yang baik dalam

menyampaikan pesan dakwahnya.5 Adapun kecerdasan menurut psikologi Islam dalam dimensi manusia adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs.

C. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Saat ini berdakwah banyak dilakukan oleh para juru dakwah yang mempunyai latar belakang kehidupan, pendidikan dan profesi. Tidak hanya mereka yang berlatar belakang pendidikan agama melainkan mereka yang mempunyai profesi seperti sarjana kedokteran, sarjana ekonomi, polisi, artis, dan lain sebagainya. Masyarakat pada saat ini merupakan individu yang mempunyai kemampuan intelektual serta berpikir secara kritis. Hal ini

menuntut para da‟i untuk memiliki daya kreatifitas yang tinggi dan harus

ditunjang oleh pengetahuan, kecerdasan, dan juga keterampilan dalam menggunakan teknologi untuk kegiatan berdakwahnya.

5


(23)

Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang

merupakan bentuk masdar dari kata kerja da‟a yad‟u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu. 6

Kemudian pengertian dakwah secara terminologi yang diungkapkan oleh salah satu ahli yaitu Prof. Toha Yahya Umar, dalam buku Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan karangan A.H. Hasanudin, beliau pun membagi pengertian dakwah kepada dua segi, yaitu:

a. Pengetian dakwah secara umum

Ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idelogi, pendapat, pekerjaan tertentu. b. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam

Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.7

Arifin M.Ed, mengatakan dalam buku Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan padanya tanpa unsur paksaan. 8

6

Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009). h, 1. 7

A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan , (Surabaya: Usaha Nasional, 1982). h, 34.

8


(24)

Pendapat dari Endang Saifudin pengertian dakwah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, dakwah dalam pengertian sempit yaitu penyampaian Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan, maupun lukisan. Kedua, dakwah dalam kehidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya.

Menurut Taufik Al-Wa‟i dalam buku Filsafat Dakwah karangan Abdul Basit, dakwah adalah mengajak manusia kepada pengesaan Allah dengan menyatakan dua kalimat syahadat dan mengikuti manhaj Allah di muka bumi baik perkataan maupun perbuatan, sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Quran dan Assunnah, agar memperoleh agama yang diridhaiNya dan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.9

Pengertian para ahli diatas pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dalam mengartikan dakwah meskipun terdapat perbedaan dalam hal redaksinya. Dalam perbedaan tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan

bahwa dakwah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan para da‟i untuk

menyebarkan ajaran agama Islam dengan menggunakan media dan metode agar manusia menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Quran dan juga Hadits agar terwujudnya akhlak karimah dalam diri manusia.

Dakwah Islam mempunyai tiga gagasan pokok yang berkaitan dengan hakikat dakwah Islam tersebut, yang pertama adalah dakwah merupakan proses kegiatan mengajak kepada jalan Allah. Aktivitas tersebut bisa berbentuk tabligh, taghyir, dan uswah. Kedua, dakwah merupakan proses

9


(25)

persuasi (memengaruhi). Berbeda dengan pengertian pertama, memengaruhi

disini tidak hanya mengajak, melainkan membujuk agar para mad‟u mau mengikuti apa yang da‟i sampaikan tanpa adanya paksaan karena dalam Al -Quran Allah mejelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Ketiga, dakwah adalah sebuah sistem yang terpola, dimana ketika berdakwah maka

terdapat sub sistem yang tidak dapat dipisahkan yaitu, da‟i, mad‟u, dan pesan

dakwah. Proses keberhasilan suatu dakwah tidak hanya menyangkut salah satu sub sistem dakwah saja, melainkan ada tujuh sub sistem dalam mendukung proses keberhasilan dakwah yaitu, da‟i, mad‟u, materi, metode, media, evaluasi, dan faktor lingkungan.10

2. Unsur-Unsur Dakwah

Berbicara mengenai dakwah tidak terlepas dengan apa yang disebut dengan unsur-unsur dakwah, unsur-unsur dakwah terdiri dari :

a. Da‟i

Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan

maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga.11

Dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada khalayak yang juga disebut mad‟u. Seseorang dapat disebut da‟i atau ulama apabila secara keilmuan ia telah mengetahui tentang ajaran-ajaran agama Islam. Begitu juga dari segi wawasan intelektual, pengalaman spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut Da‟i biasanya akan terlihat

10

Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013), cet ke-1, h. 45.

11


(26)

lebih matang dibandingkan dengan mad‟u.12

Karena seorang da‟i harus bisa membimbing dan mengarahkan orang agar tidak ada keliruan dalam menjalani ibadah agar kehidupannya bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam sebuah misi penyebaran agama khususnya agama Islam tidak terlepas dari penyampaiannya yang kita kenal dengan sebutan da‟i, da‟i adalah orang yang melakukan dakwah.13

Pengertian da‟i dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni da‟i dalam pengertian umum dan da‟i dalam pengertian khusus. Dalam pengertian umum maka tiap-tiap pribadi muslim menjadi Da‟i bagi dakwah Islamiah.14

Dengan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Da‟i mengandung

dua pengertian:

a. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat sesuai dengan misinya sebagai penganut Islam, sesuai hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, “ballighu anni walau ayat” yang artinya : sampaikanlah walau satu ayat.

b. Secara khusus adalah “mereka yang mengambil keahlian khusus

(mutakhsis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan yang luar biasa dan dengan Qudrahhaanah (kehendak yang baik).15

12

Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).h. 13

Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992).h.137 14

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).h.23-24

15


(27)

b. Mad‟u

Mad‟u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim

disebut dengan jamaah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran agama dari seorang Da‟i. Seorang Da‟i akan menjadikan mad‟u sebagai objek bagi transformasi keilmuan yang dimilikinya.

Mad‟u yang menjadi objek dakwah adalah orang yang menjadi

audience yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah (keseluruhan). Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi misalnya: atheis, animis, musyrik, bahkan ada juga yang muslim tetapi fasik atau menyandang dosa atau maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status sosial, kesehatan dan seterusnya, ada yang kaya dan ada juga yang miskin dan sebagainya.16 Muhammad Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir kritis, cepat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas, adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu tidak sanggup mendalami benar.17

Mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu,

16

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).h.32 17


(28)

kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.18

Sehubungan dengan kenyataan-kenyataan diatas maka dalam pelaksanaan kegiatan dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan. Kota besar maupun kota kecil berupa masyarakat didaerah marginal dari kota besar.

2. Sasaran yang mengangkut golongan masyarakat dilihat dari struktur kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga.

3. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari tingkat usia, berupa anak anak, remaja dan orang tua. 4. Sasaran yang dari segi tingkat hidup sosial ekonomis berupa

golongan orang kaya, mencegah, miskin dan seterusnya.19 c. Tujuan Dakwah

Dakwah bertujuan untuk memanggil kita kepada syariat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan baik masalah dalam hidup perseorangan maupun masalah dalam kehidupan bermasyarakat. selain itu tujuan berdakwah adalah memanggil kita sebagai hamba Allah dan juga khalifah di bumi ini untuk menjaga keselarasan kehidupan seluruh umat. Berdakwah memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu mengikuti

18

Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010).h.20 19

M. Arifin, Psikologi Dakwah Sebagai Pengantar Study, (Jakarta: Bumi Aksar, 1998). h.3


(29)

perintah Alah serta menjauhi larangannya.20 Pendapat ini sesuai dengan ayat Al-Quran surat Ali Imran ayat 110:





















“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imran: 110)

Tujuan-tujuan dakwah yang umum harus dirumuskan lagi ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan dapat di evaluasi keberhasilan yang telah di capainya. Misalnya, tingkat keistiqamahan dalam beribadah, tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di masjid, berkurangnya tingkat pengangguran, dan lain sebagainya.

d. Pesan Dakwah

Pesan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suruh, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain. Maddah dakwah atau materi dakwah adalah isi atau pesan yang disampaikan da‟i kepada mad‟u, dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri.21

20

M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet ke-1, h. 70.

21

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional).


(30)

Pesan yang dimaksud dalam komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses komunikasi, agar pesan dapat diterima dengan baik maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.22

Pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal merupakan pesan yang disampaikan melalui tulisan, kalimat perkataan secara tersurat. Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang disampaikan melalui gerak tubuh seseorang, alat indra dan sensitivitas.

Pesan menurut Islam adalah nasihat, permintaan, nasihat yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan (risalah).

Menurut M Munir dan Wahyu Ilahi dalam bukunya Manajemen Dakwah, pesan dakwah dibagi menjadi empat macam, yaitu masalah akhlak, masalah syariah, masalah muamalah dan masalah aqidah.23

Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga masalah pokok yaitu:

1. Masalah keimanan (Aqidah)

22

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), cet ke-1, h. 18.

23

M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 21.


(31)

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari „aqada-ya ‘qidu-aqdan wa

‘aqidatan yang berarti ikatan, janji, keyakinan yang mantap. Jadi secara

harfiah aqidah bisa diartikan keyakinan, ideologi, kepercayaan agama.24 Dalam bidang aqidah ini sebuah materi dakwah akan memperjelas apa

yang sepatutnya di percaya oleh mad‟u dan apa yang tidak seharusnya tidak dipercayai sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah.

2. Masalah Keislaman (Syariah)

Secara etimologis, syariah berarti jalan ketempat pengairan atau ke tempat berlalu air sungai. Syariah merupakan seperangkat kaidah yang mengatur perilaku manusia yang mencakup dua aspek hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah (vertikal) dan hubungan manusia dengan

manusia serta dengan lingkungan hidupnya (Horizontal) atau mu‟amalah

(kemasyarakatan).

a. Ibadah artinya menyembah, tunduk dan patuh. Ibadah meliputi thaharah, sholat, zakat, puasa dan pergi haji jika mampu.

b. Muamallah, Al-Qununul Khas (hukum perdata), muamalah (hukum niaga), Munahakat (hukum nikah), Waratsah (hukum waris), hinayah

(Hukum Pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai).

Materi dakwah yang menyajikan unsur syariah harus dapat menggambarkan dan memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah (dibolehkan), mandub

24

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 82


(32)

(dianjurkan), makruh (dianjurkan agar tidak dilakukan), serta haram (dilarang).25

3. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)

Akhlak merupakan sistem etik dalam Islam, yang bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur antara manusia dengan Tuhan, dan bahkan dengan alam sekitar sekalipun.

Menurut Imam Ghazali, Akhlah adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran serta pertimbangan.26

Akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan sebuah pelengkap dari keimanan dan keislaman seseorang, karena agama Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Dengan akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka islam membentuk moral yang baik.27

Dalam penyusunan pesan dakwah maka seorang da‟i harus menguasai pengorganisasian dakwah yang melihat dengan latar belakang mad‟u, hal ini

menjadi penting agar pesan yang akan disampaikan diterima dengan baik oleh

mad‟u.

e. Metode Dakwah

Pengertian metode dalam bahasa adalah manhaj atau minhaj yang diartikan langkah-langkah atau pedoman. Dari definisi secara bahasa baik

25

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 84.

26

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 85.

27


(33)

kata asli maupun kata jadinya, definisi manahij dakwah dalam istilah yaitu, tata cara dakwah dan pedomannya.28

Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam An-Nahl ayat 125:











“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdisukusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl 125).

Metode berasal dari bahasa Jerman methodica berasal dari kata

methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Arti dakwah menurut Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusiauntuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai satu tujuan atas

dasar hikmah dan kasih sayang.29

Bentuk-bentuk metode dakwah meliputi tiga cakupan yaitu:

28

Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 42-43.

29


(34)

1. Al-Hikmah

Al-hikmah merupakan kemampuan seorang da‟i dalam menyesuaikan kondisi mad‟u dan juga sesuai dengan kemampuan teoritis dan praktis dari seorang da‟i. Hal ini menjadi penting karena da‟i akan berhadapn dengan mad‟u yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Seorang da‟i yang

sukses mampu memilih kata yang diperlukan saat berdakwah guna membuat

para mad‟u mengerti akan pesan yang disampaikan.

Dalam bahasa, kata hikmah memiliki arti yang banyak, diantaranya adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Quran, Sunnah dan sebagainya. Hikmah adalah tercapainya kebenaran dengan ilmu akal. Maka hikmah dari Allah maksudnya mengetahui sesuatu dan mewujudkannya dengan benar-benar kokoh. Hikmah adalah ungkapan tentang pengetahuan hal-hal paling utama melalui ilmu yang paling utama pula.30

Keistimewaan berdakwah dengan cara Al-Hikmah adalah, memungkinkan dipelajari dan diperoleh karena hikmah adalah sikap perlakuan yang baik dan sifat yang terpuji yang mungkin pelaksanaannya seperti sifat-sifat dan akhlak lainnya. 31

2. Al-Mau‟idzatil Hasanah

Mau‟izhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif, yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

30

Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 325.

31

Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 327.


(35)

Menurut Abd. Hamid al-Bilali, al-Mau‟izhah hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihatatau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Pengaruh yang besar yang dihasilkan oleh metode dakwah mauidzah hasanah salah satunya adalah menahan dan memutus kemunkaran karena nasihat yang baik akan menanamkan rasa cinta dan kasih sayang di dalam

hati para mad‟u. Dengan cara nasihat yang baik ini maka para mad‟u dengan

senang hati menyambut nasihat tersebut dengan hati yang ikhlas.

3. Al-Mujadalah Bil al-latihiyaAhsan

Dalam bahasa dikaitkan jadalahu artinya mendebat dan melawannya. Jadal adalah sangat melawan dengan kemampuannya. Jadal dalam adalah menghadapi argumentasi dengan argumentasi, sedang mujadalah artinya berdebat dan membantah. Namun terkadang mujadalah dilakukan dengan tujuan kebaikan atau keburukan.

Mujadalah yang diarahkan untuk menolong kebenaran dengan cara yang terpuji dan menghasilkan kebaikan disebut dengan mujadalah hasanah

(baik), sedangkan mujadalah yang diarahkan untuk kejahatan dan menyebabkan pertikaian maka disebut mujadalah sayiah (tercela).

Al-Mujadalah Bil al-lati hiya Ahsan merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirka permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.32

32


(36)

f. Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.33

Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)

kepada mad‟u.34 Dengan banyaknya media yang ada, maka da‟i harus

memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.

2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.

3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya. 4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.

5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya

pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da‟i.

6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.

33

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009). h, 113. 34


(37)

7. Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.

Komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk penerima dakwah.

D. Buku sebagai Media Dakwah

Dakwah dengan metode tulisan menjadi cara yang digunakan di zaman modern saat ini, penggerak dakwah harus mampu membuat inovasi dalam menyampaikan isi pesan dakwah agar pesan yang disampaikan dapat sampai kepada khalayak luas dalam jangkauan yang jauh. Kekuatan sebuah pesan dalam buku dapat menyebarkan informasi merupakan tanda bahwa aktivitas dakwah dalam masyarakat penting adanya. Pesan yang harus sesuai

dengan mad‟u menjadikan da‟i yang menulis mengetahui pengorganisasian

pesan dakwah yang akan disampaikan melalui tulisan.

Menulis merupakan tradisi intelektual muslim. Tradisi ini merupakan dorongan Islam dari penguasaan ilmu yang terdapat dalam diri seseorang sehingga dari penguasaan ilmu tersebut dapat disampaikan melalui media tulisan dan dapat dijadikan sebuah buku yang didalamnya terdapat pesan-pesan yang terkandung dan dapat dijadikan contoh dalam kehidupan.35

Manfaat buku bagi masyarakat tidak hanya sebatas media pendidikan dan pengajaran, melainkan buku dapat dimaknai sebagai media dakwah. 36 Pemanfaatan buku sebagai media dakwah dapat dilakukan sebagai bentuk sarana yang dapat memberikan perubahan bagi pembacanya ke arah yang

35

Ais Muflihah, Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku Laa Tahzan For Hijabers Karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk, (Jakarta: Uin syarif Hidayatullah, 2014), h. 33

36

Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,: Membangun Kerangka dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. 1, h. 42.


(38)

lebih baik. Semua buku dapat dijadikan media dakwah. Dakwah melalui buku berarti buku tersebut harus berdimensi pengetahuan keagamaan yang mengantarkan kepada pembacanya pada nilai-nilai yang ma‟ruf dan hasanah.37

Para da‟i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan

namanya dengan menulis dan mengarang buku/kitab sebagai kegiatan dakwahnya. Bahkan sampai sekarang kitab karya ulama terdahulu masih tetap dikaji, seperti Imam Al-Ghazali penulis Ihya‟ Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin. 38

Oleh karena itu, cara berdakwah yang baik bisa melalui buku-buku

keislaman yang ditulis oleh para da‟i dan dapat dijadikan sebagai media

dakwah.

37

Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,: Membangun Kerangka dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. 1, h. 42.

38


(39)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metedologi Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analisis isi (content analysys). Krippendorf mengemukakan kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan kesimpulan yang dapat ditiru dan sahih data atas dasar konteksnya, sedangkan R. Hostly memberikan definisi bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dansistematis.

Menurut Bereslon & Kerlinger, dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi karangan Rachmat Kriyanto analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistemtik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.1

Metode analisis isi digunakan dengan membaca untuk menelaah isi pesan tentang enam kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

nafs yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa.

1


(40)

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.2 Yang menjadi subjek penelitian ini adalah buku Shalawat untuk Jiwa karya Rima Olivia, Psi penggiat Komunitas Sahabat Shalawat. Sedangkan objek penelitiannya isi atau konten pesan yang terdapat dalam buku Shalawat untuk Jiwa.

C. Tahapan Penelitian 1. Pengumpulan data

a. Observasi

Secara luas observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Observasi atau pengamatan diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.3 Observasi dilakukan dengan membaca dan mengamati setiap paragraf dalam buku Shalawat untuk Jiwa.

b. Coding Sheet

Coding sheet merupakan tabel yang berisikan kategori pesan yang dijadikan objek penelitian. Coding sheet dibuat bedasarkan kategorisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan isi buku Shalawat Untuk Jiwa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Gubba dan Lincoln, dalam buku Lexy J. Moleong mendefinisikan dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film karena adanya permintaan seorang peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal

2

Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92. 3

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet ke-1, h. 69.


(41)

dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, dan bahkan untuk meramalkan.4 Dokumentasi diambil dari isi pesan dakwah yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa yang diambil dari halaman 1-181.

d. Wawancara

Wawancara yaitu mendapatkan informasi dari responden ataupun narasumber dengan cara face to face atau melalui media perantara. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara sebanyak 2 kali dengan penggiat Sahabat Shalawat yang sekaligus penulis buku Shalawat untuk Jiwa yaitu Rima Olivia, Psi di kantor Ahmada Consulting di Jalan Raya Pasar Rebo.

2. Pengolahan data

Pada tahapan data peneliti menampilkan pesan yang mengandung penjelasan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa. Data yang telah dinilai oleh juri akan diamati dan dianalisis, dihitung lalu diberikan nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reabilitas setiap juri, yaitu antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, dan juri 2 dan 3. Juri 1 yaitu Maretha Widia Putri S.Hum, Juri 2 yaitu Hj.Ida Suhaida dan Juri 3 yaitu Nurul Hidayah S.ikom.

Untuk mempermudah juri dalam menganalisis isi pesan komunikasi intrapersonal dalam dakwah dzatiyah yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa maka peneliti membuat tabel berdasarkan kategorisasi secara

4

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 161.


(42)

sistematik yang didalamnya mengandung tentang enam kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa Untuk memudahkan memahami kandungan isi pesan dakwah pada buku Shalawat untuk Jiwa, maka peneliti membuat kategori pesan dalam bentuk kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 1 Kategorisasi Pesan

Bedasarkan kategorisasi tersebut peneliti membuat definisi operasional sebagai berikut:

a. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual merupakan dimensi Aql dalam dimensi manusia menurut psikologi Islam, kecerdasan intelektual dapat dilihat dari sikap seseorang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsunya tidak dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya terhadap dorongan nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama, sebab orang yang dapat memahami kebenaran agama hanyalah orang yang tidak dikuasai nafsunya.

No. Kategorisasi pesan

1. Kecerdasan Intelektual

2. Kecerdasan Emosional


(43)

Sebaliknya orang yang dikuasai nafusnya tidak dapat memahami agama, Allah SWT berfirman dalam surat Al An‟Am ayat 25:5

















Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, Padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya. dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”(QS:Al-An‟Am 25)

Kecerdasan intelektual membuat manusia mampu menjadi manusia kreatif mencari dan menganalisa informasi untuk dijadikan sesuatu yang baru serta mempunyai pengetahuan yang luas.

b. Kecerdasan Emosional

Kecerdasaan emosional merupakan kecerdasaan qalb dalam dimensi manusia menurut psikologi Islam, qalb memiliki dimensi kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Dimensi qalb adalah suatu dimensi jiwa yang mempunyai kemampuan lain yaitu penghayatan dan perasaan, seperti: rasa takut, benci, rindu, cinta, dan lain sebagainya. Fungsi emosional diitilahkan dengan

zawq yang merupakan kondisi jiwa yang dapat merasakan kehaduiran apa yang dipahami dan dilakukan.6

5

Baharudin, Paradigma Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 115.

6


(44)

c. Kecerdasan Nafs

Nafs merupakan elemen dasar psikis manusia dan merupakan dasar dalam susunan organisasi jiwa manusia. Menurut ibnu abbas dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur nafs yaitu nafs aqliyah dan nafs ruhiyah. Nafs aqliyah adalah kecerdasan untuk membedakan sesuatu sedangkan nafs ruhiyah adalah unsur kehidupan. Seseorang yang mempunyai kecerdasan nafs adalah manusia yang bisa berdamai dengan kemarahan, mampu menghikhlaskan apa yang bukan miliknya, serta tulus dan ikhlas dalam menjalani kehidupan.7

D. Teknik Analisis

Data yang sudah terkumpul, akan di analisa dengan cara mengkategorisasikan setiap teks masuk ke kategorisasi yang sudah di buat, tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa kemudian dianalisa untuk mencari isi pesan yang paling dominan diantara pesan yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa. Dalam pengolahan data ini, peneliti melakukannya dalam bentuk coding sheet atau lembar koding yaitu berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori subjek yang hendak diukur.8

Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah isi pesan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan

nafs Untuk Jiwa yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa. Peneliti menggunakan rumus Hostly yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi

7

Baharudin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 92. 8

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 75.


(45)

secara kuantitatif untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut:

Koefisien Reabilitas : Keterangan :

2M : Nomor keputusan yang sama antar juri N1+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M : Kesepakatan antar juri

N : Jumlah yang diteliti

Setelah itu diperoleh data-data nilai keputusan antar juri (komposit realibilitas) dengan menggunakan rumus:

Komposit Realibilitas: Keterangan:

N : Jumlah Juri

X : Rata-rata koefisien reabilitas antar juri

Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :


(46)

F : Frekuensi

N : Jumlah Populasi

E. Analisis Isi

1. Pengertian Analisis Isi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara, dsb).9

Analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang disjikan di media atau teks. Analisis muncul pada beberapa waktu terakhir dan digunakan dalam berbagai penelitian sejarah, jurnalisme, ilmu politik, penididkan, psikologi dan sebagainya. Analisis isi pada awalnya banyak digunakan dalam ilmu komunikasi sebagai upaya mengungkap makna dibalik simbol dan bahasa yang menjadi sarana komunikasi. Analisis isis dikategorikan dalam tipe penelitian nonreaktif dikarenakan objek yang menjadi sasaran penelitian tidak memberikan reaksi atau pengaruh terhadap peneliti. Peneliti cukup menganalisis berbagai data dari berbagai sumber.10

Data yang didapat dalam analisis isi mempunyai banyak ragam, seperti contoh adalah berita kriminal yang disajikan oleh beberapa surat kabar, peneliti ingin mengetahui berita kriminal apa yang paling banyak diberitakan.

Metode analisis isi ini sangat tepat digunakan dalam bidang keilmuan komunikasi karena objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan oleh sutau media komunikasi. Metode analisis isi merupakan suatu teknik

10

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 88-89.


(47)

sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka daei komunikator yang di pilih.11

Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan, dsb. 12

Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Penelitian ini, menghilangkan bias, keberpihakan atau kecenderungan tertentu dari peneliti.13

Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dan waktu yang berbeda.14

Hardjana dalam buku metode-metode penelitian komunikasi karangan Jumroni dan Suhaimi menjelaskan, ada beberapa keunggulan yang terdapat dalam analisis isi ini, yaitu:

11

Burhan Bungin, ed, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). h, 134.

12

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). h, 68.

13

Eriyanto, Analisis Isi: Pengatar Metodologi Penelitian untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana 2011), Cet Ke-1. h, 16.

14 Ibid.


(1)

4. Jika shalat jumat tiba, beliau akan salat di shaf ketiga, tidak mau maju ke depan karena sebagai penghormatan kepada para habib dan ulama yang mengisi shaf pertama dan kedua.

148

5. Kalau migrain kadang-kadang gara-gara banyak begadang. Dulu kerasanya berat banget. Frekuensinya jarang tapi kalu pas kena dibarengin shalawat biasanya lebih rileks. Tidak lama setelah itu biasanya berakhir tertidur. Ketika bangun sudah lumayan sih. Tapi yang pasti, kalau sedang di kendaraan atau lagi dijalanan sendiri lebih tenang dan enggak cemasan.

150

6. Ketika pergi ke Tahif sudah muai ragu dengan niat menghafal Alquran 5 juz dalam 2 minggu. Yang saya lakukan adalah bershalawat 1000 kali setiap selesai shalat fardu.

151

7. Alhamdulillah, sebelum seminggu sudah hafal 4 setengah juz. 151 8. Karena shalawat adalah doa maka doa yang dilakukan Habib adalah

doa yang tajam ketika semakin fokus dan berulang-ulang diucapkan.

152 9. Kita tahu bahwa shalawat adalah salah satu syarat dikabulkannya doa.

Sebuah pencapaian yang nyaris tidak mungkin secara umum, tapi kekuatan doa langit dan bumi, membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

152

10. Saya lihat jam menunjukkan pukul 11:15. Sebelumnya sepanjang jalan saya sedang baca shalawat nariyah. Akhirnya, saya dorong motor sambil teruskan shalawatnya.

153

11. Dia langsung menawarkan pertolongan dengan mendorong motor saya sampai ketemu tukang bensin eceran (dengan cara disetut alias di dorong pakai kaki sambil dinaiki motornya). Akhirnya saya terima tawarannya, sempat ketemu tukang bensin eceran dekat sekolah Binus Simprug.

154

12. Saya mengucapkan terima kasih kepada pasangan suami-istri tadi. Setelah itu saya isi bensin dan segera meluncur ke arah manggarai.

154 13. Saya yakin tidak ada yang kebetulan, terlebih lagi saya sedang

membaca shalawat sepanjang perjalanan.

154 14. Kelas dua aliyah (setingkat SMA), saya tidak bisa bangun malam. Saya

mulai minta sama Allah SWT agar bisa bangun malam. Kalau saya minta dibangunkan pukul 3 dini hari, biasanya pukul 3 lebih satu dikit sudah bangun. Saya juga semakin merinding, batin merasa lebih nyaman.

155

15. Pernah dulu tidak punya uang sama sekali. Padahal ada teman dari Indonesia yang sedang umrah. Saya ingin mengajak dia makan. Tapi tidak punya uang, jadi shalawat saja. Setelah shalawat saya berdoa.

156

16. Kalau shalawat, dalam konsentrasi, kadang sendawa-sendawa. Sisanya tidak terlalu dirasakan. Setelah rutin kadang saya mimpi ketemu guru saya. Menyapa, mengingatkan untuk terus bershalawat. Rasanya biasanya jadi tambah rindu dengan beliau.

156

17. Sekarang saya ingin lebih berbakti kepada orang tua. Merasa ingin lebih banyak membantu orang lain.

156 18. Saya mulai bershalawat sejak 2010, diperkenalkan oleh seorang ustadz

dipengajian. Saat awal diminta untuk 100 perhari, jadi setiap habis shalat saya cicil. Kemudian, meningkat harus 1000 per hari, itu pun waktunya saya cicil setiap habis shalat.


(2)

19. Sejak bershalawat rutin rasanya kualitas lebih baik, setelah beberapa waktu, bisa puasa sunah Daud selama 7-8 bulan.

157 20. Saya ingin lebih mencintai orang tua karena ingin dicintai Allah SWT

dan Kanjeng Nabi.

158 21. Saya menjadi lebih mudah menerima. Terkait emosi, sedikit lebih

tenang kadang masih suka meletup-letup jika memang sudah tidak bisa ditahan.

158

22. Semua saya jalani saja, tidak ada target tertentu karena apa yang mau saya targetkan. Mungkin ingin lebih di akui sebagai umat Kanjeng Rasulullah saw, ingin lebih dicintai dengan mencoba mencintai beliau dengan sepenuh hati jiwa dan raga.

158

23. Hal luar biasa yang saya dapat setelah rutin bershalawat cukup banyak. Diantaranya berpergian ke-3 negara (singapura, Cina dan Arab Saudi) tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, bahkan diberi bayaran.

159

24. Ditengah ke khawatiran tersebut, saya terus saja membaca shalawat. 160 25. Saya melakukan shalawat dengan memusatkan perhatian pada shalawat

dengan membayangkan perjuangan dan pengorbanan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Saya juga memohon syafaat, belajar menghadirkan cinta dan rindu kepada beliau. Dengan mengingat cinta Rasulullah saw yang begitu besar kepada kita.

161

26. Saya mengingat tangisan serta permohonan kepada Allah SWT yang beliau lakukan untuk kita, umatnya, berusaha mengingat senyum beliau, yang semoga Allah SWT mengizinkan kita semua untuk melihatnya, melihat keindahan senyum sang baginda.

161

27. Emosi juga bisa dikendalikan, dimampukan untuk sedikit berpikir sebelum bicara meskipun kadang suka ceplas-ceplos.

162 28. Pengaruh shalawat pada aktivitas ibadah yang lain alhamdulillah. Saat

salat saya bisa belajar untuk salat, tilawah, puasa atau sedekah dengan cara yang lebih baik lagi dan mohon doanya semoga ke depan masih bisa semakin baik lagi.

162

29. Yang dirasakan saat bershalawat, khusunya ketika benar-benar duduk dan khusyuk seperti ada yang mengguncangkan badan, antara sadar dan tidak sadar. Suhu tubuh meningkat biasanya. Air mata dan air dari hidung keluar tapi belum pernah sampai mimisan.

162

30. Sebelum rutin bershalawat, saya dikenal dengan sebutan tomboy. Kata ibu saya orang yang terlalu cuek, nggak bisa diatur semuanya sendiri saya di cap gak punya perasaan oleh teman-teman.

163

31. Interaksi dengan orang tua menjadi lebih baik lagi setelah bershalawat, lebih bisa mendengarkan dan menerima apa yang disuguhkan kepada saya, suka ataupun tidak suka, tetap saya terima.

163

32. Sebelum rutin bershalawat, saya termasuk orang yang suka meledek, tidak jarang bercanda berlebihan, membuat teman skak-mat adalah salah satu kemenangan besar buat saya meskipun dalam skala bercanda.

163

33. Setelah rutin bershalawat, dengan sendirinya, seperti terjaga dari hal-hal yang tidak perlu, tidak penting, berlebihan dan sia-sia.

163 34. Dalam hal mengingat pun Alhamdulillah sudah meningkat. Karena

sebelumnya memang saya termasuk orang pelupa. Hehehe.

163 35. Memusatkan perhatian alhamdulillah juga lebih baik sekarang. Jauh 163-164


(3)

lebih tenang. Nyaman. Lebih tahu dan mengerti apa arti ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan sebenarnya. Pengaruh terhadap pengelolaan emosi setelah rutin bershalawat jauh lebih dimampukan untuk mengendaikan emosi.

36. Secara indah, perempuan ini mengambarkan kecintaan yang bertambah pada Rasulullah saw dan peningkatan kualitas ibadahnya sebagai “hadiah” dari shalawat rutinnya.

163

Tanya Jawab Seputar Shalawat

1. Hadis adalah perkataan langsung Rasulullah saw. Bukan berarti Rasulullah saw menghendaki dirinya didoakan demi kepentingannya, tetapi terutama karena rahmat yang akan di dapatkan oleh kita, umat beliau. Kita tahu bahawa beliau adalah orang yang paling rendah hati, orang yang paling tidak merasa perlu di hormati.

174

2. Penting sekali! Bukan hanya Allah SWT dan para malaikatnya lho, tetapi juga seluruh penghuni langit dan bumi. Bahkan para nabi, sejak nabi Adam as seluruhnya bershalawat.

174

3. Shalawat pun adalah ekspresi cinta. Mengupayakan Cinta yang ada dalam perintah-Nya, menunjukan pengabdian, ketundukan dan ketaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.


(4)

Tabel Kesepakatan Antar Juri

Judul Kali mat

KATEGORI PESAN

BQ FQ RQ IQ EQ NQ

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Psikologi Shalawat

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36


(5)

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

Bagaim ana Bershal awat ?

1

2

3

4

5

6

7

8

Mereka yang Bershal awat

1

2

3

4

5

6


(6)

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

Tanya Jawab Seputar Shalawa t

1

2