Latar Belakang Masalah PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU

BAB I PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU

INSTRUMEN INVESTASI Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

Praktik wakaf sebenarnya telah dimulai sejak zaman sahabat Nabi Muhammad Saw. Dengan sangat sederhana yaitu hanya sebatas mewakafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil hasilnya. Kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Pada fase perkembangan selanjutnya, wakaf uang telah menjadi perbincangan di antara ulama. Seperti, al-Zuhri 124 H, sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Bukhari 252 H. Ia berpendapat bahwa mewakafkan dinar dan dirham hukumnya diperbolehkan. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha dagang, kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. 1 Wakaf adalah ibadah maliyah ijtima‟iyyah Ibadah harta untuk kesejahteraan masyarakat yang memiliki posisi penting, strategis, dan menentukan dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Namun, manfaat wakaf 1 Muhammad , Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf Jakarta : UI Press, 1998 Cet.ke- 1, hal. 77 kurang dapat dirasakan dan didayagunakan secara optimal untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di Indonesia. Di antara kendalanya adalah: a. Wakaf dipahami hanya berbentuk barang yang tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. b. Kendala utama pelaksanaan wakaf uang khususnya dalam hal sosialisasi kepada masyarakat masih belum maksimal. c. Belum optimalnya lembaga-lembaga pengelola wakaf nadzir dalam mengelola wakaf yang semestinya keberadaannya menjadi faktor penentu dalam pemanfaatan harta wakaf dan digunakan dalam bentuk produktif, misalnya upaya peningkatan kegiatan usaha kecil dan lain sebagainya. Kendala lainnya adalah belum adanya regulasi yang jelas di mana wakaf menjadi sumber pendanaan yang tiada habis-habisnya bagi pengembangan ekonomi umat seperti yang telah dikembangkan di Negara-negara besar lainnya, seperti Mesir dan Bangladesh. Kita ketahui bahwa pola pengelolaan dan pemberdayaan wakaf yang selama ini sudah berjalan masih tradisional dan konsumtif. Hal tersebut bisa diketahui melalui beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut: 2 2 Direktorat pengembangan Zakat dan Wakaf , Paradigma baru wakaf di Indonesia Jakarta, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan Haji, 2005. hal. 106 a. Kepemimpinan Corak kepemimpinan dalam kenaziran masih sentralistik otoriter dan tidak ada sistem kontrol yang memadai. b. Rekuitmen SDM Kenaziran Banyak nazir wakaf yang hanya di dasarkan pada aspek ketokohan seperti ulama, kiayi, ustad, dll. Melaikan bukan aspek proposionalisme atau kemampuan mengelola, sehingga ahirnya banyak benda- benda wakaf yang tidak terus atau terkelola secara baik. c. Opersionalisai Pemberdayaan Operasionalisasi pemberdayaan yang digunakan tidak jelas, karerna lemahnya sumber daya manusia, visi dan misi pemberdayaan, dukungan pemerintah yang belum maksimal. d. Pola Pemanfaatan Hasil Dalam upaya pemanfaatan hasil masih banyak yang bersifat konsumtif, sehingga kurang dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. e. Sistem Kontrol dan Pertanggung Jawaban Sebagai resiko dari pola kepemimpinan yang sentralistik dan lemahnya operasionalisasi pemberdayaan mengakibatkan pada lemahnya kontrol, baik yang bersifat kelembagaan, pengembangan usaha maupun keuangan. f. Ruang lingkup wakaf yang selama ini dipahami secara umum cenderung pada wakaf benda tidak bergerak. g. Bantuan dari badan sosial kebanyakan efektif untuk membantu dalam jangka pendek, tetapi kurang terprogram untuk jangka panjang. Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu pembangunan secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial. Tak dapat dipungkiri, Bahwa sebagian besar rumah ibadah, peguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas tanah wakaf. 3 Wakaf uang sudah dikenal di Indonesia. Ia adalah objek wakaf selain tanah maupun bangunan yang merupakan harta tak bergerak. Ditengarai, wakaf jenis ini berdampak ekonomi lebih besar dibandingkan wakaf harta tak bergerak. Jika menengok negeri jiran, Bangladesh, wakaf uang memang telah menuai hasil memuaskan. Melalui dana wakaf pemerintah Bangladesh mampu memberdayakan masyarakatnya dan mandiri secara ekonomi. Hal ini bermula dari pengenalan sertifikat wakaf tunai cash waqf certificate, yang dilakukan Prof Dr MA Mannan, serta pendirian sebuah badan bernama Social Investment Bank Limited SIBL. Badan ini kemudian berfungsi untuk menggalang dana dari 3 http:ib-bloggercompetition.kompasiana.compemberdayaan ekonomi umat melalui wakaf,di akses pada 0105 2010 10:30 orang-orang berpunya, melalui sertifikat wakaf tunai. Lalu dana yang terkumpul dikelola, sedangkan keuntungannya disalurkan kepada rakyat miskin yang membutuhkan. 4 Dalam perekonomian modern dewasa ini, uang memainkan peranan penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat suatu negara. Disamping berfungsi sebagai alat tukar dan standar nilai, uang juga merupakan modal utama bagi pertumbuhan perekonomian dan pembangunan. Bahkan dewasa ini nyaris tak satupun negara yang lepas dari kebutuhan uang dalam mendanai pembangunannya. Tapi ironisnya tidak sedikit pembangunan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim masih didanai dari modal hutang. Indonesia termasuk diantara negara-negara yang pembangunannya masih didanai dari modal hutang yaitu dengan mengandalkan uang pinjaman dari lembaga keuangan internasional. 5 Dari apa yang dikemukakan di atas, diperoleh gambaran betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat muslim dan betapa besarnya peranan uang dalam perekonomian dewasa ini. Hanya saja potensi wakaf yang besar tersebut belum banyak didayagunakan secara maksimal oleh pengelola wakaf nazhir. Padahal wakaf memiliki potensi yang sangat bagus untuk 4 Mannan. M.A, “Sertifikat Wakaf Tunai” Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, CIBER PKTTI UI, Terjemahan, hal. 3. 5 Halim, Abdul, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta : Ciputat press 2005 hal. 103, cet ke- 3 meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama dengan konsep wakaf uang. Terlebih lagi di saat pemerintah tidak sanggup lagi menyejahterakan rakyatnya. Karena itu skripsi ini dibuat untuk melihat sejauh mana wakaf uang mampu berperan sebagai alternative menyejahterakan umat. Atas dasar inilah penulis akan memberanikan diri untuk menulis tentang wakaf uang dalam rangka kontemporer. Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana SI, selain itu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang muamalah dan secara praktis agar masyarakat mengetahui dan memanfaatkan fasilitas wakaf uang yang ada dilembaga keuangan syariah. Dengan mengetahui tentang peran Tabung Wakaf Indonesia dalam pengelolaan wakaf uang dalam investasi. Oleh karena itu skripsi saya mengambil judul “Pengelolaan Wakaf Uang Sebagai Salah Satu Instrumen Investasi Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah