Kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010

Albert Prawira

Kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

xi + 60 halaman

Perbedaan pola makan antara vegetarian dan non vegetarian dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada umat vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. Jenis penelitian adalah survei deskriptif. Sampel terdiri atas 74 vegetarian dan 65 non vegetarian. Pemeriksaan oral higiene dan karies gigi masing-masing menggunakan indeks OHIS Greene dan Vermillion dan indeks DMFT Klein, sedangkan pengumpulan data tentang pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada responden diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan skor OHIS rata-rata kelompok vegetarian adalah 2,20 dan non vegetarian adalah 2,52. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,78 dan non vegetarian adalah 7,02. Pola makan pada vegetarian dan non vegetarian berupa konsumsi sumber karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan secara keseluruhan hampir sama, perbedaannya adalah pada konsumsi sumber protein. Pada vegetarian, sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah


(2)

kedelai dan hasil olahannya, sedangkan pada non vegetarian adalah daging. Waktu menyikat gigi pada vegetarian sebagian besar adalah pada waktu sehabis makan pagi dan sebelum tidur, sedangkan pada non vegetarian adalah pada waktu mandi pagi dan sore.


(3)

KOND

V

DISI OR

VEGETA

MAH

Dia syarat

F

UN

RAL HIG

ARIAN D

HA VIHA

ajukan untuk guna memp A

FAKULTA

NIVERSI

GIENE D

DAN NO

ARA MA

SKRIP k memenuhi peroleh gelar Oleh ALBERT PR NIM : 060

AS KEDO

ITAS SUM

MEDA

201

DAN KA

ON VEG

AITREY

PSI

i tugas dan m r Sarjana K

h : RAWIRA 060077

OKTERAN

MATERA

AN

0

ARIES G

GETARIA

YA MEDA

melengkapi Kedokteran G

N GIGI

UTARA

GIGI PAD

AN DI

AN

i Gigi

DA


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Maret 2010

Pembimbing Tanda tangan

Simson Damanik, drg., M.Kes ……….


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 11 Maret 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Sondang Pintauli, drg., Ph.D ANGGOTA : Oktavia Dewi, drg., M.Kes

Simson Damanik, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan untuk mengeluarkan surat izin penelitian.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberi izin pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Sondang Pintauli, drg., Ph.D dan Oktavia Dewi, drg., M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan yang berharga untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.


(7)

5. Amrin Thahir, drg selaku penasehat akademik yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.

6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD., SpJP(K) selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

7. Pdt. Satya Vira selaku pimpinan Maha Vihara Maitreya Medan yang telah bersedia membantu penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan denganbaik.

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda Hans Tantono dan ibunda Maria yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kapada penulis.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Frisca, Steven, Antony, Vincent, Calvin, Dahnil, Kriswandi, Martono, Chuan, Jo, Liang, CK, Steven Jr, Ulipe, Theresia, Trisna, Ellysa, Vera, Veronica, Sri Wahyuni, Ilmiah, Netty serta teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2010 Penulis,

(Albert Prawira)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vegetarian 9

2.2 Jenis-jenis Vegetarian 9

2.3 Pola Makan Vegetarian 11

2.3.1 Karbohidrat 12

2.3.2 Protein 12

2.3.3 Lemak 13

2.3.4 Vitamin 14

2.3.5 Mineral 14

2.3.6 Serat 15

2.3.7 Piramida Makanan Vegetarian 15

2.4 Pola Makan Non Vegetarian 16

2.5 Oral Higiene 17


(9)

2.7 Efek Pola Makan Vegetarian Pada Kesehatan Gigi dan

Mulut 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 25

3.2 Populasi dan Sampel 25

3.3 Penentuan Besar Sampel 25

3.4 Variabel Penelitian 27

3.5 Definisi Operasional Variabel 28

3.6 Cara Pengumpulan Data 31

3.7 Pengolahan Data 35

3.8 Analisis Data 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden 36

4.2 Indeks Oral Higiene 38

4.3 Pengalaman Karies 38

4.4 Pola Makan dan Waktu-waktu Menyikat Gigi Pada

Vegetarian dan Non Vegetarian 46

BAB 5 PEMBAHASAN 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 53

6.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 56


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Distribusi responden vegetarian dan non vegetarian berdasarkan umur di

Maha Vihara Maitreya Medan 36

2. Distribusi responden vegetarian dan non vegetarian berdasarkan jenis

kelamin di Maha Vihara Maitreya Medan 37

3. Distribusi responden vegetarian dan non vegetarian berdasarkan

pendidikan di Maha Vihara Maitreya Medan 37

4. Skor oral higiene rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha

Vihara Maitreya Medan 38

5. DMFT rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian berdasarkan

kelompok umur di Maha Vihara Maitreya Medan 42 6. DMFT rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian berdasarkan jenis

kelamin di Maha Vihara Maitreya Medan 43

7. DMFT rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian berdasarkan tingkat

pendidikan di Maha Vihara Maitreya Medan 44

8. DMFT rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara

Maitreya Medan 45

9. Persentase konsumsi makanan sumber karbohidrat pada vegetarian dan

non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan 46 10. Persentase konsumsi makanan sumber protein pada vegetarian dan non

vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan 47

11. Persentase konsumsi makanan sumber vitamin dan mineral (golongan sayur-sayuran) pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara

Maitreya Medan 48

12. Persentase konsumsi makanan sumber vitamin dan mineral (golongan buah-buahan) pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara


(11)

13. Persentase waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

2. Lembar persetujuan untuk menjadi subjek penelitian 3. Kuesioner survei pendahuluan

4. Lembar pemeriksaan oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan

5. Kuesioner penelitian mengenai pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan

6. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Maha Vihara Maitreya Medan 7. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010

Albert Prawira

Kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

xi + 60 halaman

Perbedaan pola makan antara vegetarian dan non vegetarian dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada umat vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. Jenis penelitian adalah survei deskriptif. Sampel terdiri atas 74 vegetarian dan 65 non vegetarian. Pemeriksaan oral higiene dan karies gigi masing-masing menggunakan indeks OHIS Greene dan Vermillion dan indeks DMFT Klein, sedangkan pengumpulan data tentang pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada responden diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan skor OHIS rata-rata kelompok vegetarian adalah 2,20 dan non vegetarian adalah 2,52. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,78 dan non vegetarian adalah 7,02. Pola makan pada vegetarian dan non vegetarian berupa konsumsi sumber karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan secara keseluruhan hampir sama, perbedaannya adalah pada konsumsi sumber protein. Pada vegetarian, sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah


(15)

kedelai dan hasil olahannya, sedangkan pada non vegetarian adalah daging. Waktu menyikat gigi pada vegetarian sebagian besar adalah pada waktu sehabis makan pagi dan sebelum tidur, sedangkan pada non vegetarian adalah pada waktu mandi pagi dan sore.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan gizi yang baik ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan Empat Sehat Lima Sempurna. Kemudian berkembang pola makan Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh vegetarian.1,2

Vegetarian atau vegetarianisme merupakan aliran dimana kaum penganutnya tidak mengonsumsi produk-produk hewani dan turunannya.3 Banyak alasan seseorang mengubah pola makan dari semula pemakan daging menjadi vegetarian seperti alasan kesehatan, ekonomi, etika dan alasan spiritual.4 Isu kesehatan menjadi salah satu alasan utama seseorang menjadi vegetarian. Makanan nabati ternyata berdampak sangat baik bagi kesehatan umum dan bisa menghindarkan atau mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil penelitian Campbell, diketahui bahwa 80-90% penyakit kanker, kardiovaskular dan degenerasi lainnya bisa dicegah sampai usia tua dengan hanya mengonsumsi makanan nabati.5 Alasan spiritual atau agama mendorong berkembangnya pola makan vegetarian, salah satunya di kalangan umat beragama Budha, aliran Maitreya. Aliran Maitreya sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan pola makan Kuartet Nabati atau pola makan vegetarian.1 Dari aspek etika, seseorang menjadi vegetarian karena berdasarkan pada prinsip bahwa manusia semestinya menghargai hewan sebagai


(17)

sesama makhluk hidup. Dalam bingkai perikemanusiaan, hewan jangan diperlakukan semena-mena. Sikap semena-mena, termasuk membunuh hewan secara keji, akan berimbas pada perilaku.6 Berdasarkan berbagai alasan tersebut, seseorang melakukan vegetarian dengan berbagai tipe. Bila hanya untuk alasan kesehatan maka ia akan menjadi semi-vegetarian, yaitu pada dasarnya hanya mengurangi makan daging, ikan dan produknya. Namun bila vegetarian dengan alasan spiritual dan alasan tidak menyakiti sesama makhluk, maka akan menerapkan vegetarian ketat (strict vegetarian).4

Hasil survei tahun 1997 melaporkan bahwa 1% penduduk Amerika Serikat adalah vegetarian. Angka ini meningkat menjadi 2,5% pada tahun 2000 dan 2,8% tahun 2003. Penduduk Inggris yang vegetarian pada tahun 1987 sebanyak 3%, meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 1997 menjadi 5,4%. Survei Newspoll pada tahun 2000 melaporkan 2% penduduk Australia adalah vegetarian dan 18% penduduk lebih menyukai makanan vegetarian. Lebih dari 50% penduduk India pada tahun 2003 adalah vegetarian. Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesia Vegetarian Society (IVS) saat berdiri pada tahun 1998 sekitar lima ribu orang dan meningkat menjadi enam puluh ribu pada tahun 2007. Hasil survei ini menunjukkan bahwa sekarang ini pola makan vegetarian mulai semakin diminati oleh masyarakat di negara-negara maju maupun berkembang.7

Perbedaan pola makan vegetarian dan non vegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan proporsi asupan makanan nabati.1 Vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat atau Kuartet Nabati sebagai panduan penyusunan menu, yang terdiri atas palawija (padi-padian), sayur-sayuran,


(18)

buah-buahan dan legum (kacang-kacangan).1,2 Vegetarian yang berpantang daging harus mencukupi kebutuhan protein dari produk nabati seperti kacang-kacangan, sayuran berprotein tinggi, kedelai serta berbagai jenis hasil olahannya seperti tahu, tempe, dan lain sebagainya.3 Vegetarian mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau bersifat alami, namun sebagian vegetarian ada pula yang mengonsumsi makanan yang bersifat non alami, yang biasa disebut dengan istilah daging buatan. Daging buatan ini banyak mengandung gluten atau zat tepung yang diolah sedemikian rupa sehingga bentuk dan rasanya menyerupai daging asli.1

Non vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri atas padi-padian, lauk pauk (daging, ikan, telur), sayur-sayuran, buah-buahan dan susu. Pola makan non vegetarian tidak membatasi konsumsi makanan pada produk nabati, tetapi juga mengikutsertakan produk hewani.1

Pola makan vegetarian mengonsumsi makanan berserat dan makanan kaya karbohidrat dengan proporsi yang lebih besar dari non vegetarian.1 Penelitian Brodribb, dkk. melaporkan bahwa rata-rata asupan serat pada vegetarian berkisar 40 gram/hari, lebih tinggi daripada asupan serat non vegetarian yang hanya berkisar 20 gram/hari.8

Pola makan vegetarian yang kaya akan makanan berserat dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari keberadaan plak gigi. Menurut McDonald dan Avery, kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah.1


(19)

Penelitian Johansson, dkk. dari Universitas King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat oral higiene pada vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian.1,9

Penelitian Eka Chemiawan, dkk. dari Universitas Padjadjaran melaporkan bahwa rata-rata skor OHIS (Oral Hygiene Index Simplified) anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta sebesar 1,66 dan non vegetarian sebesar 2,15. Hal ini menunjukkan bahwa di Jakarta tingkat oral higiene anak-anak vegetarian lebih baik daripada anak-anak non vegetarian.1

Usaha pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada 3 cara yang digunakan dalam kontrol plak, yaitu cara mekanik, kemis dan modifikasi metode mekanik dan kemis.10 Sampai saat ini, kontrol plak masih mengandalkan pada pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan menyikat gigi.10,11 Plak merupakan faktor risiko terjadinya karies.12

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Ada 4 faktor yang berhubungan dengan karies, yaitu faktor host (gigi), faktor agen (mikroorganisme), faktor substrat (makanan) serta waktu. Selain keempat faktor tersebut, terdapat pula faktor-faktor risiko lain seperti plak, oral higiene, sekresi saliva, buffer saliva, pemberian fluor, umur, jenis kelamin dan sosial ekonomi. Indeks yang digunakan untuk mendapatkan data tentang status karies adalah indeks DMFT.12


(20)

Di samping asupan serat yang lebih tinggi, vegetarian juga mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang lebih besar dari non vegetarian.1 Di satu pihak, proses mengunyah makanan berserat dapat meningkatkan produksi saliva, yang berperan dalam mengurangi pembentukan plak gigi dan karies.1,13-15 Namun di lain pihak, makanan kaya karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat difermentasikan oleh bakteri dalam mulut sehingga berisiko menimbulkan karies gigi.1,16

Pada penelitian Sudha, dkk. (2005) terhadap anak-anak di Mangalore City dilaporkan bahwa prevalensi karies dan skor DMFT pada anak vegetarian lebih rendah daripada anak non vegetarian. Pada anak vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 78,70% dan skor DMFT bernilai 0,81. Sedangkan pada anak non vegetarian, prevalensi kariesnya adalah 87,60% dan skor DMFT bernilai 1,17.17 Penelitian Sharma, dkk. (1978) terhadap masyarakat yang menderita karies di Bombay melaporkan bahwa 45% adalah vegetarian dan 55% adalah non vegetarian.18 Sebaliknya, pada penelitian Abdul Arif Khan, dkk. (2008) terhadap masyarakat yang menderita karies di Gwalior, India dilaporkan bahwa 85,57% adalah vegetarian dan 6,73% adalah non vegetarian.19 Pada penelitian Sherfudhin, dkk. terhadap mahasiswa vegetarian dan non vegetarian di Saveetha Dental College, Madras, India dilaporkan bahwa skor DMFT pada mahasiswa vegetarian adalah 1,13, sedangkan pada mahasiswa non vegetarian adalah 0,64.9

Pada penelitian Jainkittivong, dkk. (1997) di Thailand dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi karies yang signifikan antara vegetarian dan non vegetarian, yakni 58,5% pada vegetarian dan 60,8% pada non vegetarian. Skor DMFT antara kedua kelompok juga tidak berbeda secara signifikan (p>0,05).20


(21)

Dari penelitian-penelitian di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat hasil yang berbeda-beda dari terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Ada hasil yang menyatakan bahwa status karies lebih baik pada vegetarian, ada yang menyatakan status karies justru lebih buruk pada vegetarian dan ada juga yang menyatakan tidak ada perbedaan status karies antara vegetarian dan non vegetarian.

Penelitian mengenai oral higiene dan karies gigi pada masyarakat dengan pola makan vegetarian dan non vegetarian di Medan masih belum pernah dilakukan. Selain itu, masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian mengenai terjadinya karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di berbagai tempat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada masyarakat vegetarian dan non vegetarian di Medan, khususnya di Maha Vihara Maitreya yang merupakan Vihara Maitreya pusat dan terbesar di Medan. Maha Vihara Maitreya berada di bawah naungan Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI). KVMI merupakan suatu perkumpulan vegetarian aliran Maitreya yang tersebar di Indonesia. Walaupun aliran Maitreya sangat menganjurkan pola makan vegetarian pada umatnya, namun pola makan vegetarian merupakan pilihan masing-masing individu tanpa ada tekanan atau paksaan, sehingga masih ada umat yang menjalankan pola makan non vegetarian.


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti: bagaimana kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum:

Untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui skor oral debris dan kalkulus rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

2. Untuk mengetahui skor OHIS rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

3. Untuk mengetahui pengalaman karies gigi (DMFT) rata-rata pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

4. Untuk mengetahui pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian, serta diharapkan dapat menjadi masukan dalam hal perencanaan program kesehatan gigi masyarakat,


(23)

khususnya masyarakat dengan pola diet vegetarian dan non vegetarian, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut ke arah yang lebih baik.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vegetarian

Vegetarian berasal dari kata vegetus, yang artinya lincah, segar dan penuh dengan daya semangat hidup.21 Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni pengertian sebagai kata benda dan kata sifat. Sebagai kata benda, berarti orang yang berpantang makan daging, tetapi hanya makan sayur-sayuran dan bahan makanan nabati lainnya. Sebagai kata sifat, vegetarian berarti tidak mengandung daging atau kebiasaaan berpantang daging. Dengan demikian, kaum vegetarian sudah tentu akan menjauhkan diri dari makanan yang mengandung daging.22

2.2 Jenis-jenis Vegetarian

Kata vegetarian mengacu pada pola makan tanpa daging hewani. Produk-produk hewani lainnya seperti susu sapi, telur ayam dan madu dihindari oleh sebagian orang vegetarian yang percaya bahwa pola makan seharusnya berdasarkan atas makanan-makanan nabati. Jenis-jenis vegetarian dijelaskan menurut ukuran sejauh mana menghindari produk-produk hewani, dari pola makan pseudo-vegetarian yang meliputi sebagian dari daging hewan hingga vegan murni, yang menghindari segala macam produk yang berasal dari hewan.23 Jenis-jenis vegetarian tersebut antara lain:


(25)

1. Vegan

Vegan kadang diartikan sebagai vegetarian murni, atau vegetarian total. Vegan (istilah yang mengambil suku kata pertama dan terakhir dari kata “vegetarian”) tidak memakan produk hewani apapun.

Kelompok vegetarian ini meninggalkan sama sekali produk hewani dan turunannya, termasuk gelatin, keju, yoghurt. Selain itu, mereka juga menghindari madu, royal-jelly, dan produk turunan serangga. Sebagian besar orang vegan menghindari madu karena dibuat oleh lebah, yang sering terbunuh pada saat pengambilan madu dari sarangnya. Mereka juga menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.3,23 2. Vegetarian Lacto

Vegetarian Lacto adalah tipe vegetarian yang mengonsumsi bahan pangan nabati dan berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan, dan telur beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi susu.3

3. Vegetarian Ovo

Vegetarian Ovo adalah tipe vegetarian yang berpantang makan daging ternak, daging unggas, ikan dan susu beserta produk olahannya namun masih mengonsumsi telur.24,25,26

4. Vegetarian Lacto-Ovo

Vegetarian Lacto-Ovo adalah tipe vegetarian yang paling umum ditemui. Tipe ini tidak mengonsumsi segala jenis daging, baik daging ternak ataupun daging unggas dan juga ikan. Namun, mereka masih mengonsumsi susu dan telur.3,24,25,26


(26)

5. Pseudo-vegetarian

Karena kepercayaan yang salah bahwa vegetarian adalah orang yang hanya menghindari “daging merah” maka banyak orang yang menyebut dirinya sebagai vegetarian walaupun memakan daging ayam dan ikan secara rutin. Karena unggas dan ikan adalah termasuk hewan, pola makan demikian paling baik diistilahkan sebagai pseudo-vegetarian. Tipe vegetarian ini kadang juga dinamakan dengan istilah pollo-vegetarian atau pesco-vegetarian.23

Pollo-vegetarian adalah tipe vegetarian yang masih mengonsumsi daging unggas, seperti daging ayam, kalkun dan bebek tapi tidak mengonsumsi jenis daging lainnya.24 Sedangkan pesco-vegetarian atau juga dikenal dengan pescatarian adalah tipe vegetarian yang menghindari segala jenis daging, namun masih mengonsumsi ikan.24,26

6. Semi Vegetarian atau Flexitarian

Flexitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi daging sekali atau dua kali dalam seminggu atau pada saat-saat tertentu saja.24,25

7. Fruitarian

Fruitarian adalah tipe vegetarian yang hanya mengonsumsi buah-buahan sebagai makanan sehari-hari.24,25

2.3 Pola Makan Vegetarian

Pola makan Kuartet Nabati yang dijalankan oleh vegetarian merupakan sajian sehari-hari yang dirancang oleh Physicians Committee for Responcible Medicine untuk mencapai kesehatan yang optimal. Kuartet Nabati ini antara lain terdiri atas


(27)

palawija (padi-padian), sayur-sayuran, buah-buahan dan legum (kacang-kacangan) yang kaya akan karbohidrat kompleks dan serat makanan serta mencakup protein, asam lemak esensial dan vitamin serta mineral.2 Pola diet vegetarian ini akan dibahas menurut kebutuhan nutrisi di dalam tubuh.

2.3.1 Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber utama energi tubuh. Kaum vegetarian tidak akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat karena memang karbohidrat merupakan penyusun utama sejumlah bahan pangan nabati. Bahan-bahan makanan sumber karbohidrat pada vegetarian adalah padi-padian dan hasil olahannya seperti nasi, bubur, ketan; gandum dan hasil olahannya seperti roti, biskuit, dan aneka jenis mi; jagung dan hasil olahannya seperti nasi jagung, kue jagung, maizena; umbi-umbian seperti kentang, ubi, singkong, talas; sereal lain seperti barley dan oat.3

2.3.2 Protein

Protein merupakan zat pembangun jaringan tubuh. Bahan-bahan makanan sumber protein pada vegetarian adalah kedelai serta berbagai jenis olahannya seperti tahu, tempe, miso, TVP (Textured Vegetable Protein), dan lain sebagainya; kacangan-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, dan lain sebagainya; beberapa jenis sayuran seperti kol dan wortel.

Protein dalam pangan nabati umumnya tidak lengkap karena tidak mengandung semua jenis asam amino esensial atau meskipun lengkap namun ada beberapa jenis yang hanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Asam amino esensial yang berada dalam jumlah sedikit biasanya adalah metionin, lisin atau triptofan. Oleh


(28)

karena itu, kaum vegetarian harus mau mengonsumsi sumber protein yang sangat bervariasi agar kebutuhan semua jenis asam amino dapat terpenuhi. Protein untuk lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian bisa didapatkan dari susu sedangkan untuk vegan dapat dengan mengkombinasikan berbagai jenis bahan nabati yang kaya akan protein.3

2.3.3 Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan pengangkut vitamin A, D, E dan K. Lemak nabati terdiri atas lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUFA), tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid/PUFA), dan lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA). Bahan-bahan makanan sumber lemak pada vegetarian berdasarkan jenis lemak, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Lemak tak jenuh tunggal, misalnya asam lemak omega-3 dari biji rami, dan minyak perilla.

b. Lemak tak jenuh jamak, misalnya omega-6 dari bunga kunyit, bunga matahari, wijen, minyak kedelai, dan kenari, mentega; omega-9 dari minyak zaitun, munyak kanola, minyak kedelai, minyak kacang macadamia, minyak kenari.

c. Lemak jenuh, yaitu pada minyak kelapa.

Vegetarian tipe vegan sulit memenuhi kebutuhan akan lemak. Kandungan asam lemak omega-3 dalam berbagai jenis makanan nabati memang sedikit. Untuk itu, diperlukan suplemen asam lemak omega-3 yang terdapat dalam biji rami. Lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan lemak karena masih bisa diperoleh dari produk susu dan telur.3


(29)

2.3.4 Vitamin

Vitamin dibutuhkan untuk metabolisme tubuh dan membantu pertumbuhan. Vitamin dapat ditemukan pada sebagian besar sayur-sayuran dan buah-buahan. Defisiensi vitamin yang sering dialami vegetarian terutama tipe vegan adalah defisiensi vitamin B12. Hal ini disebabkan oleh karena vitamin B12 hanya terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti hati, telur, susu, dan daging terutama daging sapi dan babi. Untuk itu, kaum vegan vegetarian memerlukan suplemen vitamin B12. Kaum lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 dari susu dan produk susu.3

2.3.5 Mineral

Mineral adalah substansi yang sangat diperlukan manusia untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi, maupun kesehatannya. Kebutuhan mineral dapat dipenuhi dari sayur-sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan. Salah satu jenis makro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah kalsium. Pada vegetarian vegan, kebutuhan kalsium dipenuhi dari sawi, bayam, brokoli serta kacang-kacangan. Pada lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian, kebutuhan kalsium dapat juga dipenuhi dari produk susu. Defisiensi mineral yang paling sering dialami vegetarian yaitu defisiensi zat besi dan zink. Zat besi banyak terdapat dalam daging merah, sedangkan zink banyak terdapat pada daging dan tulang dan hanya terdapat dalam jumlah sedikit pada tanaman.3


(30)

2.3 Ser sangat be bermanfaa seluruh ko kacang-kac 2.3 Sumb Gam a. biji-bijian (sebanyak

.6 Serat rat adalah nu

rmanfaat b at dalam m mponen Ku cangan.2,3

.7 Piramid

ber: www.he mbaran pira Pada tingk dan padi-p 6-11 bagian utrisi non-g bagi tubuh membersihka uartet Nabat da Makana Gambar ealthyliving amida maka kat paling b padian hen n).

gizi yang tid dalam me an gigi sec ti, yaitu bua

n Vegetaria

1. Vegetaria gonline.org/n anan vegetar bawah adala ndaknya dik

dak dapat di encegah be cara alamia ah-buahan, s

an

an food pyra newsletter/2 rian adalah s ah kelompo konsumsi d

icerna oleh erbagai jen ah.3,22,27 Se sayur-mayur

amid. 200210/vegp

sebagai beri ok sumber k dalam juml enzim penc nis penyaki erat terdapa r, padi-padi pyramid.htm ikut: karbohidrat ah paling cernaan, it serta at pada ian, dan ml seperti banyak


(31)

b. Pada tingkat di atasnya adalah kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan serat, vitamin dan mineral. Sayur-sayuran dikonsumsi sebanyak 3-5 bagian, sedangkan buah-buahan dikonsumsi sebanyak 2-4 bagian.

c. Tingkat berikutnya menunjukkan bahan makanan yang perlu dikonsumsi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan. Yang termasuk dalam tingkat ini adalah kelompok leguminosa, kacang-kacangan dan makanan pengganti daging, serta kelompok susu dan produknya. Masing-masing dikonsumsi sebanyak 2-3 bagian.

d. Pada tingkat paling atas adalah makanan yang kaya akan lemak, gula dan garam. Bagian ini dikonsumsi dalam jumlah paling sedikit.28

2.4 Pola Makan Non Vegetarian

Berbeda dengan pola makan vegetarian, pola makan non vegetarian tidak membatasi konsumsi makanan pada produk nabati, tetapi juga mengikutsertakan produk hewani. Non vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri atas palawija, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan susu.1

Hal utama yang paling membedakan pola makan non vegetarian dengan pola makan vegetarian adalah pada konsumsi makanan sumber protein (lauk pauk). Non vegetarian lebih banyak mengonsumsi protein hewani (daging, ikan, telur) untuk mencukupi kebutuhan protein dibandingkan dengan protein nabati (legum/kacang-kacangan, sayur-sayuran berprotein). Selain itu, non vegetarian juga lebih


(32)

mengutamakan konsumsi lemak hewani untuk mencukupi kebutuhan lemak dalam tubuh dibandingkan dengan lemak nabati.3

Bahan-bahan makanan sumber karbohidrat (palawija/padi-padian) serta makanan sumber vitamin dan mineral (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang dikonsumsi oleh non vegetarian pada umumnya hampir sama dengan vegetarian, perbedaannya hanya terletak pada proporsi makanan yang dikonsumsi. Non vegetarian pada umumnya mengonsumsi makanan kaya karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan dengan proporsi yang lebih kecil daripada vegetarian.1,3

Kadar asupan nutrisi pada pola makan non vegetarian juga berbeda dengan pola makan vegetarian. Menurut Barreto, pada umumnya makanan-makanan dalam pola makan non vegetarian kaya akan protein dan lemak, namun rendah dalam kandungan serat dan karbohidrat. Sedangkan makanan-makanan dalam pola makan vegetarian kaya akan serat, karbohidrat, vitamin dan mineral serta mampu mencukupi kebutuhan protein dan lemak.29

2.5 Oral Higiene

Tingkat oral higiene seseorang dilihat dari keberadaan plak dan kalkulus pada gigi. Plak dental adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.12 Plak terbagi atas plak supragingival dan plak subgingival. Plak supragingival berada pada atau koronal dari tepi gingiva, sedangkan plak subgingival berada apikal dari tepi gingiva.


(33)

Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur oral higiene. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit dan fisur permukaan gigi. Daerah penumpukan plak berkaitan sekali dengan berbagai proses yang berkaitan dengan penyakit gigi dan periodonsium. Plak supragingival dan plak subgingival yang berkaitan dengan gigi berperan dalam pembentukan kalkulus dan karies, sedangkan plak subgingival yang berkaitan dengan jaringan berperan dalam penghancuran jaringan lunak pada berbagai periodontitis.

Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi antar individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, serta faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.30 Jenis bakteri yang terdapat dalam plak adalah bakteri jenis Streptokokus dan Laktobasilus. Bakteri dalam plak yang diakui sebagai penyebab utama karies adalah Streptokokus mutans, oleh karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik.12

Penghilangan plak dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan konsumsi makanan berserat.13 Ada 3 cara yang digunakan dalam kontrol plak, yaitu cara mekanik, kemis dan modifikasi metode mekanik dan kemis. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan cara menggunakan sikat gigi manual.10 Frekuensi menyikat gigi adalah 3 kali sehari, setiap sehabis makan dan sebelum tidur. Kenyataannya, menggosok gigi 3 kali sehari tidak selalu dapat dilakukan, terutama ketika seseorang berada di sekolah, kantor atau tempat lainnya. Manson (1971) berpendapat bahwa menggosok gigi cukup 2 kali sehari, yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Lama penyikatan gigi yang baik adalah 3 menit.31,32 Cara lain untuk mengontrol plak dapat dilakukan secara kemis dengan berkumur-kumur


(34)

menggunakan larutan khusus atau mouthwash. Kontrol plak menggunakan modifikasi metode mekanik dan kemis dilakukan dengan cara mengunyah buah yang segar dan berserat. Beberapa buah segar yang berserat dan berair dapat menurunkan indeks plak, salah satunya adalah buah apel. Pengunyahan buah apel dapat memberikan efek positif pada oral higiene.10

Kalkulus adalah massa terkalsifikasi atau berkalsifikasi yang melekat ke permukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya kalkulus terdiri atas plak bakteri yang telah mengalami mineralisasi. Berdasarkan lokasi perlekatannya, kalkulus dapat dibedakan atas kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival. Kalkulus berperan dalam mempertahankan dan memperparah penyakit periodontal dengan jalan memegang plak sehingga berkontak rapat ke gingiva dan menciptakan daerah dimana penyingkiran plak adalah sukar bahkan tidak mungkin.30

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu.12 Untuk mendapatkan data tentang tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat digunakan indeks pengukuran kebersihan mulut.33 Indeks-indeks pengukuran kebersihan mulut yang ada adalah Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) dari Greene & Vermillion, indeks plak O’Leary, indeks plak Loe & Silness dan indeks plaque formation rate (PFRI).12,33 Indeks kebersihan mulut yang sering digunakan yaitu Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) dari Greene & Vermillion. Indeks ini merupakan indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian-penelitian epidemiologis. Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus.12


(35)

2.6 Karies

Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial. Ada 4 faktor yang memegang peranan yaitu faktor host, faktor agen atau mikroorganisme, faktor substrat atau diet, dan faktor waktu. Faktor host adalah morfologi gigi, struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Faktor agen atau mikroorganisme yang paling berperan yaitu bakteri Streptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies. Faktor substrat yang berperan adalah sukrosa. Sedangkan waktu yang diperlukan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.12

Faktor risiko karies dan akibatnya terhadap perkembangan lesi karies12, yaitu: Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah

Plak Plak banyak, berarti banyak bakteri yang dapat memproduksi asam

Plak sedikit, jumlah bakteri yang memproduksi asam juga berkurang, oral higiene baik Bakteri Bakteri kariogenik banyak,

sehingga menyebabkan pH rendah, plak mudah melekat

Bakteri kariogenik sedikit

Pola makan Konsumsi karbohidrat tinggi terutama sukrosa, makanan yang mudah melekat

Konsumsi karbohidrat rendah, dan diet makanan yang tidak mudah melekat

Sekresi saliva Aliran saliva berkurang mengakibatkan gula bertahan dalam waktu lama (daya proteksi saliva menurun)

Sekresi saliva yang optimal, sehingga dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan

Buffer saliva Buffer saliva rendah akan mengakibatkan pH rendah dalam waktu lama

Kapasitas buffer yang optimal, pH rendah hanya sementara Fluor Tidak ada pemberian fluor,

remineralisasi berkurang

Mendapat aplikasi fluor, remineralisasi meningkat


(36)

Karies juga dipengaruhi oleh faktor-faktor modifikasi seperti: 1. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.

2. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.

3. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Ada dua faktor sosial ekonomi yang berperan, yaitu pekerjaan dan pendidikan.12

Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies. Terdapat beberapa indeks karies, seperti indeks DMFT Klein, indeks DMFT Mohler, indeks DMFT WHO dan indeks Significant Caries (SiC). Indeks karies yang sering digunakan untuk mengukur pengalaman karies gigi permanen adalah indeks DMFT Klein.12,33


(37)

2.7 Efek Pola Makan Vegetarian Pada Kesehatan Gigi dan Mulut

Nutrisi yang baik sangat diperlukan untuk kesehatan fisik yang baik. Nutrisi juga memainkan peranan penting dalam mengembangkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut. Makanan yang dimakan sehari-hari mempunyai pengaruh yang besar terhadap gigi geligi.14

Pola makan vegetarian kaya akan makanan berserat.2 Brodribb, dkk. melaporkan bahwa asupan serat pada vegetarian lebih tinggi daripada non vegetarian.8 Hal ini disebabkan karena serat terdapat pada seluruh komponen Kuartet Nabati, terutama pada sayur-sayuran dan buah-buahan.2,3 Serat selain memberikan banyak sekali keuntungan untuk kesehatan umum, juga bermanfaat untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.1,15

Makanan yang banyak mengandung air berarti sedikit mengandung karbohidrat dan sebaliknya. Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung 75-95% air.1 Menurut Krasse dan Newburn, sayur-sayuran dan buah-buahan berserat dan berair akan bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva. Makanan yang bersifat membersihkan gigi merupakan gosok gigi alami tentu saja mengurangi kerusakan gigi, sebaliknya makanan yang bersifat lunak dan melekat sangat merusak gigi.13 Serat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi geligi, membantu menyingkirkan partikel-partikel makanan dan gula selama proses mengunyah.14,27 Kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah.1


(38)

Serat juga meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut.22 Proses mengunyah makanan berserat ini akan merangsang dan meningkatkan produksi air liur (saliva).1,13-15 Proses ini secara perlahan akan mengurangi pembentukan plak dental dan karies.15 Saliva membantu membilas gigi dari partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi, dan juga melarutkan komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela pit dan fisur permukaan gigi.15,16 Mekanisme pertahanan lain dari saliva dalam melindungi gigi dari proses kerusakan berupa:

1. Saliva mempunyai efek buffer yang berfungsi menetralkan asam kuat dan basa kuat.

2. Saliva menyediakan ion-ion yang diperlukan untuk proses remineralisasi gigi.

3. Saliva mempunyai kapasitas anti bakteri, anti jamur, dan anti virus.

Saliva mengandung ion bikarbonat dan ion fosfat yang berfungsi untuk menetralkan pH asam plak sehingga melindungi enamel gigi dari proses demineralisasi. Jumlah saliva yang meningkat banyak mengandung ion-ion anorganik seperti kalsium dan fosfat yang akan melakukan proses remineralisasi segera setelah serangan asam pada gigi. Saliva juga mengandung enzim lysozyme yang berperan dalam menghambat metabolisme dan perlekatan mikroorganisme kariogenik, serta penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di dalam mulut.34

Hasil penelitian Johansson G dan Birkhed D di Sweden melaporkan bahwa perubahan pola makan dari non vegetarian menjadi vegetarian selama 12 bulan pada subjek yang sehat menghasilkan peningkatan yang signifikan pada laju sekresi saliva, kapasitas buffer saliva, dan konsentrasi sodium dalam saliva. Peningkatan kapasitas


(39)

buffer dan konsentrasi sodium dalam saliva bertahan selama 3 tahun setelahnya walaupun sebagian besar subjek telah menjalankan kembali pola makan non vegetarian.35 Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Anders Johansson menyimpulkan bahwa komposisi saliva dipengaruhi oleh pola makan vegetarian, dan keadaan saliva yang menguntungkan inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya prevalensi karies di India Tenggara, yang sebagian besar penduduknya merupakan vegetarian.9

Di lain pihak, pola makan vegetarian juga mengonsumsi makanan kaya karbohidrat dengan proporsi yang lebih besar dari non vegetarian.1 Karbohidrat adalah satu-satunya nutrisi yang bersifat kariogenik.36 Bahan makanan gluten atau daging tiruan yang dikonsumsi vegetarian mengandung zat tepung, yang berarti memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Bahan makanan yang tergolong karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri, sehingga dapat menurunkan pH plak dalam rongga mulut sampai dibawah 5,5 dalam waktu 1-3 menit.1 Ketika pH di permukaan gigi jatuh di bawah 5,5, demineralisasi berlangsung lebih cepat daripada remineralisasi dan hal ini dapat menyebabkan karies gigi.16

Kaum vegetarian menjauhkan diri dari makanan yang mengandung daging.22 Protein yang banyak terdapat pada daging tidak difermentasikan oleh bakteri dalam mulut dan membantu menghambat perkembangan karies dengan berperan sebagai buffer dan menghambat demineralisasi.37 Menurut Abdul Arif Khan, dkk., salah satu alasan mengapa karies lebih jarang terjadi pada masyarakat non vegetarian di Gwalior, India mungkin disebabkan oleh karena pola makan non vegetarian yang mengandung lebih banyak protein daripada pola makan vegetarian.19


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara survei deskriptif, untuk mengetahui kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah para vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni diambil para umat vegetarian dan non vegetarian yang rutin mengunjungi vihara tersebut tiap hari Minggu sebagai sampel. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan karena:

a. Jumlah umat yang berkunjung ke vihara paling banyak pada hari Minggu b. Sangat beragamnya hari berkunjung dari para umat di vihara tersebut, sehingga hanya diambil para umat yang rutin mengunjungi vihara tersebut tiap hari Minggu sebagai sampel, untuk memudahkan dilakukan pengumpulan data nantinya

3.3 Penentuan Besar Sampel

Prosedur penentuan besar sampel penelitian dilakukan dengan melaksanakan survei pendahuluan terlebih dahulu. Pelaksanaan survei pendahuluan dilakukan oleh peneliti pada hari Minggu dengan dibantu oleh beberapa petugas vihara. Jalannya survei dilakukan dengan mendatangi satu per satu para umat yang rutin mengunjungi


(41)

vihara pada hari Minggu. Pengumpulan data sampel dalam survei tersebut dilakukan dengan teknik wawancara dan ditanyakan mengenai nama, umur, pola makan yang dijalankan (apakah vegetarian/non vegetarian) dan kesediaannya mengikuti penelitian. Khusus untuk umat vegetarian, ditanyakan juga mengenai jenis pola makan vegetarian yang dijalankan dan lamanya menjalankan pola makan vegetarian tersebut.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, ditetapkan kriteria inklusi dari sampel sebagai berikut:

1. Berusia 15-24 tahun

Hal ini berdasarkan pada hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di vihara tersebut dimana para pengunjung tetap pada hari Minggu sebagian besar merupakan remaja dan dewasa muda. Penentuan umur menggunakan klasifikasi menurut kriteria WHO, yaitu 15-24 tahun.

2. Telah menjalankan pola makan vegetarian minimal selama 5 tahun (untuk sampel vegetarian)

Hal ini berdasarkan pada penelitian Jainkittivong, dkk. di Thailand dimana sampel vegetarian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah vegetarian yang telah menjalankan pola makan vegetarian minimal selama 5 tahun.20

3. Tidak sedang memakai alat orthodonti

4. Bersedia mengikuti penelitian, informed consent dan kooperatif

Dari hasil survei pendahuluan, didapatkan jumlah sampel vegetarian yang memenuhi kriteria adalah 74 orang, semuanya merupakan vegetarian tipe Lacto-Ovo.


(42)

Jumlah sampel non vegetarian yang memenuhi kriteria adalah 65 orang. Dengan demikian, total sampel dalam penelitian ini berjumlah 139 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel, yaitu: 1. Pola makan, terbagi atas:

a. Pola makan vegetarian b. Pola makan non vegetarian 2. Umur, terbagi atas:

a. Kelompok umur 15-19 tahun b. Kelompok umur 20-24 tahun 3. Jenis kelamin, terdiri atas: a. Laki-laki

b. Perempuan 4. Pendidikan, terdiri atas:

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. Tamat SD/SMP

c. Tamat SMU/D1/D2

d. Tamat perguruan tinggi (D3/S1) 5. Waktu-waktu menyikat gigi

6. Oral higiene, yang diukur dengan Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) Greene dan Vermillion, terdiri atas:


(43)

a. Skor indeks debris b. Skor indeks kalkulus

7. Pengalaman karies, yang diukur dengan Indeks DMFT Klein

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Pola makan adalah jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh responden yang meliputi makanan sumber karbohidrat, makanan sumber protein dan makanan sumber vitamin dan mineral. Terbagi atas:

a. Pola makan vegetarian adalah pola makan vegetarian Lacto-Ovo yang tidak menyertakan daging ternak, daging unggas dan ikan dalam hidangan makanan sehari-hari, tetapi masih menyertakan susu dan telur.

b. Pola makan non vegetarian adalah pola makan yang tidak berpantang makan dan menyertakan daging ternak, daging unggas, ikan, susu dan telur dalam hidangan makanan sehari-hari.

Makanan sumber karbohidrat terdiri atas:

 Padi-padian dan hasil olahannya seperti nasi, bubur, ketan

 Gandum dan hasil olahannya seperti roti, biskuit, dan aneka jenis mi  Jagung dan hasil olahannya seperti nasi jagung, kue jagung, maizena  Umbi-umbian seperti kentang, ubi, singkong, talas

 Gluten (daging tiruan)

Makanan sumber protein terdiri atas:

 Kedelai serta berbagai jenis hasil olahannya seperti tahu, tempe, TVP (Textured Vegetable Protein)


(44)

 Kacangan-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, dan lain sebagainya

 Daging unggas (ayam, bebek) dan daging ternak (sapi, kambing, domba, rusa)

 Ikan  Telur  Susu

Makanan sumber vitamin dan mineral terbagi atas:  Golongan sayur-sayuran, terdiri atas:

Kadar serat tinggi Kadar serat menengah Kadar serat rendah - Bayam

- Kapri

- Wortel - Brokoli - Sawi - Lobak - Terong - Tauge - Bit - Labu

- Kol - Selada - Kembang kol - Asparagus - Seledri - Tomat - Mentimun - Rebung

- Jamur-jamuran Sumber: Dietary fibre content of common foods, BC Cancer Agency 38


(45)

 Golongan buah-buahan, terdiri atas:

Kadar serat tinggi Kadar serat menengah Kadar serat rendah - Apel

- Pir - Alpukat

- Jeruk - Pepaya - Mangga - Kiwi - Sunkist - Strawberry

- Pisang - Semangka - Melon - Nenas - Anggur - Buah Persik Sumber: Dietary fibre content of common foods, BC Cancer Agency 38 2. Umur responden adalah masa sejak lahir sampai dengan ulang tahun yang terakhir.

3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.

4. Pendidikan responden adalah tingkat pendidikan terakhir yang diselesaikan responden, terdiri atas tidak sekolah/tidak tamat SD, tamat SD/SMP, tamat SMU/D1/D2, tamat perguruan tinggi (D3/S1).

5. Waktu-waktu menyikat gigi adalah waktu-waktu menyikat gigi dari responden sehari-harinya, terbagi atas:

 Setiap sehabis makan dan sebelum tidur  Sesudah makan pagi dan sebelum tidur  Saat mandi pagi dan mandi sore  Tidak tentu


(46)

6. Oral higiene adalah kebersihan gigi dan mulut yang diukur dari skor indeks debris dan indeks kalkulus pada 6 buah gigi tertentu dengan permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.

7. Pengalaman karies adalah pengalaman seseorang terhadap karies gigi yaitu D (decay), M (missing), dan F (filling) gigi permanen.

3.6 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk sampel vegetarian dan non vegetarian dilakukan pada Minggu pagi pukul 10.00 – 12.00 di Maha Vihara Maitreya Medan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti dibantu oleh pihak vihara untuk mengumpulkan sampel vegetarian dan non vegetarian yang sebelumnya telah dilakukan pendataan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memanggil satu per satu para vegetarian dan non vegetarian sesuai dengan nomor urut dalam daftar nama, kemudian dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde yang berbentuk setengah lingkaran. Indeks oral higiene yang digunakan adalah indeks Oral Hygiene Simplified (OHIS) menurut Greene & Vermillion yang terdiri atas indeks debris dan indeks kalkulus. Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingival setiap 1/3 permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria. Pengukuran skor indeks kalkulus dilakukan dengan menempatkan ujung sonde pada daerah subgingival terlebih dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke arah insisal dan diberi skor sesuai kriteria.


(47)

6 1 6 1. Indeks Oral Debris

Skor Kriteria 0 Tidak ada debris atau stain.

1

a. Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi. b. Ada extrinsic stain yang tidak tergantung pada luas

permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris.

2

Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

a. Jumlah gigi yang diperiksa adalah 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula.

b. Bila salah satu gigi tersebut di atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi tetangganya.

Skor debris = Jumlah skor permukaan

Jumlah gigi yang diperiksa

Bukal Labial Bukal

Lingual Labial Lingual


(48)

2. Indeks Kalkulus

Skor Kriteria 0 Tak ada kalkulus.

1

Kalkulus supra gingival yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2

Kalkulus supra gingival yang menutupi > 1/3, tetapi < 2/3 dari permukaan gigi dan/atau adanya kalkulus subgingival yang tidak melingkari leher.

3

Kalkulus supra gingival yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan atau kalkulus subgingival yang dengan tidak putus melingkari bagian leher gigi.

Cara pengukuran sama dengan Indeks Oral Debris. Skor kalkulus = Jumlah skor permukaan

Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Oral Hygiene Simplified adalah Indeks Oral Debris Simplified ditambah dengan Indeks Kalkulus Simplified.

Tingkat kebersihan Skor debris Skor oral hygiene

Baik 0,0 – 0,6 0,0 – 1,2

Sedang 0,7 – 1,8 1,3 – 3,0

Jelek 1,9 – 3,0 3,1 – 6,0


(49)

Pemeriksaan DMFT juga dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde setengah lingkaran. Indeks yang digunakan untuk mengukur pengalaman karies gigi permanen adalah indeks DMFT dari Klein:

 D = decayed = gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum ditambal.

 M = a. Mi = missing indicated = gigi tetap dengan lesi karies yang tak dapat ditambal lagi dan harus dicabut.

b. Me = missing extracted = gigi tetap dengan lesi karies yang tak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut.

 F = filled = gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna.

Lesi adalah setiap kelainan apapun yang berhubungan dengan cedera atau penyakit. Bila gigi tidak ada kelainan dimasukkan dalam kategori sehat dan diberi nilai 0 sedangkan bila gigi ada kelainan dimasukkan dalam kategori D, M, F dan diberi nilai 1.

 1 gigi mempunyai 3 buah tambalan sempurna, gigi tersebut tetap diberi nilai F = 1

 1 gigi dengan beberapa lubang tetap diberi nilai D = 1

DMFT rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa.


(50)

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan penerangan sinar matahari melalui jendela. Hasil pemeriksaan kemudian dicatat pada formulir yang tersedia. Kuesioner mengenai pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi diisi oleh responden setelah dilakukan pemeriksaan oral higiene dan DMFT. Pemeriksaan dilakukan oleh lima tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Dua hari sebelum penelitian dilakukan kalibrasi untuk menyamakan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.7 Pengolahan Data

Semua isian dalam kuesioner diedit, dalam hal ini diperiksa kembali apakah semua isian telah dijawab. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS melalui komputer dan tabulasi dengan menggunakan kartu koding menurut tujuan penelitian.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara :

1. Perhitungan persentase gambaran distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan.

2. Perhitungan rata-rata skor OHIS pada vegetarian dan non vegetarian. 3. Perhitungan rata-rata pengalaman karies gigi (DMFT) pada vegetarian dan non vegetarian.

4. Perhitungan persentase untuk data pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian.


(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Persentase responden vegetarian berdasarkan kelompok umur di Maha Vihara Maitreya Medan adalah pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 51,35% dan kelompok umur 20-24 tahun sebesar 48,65%. Responden non vegetarian kelompok umur 15-19 tahun adalah sebesar 66,15% dan kelompok umur 20-24 tahun sebesar 33,85%. (Tabel 1)

Tabel 1. DISTRIBUSI RESPONDEN VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN UMUR DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Umur (tahun)

Vegetarian Non Vegetarian

Jumlah

Σ % Σ %

15-19 38 51,35 43 66,15 81 20-24 36 48,65 22 33,85 58 Jumlah 74 100,00 65 100,00 139

Berdasarkan jenis kelamin, responden vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan sebagian besar adalah perempuan, yaitu sebanyak 59,46%. Pada responden non vegetarian, sebagian besar adalah laki-laki, yaitu sebanyak 63,08%. (Tabel 2)


(52)

Tabel 2. DISTRIBUSI RESPONDEN VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Jenis Kelamin

Vegetarian Non Vegetarian

Jumlah

Σ % Σ %

Laki-laki 30 40,54 41 63,08 71

Perempuan 44 59,46 24 36,92 68

Jumlah 74 100,00 65 100,00 139 Berdasarkan tingkat pendidikan, responden vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan kebanyakan adalah tamatan SMU/D1/D2, yaitu pada responden vegetarian sebesar 45,95% dan pada responden non vegetarian sebesar 100%. Tidak dijumpai responden vegetarian ataupun non vegetarian yang tidak sekolah/tidak tamat SD. (Tabel 3)

Tabel 3. DISTRIBUSI RESPONDEN VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN PENDIDIKAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Pendidikan

Vegetarian Non Vegetarian Jumlah

Σ % Σ % Tidak sekolah/tidak

tamat SD 0 0 0 0 0

Tamat SD/SMP 23 31,08 0 0 23

Tamat SMU/D1/D2 34 45,95 65 100,00 99

Tamat perguruan tinggi

(D3/S1) 17 22,97 0 0 17


(53)

4.2 Indeks Oral Higiene

Skor debris rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,35 ± 0,62 dan kelompok non vegetarian adalah 1,58 ± 0,43. Skor debris rata-rata kedua kelompok tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Skor kalkulus rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,85 ± 0,47 dan kelompok non vegetarian adalah 0,93 ± 0,48. Skor oral higiene rata-rata kelompok vegetarian adalah 2,20 ± 0,92 dan kelompok non vegetarian adalah 2,52 ± 0,79. Skor oral higiene rata-rata kedua kelompok tersebut juga termasuk ke dalam kategori sedang. (Tabel 4)

Tabel 4. SKOR ORAL HIGIENE RATA-RATA PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Responden

Skor Debris Skor Kalkulus Skor Oral

Higiene Jumlah responden Mean SD Mean SD Mean SD

Vegetarian 1,35 0,62 0,85 0,47 2,20 0,92 74 Non

Vegetarian 1,58 0,43 0,93 0,48 2,52 0,79 65

4.3 Pengalaman Karies

Pada kelompok umur 15-19 tahun, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 4,11 ± 3,53 dan kelompok non vegetarian adalah 4,51 ± 2,28. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,53 ± 1,11 dan kelompok non vegetarian adalah 0,40 ± 0,76. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,37 ± 0,71 dan kelompok non vegetarian adalah 0,26 ± 0,69. Filling (F) rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,24 ± 2,21 dan kelompok non vegetarian adalah


(54)

1,67 ± 1,90. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 6,24 ± 4,10 dan kelompok non vegetarian adalah 6,84 ± 3,13. (Tabel 5)

Pada kelompok umur 20-24 tahun, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 2,75 ± 2,93 dan kelompok non vegetarian adalah 2,09 ± 2,47. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,61 ± 1,20 dan kelompok non vegetarian adalah 0,64 ± 0,90. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,61 ± 1,18 dan kelompok non vegetarian adalah 0,68 ± 0,89. Filling (F) rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,33 ± 1,66 dan kelompok non vegetarian adalah 3,95 ± 3,93. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,31 ± 4,10 dan kelompok non vegetarian adalah 6,84 ± 3,13. (Tabel 5)

Pada kelompok laki-laki, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 3,40 ± 2,81 dan kelompok non vegetarian adalah 3,71 ± 2,62. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,87 ± 1,43 dan kelompok non vegetarian adalah 0,34 ± 0,69. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,50 ± 0,97 dan kelompok non vegetarian adalah 0,41 ± 0,71. Filling (F) rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,23 ± 1,52 dan kelompok non vegetarian adalah 2,27 ± 2,80. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 6,00 ± 3,23 dan kelompok non vegetarian adalah 6,73 ± 3,56. (Tabel 6)

Pada kelompok perempuan, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 3,48 ± 3,63 dan kelompok non vegetarian adalah 3,67 ± 2,62. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,36 ± 0,87 dan kelompok non vegetarian adalah 0,71 ± 0,95. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,48 ± 0,98 dan kelompok non vegetarian adalah 0,38 ± 0,92. Filling (F) rata-rata


(55)

kelompok vegetarian adalah 1,32 ± 2,21 dan kelompok non vegetarian adalah 2,75 ± 3,19. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,64 ± 4,40 dan kelompok non vegetarian adalah 7,50 ± 3,12. (Tabel 6)

Pada vegetarian tamatan SD/SMP, decay (D) rata-rata adalah 4,26 ± 3,92. Missing indicated (Mi) rata-rata adalah 0,61 ± 1,16. Missing extracted (Me) rata-rata adalah 0,30 ± 0,63. Filling (F) rata-rata adalah 1,22 ± 1,95. Skor DMFT rata-rata adalah 6,39 ± 4,21. (Tabel 7)

Pada vegetarian dan non vegetarian tamatan SMU/D1/D2, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 3,15 ± 2,74 dan kelompok non vegetarian adalah 3,69 ± 2,60. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,62 ± 1,33 dan kelompok non vegetarian adalah 0,48 ± 0,81. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,41 ± 0,74 dan kelompok non vegetarian adalah 0,40 ± 0,79. Filling (F) rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,26 ± 2,15 dan kelompok non vegetarian adalah 2,45 ± 2,94. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,44 ± 3,59 dan kelompok non vegetarian adalah 7,02 ± 3,40. (Tabel 7)

Pada vegetarian tamatan perguruan tinggi (D3/S1), decay (D) rata-rata adalah 2,94 ± 3,42. Missing indicated (Mi) rata-rata adalah 0,41 ± 0,71. Missing extracted (Me) rata-rata adalah 0,88 ± 1,54. Filling (F) rata-rata adalah 1,41 ± 1,58. Skor DMFT rata-rata adalah 5,65 ± 4,40. (Tabel 7)

Secara keseluruhan, decay (D) rata-rata kelompok vegetarian adalah 3,45 ± 3,30 dan kelompok non vegetarian adalah 3,69 ± 2,60. Missing indicated (Mi) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,57 ± 1,15 dan kelompok non vegetarian


(56)

adalah 0,48 ± 0,81. Missing extracted (Me) rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,49 ± 0,97 dan kelompok non vegetarian adalah 0,40 ± 0,79. Filling (F) rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,28 ± 1,95 dan kelompok non vegetarian adalah 2,45 ± 2,94. Skor DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,78 ± 3,95 dan kelompok non vegetarian adalah 7,02 ± 3,40. (Tabel 8)


(57)

Tabel 5. DMFT RATA-RATA PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Responden

Umur (tahun)

Decay (D)

Missing Indicated (Mi)

Missing Extracted

(Me)

Filling

(F) DMFT Jumlah

Responden Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

Vegetarian

15-19 4,11 3,53 0,53 1,11 0,37 0,71 1,24 2,21 6,24 4,10 38 20-24 2,75 2,93 0,61 1,20 0,61 1,18 1.33 1,66 5,31 3,79 36 Non

Vegetarian

15-19 4,51 2,28 0,40 0,76 0,26 0,69 1,67 1,90 6,84 3,13 43 20-24 2,09 2,47 0,64 0,90 0,68 0,89 3,95 3,93 7,36 3,92 22


(58)

Tabel 6. DMFT RATA-RATA PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Responden

Jenis Kelamin

Decay (D)

Missing Indicated (Mi)

Missing Extracted

(Me)

Filling

(F) DMFT Jumlah

Responden Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

Vegetarian

Laki-laki 3,40 2,81 0,87 1,43 0,50 0,97 1,23 1,52 6,00 3,23 30 Perempuan 3,48 3,63 0,36 0,87 0,48 0,98 1,32 2,21 5,64 4,40 44 Non

Vegetarian

Laki-laki 3,71 2,62 0,34 0,69 0,41 0,71 2,27 2,80 6,73 3,56 41 Perempuan 3,67 2,62 0,71 0,95 0,38 0,92 2,75 3,19 7,50 3,12 24


(59)

Tabel 7. DMFT RATA-RATA PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Responden Tingkat pendidikan Decay (D) Missing Indicated (Mi) Missing Extracted (Me) Filling

(F) DMFT Jumlah

Responden Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

Vegetarian

Tidak sekolah/

tidak tamat SD - - - 0

Tamat

SD/SMP 4,26 3,92 0,61 1,16 0,30 0,63 1,22 1,95 6,39 4,21 23 Tamat

SMU/D1/D2 3,15 2,74 0,62 1,33 0,41 0,74 1,26 2,15 5,44 3,59 34 Tamat

perguruan tinggi (D3/S1)

2,94 3,42 0,41 0,71 0,88 1,54 1,41 1,58 5,65 4,40 17

Non Vegetarian

Tidak sekolah/tidak

tamat SD

- - - 0

Tamat

SD/SMP - - - 0

Tamat

SMU/D1/D2 3,69 2,60 0,48 0,81 0,40 0,79 2,45 2,94 7,02 3,40 65 Tamat


(60)

Tabel 8. DMFT RATA-RATA PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Responden

Decay (D)

Missing Indicated (Mi)

Missing Extracted (Me)

Filling

(F) DMFT Jumlah

Responden Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

Vegetarian 3,45 3,30 0,57 1,15 0,49 0,97 1,28 1,95 5,78 3,95 74

Non


(61)

46

4.4 Pola Makan dan Waktu-waktu Menyikat Gigi Pada Vegetarian dan Non Vegetarian

a. Pola makan pada vegetarian dan non vegetarian

Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi baik oleh vegetarian maupun non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan adalah padi-padian dan hasil olahannya (nasi, bubur, ketan), yaitu sebanyak 87,84% pada vegetarian dan 96,92% pada non vegetarian, serta gandum dan hasil olahannya (roti, biskuit, aneka jenis mi), yaitu sebanyak 41,89% pada vegetarian dan 13,85% pada non vegetarian. Gluten sama sekali tidak dikonsumsi oleh non vegetarian. (Tabel 9)

Tabel 9. PERSENTASE KONSUMSI MAKANAN SUMBER KARBOHIDRAT PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Makanan Sumber Karbohidrat

Vegetarian Non Vegetarian

Σ % Σ % Padi-padian dan hasil olahannya 65 87,84 63 96,92

Gandum dan hasil olahannya 31 41,89 9 13,85 Jagung dan hasil olahannya 4 5,41 1 1,54

Umbi-umbian 15 20,27 4 6,15

Gluten 5 6,76 0 0

Sumber protein yang paling banyak dikonsumsi oleh vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan adalah kedelai dan hasil olahannya (tahu, tempe, Textured Vegetable Protein), yaitu sebanyak 93,24% vegetarian serta kacang-kacangan dan


(62)

47

hasil olahannya (kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, dsb), yaitu sebanyak 39,19% vegetarian. Daging dan ikan sama sekali tidak dikonsumsi oleh vegetarian. Pada non vegetarian, sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah daging, yaitu sebanyak 76,92% non vegetarian serta telur, yaitu sebanyak 38,46% non vegetarian. (Tabel 10)

Tabel 10. PERSENTASE KONSUMSI MAKANAN SUMBER PROTEIN PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Makanan Sumber Protein

Vegetarian Non Vegetarian

Σ % Σ % Kedelai dan hasil olahannya 69 93,24 12 18,46

Kacang-kacangan dan hasil

olahannya 29 39,19 6 9,23

Daging 0 0 50 76,92

Ikan 0 0 18 27,69

Telur 22 29,73 25 38,46

Susu 6 8,11 7 10,77

Sumber vitamin dan mineral dibagi atas golongan sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk golongan sayur-sayuran, yang paling banyak dikonsumsi baik oleh vegetarian maupun non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan adalah kelompok sayuran berserat menengah (wortel, brokoli, sawi, lobak, terong, tauge, bit, labu), yaitu sebanyak 62,16% pada vegetarian dan 58,46% pada non vegetarian, serta kelompok sayuran berserat rendah (kol, selada, kembang kol, asparagus, seledri,


(63)

48

tomat, mentimun, rebung, jamur-jamuran), yaitu sebanyak 39,19% pada vegetarian dan 46,15% pada non vegetarian. (Tabel 11)

Tabel 11. PERSENTASE KONSUMSI MAKANAN SUMBER VITAMIN DAN MINERAL (GOLONGAN SAYUR-SAYURAN) PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Sayur-sayuran Sumber Vitamin dan Mineral

Vegetarian Non Vegetarian

Σ % Σ % Sayuran berserat tinggi 19 25,68 16 24,62

Sayuran berserat menengah 46 62,16 38 58,46 Sayuran berserat rendah 29 39,19 30 46,15

Untuk golongan buah-buahan, yang paling banyak dikonsumsi oleh vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan adalah kelompok buah berserat rendah (pisang, semangka, melon, nenas, anggur, buah persik), yaitu sebanyak 48,65% vegetarian serta kelompok buah berserat tinggi (apel, pir, alpukat), yaitu sebanyak 40,54% vegetarian. Pada non vegetarian, buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi adalah kelompok buah berserat rendah sebanyak 49,23% non vegetarian serta kelompok buah berserat menengah (jeruk, pepaya, mangga, kiwi, sunkist, strawberry), yaitu sebanyak 41,54% non vegetarian. (Tabel 12)


(64)

49

Tabel 12. PERSENTASE KONSUMSI MAKANAN SUMBER VITAMIN DAN MINERAL (GOLONGAN BUAH-BUAHAN) PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Kelompok Buah-buahan Sumber Vitamin dan Mineral

Vegetarian Non Vegetarian

Σ % Σ % Buah berserat tinggi 30 40,54 21 32,31

Buah berserat menengah 27 36,49 27 41,54 Buah berserat rendah 36 48,65 32 49,23

b. Waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian

Waktu menyikat gigi pada vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan sebagian besar adalah pada waktu sehabis makan pagi dan sebelum tidur, yaitu sebanyak 41,89%. Pada non vegetarian, waktu menyikat gigi sebagian besar adalah pada waktu mandi pagi dan sore, yaitu sebanyak 44,62%. (Tabel 13)

Tabel 13. PERSENTASE WAKTU-WAKTU MENYIKAT GIGI PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Waktu menyikat gigi

Vegetarian Non Vegetarian

Σ % Σ % Saat mandi pagi dan sore 28 37,84 29 44,62 Setiap sehabis makan dan sebelum

tidur 8 10,81 6 9,23

Sehabis makan pagi dan sebelum tidur 31 41,89 26 40


(65)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan, skor OHIS rata-rata pada vegetarian adalah 2,20 dan pada non vegetarian adalah 2,52. Kemungkinan penyebab lebih rendahnya nilai OHIS pada vegetarian daripada non vegetarian adalah karena konsumsi kacang-kacangan, sayuran berserat tinggi dan menengah, serta buah berserat tinggi yang lebih banyak pada vegetarian daripada non vegetarian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi kacang-kacangan dapat membantu memperlambat produksi plak pada gigi yang berpotensi meningkatkan oral higiene.39 Serat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan juga berpotensi meningkatkan oral higiene, karena merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi geligi.14,27 Salah satu contoh buah berserat tinggi yang banyak dikonsumsi oleh vegetarian adalah apel. Pengunyahan apel dapat menyingkirkan sisa-sisa makanan yang melekat di belakang gigi.10 Semua faktor di atas mungkin menjadi penyebab lebih rendahnya nilai OHIS pada vegetarian.

Masih banyak vegetarian dan non vegetarian yang menyikat gigi pada waktu-waktu yang kurang tepat, yakni sebanyak 37,84% vegetarian dan 44,62% non vegetarian menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore, serta sebanyak 9,46% vegetarian dan 6,15% non vegetarian menyikat gigi pada saat yang tidak tentu. Hal ini mungkin menjadi penyebab oral higiene pada vegetarian dan non vegetarian di


(66)

51

Maha Vihara Maitreya Medan tidak dapat mencapai kategori baik dan hanya termasuk dalam kategori sedang.

DMFT rata-rata pada vegetarian adalah 5,78 dan pada non vegetarian adalah 7,02. Decay rata-rata terlihat lebih tinggi daripada missing indicated, missing extracted dan filling rata-rata, baik pada vegetarian maupun non vegetarian. Kemungkinan penyebab lebih rendahnya nilai DMFT pada vegetarian daripada non vegetarian adalah juga karena konsumsi kacang-kacangan, sayuran berserat tinggi dan menengah, serta buah berserat tinggi yang lebih banyak pada vegetarian daripada non vegetarian. Selain itu, nilai OHIS vegetarian yang lebih rendah juga mungkin menjadi faktor penyebab lebih rendahnya nilai DMFT pada vegetarian.

Kacang-kacangan selain berpotensi meningkatkan oral higiene, juga merupakan makanan yang bersifat protektif terhadap karies. Menurut Nasruddin, mengunyah kacang-kacangan dapat menstimulasi aliran saliva dalam rongga mulut sehingga dapat menetralkan keasaman rongga mulut, dimana hal ini dapat menghambat terjadinya karies.40 Produksi saliva yang meningkat akibat proses pengunyahan sayuran dan buah berserat juga berperan dalam berbagai mekanisme untuk menghambat terjadinya proses karies pada gigi.1,13-15,34 Oral higiene merupakan faktor risiko dari karies, sehingga nilai OHIS yang lebih rendah mungkin menyebabkan nilai DMFT yang lebih rendah juga dan sebaliknya.12 Semua faktor di atas mungkin menjadi penyebab lebih rendahnya nilai DMFT pada vegetarian.

Gluten/daging tiruan yang mengandung kadar karbohidrat tinggi ternyata hanya dikonsumsi oleh sedikit sekali vegetarian, yaitu sebesar 6,76% dan sama sekali


(67)

52

tidak dikonsumsi oleh non vegetarian, sehingga hal ini mungkin tidak begitu berpengaruh terhadap nilai DMFT rata-rata kedua kelompok yang didapat.

Baik pada vegetarian maupun non vegetarian, terlihat decay (D) rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan missing indicated (Mi), missing extracted (Me) dan filling (F) rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran para masyarakat vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan untuk menjaga kesehatan giginya masih kurang. Decay (D) rata-rata pada non vegetarian adalah 3,69 lebih tinggi daripada vegetarian sebesar 3,45. Namun di lain pihak, filling (F) rata-rata pada non vegetarian adalah 2,45 juga lebih tinggi daripada vegetarian sebesar 1,28. Lebih tingginya filling (F) rata-rata ini menunjukkan kemungkinan para non vegetarian mempunyai kesadaran yang lebih tinggi untuk melakukan perawatan ke dokter gigi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena tingkat pendidikan pada non vegetarian secara menyeluruh lebih tinggi daripada vegetarian. Pada non vegetarian, tamatan SMU/D1/D2 adalah 100%. Sedangkan pada vegetarian, tamatan SMU/D1/D2 hanya sebanyak 45,95%, tamatan perguruan tinggi (D3/S1) sebanyak 22,97% dan sisanya hanya tamatan SD/SMP.

Lebih tingginya filling (F) rata-rata ini jugalah yang mungkin menyebabkan missing indicated (Mi) dan missing extracted (Me) rata-rata pada non vegetarian lebih rendah daripada vegetarian. Hal ini disebabkan karena gigi yang mengalami karies atau kerusakan telah ditambal untuk mencegah kerusakan yang lebih parah atau menghindari pencabutan.


(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan, skor debris rata-rata kelompok vegetarian adalah 1,35 dan kelompok non vegetarian adalah 1,58. Skor debris rata-rata kedua kelompok tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Skor kalkulus rata-rata kelompok vegetarian adalah 0,85 dan kelompok non vegetarian adalah 0,93. Skor OHIS rata-rata kelompok vegetarian adalah 2,20 dan kelompok non vegetarian adalah 2,52. Skor OHIS rata-rata kedua kelompok tersebut juga termasuk ke dalam kategori sedang.

DMFT rata-rata kelompok vegetarian adalah 5,78 dan kelompok non vegetarian adalah 7,02. Baik pada vegetarian maupun non vegetarian terlihat decay rata-rata lebih tinggi daripada missing indicated, missing extracted dan filling rata-rata.

Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi baik oleh vegetarian maupun non vegetarian adalah padi-padian dan hasil olahannya (nasi, bubur, ketan) serta gandum dan hasil olahannya (roti, biskuit, aneka jenis mi) dibandingkan dengan jagung, umbi-umbian atau gluten.

Sumber protein berupa daging dan ikan tidak dikonsumsi oleh vegetarian. Oleh karena itu, sumber protein yang paling banyak mereka konsumsi adalah kedelai dan hasil olahannya (tahu, tempe, Textured Vegetable Protein) serta kacang-kacangan dan hasil olahannya (kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, dsb) dibandingkan


(69)

dengan telur atau susu. Pada non vegetarian, sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah daging dan telur dibandingkan dengan kedelai, kacang-kacangan, ikan atau susu.

Sayur-sayuran yang paling banyak dikonsumsi baik oleh vegetarian maupun non vegetarian adalah kelompok sayuran berserat menengah (wortel, brokoli, sawi, lobak, terong, tauge, bit, labu) serta kelompok sayuran berserat rendah (kol, selada, kembang kol, asparagus, seledri, tomat, mentimun, rebung, jamur-jamuran) dibandingkan dengan kelompok sayuran berserat tinggi. Buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh vegetarian adalah kelompok buah berserat rendah (pisang, semangka, melon, nenas, anggur, buah persik) serta kelompok buah berserat tinggi (apel, pir, alpukat) dibandingkan dengan kelompok buah berserat menengah. Pada non vegetarian, buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi adalah kelompok buah berserat rendah serta kelompok buah berserat menengah (jeruk, pepaya, mangga, kiwi, sunkist, strawberry) dibandingkan dengan kelompok buah berserat tinggi.

Waktu menyikat gigi pada vegetarian sebagian besar adalah pada waktu sehabis makan pagi dan sebelum tidur. Pada non vegetarian, waktu menyikat gigi sebagian besar adalah pada waktu mandi pagi dan sore.

6.2 Saran

Melihat tingginya decay rata-rata, maka masyarakat vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan perlu dianjurkan untuk melakukan penambalan ke dokter gigi. Gigi yang telah mengalami kerusakan parah (missing


(70)

indicated) sebaiknya dilakukan pencabutan. Demikian juga dengan gigi yang telah dicabut (missing extracted), sebaiknya dilakukan pemasangan gigi tiruan.

Melihat masih banyaknya vegetarian dan non vegetarian yang menyikat gigi pada waktu yang kurang tepat, maka perlu diadakan suatu penyuluhan kesehatan gigi secara langsung oleh puskesmas/dokter gigi agar mereka dapat lebih memahami dan memberikan perhatian pada kesehatan gigi mereka sehari-harinya.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chemiawan Eka, dkk. Perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia Edisi Khusus PIN IKGA II 2007: 79-84.

2. Linan L. Vegetarian OK dengan kuartet nabati. Yogyakarta: Penerbit Maitreyawira, 1997: 55-63.

3. Yuliarti Nurheti. Pilih vegetarian atau nonvegetarian? Plus minus pilihan anda dari segi kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2008: 1, 3, 54-60, 70-85.

4. Wardhana Made. Vegetarian dan aspek kesehatan. 2007. <http://www.bvinstitute.org/index.php> (Agustus 2009).

5. Widjaja Hendry. Keuntungan aspek kesehatan vegetarian. Southeast asian vegetarian congress 2008: 21. (Abstract).

6. Prasetyo AL. Vegetarian, sekarang jadi gaya hidup. 2008. <http://kompas.co.id/read/xml/2008/07/10/19505483/vegetarian.sekarang.jadi.gay a.hidup> (September 2009).

7. Susianto. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT/U pada balita vegetarian lakto ovo dan non vegetarian di DKI Jakarta tahun 2008. <http://www.gizi.net/makalah/download/tesis_susianto.pdf> (Agustus 2009). 8. Brodribb AJM. Dietary fibre as a tool of the clinician. In: Birch GG, Parker KJ.


(1)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Kondisi oral higiene dan karies gigi pada vegetarian dan non vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini untuk diteliti oleh peneliti Albert Prawira sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,………2010 Tanda tangan,

(……….)

Alamat :………


(2)

Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Kuesioner Survei Pendahuluan

Kondisi Oral Higiene dan Karies Gigi Pada Vegetarian dan Non Vegetarian di Maha Vihara Maitreya Medan Nama:

Umur: Jenis Kelamin:

1. Apakah Anda menjalankan pola makan vegetarian? a. Ya

b. Tidak

2. Jika Anda menjalankan pola makan vegetarian, termasuk tipe vegetarian apakah Anda dan sudah berapa lama Anda menjalankannya?

Tipe vegetarian :... Lama bervegetarian :...


(3)

Lampiran 4

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

KONDISI ORAL HIGIENE DAN KARIES GIGI PADA VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI MAHA VIHARA MAITREYA MEDAN

Nama Responden : No. Kartu :

Kelompok : 1. Vegetarian 2. Non Vegetarian Pemeriksa :

A. Umur responden:

B. Jenis kelamin responden: a. Laki-laki

b. Perempuan

C. Pendidikan responden: a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. Tamat SD/SMP

c. Tamat SMU/D1/D2


(4)

Indeks Debris

Skor Kriteria Debris 0 tidak ada

1 < 1/3, ada extrinsik stain

2 > 1/3 - < 2/3 3 > 2/3 *X: Bila gigi tidak ada

1. Skor Debris : =

Indeks Kalkulus

Skor Kriteria Kalkulus 0 tidak ada 1 supragingival < 1/3

2 - supragingival > 1/3 - < 2/3

- subgingival tidak mengelilingi leher gigi 3 - supragingival > 2/3

- subgingival mengelilingi leher gigi *X: Bila gigi tidak ada

2. Skor Kalkulus : =

3. OHIS :

Indeks DMFT

17 16 15 14  13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

4 5 6 7 8 + + + =

D Mi Me F DMFT

Kriteria:

D = Gigi dengan karies yang belum ditambal.

Mi = Gigi dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut. Me = Gigi dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut. F = Gigi dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna.

16 11 26 46 31 36

16 11 26 46 31 36


(5)

Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara No. Kartu :

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Kuesioner mengenai pola makan dan waktu-waktu menyikat gigi pada vegetarian dan non vegetarian

Nama:

Kelompok: 1. Vegetarian

2. Non vegetarian

Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 1, 2 dan 3 berikan tanda benar () pada kotak pilihan yang Anda rasa tepat! (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Apakah jenis makanan sumber karbohidrat yang paling banyak dan paling sering Anda konsumsi dalam seminggu?

Padi-padian dan hasil olahannya seperti nasi, bubur, ketan

Gandum dan hasil olahannya seperti roti, biskuit, dan aneka jenis mi

Jagung dan hasil olahannya seperti nasi jagung, kue jagung, maizena

Umbi-umbian seperti kentang, ubi, singkong, talas

Gluten (daging tiruan yang terbuat dari tepung)

2. Apakah jenis makanan sumber protein yang paling banyak dan paling sering Anda konsumsi dalam seminggu?

Kedelai serta berbagai jenis hasil olahannya seperti tahu, tempe, TVP (Textured Vegetable Protein)

Kacangan-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, dan lain sebagainya

Daging unggas (ayam, bebek) dan daging ternak (sapi, kambing, domba, rusa, babi)

Ikan

Telur

Susu


(6)

3. Apakah jenis makanan sumber vitamin dan mineral yang paling banyak dan paling sering Anda konsumsi dalam seminggu?

a. Golongan sayur-sayuran

Bayam, kapri

Wortel, brokoli, sawi, lobak, terong, tauge, bit, labu

Kol, selada, kembang kol, asparagus, seledri, tomat, mentimun, rebung, jamur-jamuran

b. Golongan buah-buahan

Apel, pir, alpukat

Jeruk, pepaya, mangga, kiwi, sunkist, strawberry

Pisang, semangka, melon, nenas, anggur, buah persik

Petunjuk: Untuk pertanyaan nomor 4 tuliskan pilihan yang Anda rasa paling tepat pada kotak jawaban!

4. Kapan waktu biasanya Anda menyikat gigi? a. Saat mandi pagi dan mandi sore

b. Setiap sehabis makan dan sebelum tidur c. Sesudah makan pagi dan sebelum tidur d. Tidak tentu