Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” Di Tvri

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

LAILA NURDIANA NIM: 109051000129

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M / 1434 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Mei 2013


(5)

LAILA NURDIANA

Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” di TVRI

Televisi sebagai media yang sangat efektif dalam menyebarkan dakwah dan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Program-program acaranya TVRI berorientasi pada keagamaan, pendidikan dan hiburan. Banyaknya acara di TVRI membuat penulis memilih acara kajian kitab kuning shahih bukhari, salah satu alasannya karena acara ini merupakan acara yang dapat membantu masyarakat agar mengetahui sebagai umat islam yang harus berpegang teguh dengan al-Qur’an dan hadits, karena dalam acara ini berbagai permasalan agama dibahas dengan menggunakan hadits shahih bukhari yang tidak diragukan lagi keshahihannya.

Dari pernyataan di atas, maka peneliti merumuskan masalah agar penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada pesan dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI? Dan pesan dakwah yang paling dominan dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI.

Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi melalui deskriptif analisis, yaitu menerangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Teknik pengumpulan data berupa observasi yaitu penulis terjun langsung berupa observasi.

Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bawasannya pesan yang terdapat dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari edisi januari-Maret, yaitu pesan yang memberitahukan sunnah-sunnah yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan juga mengajarkan cara bersuci dari hadats kecil dan besar serta memberikan cara berwdhu yang benar. Semua pesan yang terkandung dalam acara kajian kitab kuning shahih bukhari adalah pesan

akhlak, akidah dan syari’ah. Namun pesan yang sering banyak muncul adalah pesan syariah. Dan kini penulis mengambil kesimpulan pesan yang

mengandung syari’ah bernilai ibadah yakni Thaharah ada dalam tema Bersiwak, Air Yang Dipergunakan Berwudhu, Etika Buang Air Kecil, Hal Yang Membatalkan Wudhu, Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu, Mandi Secara Rasulullah SAW, Sunnah-Sunnah Wudhu, Waktu Berwudhu dan Wudhu dan Al-Qur’an. Pesan dakwah yang mengandung pesan akidah ada dalam tema Belajar Mencintai Rasulullah. Dan pesan yang paling dominan dalam acara kajian kitab kuning shahih bukhari


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Dialah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan Ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Dialah Tuhan yang menciptakan akal sebagai mediator untuk berfikir dan merenung tentang kekuasaan-Nya, untuk mempelajari lautan ilmu-Nya dan yang terpenting untuk menyadari, mengetahui, mengingat dan menyaksikan akan eksistensi-Nya setiap saat.

Bersama rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan merupakan kewajiban akademis di Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajaran-Nya dan menjalankan agama Allah SWT. Semoga uswatu hasanah yang beliau contohkan, menjadikan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya pengikut yang senantiasa mengikutinya dalam kehidupan sehari-hari.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa


(7)

iii

putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Bpk. Mahmud Jalal, M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study Rizal, LK, M. Ag.

2. Drs. Jumroni, M. Si selaku Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 3. Hj. Umi Musyarrofah, MA selaku sekertaris Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan serta motivasi yang terus-menerus seraya memberikan dukungan guna meraih masa depan yang lebih baik. Penulis menganturkan terima kasih kepada beliau, semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan setiap saat kepada beliau beserta keluarga.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya untuk Drs. H. Sunandar, MA yang sangat berjasa dalam skripsi ini. Serta Semua dosen yang telah mengajarkan dan mendidik ilmu pengetahuan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.


(8)

iv

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku, Kepada Ayah tercinta Mansur Yatin dan Mama tersayang Satriyah yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil. Semoga kebahagiaan dan keberkahan akan selalu menyertai serta mendapatkan balasan dari Allah SWT.

7. Drs. Ahmad Lutfi Fathullah. M A selaku narasumber dalam acara ini, yang telah banyak memberikan dan membantu banyak mengarahkan, motivasi, semangat, dan doanya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya, Ustadz Agus Idwar selaku presenter dan Bapak Muhammad Rusli selaku produser dan juga seluruh crew Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari”, dan juga terima kasih banyak atas kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

9. Pihak-pihak Pusat Kajian Hadits selaku tempat penulis mencari data yang sangat membantu dan waktu luangnya untuk memberikan banyak petunjuk sehingga dapat selesai dengan baik skripsi ini.

10.Teman-teman KPI angkatan 2009. Khususnya KPI D, Hidayati Nur fajrina, Yuli Patilata, Nur Fajrina, dan sahabat-sahabat Fakultas Ilmu


(9)

v

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan teman-teman KKN yang telah memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan selama akhir hayat. Terima Kasih buat kalian yang telah memberikan motivasi dan do’a kepada penulis.

11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.

Begitu besar ucapan terima kasih yang penulis sampaiakan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta Amin Ya Robbal Alamin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Untuk itu penulis berharapkarya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Mei 2013


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pesan Dakwah ... 13

1. Pesan Akidah ... 14

2. Pesab Akhlak ... 17

3. Pesan Syari’ah ... 18

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 19

C. Ruang Lingkup Televisi ... 32

D. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 37

BAB III GAMBARAN UMUMACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI A. Gambaran Umum TVRI ... 43

B. Pengertian Kitab Kuning ... 50

1. Sejarah Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ... 50

2. Visi dan Misi Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari 57 BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM ACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI A. Isi Pesan Dakwah pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ... 62


(11)

vii

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran-saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan suatu inovasi di bidang teknologi yang sangat canggih. Melalui kelebihan yang ia miliki, banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil. Banyak program Sesuai dengan ciri khas sistem komunikasi massa Islam, bahwa media massa merupakan alat (media dakwah) menyebarkan atau menyampaikan informasi kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah Swt (Al-Qur’an dan Hadis Nabi).

Penyebaran informasi yang identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang teknologi komunikasi kita teringat dengan alat-alat utuk ber-komunikasi, yang kerap kali disebut sebagai media massa. Adapun fungsi dari komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.1

Televisi adalah salah satu bentuk komunikasi massa. Dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, dan sebagainya, televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengan media gambar (audio visual).

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), h. 31


(13)

Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara, pembaca berita, dan sebagainya) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.3

Media massa yang satu ini memang mempunyai kelebihan dibanding media massa lainnya. Televisi juga dapat digunakan untuk berdakwah dan mengajak orang kepada perintah untuk kebaikan dan mencegah kemunkaran, sehingga mendapat keridhaan dari Allah SWT. Sebagaimana diketahui, dakwah adalah suatu keharusan bagi umat Islam, seperti dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:









































Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan ummat

yang mengajak manusia kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. (Q. S. Ali Imran: 104)

Dakwah melalui media apapun perlu persiapan dan perencanaan yang matang, karena dakwah merupakan suatu upaya merekonstruksi masyarakat menuju masyarakat islami. Munculnya media televisi sebagai wujud dari kemajuan teknologi menyadarkan kaum muslimin tentang betapa pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah.

Televisi merupakan media yang mampu menarik banyak perhatian orang. karenanya praktisi penggunaannya yang mudah dan terjangkau

3

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi).


(14)

untuk semua kalangan. Dan dapat banyak memberi manfaat bagi para penonton, Disamping hanya untuk hiburan acar televisi juga menayangkan acara-acara dakwah.

Banyak acara televisi di TVRI yang menyajikan beragam program, seperti kuis, musik maupun Reality Show. Di bagian kerohanian tentu ada yang dinamakan acara keagamaan, baik itu Islam, Katolik, Protestan, Hindu maupun Budha. Salah satu acara Islami adalah acara dakwah yang saat ini banyak diminati. Pembahasan kitab merupakan sajian program Islam yang menarik karena disampaikan dengan dakwah billisan. Acara “ Kajian Kitab Hadits Shahih Bukhari” di TVRI bersama Ustadz Ahmad Luthfi Fathullah MA, merupakan rekomendasi untuk acara dakwah.

Program “ Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari “ merupakan acara Islamiyah yang materinya bersandar pada Kitab Hadits. Perlu diketahui, kitab kuning merupakan salah satu pegangan untuk memahami ajaran Islam yang lebih mendalam. Disamping itu kitab kuning ini wajib dipelajari karena didalamnya mempelajari tentang hadits Rasullallah saw yang merupakan sumber ajaran agama Islam setelah al-Qur’an. Oleh karena itu, Hadis harus diketahui, dibaca, dikaji dan diamalkan

Satu hal yang menjadi ciri khas atau pembeda dari program Dakwah lainnya adalah bisa dilihat dari Isi pesan atau materi-materi dakwahnya dan disandarkan kitab hadits didalamnya. Dalam acara “Kajian Kitab Kuning” banyak membahas mengenai persoalan hadits Sahih al-Bukhari adalah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis


(15)

Rasulullah SAW secara sistimatis tematis, dengan akurasi otentitas yang sangat tinggi. Pada program Kajian Kitab Kuning ini mencoba menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hadits shahih al-bukhari. Selain persoalan hadits juga dalam acara ini dibahas juga mengenai masalah Fiqih, Tauhid, Akhlak dan memberikan solusinya.

Acara Dakwah ini sengaja diberikan nama “ Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari “ karena didalamnya mengungkap tentang keshahihan suatu hadits dan pedoman sehari-hari untuk hidup nyaman yang bersandar pada Kitab Hadits. Problematika kehidupan manusia yang begitu kompleks membuat banyak manusia lupa akan arti kehidupan yang sesungguhnya yakni untuk mencari dan menggapai keridhoan Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.

Acara Dakwah Kajian Kitab Kuning, bukanlah satu-satunya program dakwah yang mesti dijadikan sebagai tunggal tayangan dakwah bagi masyarakat, karena banyak sekali tayangan-tayangan dakwah yang disiarkan oleh televisi-televisi lain, namun setidak-tidaknya program ini telah ikut membantu memberikan pencerahan kepada masyarakat kita khususnya ummat Islam dalam memahami ajaran Islam itu sendiri, dan menjadi wahana bagi masyarakat untuk terus belajar dan menimba pengetahuan agama lewat media televisi, khususnya TVRI.

Menariknya dalam acara ini adalah pesan dakwah yang disampaikan dengan penjelasan yang jelas, singkat dan padat pada masalah keagamaan. Dengan nasehat-nasehat yang mudah dipahami dan


(16)

dimengerti. Dan acara ini adalah satu-satunya di stasiun Televisi yang menyajikan langsung Kitab Hadits di depannya sebagai materi. Dengan mempermudah untuk memahami acara ini narasumber memberikan kemudahan dengan adanya DVD Sahih al-Bukhari, Terjemah dan Takhrij Interaktif adalah Kitab digital Sahih al-Bukhari yang diterjemahkan dan diberi cacatan takhrij sederhana, yang dibuat dalam aplikasi multimedia.

Melihat latar belakang diatas bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan melalui tayangan-tayangan atau acara-acara keagamaan. Hal ini yang membuat peneliti tertarik mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “Shahih Bukhari” di TVRI

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih terarah dan fokusnya penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan penelitian. Dalam hal ini, peneliti membatasi penelitian pada Pesan dakwah yang terdapat dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI (Edisi 07Januari- 10Maret) 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Apa Saja Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?


(17)

2) Apa Pesan Dakwah yang Paling Dominan terdapat pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui Isi Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?

2) Untuk mengetahui Pesan Dakwah yang paling Dominan terdapat pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI?

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah: a) Manfaat akademis

1) Untuk memberikan kontribusi yang positif dalam bidang studi ilmu dakwah dan komunikasi penyiaran Islam

2) Untuk memberikan sumbangan yang berarti guna mengembangkan wacana keilmuan dakwah, terutama dalam hal ini media televisi sebagai sarana penyampaian syiar Islam dan juga untuk mengetahui kitab kuning lebih mendalam.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan pedoman bagi para praktisi dakwah dan teoritisi dalam mengembangkan dan mengaplikasikan keilmuan dakwah, begitu juga bagi para praktisi televisi yang selalu berfikir dan bekerja keras untuk mensyiarkan dakwah Islamiyyah melalui media televisi sebagai sala satu sarana dakwah.


(18)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengumpulkan bahan-bahan materi.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan sampai saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari di TVRI. Yang penulis temukan adalah Analisis Pesan Dakwah Dalam Acara “Untukmu Ibu Indonesia” di TVRI Penulis Ummu Kulsum, NIM: 204051002865. Yang membedakan dengan acara diatas adalah isi pesan dan penyampaian pesannya.

Di karenakan juga belum adanya yang menganalisis tentang acara kajian kitab kuning ini maka penulis sangat tertarik untuk meneliti judul tersebut karena acara ini sangat menarik, di zaman dulu kitab kuning hanya di kenal di kalangan pondok pesantren saja. Tapi dengan adanya acara ini kita dapat memahami, mengenal dan belajar tentang pesan apa saja yang terkandung dalam kajian kitab kuning Shahih Bukhari tersebut yang disiarkan di TVRI. Maka peneliti mengambil judul tentang: Analisis

Isi Pesan Dakwah Dalam Acara Kajian Kitab Kuning “ Shahih Bukhari “ di TVRI

E. Metodologi Penelitian


(19)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, dan iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi lainnya. 2

Analisis Isi Kualitatif (Quality Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisa kualitatif. Dengan demikian penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pesan acara kajian kitab kuning shahih bukhari. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis melakukan upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program, serta metode yang digunakan.

2. Tahapan Penelitian a. Prosedur Penelitian

Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut: a) Kategorisasi

Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian analisis isi. Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam dalam acara kajian kitab hadits

2

Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode penelitian komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. Ke-1. Hal.79.)


(20)

shahih bukhari di TVRI, yang digolongkan dalam dakwah akhlak, dakwah aqidah, dan dakwah Syari’ah.

b) Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah naskah atau isi pesan dari kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yang dijadikan sebagai objek penelitian.

c) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dari bulan Januari-April, yakni terdapat empat tema berbeda setiap minggunya. Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari ditayangkan di TVRI. Bertempat di Jln. Gerbang Pemuda Senayan, Jakarta 12070.

b. Pengolahan Data a) Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.3 Dengan mendatangi langsung ke lokasi, menyaksikan dan mengamati jalannya Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari. Observasi juga dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan cara mengamati Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukharimelalui televisi dan dalam bentuk DVD/ Video atau typing.

3

Winartio Surahman “Menyusun Rencana Penelitian”, (Bandung: CV. Tarsia,


(21)

Observasi yaitu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.4 Dalam observasi ini, penulis mengikuti kegiatan dakwah ”Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari” secara langsung di Studio TVRI, kemudian penulis mencatat secara sistematis mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung.

b) Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada narasumber acara kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” yakni Ahmad Lutfi Fathullah, MA. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai Pesan yang disampaikan dalam Acara tersebut.

c) Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti buku, website, arsip dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan video yang berkaitan dengan penelitian ini.

d) Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptip di mana pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan

4

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), Cet. Ke-4, h.70


(22)

mengklasifikasi kan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, lalu kemudian disimpulkan.

e) Pedoman Penulisan

Teknik penulisan dengan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA (Center for quality Development and Assurance), tahun 2007, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari Lima bab, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Yang Membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORITIS Yang Membahas Pengertian Pesan Dakwah terdiri dari Pesan Akhlak, Pesan Akidah dan Pesan Syari’ah, Ruang Lingkup Dakwah terdiri dari Pengertian Dakwah dan Unsur-unsur Dakwah terdiri dari Subyek dan Obyek Dakwah, Metode dan Media Dakwah, Materi dan Tujuan Dakwah , Ruang Lingkup Televisi terdiri dari Pengertian Televisi dan Sejarah dan Perkembangan Televisi, Televisi Sebagai Media Dakwah


(23)

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG ACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Yang Membahas Gambaran Umum TVRI, Mencakup: Sejarah dan Perkembangan TVRI, Visi dan Misi TVRI, Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI dan Gambaran Umum Program-program TVRI, Pengertian Kitab Kuning meliputi: Sejarah Singkat Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari, Visi dan Misi Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari, Sasaran Acara Kajian Kitab Kuning

BAB IV : ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM ACARA KAJIAN KITAB KUNING SHAHIH BUKHARI DI TVRI Pesan Dakwah yang terkandung dalam Acara Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari dan Pesan Dakwah yang paling Dominan pada Acara Kajian Kitab Kuning Shahih bukhari


(24)

13

A. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan dakwah adalah materi atau isi pesan yang disampaikan dai kepada mad’u yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Menurut Ahmad Mansyur Suryanegara seperti yang dikutip oleh Asep Muhyiddin dalam bukunya Metode Pengembangan Dakwah. Mendefinisikan dakwah adalah menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkahlaku pembaharuannya. Dan yang menjadi inti tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara cultural.1

Sedangkan pengertian dakwah menurut M. Ali Aziz adalah segala aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang bisa menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Usaha dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun tulisan yakni yang bersifat mengajak, menyeru agar mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Pada hakikatnya dakwah adalah komunikasi hanya saja berbeda pada cara atau tujuan yang akan dicapainya. Dakwah juga mengaharpkan komunikannya bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang

1


(25)

disampaikan oleh komunikatornya. Dakwah juga merupakan komunikasi yang khas yaitu pada cara pendekatannya dilakukan secara persuasif dan bertumpu pada human oriented (hikmah dan kasih sayang).

Kategori pesan dakwah secara garis besar besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga.2

1. Pesan Akidah

Kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu aqidah yang berarti keyakinan atau kepercayaan. Secara istilah akidah berarti keyakinan atau kepercayaan yakni mengikat hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya. Menurut Muhammad Syaltut, akidah ialah sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Dalam Al qur’an akidah disebutkan dengan istilah iman dan syari’ah dengan istilah amal shaleh, keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal shaleh, karena iman tidaklah sempurna tanpa disertai oleh amal shaleh.

Akidah atau kepercayaan dalam Islam mempunyai rukun-rukun tertentu yakni hal yang harus dipercayai, adapun rukun iman ada 6:

1) Percaya kepada Allah yakni dengan sepenuh hati akan ke-Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa Allah lah yang maha menciptakan semua makhluk, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan

2

Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al Ikhlas), hlm. 47


(26)

perbuatan manusia hanyalah dilakukan untuk mencari ridho Allah SWT.

2) Percaya kepada Malaikat Allah yaitu percaya dengan adanya malaikat yang menjadi perantara Allah kepada Makhluk-Nya. Malaikat yang wajib kita kenal ada 10 yakni Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu, Mikail bertugas menurunkan rizki, Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izroil mencabut nyawa manusia, Malaikat Munkar menanyakan dalam kubur, Malaikat Nakir menanyakan dalam kubur, Malaikat Raqib mencatat amal baik manusia, Malaikat Atid mencatat amal buruk manusia, Malaikat Malik menjaga pintu neraka, Malaikat Ridwan menjaga pintu surga. Malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial being (bukan makhluk yang bersifat materi), maka wujud malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat berubah-rubah atas izin-Nya.

3) Percaya kepada kitab Allah percaya pada kitabullah berarti percaya bahwa Allah menurunkan kitab kepada Rasul yang berisi tentang ajaran-ajaran, dan aturan-aturan Islam. Kitab yang disebutkan dalam Al qur’an ada 4 macam, yakni Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, Kitab Zabur kepada Nabi Daud As, Kitab Injil kepada Nabi Isa


(27)

As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya prinsip ajaran Islam yang berada dalam kitab-kitab-Nya adalah sama, meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan keadaan ummat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan prinsip ajaran agama Islam, itu bukanlah ajaran asli dari Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya.

4) Percaya kepada utusan Allah SWT yakni percaya bahwa Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda dengan Rasul, persamaan-Nya hanya mereka sama-sama menerima wahyu. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu untuk disampaikan kepada ummatnya. Rasul yang disebutkan adalah dalam Al-Qur’an berjumlah 25 Rasul.

5) Percaya kepada hari akhir (hari kiamat) yakni percaya tentang adanya hari kiamat dimana semua makhluk akan mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan segala amalnya yang dilakukan semasa hidup akan mendapat balasan yang sesuai dengan perbuatan-Nya.


(28)

6) Percaya kepada takdir adalah rukun iman yang terakhir yakni percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat

(kekuasaan) dan iradat (kehendak-Nya). Sehingga segala hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis takdir yang telah ditentukan oleh penciptanya. Manusia hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa. Inilah yang disebut tawakal. Tawakal bukan berarti menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah mewakilkan (menyerahkan) segala nasib usaha yang telah dilakukan oleh Allah SWT.

2. Pesan Akhlak

Secara etimologi akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku, atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak: Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruknya tanpa membutuhkan atau pertimbangan”.

Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau meninggalkannya. Sedangkan menurut Tuty Alawiyah, akhlak


(29)

adalah sifat yang pada diri seseorang yang terbit dari amal perbuatan dengan mudah, yang keluar dengan spontan dan tanpa pertimbangan yang matang.

Dari definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan spontan tanpa pertimbangan dan tanpa memerlukan dorongan dari luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syari’ah, karena sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syari’at Islam. Akhlak meliputi:

1) Akhlak terhadap Tuhan 2) Akhlak terhadap Makhluk 3. Pesan Syari’ah

Syari’ah secara bahas berarti jalan tempat keluarnya air minum, secara istilah syari’ah adalah segala sesuatu yang diisyaratkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, termasuk peraturan –peraturan dan hukum segala hal yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Syari’ah sangat erat kaitannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman atau keyakinan. Maka Syari’ah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan, yakni amal sholeh atau perbuatan sehari-hari yang sesuai dengan syari’at Islam. Seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek. Syari’ah merupakan aturan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehar-hari, karena syari’ah yang


(30)

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. Syari’ah meliputi:

1) Ibadah, dan meliputi: a) Thaharah (bersuci) b) Sholat

c) Puasa d) Zakat e) Haji

2) Muamalah yang meliputi: a) Munakahat (hukum nikah) b) Waratsah (hukum waris) c) Muamalah (hukum jual beli) d) Hinayah (hukum pidana) e) Khilafah (hukum negara)

f) Jihad (hukum peperangan dan perdamaian)

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata “Dakwah” berasal dari bahasa Arab, yang mengandung arti memanggil, mengajak, menjamu.3 Sedangkan perkataan dakwah dapat diartikan sebagai sebuah panggilan, ajakan, dan undangan.4 Secara istilah, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu

3

Mahmud Yusuf, Kamus Arab- Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penterjemahan / Penafsiran Al-Qur’an), h. 127

4Hamzah Ya’kub,


(31)

berupa mengajak orang itu untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat (Ishlah) dan nahi munkar. Proses penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.5

Selanjutnya mengenai pengertian dakwah, banyak rumusan yang dikemukakan oleh beberapa pakar agama, walaupun rumusan-rumusan tersebut berbeda, namun mengandung makna yang hampir sama. Diantara beberapa pengertian dakwah adalah sebagai berikut: Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada unsur paksaan.6

Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.

2. Unsur-unsur Dakwah

a. Subyek dan Obyek Dakwah

5 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang 1977), h. 19-20

6

Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1993), Cet ke-2, h. 6


(32)

Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.7

Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid

al-Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar

akan perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa da'i adalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis, ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani takwim.8 Sebagai orang yang akan menjalankan amanah Allah di atas bumi, maka juru dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki kepribadian muslim sejati.

Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,

7

Rafiudin, Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, hal. 47

8

M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, hal. 106-107


(33)

menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan kebenaran.9

Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.10

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:

a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.

b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari

segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

9

A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hal. 142

10

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 34


(34)

f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.1

b. Metode dan Media Dakwah

Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata

methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.11

Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.12

Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi yang digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.13 Dari pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil haruslah diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Hadits Rasulullah SAW.

Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat an-Nahl ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara berdakwah. Dengan kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan

11

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, , hal. 35

12

Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV. Toha Putra, 1969), hal. 34

13

Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), cet. Ke-1, hal. 101


(35)

penjelasan yang dapat dijadikan patokan, bagaimana seharusnya berdakwah itu. Allah pun memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu disampaikan dengan hikmah yang kita terjemahkan dengan kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :

                                         



Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl : 125).

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga cara, yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik

(mau'izhah hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang

baik).

1. Dengan Hikmah (bijaksana)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi :

ل ز لا قحلل حض لا ل ل لا ه ة كح لا ةح حصلا ةلاق لاب ا ة كحلاب

ة بشلل

.

Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".

Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,


(36)

berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan".14

Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan".15

Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan".16

Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah, penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.

2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

ام صقت ا ب م عصا ت ك ا م لع ف ا تلا ه ة سحلا ةظع لا

ارقلاب ا ا ف م عف

.

Artinya : "Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.17

Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.18 Dengan lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran

14

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 36

15

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997), hal. 21

16

Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), hal. 121

17

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1 , hal. 37

18

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia : Nuur Niaga SDN, BHD, 1996), hal. 27


(37)

atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.

Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.

3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :

هتا اب ها لا ءاع لاك سحا ه تلا ةل اج لا ا سحا ه تلاب م ل اج

هتجح لا ءاع لا

.

Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain

: a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

Metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap individu.19 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.

19

Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, "Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997, hal. 36


(38)

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.20 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.

c. Metode Ceramah

Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan tidak sesuai dan membosankan.

d. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan masalah yang dirasa belum dimengerti dan da'i sebagai penjawabnya.

Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubalig dan

20

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta : 1974), hal. 15


(39)

jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya). Sedangkan pengajak (da'i) sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da'i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponennya adalah media dakwah .

Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu:

1. Lisan : termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya.

3. Lukisan: yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin


(40)

disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar islami untuk anak-anak.

4. Audio Visual : yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film, dan sebagainya.

5. Akhlak : yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.21

Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang ini terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers (percetakan), radio, film dan televisi. Kata-kata yang terucapkan hanya dapat terjangkau jarak yang sangat terbatas pada waktu dan ruang.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan dengan radio bukan hanya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini dakwah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga serta emosi manusia sekaligus menerima dan menanggapi maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan itu.22

Kenyataan membuktikan bahwa hubungan antara manusia sekarang ini, hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat-alat

21

Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung : Diponegoro, 1998), hal. 47-48

22

Abdul Munir Mulkan, "Idiologisasi Gerakan Dakwah", (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58


(41)

komunikasi massa bahkan menurut Carl Hovlan, ciri yang menonjol bagi abad XX ini adalah kenyataan bahwa kita hidup dalam abad komunikasi massa. Bagi masyarakat kita, koran, radio, televisi, film, majalah-majalah, buku-buku dan lain-lain semua itu menjadi sumber pokok untuk mengetahui kenyataan, pendapat, hiburan dan penerangan.23

e. Materi Dakwah

Tidak lain adalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi dakwah bisa bermacam-macam. Ada berupa materi Tauhid atau akidah, fiqh (hukum Islam) termasuk di dalamnya mu'amalah, akhlaq, tafsir, hadist dan lain sebagainya yang substansinya mengajak pada agama Allah yaitu Islam.

Hendaknya pemilihan materi harus disesuaikan dengan konformitas.

Publik yang diseru dan kemampuan penyeru atas materi dakwah yang disampaikan. Sehingga dakwah berjalan efektif dan sampai tujuan. Tidak menimbulkan perlawanan karena intinya memang menebar kedamaian dan keselamatan. Maka dari itu persentuhan dengan budaya lokal harus benar-benar disinergikan dengan baik.

Berdasarkan pada surat an-Nahl ayat 125 di atas, Sayyid Qutb memberikan pendapat tentang metode yang dipakai dalam berdakwah. Berikut ini penjelasannya;

23


(42)

"dengan ayat tersebut al Qur'an telah melukiskan pokok-pokok dan prinsip-prinsip dakwah, dan menunjukkan cara dan jalannya, dan menggambarkan sistem metode untuk para utusan (Nabi dan Rasul) yang mulia, dan bagi para penyeru (para da'i dan daiyah) yang datang setelah mereka, sesuai dengan undang-undang atau dasar hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kitab atau agama yang lurus. Sesungguhnya dakwah adalah seruan menuju jalan Allah. Tidak untuk jalan pribadi sang penyeru atau kelompoknya. Tidak boleh seorang penyeru (dai dan daiyah) dalam dakwahnya kecuali berniat untuk melaksanakan kewajibannya karena Allah lillah), jika tidak demikian, tidak manfaat seruannya tersebut, tidak juga seruan dan siapa saja yang mengikuti ajakannya, pahalannya

akan ditentukan oleh Allah SWT".

Dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak umat manusia kepada jalan yang hak dan diridhoi oleh Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia bisa dilakukan secara individu dan kelompok tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari dakwah adalah perubahan dari yang buruk menjadi baik, dari yang salah menjadi benar, dari yang gelap menuju terang.

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dari dakwah adalah untuk mengajak umat manusia kepada jalan yang baik, jalan yang diridhoi Allah SWT sehingga terbentuknya :

1) Khoirul Bariyyah (sebaik-baik manusia) 2) Khoirul Usroh (sebaik-baik saudara) 3) Khoirul Jamaah (sebaik-baik kelompok) 4) Khoirul Ummah (sebaik-baik umat)

Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama


(43)

adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT.24

Tujuan dakwah menurut H.M. Arifin dalam bukuunya yang berjudul

Psikologi Dakwah” adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur

serta mendapat ridha Allah SWT. Jika ditinjau dari aspek psikologis yaitu untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman

ajaran agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup

dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam aspek kehidupan.25

C. Ruang Lingkup Televisi

1. Pengertian Televisi

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro magnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik.

Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh

dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh

prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar26. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.

24

Sayyid Qutb, fi dzilalil qur'an, Juz 4, hal. 190, mauqi'ut tafasir, Maktabah Syamilah.

25

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997) , Cet Ke-4, h.5

26

Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221


(44)

Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di

suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui

sebuah perangkat penerima (televisi set).27

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.28

Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906, di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara.29

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan selanjutnya transmisi melalui pemancar.

Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi

27

Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998)

28

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59

29


(45)

lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.

Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima menjadi tontonan yang membosankan. Karenanya untuk menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka dibutuhkan tenaga-tenaga handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat, sedikitnya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :

a. Keahlian di bidang masing-masing b. Tanggung jawab profesi

c. Kreativitas

d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)

e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku) f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing 2. Sejarah dan Perkembangan Televisi

Peletakan dasar utama teknologi pertelevisian dimulai tahun 1884, ketika insinyur Jerman bernama Paul Nipkow mampu menciptakan mekanisme televisi dengan benar untuk pertama kali. Ia menemukan


(46)

sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Nipkow disk atau Nipkow

Sheibe.30

Mesin penyaring gambar ciptaannya tersebut di kemudian hari akan dikembangkan pada eksperimen sistem televisi 1923 – 1925 di Amerika Serikat oleh Charles F. Jenkins dan di Inggris oleh John L. Baird. Meskipun gambar masih kelihatan kasar tapi sudah nampak jelas.

Bersamaan dengan itu lalu dikembangkan metode mesin penyaring gambar yang disusun oleh seorang Inggris bernama A.A. Campbell-Swinton (1908). Selanjutnya berturut-turut muncul nama Vladimir Kosma Zworykin (1920) yang menyempurnakan konsep Campbell dengan tabung kamera iconoscope-nya. Hal yang sama dilakukan penyempurnaannya oleh Philo Taylor Farnsworth (1920) yang menemukan sistem elektronik televisi. Ia sebut kamera televisinya dengan pemotong gambar atau "an image dissector". Ia teruskan proyek tersebut sampai tahun 1930 dan terhenti menjelang perang dunia kedua.

Program siaran televisi atau broadcasting pada publik pertama kali terjadi pada tahun 1936 di London. Sedangkan, siaran televisi secara reguler dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1939, tapi dua tahun kemudian ditutup sampai berakhirnya perang dunia kedua pada tahun 1945. Tahun 1946 siaran televisi mulai meledak. Pada tahun tersebut hingga awal tahun 1950-an, perkembangan televisi berwarna hampir selalu terlambat dibanding televisi hitam putih (monochrome).

30Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi,”

(Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2005), Cet. Ke-2, hal. 4.


(47)

Tahun 1953, beberapa negara di Asia berusah mengejar ketinggalan dalam bidang pertelevisian yang dimulai oleh Jepang dan Philipina pada tahun 1953, kemudian diikuti oleh negara-negara Asia lainnya: Thailand pada tahun 1955, Indonesia dan Republik Rakyat Cina (RRC) tahun 1962, Singapura tahun 1963, dan lain-lain.

Memang televisi datang belakangan setelah koran dan radio, tapi media ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kedua media sebelumnya, yaitu kemampuannya melipat jarak, ruang dan waktu, ditambah dengan kekuatan audio-visualnya. Televisi dapat memperlihatkan keadaan yang terjadi di manapun, dalam satu menit apa yang terjadi di belahan dunia lain dapat disaksikan di layar televisi, luar biasa. Oleh karena itu, televisi banyak mendapatkan julukan, jendela dunia, kotak ajaib, dan lain sebagainya.

Televisi berwarna yang kompatibel tercipta pada tahun 1953, namun siaran berwarnanya baru terwujud setahun kemudian. Perkembangan selanjutnya pada kualitas televisi yaitu layar lebar, teknologi yang lebih baik untuk siaran dan penerimaan sinyal televisi. Ukuran layar televisi yang lebar menggunakan cathode-ray tubes (CRTs) dengan ukuran diagonal 89 atau 100 cm. Pada tahun 1970 dikenalkan projection television (PTVs), sekarang berupa layar seluas 2 m secara diagonal. Tipe terbaru PTVs menggunakan teknologi liquid-crystal display atau LCD juga dikenal dengan digital light processor (DLP), sebagai ganti dari teknologi CRTs. Produksinya bahkan dikembangkan menjadi sangat kecil, mencapai ukuran 7,6 cm diagonal lurus.


(48)

Kaset video perekam atau VCRs (videocassette recorders) sederhana yang dikenalkan pada tahun 1970, telah menjadi perangkat umum televisi. Di akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an digital video disk (DVD) player menjadi produk paling sukses dalam sejarah elektronik yang dilempar di pasaran.

Sebagai upaya untuk semakin jelas, televisi juga semakin menjadi tipis. Panel display yang berbentuk flat hanya beberapa centimeter tebalnya, menawarkan alternatif pengganti dari CRTVs yang berbodi besar. Pun, televisi flat yang ukuran lebar cukup tipis untuk digantung ditembok layaknya lukisan. Televisi flat banyak menggunakan layar LCD. Teknologi LCD juga sudah digunakan secara luas oleh komputer laptop. Datang kemudian televise flat yang terbuat dari gas-plasma display bisa lebih lebar lagi dari LCD.

Seiring dengan populernya sistem jaringan komputer, televisi dan komputer berkembang secara integratif. Seperti teknologi yang mengkombinasikan kemampuan personal komputer, televisi, DVD players, dan pada kasus yang sama telepon, dan banyak macam layanan yang bisa disediakan. Contohnya, komputer yang dalam hard drivenya dibenamkan program televise, dan berbagai produk home theatre yang terdiri dari berbagai macam produk teknologi.

D. Televisi sebagai Media Dakwah

Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi), merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut. Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan


(49)

komunikasi secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback, merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.

Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah, karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.

Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur, kreatif dan bijak.31

Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982, menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %, majalah 28 %, dan radio 6 %.32

Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket

31

Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern

32

Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita, 13 Desember 1991)


(50)

acara dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan sebagai penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif dan hiburan.

1. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi

Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas. Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah, salah satunya adalah televisi. Dalam perkembangannya sekarang televisi sudah memasyarakat seperti halnya radio. Kini hampir setiap orang sudah dapat menikmati siaran televisi. Televisi merupakan hasil teknologi komunikasi yang dapat menyiarkan suatu program dalam bentuk suara sekaligus gambar (audio-visual) dari stasiun yang memancarkannya sehingga Dr. Jack Lyle33, Director Of Communication Institute The West Center pernah menyatakan di depan rapat staff Menteri Penerangan RI, tentang efektifitas dalam menjalankan fungsi televisi, ia menyatakan sebagai berikut :

Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun lalu, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat

33

Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta Wacana University Press, 1994), hal. 89


(51)

situasi yang tidak setiap orang bertemu mengunjungi, atau telah mempunyai pengalaman.

Apabila kita melihat perkembangan pertelevisian di Indonesia, maka kita sangat bergembira dengan adanya kebijakan pemerintah yang membolehkan beroperasinya stasiun-stasiun televisi swasta seperti, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TV 7, LATIVI, JAK TV, O CHANNEL, dan SPACE TOON. Dari sekian banyak stasiun televisi tersebut, kini telah hadir setiap hari di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menyajikan program-program tayangan yang beraneka ragam, dari yang sifatnya hiburan, pendidikan, dakwah islamiyah dan lain sebagainya.

Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah, sandiwara, pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang pirsawan dapat mengikuti dakwah, seakan ia berhadapan dan berkomunikasi langsung di hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui televisi, dan apalagi jika da'i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang mudah dan disenangi berbagai kalangan masyarakat.34

Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian yang

34

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas, 1994), cet. Ke-1, hal. 87-89


(52)

bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas. Seorang da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus tergantung berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti halnya untuk menghadiri pengajian.

Di tengah perubahan masyarakat dan bangsa, serta akselerasi perkembangan dunia, memang mau tidak mau dakwah islamiyah harus mengakomodir peran dan fungsi perangkat komunikasi dan informasi modern dengan segenap kemajuan teknologinya. Dengan menggunakan teknologi demikian dakwah islamiyah akan lebih efektif dan efisien, selain juga akan lebih luas lagi jangkauannya. Persoalannya tinggal bagaimana setiap mendayagunakan dan menghasilgunakan segenap kecanggihan teknologi komunikasi tersebut secara optimal.35

Oleh karena itu kita juga harus menyadari, bahwa kemajuan di bidang teknologi dan alat-alat komunikasi massa mengharuskan kita untuk menyesuaikan dalam teknologi dan metodologi dakwah serta media dakwah. Jika tidak ada kesesuaian antara media dakwah dengan berbagai bidang teknologi alat-alat komunikasi, maka sulit rasanya kegiatan dakwah dapat berkembang.

Dengan demikian jelaslah, secara fungsional televisi menjadi perangkat strategi dan universal bagi usaha memacu pembangunan mental spiritual dan akhlak masyarakat. Sejumlah kecanggihan yang dimiliki oleh

35

A. Alatas Fahmi, Peran dan Fungsi Sosio Kultural TV Swasta dalam Dakwah Islam, (Jakarta : Salam, 2 Juli 1992), hal. 4


(53)

televisi dengan segenap perkembangan artistik, estetik, dan etiknya dapat didayagunakan secara optimal untuk mendorong manusia mendalami ajaran agamanya secara lebih intens. Sumbangan televisi swasta terhadap dakwah Islam dapat pula ditampilkan melalui program-program acara lain, baik film, musik, atau sinetron dan lainnya.

Melalui keragaman program acara seperti itulah dakwah Islam dapat dilakukan dengan berpegang pada etika dakwah. Sumbangan televisi swasta bagi dakwah Islam sejalan dengan usianya yang masih sangat muda, belum seberapa banyak. Sehingga, masih memungkinkan untuk dikembangkan di masa mendatang. Namun, semua itu akan menjadi kenyataan, apabila partisipasi umat, pemuka-pemuka agama, budayawan, artis dan musisi-musisi beragama Islam semakin memainkan perannya sebagai media dakwah alternatif.36

36

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas, 1994), cet. Ke-1, hal 5


(54)

SHAHIH BUKHARI DI TVRI

A. Gambaran Umum TVRI

Usulan untuk memperkenalkan televisi muncul jauh di tahun 1953, dari sebuah bagian di Departemen Penerangan, didorong oleh perusahaan-perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, yang berlomba-lomba menjual hardware-nya. Menjelang Asian Games ke-4 di Jakarta pada 1962, Soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia tergantung pada Pekan Olahraga yang disiarkan, terutama ke Jepang (yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).1

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T).2

Dalam regulasi yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2000 dikatakan bahwa TVRI berbadan hukum Perusahaan Jawatan (Perjan). Namun,

1

Muhammad Mufid, M. Si., Komunikasi&Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana, Cet. I, 2005

2

www.tvri.co.id


(55)

terhitung 15 April 2003, pemerintah lalu mengalihkan badan hukum TVRI menjadi Perseroan. Penandatanganan akta pendirian dan anggaran dasar PT. TVRI ini mempertegas PP No. 9 Tahun 2000 yang hakikatnya merupakan izin prinsip mengenai pengalihan status Perusahaan Jawatan ke Perseroan Terbatas.

Semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV publik telah diisyaratkan dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 26 Tahun 2000 tentang status Perjan TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan bahwa tujuan Perjan adalah untuk, menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi publik yang independen, netral, mandiri dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan (Pasal 6).

Beberapa definisi Lembaga Penyiaran Publik antara lain: Manchesne, di AS tahun 1997, menyebutkan Lembaga Penyiran Publik sebagai jasa penyiaran yang bersifat nirlaba, ditunjang oleh dana publik yang tanggungjawabnya terutama ditunjukkan kepada masyarakat, menyediakan jasa kepada seluruh penduduk dan tidak menggunakan prinsip-prinsip komersil sebagai alat untuk menentukan pembuatan program penyiaran.

Selanjutnya, Eiffel dari Eropa, mendefinisikan Lembaga Penyiran Publik sebagai lembaga pelayanan umum, sebagai lembaga penyiaran


(56)

yang diperuntukkan bagi publik yang didanai oleh publik dan dikendalikan oleh publik.3

Jadi, berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka jelas bahwa kebijaksanaan penyiaran publik merupakan kebijaksanaan independen yang bersifat non komersial, berorientasi pada kepentingan publik dan peningkatan kualitas publik dan partisipasi publik dalam pengelolaan lembaga.

Ada tiga ciri khas Lembaga Penyiaran Publik, yaitu:

1. Lembaga Penyiaran Publik mempunyai fungsi sebagai public service. Fungsi ini dijalankan oleh Lembaga Penyiaran Publik dengan menyiarkan program-program yang memberikan manfaat bagi publik.

2. Lembaga Penyiaran Publik tidak berorientasi kepada pencarian keuntungan.

3. Lembaga Penyiaran Publik dikelola dengan melibatkan partisipasi publik.

1. Visi dan Misi TVRI

Visi TVRI, ialah:4

Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional.

3

Rangkuman Workshop “TVRI TV Publik”, 2004, h. 40

4

Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun 2006-2011, h. 10


(57)

Sedangkan, misi TVRI, ialah:

1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis.

2. Mengembangkan TVRI menjadi media pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.

3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan.

4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional.

2. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI

Struktur perusahaan penyiaran publik TVRI, terdiri dari:5

Dewan Pengawas. Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan, kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya, serta mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan arah dan tujuan penyiaran; Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran serta independensi dan netralitas siaran; Melakukan uji kelayakan dan kepatutan secara terbuka terhadap calon anggota dewan direksi; Mengangkat dan memberhentikan dewan direksi; Menetapkan

5


(58)

salah seorang anggota dewan direksi sebagai direktur utama; Menetapkan pembagian tugas setiap direktur; Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Dewan Direksi. Dewan direksi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh dewan pengawas yang meliputi kebijakan umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan, serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya; Memimpin dan mengelola TVRI sesuai dengan tujuan dan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna: Menetapkan ketentuan teknis pelaksanaan operasional lembaga dan operasional penyiaran; Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi sesuai peraturan yang berlaku: Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala; Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; Mewakili lembaga di dalam dan di luar pengadilan; Menjalin kerjasama dengan lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri.

Direktur Utama. Tugasnya ialah menjabarkan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas, dalam Rencana Induk dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan.

Direktur Program dan Berita. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, dan Kebijakan


(59)

Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya di bidang program, produksi, siaran berita dan non berita serta pendokumentasian.

Direktur Keuangan. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan Pengembangan Kelembagan dan Sumber Daya di bidang keuangan, meliputi anggaran, keuangan dan akuntansi.

Direktur Teknik. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, dan Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya di bidang teknik, meliputi teknik produksi, teknik penyiaran, teknik informatika dan teknik media konvergensi.

Direktur Umum. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan Pengembangan Kelembagan dan Sumber Daya di bidang umum, asset, sumber daya manusia, kelembagaan, organisasi dan ketatalaksanaan.

Direktur Pengembangan dan Usaha. Tugasnya ialah melaksanakan Visi, Misi, Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran dan Kebijakan Pengembangan Kelembagan dan Sumber Daya di bidang pengembangan dan usaha.

TVRI Pusat. TVRI Pusat dikelola langsung oleh Dewan Direksi sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dalam melaksanakan tugas, Dewan Direksi dibantu oleh General Manager dan Manager yang setara dengan Kepala Bidang/Bagian dan Kepala Seksi/Subbagian.


(60)

TVRI Stasiun Daerah. Merupakan satuan kerja TVRI Pusat sekaligus sebagai kekuatan pendukung dalam penyelenggaraan siaran lokal, regional, nasional, dan internasional.

Satuan Pengawasan Intern. Dipimpin oleh seorang Kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh Direktur Utama.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Dipimpin oleh seorang Kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh Direktur Utama.

Pusat Penelitian dan Pengembangan. Dipimpin oleh seorang Kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh Direktur Utama.

Perwakilan Luar Negeri. Penunjukan Perwakilan Luar Negeri dilakukan atas dasar kebutuhan Lembaga Penyiaran Publik TVRI, dengan prinsip kehati-hatian, efektif dan efisien. Penunjukan Perwakilan Luar Negeri dilakukan oleh Dewan Direksi atas persetujuan Dewan Pengawas dan dikoordinasikan dengan Departemen Luar Negeri RI.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang berafiliasi dengan TVRI. Proses afiliasi Lembaga Penyiaran Publik Lokal dengan TVRI diatur dalam perjanjian kerjasama setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas.


(61)

3. Pengertian Kitab Kuning

1. Sejarah Kajian Kitab Kuning Shahih Bukhari

Kitab kuning adalah sebuah kitab klasik yang ditulis dalam bahasa arab yang usianya lebih tua dan sering dipelajari terutama dikalangan santri. Dan merupakan istilah untuk kitab yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para cendekiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas putih. Yang pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf.

Acara kajian kitab kuning shahih bukhari di TVRI, merupakan acara keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari semua kalangan masyarakat. Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.

Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara kajian kitab kuning shahih bukhari di TVRI tujuannya adalah agar umat muslim khususnya dapat memahami hadits lebih mendalam dam mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

Berawal dari seorang Ustadz yakni Yusuf Mansur yang membuat acara ini narasumber dalam acara ini adalah Ustadz Lutfi Fathullah


(62)

yang gemar membaca kitab-kitab yang berhubungan dengan hadits. Banyak hal yang bermanfaat yang bisa diambil, bahkan hal-hal yang belum pernah diketahui dan sangat menarik, yang membuat penasaran, karena menurut beliau bahwa yang namanya islam beserta dengan

al-Qur’an dan Hadits sangat penting dalam mempelajari ajaran-ajaran islam.

Lalu dari rasa ketertarikan terhadap ilmu Al-Qur’an dan Hadist,

maka terbentuklah acara kajian kitab kuning “Shahih Bukhari” pada

bulan Januari tahun 2011. Dan berjalan cukup baik di semua kalangan masyarakat dengan adanya acara ini juga untuk memberikan respon yang positif untuk mengkaji kitab kuning yang di kenal sulit menjadi mudah untuk di fahami dan diperkenalkan dengan alat yang sudah canggih dan modern.

Adapun kitab yang dipakai dalam acara ini adalah kitab shahih bukhari, imam bukhari lahir pada tahun 809 / 194 H di bukhara sedangkan nama aslinya ialah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Beliau mulai menghafal hadits-hadits Nabi sejak umur 10 tahun, dan pada umur 16 tahun sudah banyak hadits yang dihafalkan. Dalam menyelidiki hadits Nabi itu berkelana menuju Bagdad, Basrah, Kufah, Mekkah, Syam, Homs, Askalan, Bagdad, Naisabur dan Mesir. Bukhari telah menemui guru-guru yang membantunya dalam berbagai ilmu, sehingga kemudian


(1)

J : Kesan yang pertama adalah saya senang karena bisa mencerdaskan umat dan ketika kita tampil di Televisi Nasional yang menonton kita beribu orang sebanyak, kemudian saya juga tidak berani untuk menampilkan yang salah bilkhusus kesalahan yang besar atau disengaja. Karena dosanya pun besar dan alhamdulilah saya bertahan orang pun banyak yang menerima dan respon dari masyarakat pun banyak yang menyukainya.

Interviewer Interviewee


(2)

FOTO KEGIATAN PENELITIAN


(3)

(4)

Penulis Bersama Produser Acara Kajian Kitab Kuning Shahih

Bukhari


(5)

Penulis Bersama Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M A, Narasumber

Acara Kajian

Kitab Kuning “Shahih Bukhari”


(6)

Penulis Bersama Presenter Acara Kajian Kitab Kuning

Shahih Bukhari