I N TERVEN SI KORON ER PERKUTAN PADA AN GGI N A PEKTORI STABI L I N TERV EN SI KORON ER PERKUTAN PAD A SI N D ROM A KORON ER AKUT

Berikut ini akan ditunjukkan peranan penggunaan intervensi koroner perkutan pada Penyakit Jantung Koroner PJK. 8,9,10,11,12

A. I N TERVEN SI KORON ER PERKUTAN PADA AN GGI N A PEKTORI STABI L

Sampai saat ini ada 3 penelitian randomisasi yang membandingkan intervensi koroner perkutan IKP dengan terapi medikal yakni penelitian ACME, ACIP, dan AVERT. Pasien dengan penyakit arteri koroner yang luas m ult ivessel , dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk mempunyai survival yang lebih lama setelah operasi pintas koroner meskipun pasien asimtomatis. Pada pasien PJK stabil, tindakan intervensi koroner perkutan IKP dilakukan hanya pada pasien dengan adanya keluhan dan tanda- tanda iskemik akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Pada penelitian-penelitian awal dijumpai manfaat yang lebih kecil terhadap survival pasien yang dilakukan IKP tanpa st ent dibandingkan dengan operasi pintas koroner. Tetapi dengan adanya st ent dan s t ent bersalut obat DES-Drugs Eluting St ent serta tersedianya obat-obatan ajuvan maka tindakan IKP saat ini menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan operasi pintas koroner. Pada oklusi total kronik CTO angka keberhasilan IKP masih tetap rendah. Bila oklusi dapat ditembus oleh guide w ir e dan lumen distal dapat dicapai maka implantasi st ent dapat dilakukan seperti ditunjukkan penelitian GISSIC, PRISON, SARECCO, SICCO, SPACTO, STOP dan TOSCA. Tindakan IKP dapat juga dilakukan pada pasien dengan m ult iv essel pembuluh darah banyak terlibat, left m ain LM-pembuluh koroner utama kiri. 13,14

B. I N TERV EN SI KORON ER PERKUTAN PAD A SI N D ROM A KORON ER AKUT

1 . Sin dr om a Kor on e r Ak u t Ta n p a Pe n in gk a t a n Se gm e n ST N STEM I Pada NSTEMI dan angina pekt or is t ak st abil APTS tindakan intervensi koroner perkutan bertujuan mengurangi kejadian morbiditas dan mortalitas koroner di belakang hari. Pengobatan NSTEMI didasarkan pada stratifikasi risiko pasien risiko tinggi, sedang, dan rendah untuk timbulnya infark miokard atau kematian. 15,16 5 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Kriteria pasien risiko tinggi adalah: 17 - Angina nyeri dada berulang pada keadaan istirahat. - Perubahan segmen ST yang dinamis depresi segmen 0,1 mv atau elevasi segmen ST sementara 30 menit 0,1 mv. - Peningkatan nilai troponin I, troponin T, atau CK MB. - Pada periode observasi hemodinamis pasien tidak stabil. - Adanya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. - Angina tidak stabil pada pasca infark dini. - Diabetes melitus. Parameter-parameter lain yang menunjukkan risiko tinggi jangka panjang pada penderita NSTEMI adalah: 18 - Usia di atas 65-70 tahun. - Riwayat sebelumnya dari penyakit jantung koroner, infark miokard akut, intervensi koroner perkutan atau operasi pintas koroner. - Payah jantung kongestif, edema paru, desah regurgitasi mitral yang baru. - Peningkatan petanda inflamasi C r eact ive pr ot ein , fibrinogen, dan interleukin 6. - Peningkatan BNP Brain Natriuretic Peptide atau Pro BNP. - Insufisiensi ginjal. Perlu diingat bahwa pasien yang tergolong dalam kelompok risiko tinggi mempunyai manfaat yang lebih besar bila dilakukan intervensi koroner perkutan dibandingkan dengan kelompok risiko rendah. Tindakan IKP pada penderita NSTEMI dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: 6 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Ga m ba r 1 . Re k om e n da si I KP pa da Pe n de r it a N STEM I ASAClopidogrelUFH Nitrate, -blocker High risk Low risk Initially planned Invasive strategy Immediate 2,5 hrs angio planned: GPI can be postponed Early 48 hrs angioplanned: Upstream GPI trofiban and eptifibatide Early non-invasive stress i PCI + abciximab or eptifibatide PCI + continuing tirofiban or eptifibatide PCI provisional abciximab or eptifibatide Initially planned Conservative strategy Medical treatment Patient presenting w ith NSTEMI Berdasarkan hasil 3 penelitian terbaru yakni Frisc II Fr agm in and Fast Revascular izat ion Dur ing I nst abilit y in Cor onar y Ar t er y Disease , TACTICS – TIMI 18 Tr eat Angina w it h Aggr ast at and Det er m ine Cost of Ther apy w it h I nvasive of Conser v at ive St r at egy- Thr om bolysis in Myocar dial I nfar ct ion dan RITA–3 Random ized I nt er vent ion Tr ial of Unst able Angina maka tindakan invasif harus dikerjakan dalam 48 jam setelah gejala pertama timbul. Sedangkan penelitian ISAR–Cool I nt r acor onar y St ent ing w it h Ant it hr om bot ic Regim en Cooling Off Tr ial pada risiko tinggi menunjukkan bahwa intervensi koroner perkutan segera im m ediat e PCI yang dilakukan dalam waktu lebih kecil 2,5 jam dapat mengurangi kematian dari segala penyebab dan nonfatal infark miokard pada 30 hari dibandingkan dengan strategi konservatif. 7 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 2 . Sin dr om a Kor on e r Ak u t d e n ga n Ele v a si Se gm e n ST STEM I STEMI didefinisikan sebagai pasien-pasien dengan riwayat nyeri dada yang khas nyeri infark di mana hasil elektrokardiografi dijumpai peningkatan segmen ST yang menetap atau adanya left bundle br anch block yang baru. IKP untuk STEMI membutuhkan tim yang berpengalaman yang terdiri dari kardiologis intervensi dengan bantuan staf yang terampil. Strategi reperfusi berupa IKP telah menjadi modalitas pengobatan yang sangat penting dari STEMI dan banyak mengalami kemajuan pada tahun- tahun terakhir ini. Sedangkan terapi trombolitik di mana dapat digunakan secara luas, mudah diberikan dan tidak mahal tetap merupakan pilihan alternatif. IKP primer telah terbukti lebih superior dibandingkan terapi trombolitik dalam pencapaian TIMI 3 flow perfusi komplit, iskemik berulang sedikit, mortalitas 30 hari lebih baik dan insiden stroke perdarahan yang lebih rendah. 19 Panduan dari Perhimpunan Kardiologi Eropa ESC tahun 2005 dan American College of Cardiology ACC menyatakan bahwa tindakan IKP sama efektifnya dengan terapi trombolitik bila pasien datang di bawah 3 jam setelah serangan pertama, akan tetapi bila pasien datang lebih dari 3 jam maka manfaat trombolisis lebih kecil bila dibandingkan dengan IKP. Panduan IKP pada penderita STEMI dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. 8 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Ga m ba r 2 . Re k om e n da si I KP pa da Pe n de r it a STEM I Primary PCI Rescue PCI Post thrombolysis PCI Predischarge ischemia PCI 24 hours not available PCI 24 hours available STEMI Within 12 hours after onset of symptoms Patient presenting in a hospital with PCI Patient presenting in a hospital without PCI Thrombolysis Immediated transfer 3-12 hours 3 hours Successful Failed Ischemia guided PCI I KP Pr im e r pa da STEM I IKP primer didefinisikan sebagai tindakan intervensi pada culprit vessel pembuluh darah yang terlibat serangan dalam 12 jam setelah onset nyeri dada, tanpa sebelumnya diberi trombolitik atau terapi lain untuk menghancurkan penyumbatan tersebut. IKP primer pertama sekali dilakukan tahun 1979 yakni 2 tahun setelah diperkenalkan PTCA oleh 9 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Gruentzig tetapi sampai saat ini banyak penelitian randomisasi terkontrol menunjukkan bahwa IKP primer lebih unggul dibandingkan trombolisis intravena untuk pengobatan STEMI. Ini disebabkan karena tindakan IKP primer sangat efektif mengembalikan patensi pembuluh darah koroner mengurangi iskemik miokard berulang, pengurangan reoklusi koroner, pengurangan kejadian infark miokard berulang, memperbaiki fungsi ventrikel kiri, dan pengurangan kejadian stroke. Terbukti bahwa wanita dan pasien tua bermanfaat untuk tindakan IKP primer dibandingkan trombolisis. 20,21 Penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa IKP primer lebih baik dari trombolisis adalah penelitian-penelitian PAMI, GUSTO-IIb, C-PORT, PRAGUE-1, PRAGUE-2, dan DANAMI-2. Pasien dengan keluhan nyeri dada dalam 12 jam yang datang di rumah sakit tanpa fasilitas IKP dan mempunyai kontraindikasi untuk tindakan trombolisis seharusnya segera dikirim ke rumah sakit dengan fasilitas IKP untuk angiografi dan jika memungkinkan IKP primer dilakukan. 22 Kontraindikasi absolut untuk trombolisis adalah diseksi aorta, stroke perdarahan, traumapembedahan besar yang baru dilaksanakan, perdarahan saluran cerna satu bulan terakhir ataupun adanya gangguan perdarahan gangguan hemostasis yang berat. Perlu diingat bahwa pasien dengan kontraindikasi trombolisis mempunyai morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Pada keadaan tersebut di atas IKP primer adalah aman dan sangat bermanfaat. Penelitian-Penelitian yang menyokong keunggulan IKP primer meskipun diperlukan transfer pasien dari rumah sakit tanpa fasilitas IKP ke rumah sakit dengan fasilitas IKP adalah Limburg LIMI, PRAGUE-1, PRAGUE-2, AIR-PAMI, dan DANAMI-2. Penelitian DNAMI-2 adalah penelitian pertama yang menunjukkan secara bermakna penurunan tujuan akhir primer dari kematian, infark berulang, dan stroke setelah dilakukan IKP primer meskipun transfer pasien menyebabkan keterlambatan. 23 Dalam 3 jam pertama setelah keluhan nyeri dada maka tindakan trombolisis merupakan alternatif pilihan di samping IKP primer seperti ditunjukkan oleh penelitian PRAGUE-2, STOPAMI-1, dan –2, MITRA, MIR, dan CAPTIM, dengan demikian dalam 3 jam pertama setelah onset nyeri dada maka kedua strategi reperfusi tersebut trombolisis dan IKP primer sama efektifnya dalam mengurangi luasnya infark dan angka kematian. Bila onset nyeri dada terjadi dalam 3-12 jam maka IKP primer terbukti menunjukkan manfaat yang lebih besar dibandingkan trombolisis dalam menyelamatkan otot miokard dan mencegah terjadinya stroke. 24,25,26 10 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa IKP primer merupakan pilihan pada pasien dengan kontra indikasi trombolisis, syok kardiogenik dan trombolisis yang gagal yakni gagalnya resolusi segmen ST pada 60-90 menit setelah pemberian obat trombolitik dan keluhan nyeri dada menetap. Penelitian dari Cleveland Clinic America menunjukkan manfaat tindakan IKP pada trombolisis yang gagal Rescue PCI. Penggunaan st ent s gorong- gorong pada IKP primer sangat dianjurkan untuk mencegah retrombosis. Setelah trombolisis yang berhasil maka pasien sebaiknya dapat dilakukan evaluasi invasif dan dilakukan pemasangan st ent gorong-gorong pada lesi yang terlibat culprit lesions. Hal ini ditunjukkan oleh 4 penelitian yakni: SIAM III, GRACIA-I, CAPITAL-AMI dan LPLS. Dengan demikian walaupun trombolisis berhasil tidak akan dipandang sebagai pengobatan akhir dan mottonya adalah ”Lyse now, Stent Later”. 27,28 Tindakan IKP pada STEMI dapat disimpulkan bahwa setiap usaha dan cara harus dilakukan untuk mengurangi keterlambatan antara serangan pertama nyeri dada dan memulai tindakan reperfusi yang efektif dan aman pada pasien. Pengurangan waktu total iskemik adalah hal yang sangat penting tidak hanya untuk tindakan trombolitik tetapi juga untuk tindakan PCI primer Gambar 3. Mengurangi waktu dari mulai serangan pertama nyeri dada dan segera memulai tindakan pengobatan secara bermakna akan meningkatkan hasil akhir klinis. Usaha-usaha tersebut meliputi edukasi pasien dan memperbaiki organisasi dari penyediaan ambulans begitu juga mengoptimalkan prosedur dalam rumah sakit atau praktik pribadi. Tentu saja tindakan IKP primer dianjurkan di mana seluruh usaha harus dilakukan untuk memperpendek waktu antara kontak pertama terhadap medis dan tindakan IKP sebaiknya di bawah 90 menit, misalnya dengan langsung mengirim pasien STEMI ke unit kateterisasi tanpa melalui unit gawat darurat UGD agar waktu 90 menit ini dapat dicapai atau berkurang. 29,30 11 Harris Hasan: Intervensi Koroner Perkutan Pada penyakit Jantung koroner Dan Permasalahannya , 2007 Ga m ba r 3 . Pe n de k a t a n u n t u k M e n gu r a n gi Ke t e r la m ba t a n W a k t u pa da STEM I Solution Problem Patients’ delay: time between onset of symptoms emergency call Patient education Paramedics organisation HospitalPractice Organization Transport delay: time between emergency call patient contact Treatment delay: door-to-needle time first medical contact to needle door-to-balloon time first medical contact to balloon

C. TERAPI AJUV AN