Pengaruh Torso Terhadap Hasil Belajar Biologi (Studi Eksperimental Terhadap Siswa SMP Negeri 6 Binjai)

(1)

PENGARUH TORSO

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

(Studi Eksperimental Terhadap Siswa SMP Negeri 6 Binjai)

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh:

EKA DIYAH ARDIYATI

031301053

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Eka Diyah Ardiyati : 031301053

Pengaruh Torso Terhadap Hasil Belajar Biologi xxxiii+ 575 Halaman + 6 Tabel + 4 Gambar Bibliografi 33 (1986 – 2006)

Mata pelajaran Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang khusus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Siswa SMU Negeri se-Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan dan Pengawasan Hasil Studi diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa secara nasional dinilai masih rendah yaitu, pada Biologi, Fisika, Kimia. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa ini disebabkan masih digunakannya sistem pendidikan tradisional maupun guru yang cenderung verbalisme dalam mengajar (Hartono, 2006). Perkembangan teknologi pada dunia pendidikan menyebabkan para pengajar memiliki pilihan terhadap berbagai media yang tersedia. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang hendak diajarkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi (Sukamto, 2006). Salah satu media pembelajaran yaitu torso. Penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan (Shabri, 2005). Sarana yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes (Sudjana, 2005).

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh torso terhadap kemampuan memori dengan melakukan penelitian bersifat eksperimen dengan nama rancangan Matched Two Groups Design, Posttest Only yang terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok ekspermen. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15 orang per kelompok yang merupakan siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Binjai yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling secara sistematis. Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil belajar biologi yang peneliti rancang sendiri berdasarkan materi sistem pencernaan manusia yang akan diajarkan oleh guru biologi. Tes hasil belajar biologi ini terdiri dari 20 aitem pertanyaan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan reliabilitas sebesar 0.770.

Metode analisa data yang digunakan adalah independent sample t-test, diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0.800 yang lebih besar dari pada nilai taraf kepercayaan 0.05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi secara signifikan yang memiliki effect sizes (d) = 0.133 atau 13,3 %. Dengan demikian besar pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi adalah kecil.


(3)

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Eka Diyah Ardiyati : 031301053

Pengaruh Torso Terhadap Hasil Belajar Biologi xxxiii+ 575 Halaman + 6 Tabel + 4 Gambar Bibliografi 33 (1986 – 2006)

Mata pelajaran Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang khusus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Siswa SMU Negeri se-Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan dan Pengawasan Hasil Studi diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa secara nasional dinilai masih rendah yaitu, pada Biologi, Fisika, Kimia. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa ini disebabkan masih digunakannya sistem pendidikan tradisional maupun guru yang cenderung verbalisme dalam mengajar (Hartono, 2006). Perkembangan teknologi pada dunia pendidikan menyebabkan para pengajar memiliki pilihan terhadap berbagai media yang tersedia. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang hendak diajarkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi (Sukamto, 2006). Salah satu media pembelajaran yaitu torso. Penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan (Shabri, 2005). Sarana yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes (Sudjana, 2005).

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh torso terhadap kemampuan memori dengan melakukan penelitian bersifat eksperimen dengan nama rancangan Matched Two Groups Design, Posttest Only yang terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok ekspermen. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15 orang per kelompok yang merupakan siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Binjai yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling secara sistematis. Alat ukur yang digunakan adalah tes hasil belajar biologi yang peneliti rancang sendiri berdasarkan materi sistem pencernaan manusia yang akan diajarkan oleh guru biologi. Tes hasil belajar biologi ini terdiri dari 20 aitem pertanyaan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan reliabilitas sebesar 0.770.

Metode analisa data yang digunakan adalah independent sample t-test, diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0.800 yang lebih besar dari pada nilai taraf kepercayaan 0.05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi secara signifikan yang memiliki effect sizes (d) = 0.133 atau 13,3 %. Dengan demikian besar pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi adalah kecil.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran adalah sebuah proses dimana manusia dapat memperoleh pengetahuan baru, keterampilan baru serta kemampuan memaknai satu nilai baru dalam kehidupannya. Hakikat pendidikan tidak lebih dari upaya memberdayakan manusia untuk dapat mengenal potensinya kemudian dibimbing untuk dapat dikembangkan, dibina, dikendalikan dan dipelihara sehingga dapat menjadi bagian yang mampu membawa pribadi menuju kesempurnaan hidup. Namun sayangnya, sistem pendidikan yang diberikan biasanya masih bersifat tradisional (Sukamto, 2006).

Sudirman (dalam Darojatin, 2003) memaparkan bahwa sistem pendidikan tradisional menggunakan sumber pengajaran yang masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan ditambah sedikit dari buku, sedangkan sumber yang lainnya belum mendapat perhatian sehingga aktifitas belajar siswa kurang berkembang. Mereka hanya mendengarkan apa yang diucapkan guru, kemudian mencatat dan menghafalkannya.

Haryanti (2000) juga menambahkan bahwa sistem pendidikan tradisional umumnya hanya mengemukakan konsep-konsep dalam suatu bidang studi. Proses belajar mengajar yang banyak dilakukan adalah model pembelajaran ceramah dengan cara komunikasi satu arah (directed teaching), dimana yang aktif 90% adalah pengajar. Sedangkan siswa biasanya hanya memfungsikan indera


(5)

penglihatan dan indera pendengarannya. Pengenalan akan konsep ini bukan berarti tidak diperlukan, akan tetapi yang biasanya terjadi hanya sampai sebatas pengertian konsep, tanpa dilanjutkan pada aplikasi (dalam bentuk yang sederhana misalnya dengan menarik beberapa contoh atau pengenalan dari lingkungan sekitar, atau dengan contoh model objek tertentu).

Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang khusus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa SMU Negeri se-Indonesia oleh Badan Pemeriksaan dan Pengawasan Hasil Studi diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa secara nasional dinilai masih rendah yaitu, pada mata pelajaran biologi, fisika, kimia (Hartono, 2006).

Nugroho (dalam Metode, 2006) menyatakan bahwa sebahagian siswa berpandangan mata pelajaran ilmu dasar seperti biologi, kurang menarik karena metode belajarnya kurang mengena dan kurang adanya penjelasan yang konkrit. Metode belajar yang banyak digunakan oleh guru biologi saat ini adalah verbalisme. Verbalisme hanya mengandalkan perkataan pengajar atau dengan kata lain hanya mengandalkan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga yang mampu menggambarkan materi pengajaran secara jelas dan detil. Keadaan ini juga dialami oleh siswa SMP Negeri 6 Binjai:

”Aku sukanya kalo belajar biologi ada prakteknya... Kayaknya lebih enak belajarnya kalo ada sesuatu yang bisa kita perhatiin, nggak cuma liat dari buku aja...”


(6)

”Hm... kalo belajar pake alat kayaknya lebih semangat aja daripada cuma liat buku kan bosen!”

( C, Komunikasi Interpersonal, Tanggal 3 November 2007)

Menurut Ikhsan (2006), dengan menggunakan metode belajar secara verbalisme peserta didik hanya akan menerima konsep abstrak dari materi pembelajaran tertentu. Apabila siswa sulit memahami konsep IPA yang telah dipelajari melalui metode ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal maka dapat mengakibatkan motivasi dan hasil belajar siswa juga menurun karena mereka merasa tidak mendapatkan manfaat dari apa yang dipelajari.

Syaifudin (2004) menegaskan bahwa salah satu hambatan dalam pembelajaran biologi selama ini juga adalah kurang profesionalnya guru dalam menyampaikan pelajaran. Menurut Wittich & Schuller (1957) para guru menerapkan strategi pembelajaran “book centered” ketika mempelajari pelajaran biologi sehingga siswa tidak benar-benar melakukan uji coba atau tidak melakukan penggalian lebih jauh terhadap materi yang diajarkan. Syaifudin (2004) turut menambahkan bahwa guru jarang menggunakan alat peraga dan sumber belajar sehingga kurang menarik minat peserta didik. Hal ini mengakibatnya prestasi belajar siswa kurang memuaskan.

Para pengajar di SMP Negeri 6 Binjai mengakui strategi pembelajaran yang biasanya mereka gunakan untuk mengajarkan pelajaran di sekolah:

“Saya juga kurang tau apa di sekolah ini ada alat peraga kayak gitu atau nggak. Biasanya kalo belajar guru-guru di sini pake buku aja…”

(M, Komunikasi Interpersonal, Tanggal 1 November 2007)

”Ya kalau belajar biasanya pake buku aja, nggak ada alat peraganya. Paling pake gambar aja sebagai tambahan”


(7)

Memasuki era globalisasi, pendidikan merupakan aset sekaligus tumpuan yang diharapkan dapat memperbaiki sumber daya manusia (SDM), karena di sanalah tenaga kerja dididik dan dilatih. Dunia pendidikan adalah tempat di mana berbagai perbaikan dan pengembangan harus dilakukan, apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM). Pendidikan dasar dipercaya belum mampu meningkatkan kualitas SDM, karena proses pembelajaran yang dialami peserta didik lebih bersifat proses mendengar, mencatat dan mengingat dan kurang pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan intelektual dan vokasional (Balfas, 2006). Sementara itu pendidikan dan pembelajaran terus menerus mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi merupakan akibat tuntutan kebutuhan masyarakat dan adanya keinginan mencapai tujuan pembelajaran setinggi mungkin dengan kegiatan seefektif mungkin. Tuntutan kebutuhan masyarakat ini dapat dipecahkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupakan suatu "kawasan" yang dapat membantu memecahkan masalah kehidupan umat manusia dari waktu ke waktu secara efektif dan efisien. Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan, salah satunya adalah dunia pendidikan. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal kini memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif (Hasymi, 2002). Teknologi pendidikan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk menganalisis, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola usaha


(8)

pemecahan masalah belajar yang dihadapi setiap individu, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber-sumber yang meliputi, manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi (Miarso, 2004).

Teknologi pendidikan memiliki sumber belajar yakni: pesan, orang, teknik, dan media. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sementara peralatan adalah perangkat keras (hardware) sebagai sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam media (Sukamto, 2006).

Pannen (dalam Furqan, 2003) mengatakan bahwa pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran selain dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa juga dapat membantu tenaga pengajar untuk mempermudah proses belajar, memperjelas materi pembelajaran dengan beragam contoh yang konkret, memfasilitasi interaksi dengan siswa, memberi kesempatan praktek kepada siswa, dan memberi kesempatan evaluasi beragam bentuk media dan teknologi pembelajaran).

Kesuksesan proses belajar mengajar di kelas terkait erat pada proses yang terjadi antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah media pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk memilih media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru yang selektif dalam memilih media dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pula minat siswa dalam proses belajar-mengajar dan siswa akan lebih cepat memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru (Shabri, 2005). Hal ini


(9)

menandakan bahwa kualitas pembelajaran tidak hanya terfokus pada guru, buku, dan kurikulum tetapi juga perlu memperhatikan media pembelajaran. (Sukamto, 2006). Oleh karena itulah maka keberadaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang tugas-tugas guru guna memotivasi dan meningkatkan pemahaman siswa. Diharapkan dengan adanya peningkatan motivasi dan pemahaman, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi (Bahtiar, 2004).

Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta ditemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pembelajaran yang bervariasi secara luas pula (Ikhsan, 2007). Agar pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran dapat memberi kontribusi yang positif terhadap hasil belajar siswa, maka pengguna media harus mempertimbangkan metari yang sesuai dengan media tersebut (Furqan, 2003).

Pada saat ini kita dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali. Setiap jenis media mempunyai karakteristik yang spesifik jika digunakan dalam aktivitas pembelajaran. Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan (Ikhsan, 2007). Pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk materi yang disajikan di kelas akan berdampak positif dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (Sukamto, 2006).


(10)

Pengklasifikasian media berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan sebutan taksonomi media pembelajaran. Haney dan Ullmer (dalam Miarso, 2004) taksonomi pembelajaran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu media penyaji, media objek dan media interaktif. Media objek merupakan benda tiga dimensi yang mengandung informasi, yang dapat diketahui melalui ciri fisiknya seperti ukuran, berat, bentuk, susunan, warna, fungsi, dan sebagainya. Media objek meliputi dua kelompok, yaitu objek yang sebenarnya dan objek pengganti. Media objek pengganti adalah benda-benda yang dibuat untuk mewakili atau menggantikan “benda-benda yang sebenarnya”. Objek pengganti banyak dikenal dengan nama replika, model, dan benda tiruan. Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu dan seringkali mempunyai bagian-bagian tertentu.

Menurut Madjid (2006), model yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weiderman (dalam Madjid, 2006) mengemukakan bahwa dengan melihat dan menyentuh benda yang menyerupai aslinya, maka peserta didik akan lebih mudah mempelajarinya.

Biologi merupakan sebuah studi yang membutuhkan adanya sebuah media yang dapat mengkonkritkan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan model dalam mempelajari biologi, siswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia baik sesuai dengan ukuran aslinya atau dapat juga dengan skala yang diperkecil maupun diperbesar (Madjid, 2006). Materi Biologi yang menggunakan media objek ini harus disesuaikan. Apabila ingin mempelajari materi yang berhubungan dengan sistem pencernaan manusia maka dibutuhkan


(11)

media objek yang mampu memaparkan organ-organ pencernaan tubuh manusia yang dapat diamati secara konkret. Contoh media belajar yang mampu memaparkan bagian-bagian tubuh manusia secara konkret dan dapat diamati langsung adalah torso. Adanya bagian-bagian tubuh manusia yang konkrit dan dapat diamati akan membuat siswa lebih mudah mengingat segala materi yang diajarkan. Efek penggunaan media pembelajaran model ini dapat diketahui melalui penilaian yang dapat menunjukkan sejauh mana suatu tujuan telah tercapai.

Penilaian dibutuhkan untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai atau belum. Penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan (Shabri, 2005). Penilaian hasil belajar menyangkut penilaian hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang (Sudjana, 2005). Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penilaian hasil belajar, sarana yang digunakan berupa tes.

Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk tulisan (tes tulis), dalam bentuk lisan (tes lisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian, tes dapat


(12)

digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).

Melihat fenomena yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi.

I.B. Tujuan Penelitian

T ujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi.

I.C. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Menambah referensi pengetahuan dalam ruang lingkup Psikologi, khususnya psikologi pendidikan.

b. Manfaat Praktis

 Membantu para pendidik melakukan penilaian hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran model.

 Sebagai bahan rujukan penelitian di bidang psikologi pendidikan dengan menggunakan metode eksperimental.

I.D. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian.


(13)

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang evaluasi hasil belajar yang tercakup di dalamnya mengenai definisi, faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Teori tentang media pembelajaran tercakup di dalamnya definisi media pembelajaran, kegunaan media dalam pembelajaran, pedoman umum penggunaan media dalam proses pembelajaran, definisi Model. Dalam bab ini juga memuat tentang hipotesa penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi identifikasi variabel, definisi operasional variabel, rancangan penelitian, teknik kontrol, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan analisa data.

BAB IV : ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Berisi pengolahan dan pengorganisasian data penelitian serta membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Hasil Belajar

II.A.1. Definisi Hasil Belajar

Sudjana (2005) mengatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam bagan 1.

Bagan 1. Hubungan tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar.

Tujuan instruksional

(a) (c)

Pengalaman belajar Hasil belajar

(proses belajar-mengajar) (b) (Sumber : Sudjana, 2005)

Garis (a) menunjukkan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajara dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana


(15)

tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar.

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam kegiatan proses belajar mengajar itu selalu ada objek/program, ada kriteria, dan ada interpretasi (judgment). Interpretasi dan judgement merupakan tema penilaian yang emngimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dengan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program, kriteria, dan interpretasi/judgement (Sudjana, 2005).

Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).


(16)

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes.

II.A.2. Fungsi Penilaian dalam Proses Pendidikan

Suryabrata (2001) mengemukakan beberapa fungsi penilaian dalam proses pendidikan, yaitu:

1. Dasar psikologis

Secara psikologis, seseorang butuh mengetahui sudah sampai sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya. Masalah kebutuhan psikologis akan pengetahuannya mengenai hasil usaha yang telah dilakukannya dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari segi anak didik dan dari segi pendidik.

a. Dari segi anak didik

Seorang anak dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya seringkali berpedoman pada orang dewasa. Dengan adanya pendapat guru mengenai hasil belajar yang telah diperoleh maka anak merasa mempunyai pegangan, pedoman dan hidup dalam kepastian. Selain itu seorang anak juga butuh mengetahui statusnya di hadapan teman-temannya, tergolong apakah dia (apakah anak yang pintar, sedang dan sebagainya); juga terkadang dia membutuhkan membandingkan dengan teman-temannya dan


(17)

alat paling baik untuk melihat ini adalah pendapat pendidik (khusunya guru) terhadap kemajuan mereka.

b. Dari segi pendidik

Seorang pendidik yang profesional butuh mengetahui hasil-hasil usahanya sebagai pedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

2. Dasar didaktis

a. Dari segi anak didik

Pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh baik terhadap prestasi selanjutnya. Selain itu, dengan adanya tes hasil belajar, siswa dapat juga mengetahui kelebihan kelemahan yang dimilikinya sehingga siswa dapat mempergunakan pengetahuannya untuk memajukan prestasinya.

b. Dari segi pendidik

Dengan adanya tes hasil belajar, maka seorang guru juga dapat mengetahui sejauh mana kelemahan dan kelebihan dalam pengajarannya. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pengajarannya akan menjadi modal bagi guru untuk menentukan usaha-usaha selanjutnya. Selain itu, tes hasil belajar juga berfungsi membantu guru dalam menilai kesiapan anak didik, mengetahui status anak dalam kelasnya, membantu guru menentukan siswa dalam pembentukan kelompok, membantu guru dalam memperbaiki metode mengajarnya dan membantu guru dalam memberikan materi pelajaran tambahan.


(18)

3. Dasar administratif

a. Memberikan data untuk dapat menentukan status siswa di kelasnya.

b. Memberikan iktiasr mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan.

c. Merupakan inti laporan kemajuan belajar siswa terhadap orangtua atau walinya.

Sudjana (2005) menyatakan beberapa fungsi dari penilaian, yaitu: 1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. 2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

3. Dasar dalam menyusun laporan belajar siswa kepada orangtuanya.

II.A.3. Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Sudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau meta pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.


(19)

3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem pelaksanaannya.

4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

II.A.4. Jenis Penilaian

Ditinjau dari fungsinya, Sudjana (2005) membagi penilaian ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan di akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.

2. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan di akhir unit program, yaitu akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Penilaian ini berorientasi pada produk bukan pada proses.

3. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.

4. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

5. Penilaian penempatan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.


(20)

Dari segi alatnya (Sudjana, 2005), penilaian hasil belajar dapat dibedakan antara tes dan bukan tes (nontes). Tes yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif dan ada juga dalam bentuk esai dan uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

II.A.5. Alat-Alat Penilaian Hasil Belajar

Sudjana (2005) mengutarakan bahwa alat-alat yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar adalah tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa. Tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif.

Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendisukusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Sedangkan tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa bentuk soal, yaitu:

1. Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai dari benar-salah. Tes bentuk ini cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur


(21)

dan penafsiran data yang sederhana. Kelemahan bentuk soal ini adalah jawaban yang diberikan siswa dapat bersifat ambigu sehingga pemeriksa kesulitan melakukan penilaian. Hal ini dapat mengarahkan pemeriksa memberikan penilaian secara subjektif.

2. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan yang benar dan sebahagian lagi berupa pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip. Kekurangan bentuk soal ini adalah kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali. Selain itu juga banyak permasalahan yang dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar dan salah. Kemungkinan siswa menebak dengan benar pada setiap soal bentuk benar-salah ini juga sebesar 50%.

3. Bentuk soal menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawaban. Bentuk soal menjodohkan hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan. Kekurangan lainnya adalah bentuk soal ini sukar menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.


(22)

4. Bentuk soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Jika dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

- Stem merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan

yang akan dinyatakan.

- Option merupakan sejumlah pilihan atau aternatif jawaban. Alternatif

jawaban terbagi menjadi dua, yaitu kunci dan pengecoh (distractor). Kunci merupakan jawaban benar yang paling tepat sedangkan pengecoh (distractor) merupakan jawaban lain selain kunci jawaban.

Kelebihan penggunaan bentuk soal pilihan ganda adalah materi yang diujikan mencakup sebagian besar bahan pengajaran yang telah diberikan, jawaban siswa dapat mudah dan cepat dinilai dengan menggunakan kunci jawaban. Hanya saja dengan menggunakan bentuk soal ini, proses berfikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Bentuk soal pilihan ganda memiliki tabel blue print yang terdiri dari ranah kognitif yang dipaparkan oleh Bloom (dalam Santrock, 2004), yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesa (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Sesuai dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum garis-garis besar program kerja mata pelajaran biologi kelas VIII, maka peneliti hanya menggunakan ranah kognitif bagian pengetahuan (knowledge).


(23)

Pengetahuan (knowledge) yaitu bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengingat informasi.

II.A.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi), motivasi belajar, minta dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis.

Aini (2001) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor di luar diri siswa dan faktor pada diri siswa. Faktor pada diri siswa ini diantaranya faktor emosi dan mood. Siswa yang mengalami hambatan pemenuhan kebutuhan emosi, maka ia dapat mengalami “kecemasan“ sebagai gejala utama yang dirasakan.

Clark (dalam Shabri, 2005) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain:

1. Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru


(24)

melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya.

2. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain-lain.

3. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan sumber-sumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.

Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:

 Faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi), motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, dan faktor fisik dan psikis.

 Faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di dalamnya guru), fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.


(25)

II.B. Media Pembelajaran

II.B.1. Definisi Media Pembelajaran

Asosiasi Pendidikan Nasional di Amerika (National Education Association/NEA) mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut (dalam Miarso, 2004).

Sedangkan Shabri (2005) mengutarakan bahwa media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

Commission on Instructional Technology (dalam Miarso, 2004) mendefinisikan media pembelajaran sebagai media yang lahir akibat adanya revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis. Sedangkan Gagne (dalam Miarso, 2004) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan rangsangan bagi si pembelajar supaya terjadi proses belajar. Miarso (2004) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan segala benda yang menjadi sarana untuk


(26)

menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

II.B.2. Kegunaan Media dalam Pembelajaran

Miarso (2004) menjabarkan kegunaan media dalam pembelajaran baik dari kajian teoritik maupun empirik sebagai berikut:

1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat erfungsi secara optimal. Penelitian yang dilakukan Sperry (dalam Miarso, 2004) menunjukkan bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikal, dan konseptual. Belahan ini mengontrol bicara. Belahan otak sebelah kanan merupakan tempat kedudukan pikiran visual, emosional, holistik, fisikal, spasial dan kreatif. Belahan ini mengontrol tindakan. Pada satu saat hanya satu salah satu belahan yang bersifat dominan; kedua belahan tidak dapat dominan secara serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu sebagai salah satu implikasi dalam pembelajaran adalah kedua belahan perlu dirangsang secara bergantian dengan rangsangan audio dan visual. 2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para

siswa. Kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Ketersediaan buku dan bacaan lain, kesempatan bepergian, dan sebagainya adalah faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak-anak. Media dapat mengatasi


(27)

perbedaan-perbedan ini. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke objek yang dipelajari, maka objeknya lah yang dibawa ke siswa dengan menggunakan media.

3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa karena:

a. Objek terlalu besar, misalnya candi, stasiun, dan lain-lain; dengan media kita dapat menampilkannya ke hadapan siswa.

b. Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil diamati oleh mata telanjang. Misalnya, bakteri, protozoa dan lain sebagainya. Kaca pembesar sebagai salah satu bentuk saran pembelajaran dapat memperbesar dan memperjelas objek-objek tadi.

c. Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran bunga, dapat diikuti prosesnya dalam beberapa saat saja berkat media fotografi (timelapse photography).

d. Gerakan-gerakan yang terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa. Misalnya kepakan sayap burung, kumbang, dan lain-lain dapat diamati dengan media.

e. Adakalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk diagram atau model dapat digunakan untuk menyederhanakan objek yang bersangkutan agar lebih gampang dimengerti.

f. Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara dosen yang berceramah di hadapan ratusan siswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas bisa menjadi didengar berkat media.


(28)

g. Rintangan-rintangan untuk mempelajari musim, iklim, dan geografi secara umum dapat diatasi.

4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.

5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki si A berbeda dengan si B bila si A hanya pernah mendengar sedangkan si B pernah melihat sendiri bahkan pernah mmegang, meraba dan merasakannya. Media memberikan pengalaman dan persepsi yang sama. Pengamatan yang dilakukan oleh siswa bisa bersama-sama diarahkan kepada hal-hal penting yang dimaksudkan oleh guru.

6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Dengan menggunakan media pembelajaran, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.

8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun abstrak.

9. Media memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.

10. Media meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy), yaitu kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan, dan lambang yang tampak, baik yang alami maupun buatan manusia, yang terdapat dalam lingkungan.


(29)

11. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatnya kesadaran akan dunia sekitar.

12. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun siswa.

II.B.3. Pedoman Umum Penggunaan Media dalam Proses Pembelajaran Miarso (2004) mengutarakan bahwa dalam usaha menggunakan media dalam proses belajar-mengajar, perlu diberikan sejumlah pedoman umum sebagai berikut:

1. Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan. 2. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai.

3. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

4. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar-mengajar yang akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok kecil, belajar secara individual atau belajar mandiri.

5. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mem-preview media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajar dimulai dan sebelum peserta masuk kelas. 6. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar

mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal penting selama penyajian dengan media berlangsung.


(30)

7. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.

II.B.4. Taksonomi Media Pembelajaran

Haney dan Ullmer (dalam Miarso, 2004), mengemukakan bahwa terdapat tiga media pembelajaran, yaitu media penyaji, media objek dan media interaktif. Media objek merupakan benda tiga dimensi yang mengandung informasi, yang dapat diketahui melalui ciri fisiknya seperti ukuran, berat, bentuk, susunan, warna, fungsi, dan sebagainya. Media objek meliputi dua kelompok, yaitu objek yang sebenarnya dan objek pengganti. Media objek pengganti adalah benda-benda yang dibuat untuk mewakili atau menggantikan “benda-benda yang sebenarnya”. Objek pengganti banyak dikenal dengan nama replika, model, dan benda tiruan.

Sedangkan Heinich, Molenda, & Russel (dalam Furqon, 2007) mengemukakan klasifikasi media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu (1) Media yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan (projected media), (3) Media audio, (4) Media video dan film, (5) Komputer, dan (6) Multimedia berbasis komputer. Media yang tidak diproyeksikan terdiri dari beberapa jenis yaitu benda nyata (realia), replika dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetakan (printed materials), foto, gambar, chart, poster dan grafik. Berdasarkan bentuknya, jenis media ini dapat diklasifikasikan ke dalam media dua dimensi dan media tiga dimensi. Bahan cetakan seperti gambar, chart, poster, foto dan grafik tergolong sebagai media dua


(31)

dimensi. Sedangkan realia, replika, model, dan simulator dapat digolongkan sebagai media tiga dimensi.

II.B.5. Media Pembelajaran Model

Haney dan Ullmer (dalam Miarso, 2004), mengemukakan bahwa model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu dan seringkali mempunyai bagian-bagian yang bergerak atau unsur-unsur yang bekerja menurut pola benda yang sesungguhnya.

Menurut Anderson (dalam Ikhsan, 2007), model adalah kelompok media objek tiga dimensi dan merupakan representasi dari benda sesungguhnya yang tidak diproyeksikan. Media tiga dimensi dapat berbentuk media murah dan sederhana sampai jenis media yang mahal dan canggih, memberi kemungkinan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang bersifat langsung dan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

Sedangkan Wittich dan Schuller (1957) menyatakan bahwa model lebih dikenal sebagai objek tiga dimensi yang merupakan representasi objek yang sesungguhnya. Model ini mungkin lebih lengkap pada tiap detilnya atau bisa saja lebih sederhana dibandingkan dengan yang aslinya.


(32)

II.B.6. Torso

Wittich dan Schuller (1957) menyatakan bahwa torso merupakan model biologi yang khusus digunakan dalam bidang kesehatan. Torso menggambarkan bagian-bagian tubuh manusia secara konkret. Bagian-bagian tubuh ini kemudian dipampang dalam kondisi dapat diamati langsung dan diberi warna yang menarik sesuai dengan kondisi tubuh manusia pada aslinya.

Wikipedia menyebutkan bahwa torso adalah model bagian tubuh manusia. Torso adalah tiruan bagian-bagian tubuh manusia yang biasanya terbuat dari plastik yang diberi nomor/label disertai keterangan. Torso manusia adalah model untuk mempelajari morfologi dan anatomi manusia. Torso ini mempunyai bentuk dan warna alat-alat tubuh yang sesuai dengan yang sebenarnya dan terpasang tegak di atas sebuah alas dari papan. Setengah belahan tubuhnya tidak berkulit sehingga kelihatan otot dan pembuluh darah. Bagian depan badannya dapat dibuka sehingga kelihatan alat-alat tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung, lambung, hati, usus, dan ginjal. Bagian-bagian alat dalam tubuh juga dapat dilepaskan untuk melihat rongga tubuh ke arah punggung (ventral). Torso dapat dilihat dari gambar di bawah ini :


(33)

Gambar 1 Torso

(Sumber : www.wikipedia.com) Secara khusus torso dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Terdiri dari warna dan tekstur yang berperan penting menunjukkan bentuk-bentuk bagian tertentu pada anggota tubuh manusia.

2. Memiliki bagian-bagian yang dapat dilepas dan digabungkan kembali. Hampir setiap bagian anggota tubuh yang terdapat pada torso dapat dilepas dan digabungkan kembali.


(34)

Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa torso merupakan suatu objek buatan tiga dimensi (model) yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, hati, pankreas, usus dan anus. Bagian-bagian tubuh ini kemudian dipampang dalam kondisi dapat diamati langsung, beberapa bagian dapat dilepas dan diberi warna yang menarik sesuai dengan kondisi tubuh manusia pada aslinya.

II.C. Biologi

Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang khusus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004).

Wikipedia menyebutkan biologi sebagai ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda "biologie", yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, bios ("hidup") dan logos ("lambang", "ilmu"). Dahulu (sampai tahun 1970-an) digunakan istilah ilmu hayat (yang berarti "ilmu kehidupan"), yang diambil dari bahasa Arab.

Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup, dan karenanya dikenal berbagai cabang biologi yang mengkhususkan diri pada setiap kelompok organisme, contohnya botani, zoologi, dan mikrobiologi. Berbagai aspek kehidupan dikaji. Ciri-ciri fisik dipelajari dalam anatomi dan fungsinya dalam fisiologi, perilaku dipelajari dalam etologi, baik pada masa sekarang dan masa lalu (dipelajari dalam biologi evolusioner dan paleobiologi), bagaimana mereka tercipta dipelajari dalam evolusi dan interaksi antarsesama mereka dan


(35)

dengan alam sekitarnya dipelajari dalam ekologi. Dalam usaha untuk menjaga kelangsungan hidup suatu jenis makhluk hidup diperlukan mekanisme pewarisan sifat, yang dipelajari dalam genetika. Saat ini bahkan berkembang aspek biologi yang mengkaji kemungkinan berevolusinya makhluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya makhluk hidup di planet-planet yang lain (astrobiologi). Perkembangan teknologi memungkinkan pengkajian pada tingkat molekul penyusun organisme melalui biologi molekular serta biokimia, yang banyak didukung oleh perkembangan teknik komputasi melalui bidang bioinformatika.

II.D. Pengaruh Torso Terhadap Hasil Belajar Biologi

Mata pelajaran Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang khusus mempelajari tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan di permukaan bumi (Prawirohartono, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Siswa SMU Negeri se-Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan dan Pengawasan Hasil Studi diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa secara nasional dinilai masih rendah yaitu, pada Biologi, Fisika, Kimia. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa ini disebabkan masih digunakannya sistem pendidikan tradisional maupun guru yang cenderung verbalisme dalam mengajar (Hartono, 2006).

Sudirman (dalam Darojatin, 2003) memaparkan bahwa sistem pendidikan tradisional menggunakan sumber pengajaran yang masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan ditambah sedikit dari buku, sedangkan sumber yang


(36)

lainnya belum mendapat perhatian sehingga aktifitas belajar siswa kurang berkembang. Penyebab lainnya yang dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa adalah kecenderungan ‘verbalisme’ saat guru mengajar biologi. Verbalisme di sini maksudnya adalah bahwa para pengajar cenderung hanya menggunakan tulisan dan lisan saat mengajar dan kurang memperhatikan aspek nonverbal seperti adanya alat peraga. Semakin banyak verbalisme dalam proses belajar mengajar, maka semakin abstrak juga pemahaman yang diterima (Ikhsan, 2006). Akibatnya siswa sulit memahami konsep IPA yang telah dipelajari melalui metode ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal. Pada gilirannya motivasi dan hasil belajar siswa juga menurun karena mereka merasa tidak mendapatkan manfaat dari apa yang dipelajari. Untuk itulah maka dibutuhkan adanya penggunaan suatu teknologi tertentu dalam membantu proses belajar siswa. Teknologi yang khusus digunakan dalam bidang pendidikan dan pengajaran dinamakan teknologi pendidikan.

Teknologi pendidikan merupakan suatu strategi yang digunakan untuk menganalisis, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola usaha pemecahan masalah belajar yang dihadapi setiap individu, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber-sumber (Miarso, 2004). Sumber belajar dalam teknologi pendidikan yaitu pesan, orang, teknik, dan media. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sementara peralatan adalah perangkat keras (hardware) sebagai sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam media (Balfas, 2007).


(37)

Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran dapat memberi kontribusi yang positif terhadap hasil belajar siswa jika guru mempertimbangkan beberapa faktor pemilihan media (Furqan, 2003). Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan (Sukamto, 2006). Oleh karena itulah maka keberadaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang tugas-tugas guru guna memotivasi dan meningkatkan pemahaman siswa. Sehingga dengan adanya peningkatan motivasi dan pemahaman, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi (Bahtiar, 2004).

Pengklasifikasian media berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan sebutan taksonomi media pembelajaran.. Dalam taksonomi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Haney dan Ullmer (dalam Miarso, 2004), terdapat tiga jenis media pembelajaran, yaitu media penyaji, media objek dan media interaktif. Media objek merupakan benda tiga dimensi yang mengandung informasi, yang dapat diketahui melalui ciri fisiknya seperti ukuran, berat, bentuk, susunan, warna, fungsi, dan sebagainya. Media objek meliputi dua kelompok, yaitu objek yang sebenarnya dan objek pengganti. Media objek pengganti adalah benda-benda yang dibuat untuk mewakili atau menggantikan “benda-benda yang sebenarnya”. Objek pengganti banyak dikenal dengan nama replika, model, dan benda tiruan. Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama tetapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu dan seringkali mempunyai bagian-bagian tertentu.


(38)

Menurut Madjid (2006), model yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weiderman (dalam Madjid, 2006) mengemukakan bahwa dengan melihat dan menyentuh benda yang menyerupai aslinya, maka peserta didik akan lebih mudah mempelajarinya. Oleh karena itu maka dinilai perlu memanfaatkan media pembelajaran tertentu yang sesuai dan mampu menunjang pembelajaran, salah satunya dalam mata pelajaran biologi. Materi Biologi yang menggunakan media objek ini harus disesuaikan. Apabila ingin mempelajari materi yang berhubungan dengan sistem pencernaan manusia maka dibutuhkan media objek yang mampu memaparkan organ-organ pencernaan tubuh manusia yang dapat diamati secara konkret. Contoh media belajar yang mampu memaparkan bagian-bagian tubuh manusia secara konkret dan dapat diamati langsung adalah torso. Adanya bagian-bagian tubuh manusia yang konkrit dan dapat diamati akan membuat siswa lebih mudah mengingat segala materi yang diajarkan. Efek penggunaan media pembelajaran model ini dapat diketahui melalui penilaian yang dapat menunjukkan sejauh mana suatu tujuan telah tercapai.

Penilaian memainkan fungsi dan peranannya dalam menetapkan apakah tujuan pembelajaran telah dapat diapai atau belum. Penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan (Shabri, 2005). Dalam penilaian hasil belajar, sarana yang digunakan berupa tes.


(39)

Tes pada umumnya digunakan untuk untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).

II.E. Hipotesa Penelitian

H0 : Tidak ada pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi. H1 : Terdapat pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ingin melihat bagaimana pengaruh penggunaan media pembelajaran model terhadap hasil belajar maka peneliti akan menggunakan merode eksperimen. Menurut Latipun (2004) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku yang diamati. Manipulasi yang dilakukan ini dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan. Kerlinger (2002) mengemukakan bahwa eksperimen lapangan adalah kajian penelitian dalam situasi nyata (realitas), dengan memanipulasi satu variabel bebas atau lebih dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat oleh pembuat eksperimen sejauh yang dimungkinkan oleh situasinya. Tujuan eksperimen lapangan adalah untuk menguji hipotesis yang diturunkan dari teori, mengkaji interrelasi variabel-variabel, menentukan jawaban terhadap masalah-masalah praktis dan sedapat mungkin mengontrol kondisi eksperimen yang dimungkinkan.


(41)

III.A. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Hasil belajar mata pelajaran Biologi 2. Variabel bebas : Torso

3. Variabel kontrol : a. Intelegensi

b. Guru

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia

III.B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya. Definisi variabel operasional memberikan batasan arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 2002).

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi dalam melakukan interpretasipengertian masing-masing variabel dalam penelitian ini maka definisi operasional dari penelitian ini dibatasi secara jelas sebagai berikut: 1. Hasil belajar biologi

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar mencakup bidang kognitif. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Metode dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar tes


(42)

yaitu serangkaian tugas yang harus dikerjakan anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai anak lain atau dengan standar yang ditetapkan berupa tujuan-tujuan pembelajaran. Semakin tinggi skor nilai yang diperoleh siswa, maka semakin banyak pula tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai oleh siswa. Soal-soal tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dan urutan soal diberikan dalam bentuk acak untuk dua kelas. Tujuannya agar soal tes tidak mudah diprediksi oleh siswa yang sudah pernah mengerjakan soal tersebut. Sesuai dengan mata pelajaran yang akan dilihat hasil belajarnya maka peneliti akan membuat tes mata pelajaran biologi dimana pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan tabel blue print yang telah dirancang.

2.

Torso

Torso merupakan suatu objek buatan tiga dimensi dengan skala diperbesar yang terdiri dari terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, hati, pankreas, usus dan anus. Bagian-bagian tubuh ini kemudian dipampang dalam kondisi dapat diamati langsung dan diberi warna yang menarik sesuai dengan kondisi tubuh manusia pada aslinya. Torso merupakan treatment (X) yang hanya diberikan untuk kelompok eksperimen. Guru pada kelompok eksperimen akan menggunakan torso saat mengajar di kelas biologi pada materi sistem pencernaan manusia.


(43)

Intelegensi menurut Santrock (2002) merupakan keterampilan menyelesaikan suatu permasalahan dan beradaptasi serta belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Sebelum hari pelaksanaan eksperimen, kedua kelompok akan diberikan tes intelegensi Standart Progressive Matrices (SPM). Hasil tes SPM di kedua kelompok (kontrol dan kelompok eksperimen) akan di-matching sehingga dapat diperoleh sejumlah siswa di kedua kelas yang memiliki tingkat intelegensi yang sama.

4. Guru

Guru merupakan orang yang menyampaikan suatu materi pelajaran tertentu kepada para siswa. Peneliti akan menggunakan guru biologi yang sama untuk mengajar di kedua kelas. Guru biologi tersebut akan mengajarkan materi sistem pencernaan pada manusia untuk kelas VIII.

5. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia

Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia merupakan segala sesuatunya yang dapat mendukung belajar mengajar di kelas, seperti bangku, meja, peralatan tulis serta buku pelajaran Sains Biologi untuk SMP Kelas VIII Jilid 2 yang diterbitkan oleh Erlangga.

III.C. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu ingin melihat pengaruh penggunaan media pembelajaran model terhadap hasil belajar biologi, maka peneliti akan menggunakan penelitian yang sifatnya ekperimen lapangan dengan


(44)

nama rancangan Matched Two Groups Design dengan skema rancangan dapat dilihat pada bagan 2 (Seniati, Yulianto dan Setiadi, 2005).

Gambar 2

Rancangan Matched Two Groups Design

R (KE) X  O

R (KK)  O

Keterangan

M : Matched, teknik pengambilan sampel.

KE : Kelompok Eksperimental. KK : Kelompok Kontrol.

X : Manipulasi/perlakuan (treatment), berupa pemberian torso. O : Pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes prestasi

Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan treatment berupa torso. Sementara itu kelompok kontrol menggunakan metode belajar tradisional yaitu hanya belajar dengan menggunakan buku teks yang telah tersedia (book centered). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan treatment berupa penggunaan torso pada saat mengajar di kelas. Kedua kelompok sama-sama mempelajari mata pelajaran biologi.

III.D. Teknik Kontrol

Dari tujuan ekperimen laboratorium maka untuk memperoleh hasil yang benar antara keterkaitan variabel bebas dengan variabel tergantung, peneliti harus melakukan kontrol terhadap variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian


(45)

(extraneous variable) namun mungkin dapat muncul dan mempengaruhi hasil penelitian eksperiment. Adapun variabel dikontrol oleh peneliti, yaitu:

a. Intelegensi

Setelah peneliti melakukan cluster random sampling, maka peneliti akan melakukan tes intelegensi kepada sampel penelitian. Tes intelegensi yang digunakan adalah tes Standart Progressive Matrices untuk memilih siswa yang menjadi subjek penelitian. Setelah itu dilakukan matched sehingga diperoleh dua kelompok yang homogen.

b. Guru

Peneliti akan menggunakan tenaga pengajar yang biasanya mengajar biologi di kedua kelompok sehingga tidak terjadi bisa di kedua kelompok tersebut. Selain itu juga guru biologi tersebut akan mengajar di kelas dengan berpedoman kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. RPP yang telah dirancang dapat dilihat pada lampiran.

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia

Peneliti akan memastikan sebelum pelajaran dimulai, semua sumber belajar yang diperlukan telah tersedia seperti pulpen, pensil, buku tulis, meja dan bangku yang cukup dan tertata rapi dan torso yang dibutuhkan.


(46)

III.E. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel III.E.1. Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 6 Binjai dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Masih dinyatakan aktif sebagai siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Binjai. Pembatasan subjek penelitian hanya pada anak kelas VIII dikarenakan materi sistem pencernaan pada manusia hanya dipelajari oleh siswa kelas VIII saja. 2. Siswa telah mengikuti tes intelegensi Standart Progressive Matrices (SPM)

dan dinyatakan memiliki tingkat intelegensi rata-rata, kecuali jika peneliti kekurangan sampel maka dapat menggunakan siswa yang intelegensinya di atas atau di bawah rata-rata.

3. Siswa diajar oleh guru biologi yang sama.

Mengingat keterbatasan peneliti menjangkau seluruh populasi maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yang lebih dikenal dengan nama sampel. Azwar (2000) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Oleh karena itu maka sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya.


(47)

III.E.2. Metode Pengambilan Sampel

Langkah pertama adalah memilih sejumlah subjek penelitian yaitu yang bersekolah di SMP Negeri 6 Binjai dan sedang berada di kelas VIII. Peneliti akan bertanya kepada kepala sekolah atau bagian administrasi pendidikan mengenai jumlah sampel yang terdapat di SMP Negeri 6 Binjai. SMP Negeri 6 memiliki 6 kelas VIII. Seluruh siswa kelas VIII dibagi ke dalam kelas berdasarkan prestasi belajar mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru biologi yang bersangkutan, maka diperoleh dua kelas (kelas 5 dan kelas VIII-6) yang dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya penelitian. Hal ini dikarenakan selain tingkat kepintaran mereka yang rata-rata, kedua kelas ini juga diajar oleh guru biologi yang sama.

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dikarenakan peneliti memilih dua kelas yang siswanya memiliki prestasi belajar biologi yang kurang sesuai dengan standart sekolah yang bersangkutan.

Setelah diperoleh dua kelas, maka peneliti akan memberikan tes Standart Progressive Matrix (SPM) untuk mengetahui tingkat intelegensi rata-rata siswa di kedua kelas. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa yang memiliki tingkat intelegensi rata-rata. Siswa yang tingkat intelegensi rata-rata kemudian akan diacak ke dalam dua kelas. Tetapi jika jumlah siswa yang memiliki tingkat intelegensi rata-rata tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan sampel penelitian (kurang dari 30 orang), maka peneliti akan mengambil beberapa siswa yang tingkat intelegensinya di atas dan di bawah rata-rata. Setelah diperoleh jumlah siswa yang dibutuhkan maka siswa yang berada di kedua kelas akan di-matched


(48)

sehingga menghasilkan Keompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Siswa yang tidak terpilih menjadi sampel penelitian tetap akan diikutsertakan dalam penelitian dengan alasan etis.

Setelah dilakukan matched maka diharapkan ekstraneous variable yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti tidak lagi/kecil pengaruhnya dalam mempengaruhi hasil belajar. Karena dalam kaidah randomisasi dikatakan bahwa setiap prosedur acak, setiap anggota populasi berpeluang sama besar untuk dipilih. Jika memang terpilih maka anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pembeda tertentu (variabel yang tidak dapat dikontrol di atas) mungkin dalam jangka waktu panjang akan hilang dengan terpilihnya anggota-anggota lain dari populasi yang memiliki kuantitas atau kualitas ciri-ciri yang mengimbangi ciri-ciri anggota terpilih itu.

III.F. Alat Ukur / Instrumen Yang Digunakan III.F.1. Alat Ukur

Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, dan bentuk data yang akan diambil dan diukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa kuesioner dalam bentuk tipe soal objektif atau yang biasanya disebut tipe soal pilihan ganda.

Soal-soal bentuk tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan (Sudjana, 2005). Selain itu alasan lainnya tes objektif banyak digunakan adalah aitem-aitem tipe pilihan pada umumnya jauh lebih menarik bagi responden karena tipe ini


(49)

memiliki kemudahan dalam memberikan jawaban dan jauh lebih singkat waktunya untuk menjawab (Hadi, 2000). Aitem tipe objektif mempunyai hanya satu alternatif jawaban yang dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang terbaik dengan cara memilih jawaban (recognize). Proses pemberian jawaban selanjutnya akan menentukan format aitem objektif (Azwar, 1996). Tes objektif yang digunakan peneliti adalah tes pilihan ganda (multiple choice) karena tes pilihan ganda dinilai komprehensif (dalam waktu yang singkat mampu memuat lebih banyak aitem), pemeriksaan jawaban dan pemberian skor mudah, tes ini efisien dengan penggunaan lembar jawaban yang sedikit, kualitas aitem dapat dianalisis secara empirik, objetivitas tinggi dan umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan (Azwar, 1996).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional pembelajaran jika pengajarannya dengan menggunakan media pembelajaran model. Oleh karena itu tes yang diberikan kepada siswa adalah tes sumatif karena tes ini berfungsi untuk untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar (Sudjana, 2005). Dalam fungsinya sebagai pengukuran formatif, maka tes harus dirancang agar meliputi semua unit instruksional yang telah diajarkan. Aitem-aitem ditulis dalam taraf kesukaran yang disesuaikan dengan kesukaran masing-masing unit dan sifat tesnya lebih mengacu pada kriteria (Azwar, 1996).

Sebelum tes diberikan kepada subjek dalam penelitian, maka peneliti akan melakukan uji coba (try out) terlebih dahulu pada subjek yang bukan termasuk


(50)

subjek penelitian namun memiliki karakteristik penelitian yang sama dengan subjek penelitian.

III.F.2. Instrumen

Untuk menunjang kelancaran penelitian maka ada beberapa instrumen yang harus dilengkapi, yaitu:

1. Torso

2. Buku mata pelajaran biologi untuk SMP kelas VIII Jilid 2 yang diterbitkan oleh Erlangga sebagai buku panduan mengajar di SMP Negeri 6 Binjai.

3. 1 (satu) set tes hasil belajar tipe pilihan ganda (sebanyak 20 aitem dengan 4 alternatif jawaban).

4. Alat tulis (pulpen/pinsil)

III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian III.G.1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Sebelum melakukan uji coba alat ukur penelitian maka peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan yaitu 1 (satu) set kuesioner dalam bentuk soal pilihan ganda (sebanyak 40 aitem) dengan 4 alternatif jawaban. Soal yang diberikan dirancang sendiri oleh peneliti dengan mengikuti tujuan instruksional yang tertera dalam rancangan pengajaran. Sesuai dengan penelitian maka materi yang diajarkan berupa sistem pencernaan makanan pada manusia. Tujuan instruksional yang ada kemudian dirancang menjadi soal dalam blue print.


(51)

kompetensi yang akan diungkap pada setiap bagian isi. Blue print akan menjadi pegangan yang sangat membantu sewaktu penulisan aitem berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan menjaga agar penulisan aitem tetap terarah pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan isi (Azwar, 1996).

Penyusunan blue print mengikuti garis-garis besar program pengajaran yang akan diteliti. Adapun garis-garis besar program kerja sistem pencernaan manusia yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

I. Tujuan Instruksional Umum :

Siswa mampu mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia. II. Tujuan Instruksional Khusus :

 Membedakan antara saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan sebagai penyusun sistem pencernaan pada manusia.

 Membandingkan pencernaan mekanik dan kimiawi serta fungsinya bagi tubuh.

 Menyebutkan fungsi dan alat pencernaan. III. Cara pencapaian tujuan instruksional :

 Mengamati model atau carta alat pencernaan yang tersusun dari saluran pencernaan makanan dan kelenjar makanan.

 Melakukan percobaan tes saliva untuk memahami pencernaan mekanik dan kimiawi dan membahas jenis-jenis enzim dan fungsinya.

Setelah mengetahui garis-garis besar program kerja yang akan diteliti, maka point-point penting Tujuan Instruksional Khusus disusun menjadi tabel blue print yang terpampang pada tabel 2 di bawah.


(52)

Tabel 1

Blue print dalam penyusunan tes biologi kelas VII SMP Topik : Sistem Pencernaan Pada Manusia

Sub Topik Nomor aitem Total

A Proses pencernaan makanan 1, 2, 3, 4, 5 5 B Alat-alat pencernaan

B.1. Mulut

B.2. Kerongkongan B.3. Lambung B.4. Usus Halus B.5. Usus Besar B. 6. Anus

6, 9, 10, 11, 12 7, 8, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30 31, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39, 40.

35

Jumlah 40

Alat ukur ini diberikan kepada subjek penelitian setelah melalui proses uji coba (try out).

III.G.2. Perizinan

Sebelum melakukan penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu harus mengurus surat perizinan penelitian. Surat ini akan diberikan kepada SMP Negeri 6 Binjai dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sebagai tanda bukti bahwa peneliti legal untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 6 Binjai. Surat izin penelitian juga ditujukan kepada Pemerintahan Kota Binjai khususnya bagian Badan Kesatuan Bangsa (BAKESBANG) dan Perlindungan Masyarakat (LINMAS). Surat rekomendasi dari BAKESBANG dan LINMAS Pemerintahan Kota Binjai akan menjadi surat rekomendasi Badan Pemerintahan Daerah (BAPPEDA) untuk ditandatangani oleh Sekretaris Daerah sekaligus izin peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 6 Binjai. Surat dari BAPPEDA ditujukan


(53)

kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Binjai untuk kemudian diproses sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di SMP Negeri 6 Binjai.

III.G.3. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat ukur penelitian yaitu 1 (satu) set tes hasil belajar berupa kuesioner dalam bentuk tipe pilihan ganda sebanyak 40 aitem.

1. Validitas Alat Ukur

Uji validitas alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi digunakan untuk melihat sejauh mana aitem-aitem dalam suatu tes mencakup keseluruhan kawasn isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Pengujian validitas isi tidak melalui analisa statistik tetapi menggunakan analisa rasional. Pengujian validitas isi sangat penting dalam proses penyusunan tes yang mengukur kemampuan kognitif dan harus dilakukan dengan seksama pada waktu pelaksanaan reviu aitem oleh suatu profesional judgement. Profesional judgment dalam hal ini adalah guru mata pelajaran biologi. Uji validitas juga dilakukan dengan menggunakan point biserial untuk melihat apakah aitem yang telah dibuat sesuai dengan ranah yang ingin diukur. Peneliti juga melakukan uji daya beda aitem untuk melihat dan menghilangkan aitem-aitem yang seharusnya disisihkan sehingga dapat meningkatkan nilai validitas aitem dalam tes hasil belajar.


(54)

2. Reliabilitas Alat Ukur

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan Pada penelitian ini, pendekatan konsistensi internal yang digunakan adalah alpha cronbach dimana alpha cronbach itu sendiri dapat digunakan pada alat ukur yang diskor secara dikotomi maupun non dikotomi (Hadi, 2000). Langdridge (2004) menyatakan apabila nilai koefisien alpha cronbach mencapai 0.7 maka suatu alat ukur dapat dinyatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas alat ukur ini diolah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS 13.0 for windows dan dapat dilihat pada lampiran.

III.G.4. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian untuk memperoleh data yang sebenarnya akan dilaksanakan setelah dilakukannya uji coba (try out) dengan memberikan 1 (satu) set tes hasil belajar berupa kuesioner dalam bentuk tipe pilihan ganda (sebanyak 40 aitem dengan 4 alternatif jawaban) kepada subjek yang memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian yang sebenarnya. Perolehan data kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan data akan dilakukan di SMP Negeri 6 Binjai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah dipaparkan.

Dua minggu sebelum pelaksaaan penelitian, peneliti menentukan kelas yang terpilih ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Kemudian kedua kelas akan diberikan tes intelegensi Standart Progressive Matrices (SPM) dan dilakukan matching.


(55)

Seminggu sebelum penelitian, peneliti akan melakukan try out soal-soal biologi kelas VII materi sistem pencernaan pada manusia. Try out diberikan kepada siswa kelas IX SMP Negeri 6 Binjai. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan metode eksperimen lapangan maka peneliti hanya dapat memberikan try out kepada siswa kelas IX yang sudah memperoleh pelajaran biologi materi sistem pencernaan pada manusia sebelumnya.

Pada hari pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru biologi yang biasa mengajar di kedua kelas. Guru bertugas menyampaikan materi pelajaran seperti biasanya tanpa melakukan kontrol yang ketat terhadap suatu variabel tertentu. Guru mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancang.

Segera setelah guru memberikan materi pelajaran, subjek penelitian diberi lembar kuesioner dan lembar jawabannya. Subjek diberi waktu selama 20 menit untuk menyelesaikan kuesioner.

III.H. Metode Analisa Data

Untuk menguji hipotesis penelitian maka data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik. Dalam menguji data penelitian, peneliti menggunakan uji t-test untuk menguji signifikansi perbedaan rerata antara dua kelompok (Hadi, 2000). Uji tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version.

Dalam menguji data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran dan uji homogenitas.


(56)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Adapun untuk mengukur normalitas itu sendiri dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji kesamaan masing-masing variabel terhadap populasi. Adapun untuk mengukur homogenitas varians itu sendiri dengan menggunakan Analisa Varians melalui Levene Statistic.

Semua uji analisa data dilakukan dengan bantuan program SPSS 13.0 for Windows Evaluation Version mengingat SPSS merupakan salah satu paket olah data statistik yang lengkap, ekonomis, efisien, bermuatan besar, dan mudah mengaplikasikannya.


(57)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini akan menguraikan hasil dan analisa hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi, hasil utama, serta hasil tambahan penelitian.

IV. A. Gambaran Subjek penelitian

Subjek penelitian berjumlah 30 orang yang keseluruhannya adalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Binjai yang telah mengikuti tes SPM dan dinyatakan memiliki pasangan yang sepadan kemampuan intelegensinya.

IV.B. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum hasil utama penelitian dapat dianalisa dengan independent sample t-test, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi penelitian yang mencakup uji normalitas dan uji homogenitas varians.

IV.B.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas perlu diperiksa keberlakuannya agar langkah-langkah penelitian selanjutnya dapat dipertangggungjawaban (Sudjana,2005). Adapun untuk mengukur normalitas itu sendiri dengan menggunakan kolmogorov-smirnov.


(58)

Prosedur yang digunakan untuk melakukan interpretasi hasil uji normalitas dengan menggunakan fasilitas program SPSS 13.0 for windows adalah dengan melihat perbandingan nilai Asymptotic significant (Asymp.sig) dengan taraf kepercayaan 0.05. Apabila nilai Asymptotic significant (Asymp.sig) dari hasil uji statistik > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Sedangkan apabila nilai Asymptotic significant dari hasil uji statistik < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel tidak menyebar secara normal. (Winarsunu, 2004). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini

Tabel 2

Hasil uji kolmogorov-smirnov untuk uji normalitas

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Kolmogorov-smirnov .557 .734

Asymp. sig .915 .654

Dari hasil uji kolmogorov-sminornov di atas, terlihat bahwa nilai Asymptotic significant (Asymp. sig) pada kelompok kontrol (tidak menggunakan torso) adalah 0.915. Karena nilai Asymp. sig > 0.05 dapat disimpulkan bahwa distribusi hasil belajar biologi pada kelompok tanpa menggunakan torso adalah normal. Sedangkan pada kelompok eksperimen (menggunakan torso) nilai Asymptotic significant (Asymp. sig) adalah 0.654. Karena nilai Asymp. sig > 0.05 dapat disimpulkan bahwa distribusi hasil belajar biologi pada kelompok yang menggunakan torso adalah normal. Pengujian normalitas dapat dilihat selengkapnya pada lampiran B.


(59)

IV.B.2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk memeriksa apakah varians dari kedua kelompok adalah sama. Adapun untuk mengukur homogenitas varians itu sendiri dengan menggunakan Anava melalui Levene Statistic. Adapun prosedur yang digunakan untuk mengadakan interpretasi hasil homogenitas varians jika menggunakan fasilitas SPSS 13.0 for windows adalah dengan melihat perbandingan nilai Levene Statistic dengan taraf kepercayaan 0.05. Apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistik > 0.05 maka disimpulkan bahwa varians pada subjek penelitian adalah sama atau homogen. Sedangkan apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistik < 0.05 maka disimpulkan bahwa varians pada subjek penelitian adalah tidak sama atau tidak homogen. Hasil levene statistic untuk uji homogenitas varians terlihat pada tabel 3.

Tabel 3

Hasil levene statistic untuk uji homogenitas varians

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.791 1 28 .062

Dari tabel di atas, tampak bahwa hasil Levene Statistic menunjukkan bahwa signifikansinya sebesar 0.062. Karena nilai signifikansinya > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa varians pada subjek penelitian adalah sama atau homogen Pengujian homogenitas varians dapat dilihat selengkapnya pada lampiran B.


(60)

IV.C. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan penanda warna terhadap kemampuan memori. Metode analisa yang digunakan adalah independent sample t-test.

Adapun prosedur yang digunakan untuk mengadakan interpretasi hasil independent sample t-test adalah dengan melihat taraf kemaknaan yang ditunjukkan oleh indeks kesalahan yang mungkin terjadi yang disebut dengan probabilitas error (error probability). Probabilitas error biasanya disingkat dengan p. Taraf kemaknaan secara konvensional berkisar antara 0.05 sampai 0.01. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan taraf kemaknaan 0.05. Apabila dari hasil uji statistik didapatkan harga p < 0.05 maka hasil uji statistik itu dikatakan signifikan. Artinya bahwa hasil uji statistik itu bermakna bukan hanya pada sampelnya saja tetapi juga bisa digeneralisasikan pada populasinya. Sedangkan Apabila dari hasil uji statistik didapatkan harga p > 0.05 maka hasil uji statistik itu dikatakan tidak signifikan. Artinya bahwa hasil uji statistik itu tidak bermakna dan tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi pada populasi (Winarsunu, 2004). Jika menggunakan bantuan SPSS 13.0 for Windows, Nilai p dilihat pada significant (2-tailed).

Hasil pengukuran hasil belajar biologi dengan menggunakan independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 4.


(61)

Tabel 4

Hasil uji independent sample t-test terhadap nilai biologi

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Hasil Belajar Biologi

Equal variances

assumed 3,791 ,062 -,256 28 ,800

Equal variances not

assumed -,256 21.266 ,800

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai significant (2-tailed) pada hasil uji independent sample t-test terhadap hasil belajar biologi adalah 0.800. Karena nilai significant (2-tailed) > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan torso terhadap hasil belajar biologi secara signifikan.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh torso terhadap hasil belajar biologi dapat dihitung nilai effect sizes (d) dengan cara:

1. Mencari mean sample standard deviation (dengan cara menambahkan standard error dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen kemudian dibagi dua).

2. mencari nilai effect sizes (d) dengan cara mengetahui selisih nilai mean kelompok kontrol dan kelompok eksperimen kemudian membaginya dengan mean sample standard deviation.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1996). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Bahtiar. (2004). Gaya Bahtiar mengajar Kimia. [on-line]. http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1106067346.

Tanggal akses 19 Mei 2007.

Balfas, S. (2006). Mengembangkan SDM dengan teknologi pendidikan. [on-line] .

http://www.pikiran-rakyat.com.htm. Tanggal akses 21 Januari 2007.

Biologi. [on-line]. http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi. Tanggal akses 18 Mei 2007.

Darojatin, I. (2003). Perbedaan penggunaan media pembelajaran materi

pembelahan mitosis-miosis terhadap prestasi belajar siswa SLTP Negeri 3

Batu. [on-line].

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-idhadaroja-1028 Tanggal akses 20 Mei 2007.

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Furqan, M. (2007). Media pembelajaran. [on-line] .

http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article_id=6 0902. Tanggal akses 7 Mei 2007.

Hadi, S. (2000). Metodologi research. Jilid I-IV. Yogyakarta: Andi Offset.

Hariyanti, E. (2000). Uji Coba model pembelajaran pendidikan luar ruang

mata pelajaran Biologi. [on-line].

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/SegJas/Edisi_14_th_VII_20 00/Ujicoba_Model.htm. Tanggal akses 20 Mei 2007.


(2)

Hartono, H. S. (2006). Prestasi belajar IPA siswa SMU Negeri (hasil pemeriksaan

dan pengawasan). [on-line]. http://prestasi belajar ipa siswa smu

negeri.htm. Tanggal akses 19 Mei 2007.

Hasymi, M. A. (2002). Teknologi pendidikan. [on-line] .

http://artikel.us/malihasymi.html. Tanggal akses 21 Januari 2007.

Ikhsan, M. (2007). Prinsip pengembangan media pembelajaran. [on-line] .

http://muhamadikhsan.multiply.com/journal/item/25. Tanggal akses 7 Mei 2007.

Kerlinger, F.N. (2002). Azas-azas penelitian behavioral (edisi ke-3). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Latipun. (2004). Psikologi eksperimen. Edisi kedua. Malang: UMM Press.

Madjid, A. (2006). Perencanaan pembelajaran. Edisi ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Metode pembelajaran yang atraktif untuk meningkatkan ketertarikan siswa.

(2006). [on line]. http://www.umy.ac.id/berita.php?id=500. Tanggal akses 28 Maret 2007.

Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Prawirohartono, S. (2004). Biologi sains 2.A untuk kelas 2 SMP kurikulum 2004. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Santrock, J. W. (2004). Educational psychology. Second edition. New York: McGraw Hill.


(3)

Sevilla, C. G., Ochave, J.A., Punsalan. T. G., Regala, B. P., Uriarte, G. G. (1993).

Pengantar metodologi penelitian. Jakarta: UI Press.

Shabri, H. A. (2005). Strategi belajar mengajar micro teaching. Jakarta: Quantum Teaching.

Sudjana, N. (2005). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjipto. (2001). Suatu kebutuhan yang tidak pernah terlambat. [on-line]. http://smptrisila.multiply.com/reviews/item/1. Tanggal akses 20 Mei 2007.

Sukamto. (2006). Kreatifitas pemanfaatan media pembelajaran. [on-line]. http://mbeproject.net/mbe137.html. Tanggal akses 20 Mei 2007.

Suryabrata, S. (2001). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Syaifudin. (2004). Guru berprestasi tingkat nasional. [on-line]. http://www.suaramerdeka.com/harian/0408/28/ked3.htm. Tanggal akses 19 Mei 2007.

Syamsuri, I., Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu, S. E. (2004). Buku pelajaran sains

biologi untuk SMP kelas VIII Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Torso. [on-line]. http://id.wikipedia.org/wiki/Model_bagian_tubuh_manusia.

Tanggal akses 12 November 2007.

Wittich & Schuller. (1957). Audio-visual materials. 2nd edition. New York: Harper & Brothers.


(4)

L A M P I R A N A

DATA SUBJEK PENELITIAN YANG

DIKENAKAN MATCHING

DISTRIBUSI SKOR MENTAH TRY OUT

DISTRIBUSI SKOR AITEM YANG DITERIMA


(5)

L A M P I R A N B

DATA MENTAH HASIL PENELITIAN

UJI ASUMSI

-

UJI NORMALITAS

-

UJI HOMOGENITAS


(6)

L A M P I R A N C

RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

TES HASIL BELAJAR BIOLOGI SEBELUM

UJICOBA

TES HASIL BELAJAR BIOLOGI SETELAH

UJI COBA