Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu gagasan tentang negara yang didirikan untuk seluruh bangsa atau untuk seluruh umat, berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual dan transaksional terbuka antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan itu. 1 Kontraktual muncul secara artifisal dan didesak oleh suatu kebutuhan kontrak sosial, dengan di dalamnya terdapat sebuah ikatan timbal balik yang berbentuk hak dan kewajiban antar nation-state negara-bangsa dengan warganya. 2 Telah terjadi perdebatan hebat di kalangan pemikir dan penguasa Muslim tentang konsep-konsep Barat semacam nation-state negara-bangsa, nasionalisme, sovereignity kedaulatan. Konsep nation-state negara-bangsa dengan demikian, yang menciptakan ketegangan historis dan konseptual. 3 Ide negara yang berbasis nasionalisme sangat asing bagi orang Islam hinggakan setiap negara nasional ummah adalah tidak stabil dan lemah. 4 1 Nurcholis Madjid, Indonesia Kita, Jakarta: Paramadina, 2004, Cet. Ke-3, h. 42-43. 2 Guibernau, M., Nationalisms, The Nation-State and Nationalism in the Twentieth Century, Polity Press: London, 2005, h. 47. 3 Azra Azyumardi, Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme Jakarta Selatan:Paramadina, Cet. Ke-1, h.10. 4 Kalim Siddiqui, Negara Nasionalisme Penghalang PembentukanUmmah, Pustaka Al- Alami, 1985, Cet. Ke-1, h.5. Negara-negara bangsa dunia Islam, khususnya negara-negara yang berada di Timur Tengah, tidak berkembang dari proses politik mobilisasi dan integrasi, maupun proses ekonomi pertumbuhan. Superstruktur-superstruktur yang terbentuk baru-baru ini lebih merupakan sebuah imposisi yang terletak setelah di sosolusi Barat terhadap tatanan Islam. 5 Telah berlaku peristiwa revolusi, kericuhan dan pemberontakan telah menggungcangkan masyarakat Muslim. Semua itu bertentangan dengan konsep persaudaraan sesama Muslim. Terlebih lagi, kebanyakan negara Muslim dipimpin oleh para pemimpin sipil atau militer yang otoriter dan seringkali menggunakan ungkapan Islam untuk menunjang pemerintahan mereka. Etnisitas dan nasionalisme justru menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Semua itu tentu saja merusak nilai persaudaraan sesama Muslim. 6 Nasionalisme yang menjadi ruh dari nation-state negara-bangsa bukanlah merupakan gagasan yang datang “bertamu” secara ilmiah dan terhormat, tetapi melalui penanaman nilai dan gagasan dalam proses kolonialisasi yang buas yang menjadi ide asing. Berikut petikan yang menggambarkan nasionalisme dalam pikiran “Islamist”; “Tidak muncul di dunia Islam secara ilmiah, juga tidak muncul karena kesulitan- kesulitan yang dihadapi rakyat, juga bukan karena perasaan prustasi kaum Muslimin ketika orang Eropa mulai mendominasi dunia setelah terjadinya 5 Tibi Bassam, Ancaman furdamentalisme Rajutan Islam Politik Dan Kekacauan Dunia Baru, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000, Cet. Ke-1, h. 12. 6 Akbar S. Ahmed, Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1990, Cet. Ke-1, h. 14. revolusi industri.Akan tetapi karena nasionalisme dihujankan ke dalam benak kaum Muslimin melalui rekayasa yang tersusun rapi dan dilakukan dengan hati- hati oleh kekuatan fisik perang salib ”. 7 Sehingga, nasionalisme merupakan sesuatu yang menonjol selama berlangsungnya perjuangan untuk meraih kemerdekaan khususnya dikalangan golongan-golongan penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi di Eropa. Contoh yang paling sederhana, seperti yang dialami oleh Iran atau Persia, di mana dasar nasionalisme terbentuk oleh pengambilan Syi‟ah Imamiyah sebagai agama kantor yang dipermulaan pada abad keenam-belas. Telah terjadi konvergensi dari bagian-bagian yang terpisah tersebut menuju terbentuknya negara Islam yang dalam ketentuan yuridis tersebut menuju terbentuknya negara Islam yang dalam istilah yuridis teologis Islam dikenal dengan istilah khalifah atau imamah. 8 Sejumlah partai politik movement gerakan dan kelompok-kelompok gerilyawan Islam telah menyatakan diri untuk merestorasi kekhalifahan dengan menyatukan bangsa-bangsa Muslim baik melalui aksi-aksi politik damai seperti Hizbut ut-Tahrir atau melalui kekuatan fisik seperti al- Qaeda.Islamist movement telah mengambil tujuan akhir yaitu pendirian Kekhalifahan. Hal ini menunjukkan dalam kondisi bersamaan mereka mengkritik gagasan nation-state negara-bangsa Muslim sebagai penghalang penyatuan 7 Shabir Ahmed dan Abid Karim, Akar Nasionalisme di Dunia Islam, Penerjemah: Zattira Nadia Rahma, dari The Roots of Nationalism in the Muslim World, Bangil, al-Izzah, 1997, h. 3. 8 The Institute of Contemporaray Islamic Thought ICIT, Obituary. Dr. Kalim Siddiqui, 1931- 1996, Artikek diakses pada16 Maret 2013 dari hht:www islamicthought.orgks.htm. Ummah. 9 Misalnya, pembentukan Pakistan tidak mengarah pada penderian negara Islam. Sebaliknya yang menjadi justru membangun nation-state negara-bangsa sekuler yang sebagian besar pemimpinnya korup dan secara politis tunduk terhadap Barat.Para pemimpin pada awal, sebagaimana pemimpin di nation-state negara- bangsa Muslim lainnya dengan segera belajar menggunakan yang Kalim al-Siddiqui sebut sebagai “Islam Amerika”. 10 Melalui cara pandang tersebut para resim penguasa negeri-negeri Muslim membungkus keterasingan mereka dari Islam dalam mengokohkan paham nation-state negara- bangsa. 11 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa lebih mendalam pemikiran Kalim al-Siddiqui tentang nation-state negara-bangsa. Oleh karena itu, penulis mengangkat penelitian ini dengan judul: “PEMIKIRAN POLITIK KALIM AL-SIDDIQUI TENTANG NATION-STATE NEGARA- BANGSA”. 9 Lingkar Studi Islam Kebudyaan, Studi: Kritik Atas Negara Bangsa, Artikel diakses pada 20 Augustus dari http:lingkarstudiislamdankebudayaan.blogspot.com.html. 10 “Islam Amerika” merupakan istilah yang digunakan oleh Syyid Qutb untuk menggambarkan model keislaman Muslim didikan Barat yang melakukan distori atau penyimpangan dari jalan Islam. Istilah ini dilontarkan Sayid Qutb dalam tulisannya pada Juni 1952. Kalim mengutip pernyertaan Sayyid Qutb di dalam Dirasat Islamiyyah: The Islam that the Americans and their aliens in the Middles East, want is not the Islam resists communism. They do not want for Islam to rule: the cannot bear in to rule, because it will give a new life the people when is rules…the American and their aliens want for the Middle East an American Islam.” Lihat: Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam, h. 219. 11 Kalim Siddique, Issue in the Islamic Movement 1980-19811400-1401, London:Toronto- Pretoria: The Open Press Limited, 1982, h. 4.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah