I. PENDAHULUAN
Pasien dengan low vision merupakan seseorang yang dikarenakan gangguan ireversibel pada sistem visual, tidak dapat menggunakan penglihatannya dalam
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa alat bantu penglihatan yang khusus.
1
Walaupun low vision dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi terutama terjadi pada usia lanjut.
2
Hal ini sebagai akibat pertumbuhan populasi dan pergeseran kelompok umur yang lebih tua maka jumlah penduduk yang memiliki resiko low vision akan
meningkat. Diperkirakan bahwa 13,5 juta penduduk Amerika 45 tahun mengalami penurunan penglihatan dan lebih dari 23 berumur 65 tahun.
2,3,4
Kehilangan penglihatan menempati urutan ke-3 setelah arthritis dan penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umumnya membutuhkan bantuan di dalam
aktivitas sehari-hari.
3
Penyebab low vision bisa terjadi secara kongenital Lebers congenital amaurosis maupun acquired.
4,5,6
Age-Related Macular Degeneration AMD terjadi pada 45 penderita low vision.
2,3,5,7
Glaukoma dan retinopati diabetik merupakan penyebab yang paling sering setelah AMD.
2,3,4
Penatalaksanaan low vision yang efektif harus mempertimbangkan setiap tingkat fungsi individual, objektivitas visual dan alat bantu penglihatan yang tersedia.
Penanganan low vision harus dimulai di setiap stadium saat pasien mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas visual yang biasa. Walaupun umumnya terjadi
perburukan gangguan penglihatan, namun intervensi dini memungkinkan pasien menyesuaikan diri dengan teknik-teknik baru. Prognosis yang tidak pasti bukan
merupakan alasan untuk menunda pengobatan.
7
Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009
II. DEFINISI LOW VISION
Dikenal istilah-istilah di dalam membentuk kerangka kerja yaitu disorder, impairment, disability dan handicap. Istilah-istilah ini menggambarkan aspek-aspek
yang berbeda dari kondisi-kondisi pasien dan dapat diaplikasikan pada sejumlah organ tubuh atau sistem, termasuk sistem visual.
8
Disorder. Aspek ini merujuk pada perubahan anatomi atau fisiologi organ. Biasanya dideskripsikan dalan istilah-istilah anatomis, contohnya : kekeruhan cornea, katarak,
sikatrik retina.
8
Impairment. Terjadi perubahan pada fungsi organ, meliputi keterbatasan ketajaman penglihatan, lapang pandangan, sensitivitas kontras atau penglihatan warna. Skala
pengukuran yang bervariasi telah dikembangkan untuk setiap fungsi ini.
8
Disability. Merujuk pada ketrampilan dan kemampuan pasien. Sebagai contoh, pasien dengan sikatrik cornea pada 1 mata akan mengalami kerusakana penglihatan pada
mata tersebut tetapi pasien dapat mengerjakan tugas-tugas secara binokular. Disability digambarkan dalam konteks ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari,
kemampuan membaca, menulis dan orientasi.
8
Handicap. Merupakan konsekuensi sosioekonomi dari disability. Biasanya digambarkan dengan usaha keras yang harus dilakukan pasien untuk mencapai tujuan
yang sama dengan orang-orang normal.
8
Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009
DISORDER
Anatomic changes
IMPAIRMENT
Functional changes
DISABILITY
Skills and abilities affected
HANDICAP
Socioeconomic consequences
EXAMPLES
Inflammation Atrophy
Scar Visual acquity
Visual field Contrast sensitivity
Reading Writing
Daily living Mobility
Extra effort Loss of independent
ORGAN PATIENT
Bagan 1. Aspek-Aspek Low Vision From Fig.1-1: Fletcher DC. Low Vision Rehabilitation.Ophthalmology Monographs, American Academy Of Ophthalmology, 1999, p.2
Definisi low vision berdasarkan kuantitas pengukuran tajam penglihatan dan lapang pandangan. World Health Organization WHO mendefinisikan low vision pada
tahun 1992 sebagai berikut :
Seorang dengan low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi penglihatan setelah penatalaksanaan danatau koreksi refraksi
standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 618 2060 terhadap persepsi cahaya atau lapang pandangan kurang dari 10
dari titik fiksasi.
3
Definisi terbaru low vision meliputi pengukuranpemeriksaan sensitivitas kontras, skotoma sentral atau parasentral
3
serta keluhan peningkatan kepekaan terhadap cahaya, kelainan persepsi warna, adaptasi gelap, motilitas mata dan fusi.
7,9
Nurchaliza Hazaria Siregar : Low Vision, 2009
III. KLASIFIKASI