kedua kolonial Barat, ketiga penyebaran pemikiran, dan keempat kepentingan dalam membentuk pemerintahan.
C. Negara Yang Menganut Ideologi Nasionalisme Secara Umum
Nasionalisme adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern.Ia berasal dari Eropa Barat pada abad ke-18, selama abad ke-19 itu telah
tersebar di seluruh Eropa dan dalam abad ke-20 itu telah menjadi suatu pergerakan sedunia dari tahun ke tahun artinya makin bertambah penting di Asia dan Afrika. Ini
merupakan suatu peristiwa sejarah, jadi ditentukankan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara di mana ia berakar.
70
Perkembangan nasionalisme di negara-negara yang telah mapan seperti Inggris dan Perancis, tidak
terlalu intensif dipelajari. Eksistensi dari kesenjangan ini diilustrasikan di Inggris dengan penyia-nyiaan terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
nasionalisme Inggris itu suatu istilah yang kedengarannya enak di telinga.
71
Sesungguhnya ide nasionalisme sudah ada sejak dahulu lagi, semenjak adanya suatu masyarakat manusia. Namun waktu itu nasionalisme masih disebut fanatisme atau
Ashabiah. Sebab Ashabiahlah yang berperan sebagai pemersatu anggota suatu suku yang menjadi cikal-bakal sebutan nasionalisme.
72
70
Hans Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlanga, 1984, Cet. Ke-4. h. 5.
71
E.J. Hobsbawm, Nasionalisme Menjelang Abad XXI, h. 11.
72
Fathi Yakan, Islam di Persimpangan Paham Modern, Jakarta: Gma Insani Press, 1995, Cet. Ke-6, h.71.
Gerakan kesusteraan Arab-Nasrani dan program Turkinisasi dan gerakan Turkia Muda membangkitkan sentimen-sentimen nasionalis yang pertama dalam
kekuasaan imperium Utsmaniah. Nasionalisme Arab dan Mesir di Timur Tengah, namun belum benar-benar berkembang sampai sesudah Perang Dunia Pertama 1914-
1918 dan hal itu diakibatkan oleh tiga pengaruh terbesar: 1 keruntuhan imperium Utsmaniah sehabis Perang Dunia Pertama dan kemunculan negara-negara baru pada
bekas wilayahnya yang tidak lagi sama menganut ideologi umum yang berakar pada agama Islam dan tidak lagi sama memperlakukan susunan sosio-politik yang
berdasarkan hukum agama; dan 2 pengaruh ideologi Salafiyah dari murid Afghani, yakni Muhammad Abduh dan Rashid Ridha; dan 3 perjuangan kemerdekaan yang
sengit dari dominasi politik dan religius-kultural dari pihak imperialisme Eropa.
73
Dengan demikian, nasionalisme tersebut berkembang di negara-negara Muslim setelah banyak negara-negara Muslim memperoleh kemerdekaannya dari
kolonialisme. Negara-negara Muslim tumbuh sebagai negara-bangsa dengan corak budaya, bahasa dan ideologinya masing-masing, di mana satu dengan lainnya
memiliki perbedaan.
74
Sepanjang sejarah Islam seringkali Mesir beroleh kedudukan yang terpisah dari kekuasaan sentral dan beroleh identitas regional. Selain itu, Perasaan memiliki
identitas terpisah yang kuat tercermin dalam perkembangan nasionalisme Mesir.
73
John L.Esposito, Islam dan Politik, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990, Cet. Ke-1, h.83.
74
John L Esposito, Islam and Politics, Syracuse: Syracuse University, Press, 1985, Cet. Ke- 1, h.83.
Sekalipun Mesir dianggap pemuka nasionalisme Arab, tapi perkembangan gerakan nasionalis di Mesir pada masa-masa permulaan dipusatkan pada patriotisme Mesir
yang bersifat lokal teritorial, dipengaruhi oleh nasionalime Barat yang liberal dan sekuler, berakar pada perasaan sejarah dan identitas Mesir yang terpisah, tersebab itu
merupakan suatu bangsa dengan kebangsaannya.
75
Mesir telah menjadi negara penting di dunia Muslim pada ada tahun 1950, nasionalisme Mesir dipimpin oleh
sekelompok elit perkotaan yang dipengaruhi oleh Barat, tetapi mereka harus mempertahankan Islam untuk mendapatkan dukungan dari massa Muslim. Selama
dua dekade setelah kemerdekaan, radikal Arab rezim Mesir, Suriah, Irak dan Aljazair antara lain muncul di Timur Tengah. Dari jumlah tersebut baru, jadi disebut
progresif dan sosialis rezim, Mesir di bawah Nasser menjadi paling menonjol.
76
Wilayah Islam bersentuhan dengan ide nasionalisme Perancis, ketika Napoleon menduduki Mesir tahun 1789. Salah satu ide yang dibawa Napoleon adalah
ide kebangsaan yang terkandung dalaminformasinyabahwa orang Prancis merupakan suatu bangsa nation dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir
dari Kaukakus. Jadi sungguhnya Mamluk Islam, tetapi berkaitan bangsa dengan Mesir.
77
Di negara Asia dan Afrika merasakan dampak dari nasionalisme di abad kesembilan belas.Adalah Ottoman Empire terganggu oleh serangan nasional sentimen
75
John L.Esposito, Islam dan Politik, h.91.
76
G W Choudhury, Islam and the Modern Muslim World, England, London: Ltd, Victoria House, Buckhurst Hill, Essex, 1993, Cet. Ke-1, h. 109.
77
Prof. Dr.
Harun Nasation, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995, Cet. Ke-9, h. 32.
dari semua negara kekaisaran sudah tercerai-berai dan menjadi negara merdeka, wilayah, dan sekuler.
78
Kunci persoalan dalam perjuangan kemerdekaan di Afrika Utara, yang mengatasi persaingan tradisonal antara Barber dan Arab, adalah identitas
dan otentitas. Warisan Islam dan masa lampau penduduk Afrika Utara memberikan titik-tolak yang wajar bagi penduduk di situ.Islam memberikan sejarah bersama,
kelompok kepercayaan, lambang, dan bahasa yang oleh para pembaharuan Islam dan kaum nasionalis yang mula-mula digunakan membangkitkan identitas dan
kebanggaan.
79
Negara-negara Asia Tenggara, Cina, dan Jepang muncul sebagai negara nasional di abad ke-19. India juga di paruh kedua abad ke-19 menjadi sadar sentimen
ini dan berjuang melawan pemerintah Inggris untuk menciptakan sebuah negara merdeka. Sesungguhnya, dapat dikatakan bahwa nasionalisme pada abad ke-19 dan
abad ke-20, telah menjadi salah satu ideologi politik yang paling eksplosif yang mendominasi seluruh dunia.
80
Namun, apa pun hubungan nasionalisme terhadap negara-negara abad ke-19, negara menghadapi kekuatan nasionalisme sebagai suatu
kekuatan politik yang terpisah dari negara, sangat jauh dari “patriotisme negara” yang ditoleransinya. Namun, nasionalisme dapat menjadi suatu asset pemerintah yang
78
Dr Zeenath Kausar, Islam and Nationalism: An Analysis of the views of Azad, Iqbal and Maududi Kuala Lumpur: A.S. Noordeen Pustaka Hayati, 1994, Cet. Ke-I, h. 243.
79
John L.Esposito, Islam dan Politik, h. 104.
80
Dr Zeenath Kausar, Islam and Nationalism: An Analysis of the views of Azad, Iqbal and Maududi, h. 243.
sangat besar jika dapat diintegrasikan ke dalam patriotisme negara dan menjadi komponen emosionalnya yang sentral.
81
Dalam perkembangannya nasionalisme Eropa berpindah haluan menjadi persaingan fanatisme nasional antar bangsa-bangsa Eropa yang melahirkan
penjajahan terhadap negeri-negeri yang saat itu belum memiliki identitas kebangsaan nasionalisme di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Fakta ini merujuk pada dua
hal yaitu, pertama; ledakan ekonomi Eropa pada masa itu yang berakibat pada melimpahnya hasil produksi dan hal kedua; pandangan pemikir Italia, Nicolo
Machiaveli, yang menganjurkan seorang penguasa untuk melakukan apapun demi menjaga eksistensi kekuasaannya.
82
Pada awal abad ke-20 kebanyakkan pengamat politik memandang Marokko itu di bawah kekuasaan asing adalah sebuah kerajaan yang lemah, lapisan elite
keagamaan yang suka damai, dan pula keterbagian yang sudah berusia berabad-abad antara suku Arab dan Barber. Islam memainkan peranan penting dalam
perkembangan partai politik terbesar di Morokko, yakni partai Istiqla Merdeka, yang diorganisir tahun 1931 oleh pemuka Salafiyyah. Pada mulanya cuma merupakan
kelompok angkatan muda terpelajar penduduk kota-kota yang bersemangat tapi keterbekangan partai Istiqla itu menerima dan menampung organisasi-organisasi
Thariqat. John Waterbury mencatat pengaruh Islam dalam nasionalisme Marokko itu
81
E.J. Hobsbawm, Nasionalisme Menjelang Abad XXI, h. 103.
82
Badri Yatim, Soekarno, Islam, Dan Nasionalisme, h. 65.
dengan kalimat: “Nasionalisme tidak membikin kemajuan yang nyata dan penting sampai gerakan itu mengambil bentuk ukhuwah keagamaan; berbentuk nasionalis
zawiyah ”.
83
Dan akhirnya, sangat tidak jelas apakah identitas religius yang berbeda, bagaimanapun kuatnya, dengan sendirinya bisa dianggap sebagai nasionalisme.
84
Nasionalisme Iran berkembang selama abad ke-19 sebagai jawaban bagi ancaman yang meningkat terhadap kemerdekaan Iran dan juga terhadap Islam dengan
penerobosan kekuasaan-kekuasaan kolonial Barat beserta ikhtiar memperkenalkan batas-batas resmi sepanjang konstitusional terhadap pemerintahan Qajar yang
otokratis dan despotis.
85
Manakala, nasionalisme Tunisia menerima dorongan terbesar dar
i pembaharu Islam, Abdul Aziz Al Tsa‟alabi, tokoh nasionalis yang pertama megorganisir Destour Party Partai Konstitusi pada tahun 1920. Destour menegaskan
identitas nasionalis berdasarkan warisan Islam dan Arab di Tunisia, bahasa Arab, dan nilai-nilai Islam. Tunisia bersikap modern tapi menolak penyerapan kultural kolonial
perancis.
86
Studi tentang hubungan Islam dan nasionalisme mulai dari kawasan Timur Tengah. Seperti di Indonesia, sejumlah pelajar Timur Tengah yang belajar di Eropa
kembali dengan membawa konsep nasionalisme yang dipelajari di Barat. Konsep Barat tentang patria tanah air memengaruhi kata wathan dalam bahasa Arab dengan
memberi pengertian politik padanya. Mereka percaya bahwa kemajuan yang dicapai
83
John L.Esposito, Islam dan Politik, h. 108.
84
E.J. Hobsbawm, Nasionalisme Menjelang Abad XXI, h. 9.
85
Ibid, h. 114.
86
John L.Esposito, Islam dan Politik, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990, Cet. Ke-1, h. 111.
Eropa dipengaruhi oleh kuatnya patriotisme individu dan masyarakat terhadap negara.Hal ini tergambar dari pernyataan Al-Tahtawi, seorang teoritisi nasionalisme
Arab berpengaruh, bahwa “Patriotisme adalah sumber kemajuan dan kekuatan, sarana untuk mengatasi jarak antara wilayah Islam den
gan Eropa”.
87
Perkembangan pemikiran nasionalisme sekular berdampak pada tatanan politik umat Islam. Bentuk
negara-bangsa yang diadopsi dari Barat dan dijadikan sebagai satu-satunya bentuk pemerintahan yang sah dalam pergaulan internasional. Kenyataan ini berdampak pada
terpecah-belahnya dunia Islam menjadi banyak negara-bangsa yang tidak lagi berdasar pada ajaran Islam yang baku. Basis material negara-bangsa yang hanya
berpatok pada etnisitas, kultur, bahasa, dan wilayah dan mengabaikan kategori religius keimanan.
88
Nasionalisme dan negara-bangsa yang terkonsolidasi Eropa, dan gagasan nasionalismenya telah mencapai wilayah Muslim Afrika Utara, Timur tengah dan
Timur Dekat. Di wilayah ini, munculnya nasionalisme telah menimbulkan perpecahan dunia Islam ke dalam negara-negara bangsa. Merupakan fakta sejarah
bahwa para pemula dan para pemimpin nasionalisme Arab awal adalah orang-orang Arab Kristen dan Yahudi yang tetap menginginkan agar dunia Islam tetap berpecah-
belah dan berselisih satu sama lain. Fakta ini di dukung sejarah dunia Arab modern dan kontemporer. Nasionalisme Arab menyebabkan bangsa Arab tetap terasing dari
87
Adhyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme: Reposisi Wacana Universal Dalam Konteks Nasional, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
,
2005, h.186.
88
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan, 1997, h.62.
Islam dan nasionalisme parokial lain, seperti Pakistan, Iran, Afghanistan dan Indonesia, yang telah mengurung umat Islam keseluruhan agar tidak bersatu di atas
dasar Islam.
89
Nasionalisme Arab merupakan temuan Amerika dan Inggris. Mereka memperkenalkan nasionalisme ketika mereka berkehendak untuk memecah-belah
Arab dan Turki.
90
Gerakan pertama nasionalisme Arab yang modern mulai bergerak ketika Napoleon membawa pemikiran-pemikiran Revolusi Perancis di Mesir.
Mesirlah yang pertama mengambil langkah-langkah permulaan ke arah modernisasi.
91
Satu ide yang muncul dan diterima oleh negara-negara Islam secara meluas adalah nasionalisme. Paham ini secara khusus pernah dipakai di dalam perjuangan
melawan kekuasaan kolonalisme dan imperalisme orang-orang Barat. Hak “menentukan nasib bagi suatu bangsa”, secara teoritis akan mempersulitkan para
penguasa dalam mengarahkan sasaran kekuasaannya.
92
Sehingga, nasionalisme merupakan sesuatu yang menonjol selama berlangsungnya perjuangan meraih
kemerdekaan khususnya dikalangan golongan-golongan penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi di Eropa. Contoh yang paling sederhana, seperti yang dialami oleh
89
Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam: Tanggung jawab Sosial dan Kewajiban Menegakkan Syariat, Yogkarta: Pustaka Pelajar, 2002, Cet. Ke-1, h. 64.
90
Ibid, h.70.
91
Barbara Ward, Lima Pokok Pikiran Yang Mengubah Dunia, Jakarta Pusat: PT Dunia Pustaka Jaya, 1983, Cet. Ke-3, h. 40.
92
W.Montgomery Wat, Pergolakan Pemikiran Politik Islam Sebuah Kajian Sejarah, Jakarta Barat: PT.Beunebi Cipta,1987, Cet. Ke-1, h. 141.
Iran atau Persia , di mana dasar nasionalisme terbentuk oleh pengambilan Syi‟ah
Imamiyah sebagai agama pejabat yang dipermulaan abad keenam belas. Dalam beberapa saat penguasa-penguasa kerajaan Ottoman mencoba beralih ke dasar
nasionalisme yang hipotesis, tetapi konsep ini hanya mendapat sedikit respon, sedang konsep saingan, yaitu nasionalisme Turki terbukti lebih kuat dan disumbangkan
kepada pembentukan Republik Turki. Pemimpin-pemimpin Turki selalu waspada agar nasionalisme mereka tidak meluas sampai kepada rakyat Turki di Asia Tengah,
sebab itu akan meyerupai ekspansionisme dan mungkin akan meyebabkan adanya komplikasi-komplikasi internasional.
93
Meskinpun Arab Saudi muncul sebagai negara Islam yang memproklamasikan dirinya sendiri, mayoritas negara Muslim berusaha membangun negara modern
dengan paradigma Barat yang diperlunak dengan undang-undang seperti persyaratan bahwa kepala negara harus orang Muslim. Negara-negara tersebut didasarkan pada
bentuk-bentuk nasionalisme liberal, nasionalisme liguistik dan territorial, atau pelbagai macam nasionalisme dan sosialisme pan-Arab.
94
Seperti di Turki, Mesir, dan Pakistan, teoritisi nasionalisme di negara-negara Muslim sangat tergantung pada cita-cita Islam. Sebaliknya, pikir Eropa Pencerahan,
yang gagasan nasionalisme adalah produk sampingan, yang dikembangkan dengan latar belakang abad pertengahan Eropa yang terlibat dalam perang berdarah dalam
93
Ibid, h.142.
94
John L.Esposito, Langkah Barat Menghadang Islam, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2004, Cet. Ke-1, h. xxii.
nama agama.
95
Manakala di Saudi memiliki hukum diundangkan membedakan antara Saudi dan Ajnabi alien. Tarif upah untuk pekerjaan yang sama lebih tinggi untuk
Saudi. Hanya Saudi dapat dirawat di rumah sakit paling modern Riyadh multi kepada juta dolar. Bahkan Hari Nasional telah diperkenalkan termasuk membesarkan sebuah
tim sepak bola.
96
D. Faktor-Faktor Terbangunnya Nasionalisme