Pengelolaan dana dan hasil wakaf tabung wakaf Indonesia (TWI) untuk pengembangan layanan kesehatan cuma-cuma (LKC)

(1)

PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF TUNAI TABUNG

WAKAF INDONESIA (TWI) UNTUK PENGEMBAGAN LAYANAN

KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun oleh:

Nurul Aini (107046100363)

Nim: 107046100363

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011


(2)

PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF

TT}NAI

TABIJNG

WAKAF

TNDONESTA

(TWr) UNTUK PENGEMBAIIGAN

LAYANAI\I

KESEHATAI\

CI]MA-CUMA

(LKC)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

NURUL

AINI

t*4

NrP. 196912161996031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM

STUDI

MUAMALAT

(EKONOMI

ISLAM)

FAI(ULTAS

SYARI'AII

DAN

HI]KT]M

UIN SYARIF

I{IDAYATULLAH

JAKARTA

143tW20ttlM


(3)

PENGESAHAN

PAIYITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pengeloaan Dana Dan Hasil Pengeloaan Wakaf Uang Tabung Wakaf Indonesia

(TWt)

Dalam Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (Sl) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakafi.u28 Dekan,

-.2

. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,

MM

NIP. 19550505198203 1012

Panitia

Ujian Munaqasyah

Ketua Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. I 97 1 07 0119980320A2

Muomin Rauf; M.A

NIP. 197004161997 43rc04

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A NrP. 19691 216199603100t

Dr. H. Zarnul Arifin Yusul M.Pd NrP. 195607 121981031003

Yuke Rahmawati, MA NIP. 1 9750903200701 1016 Sekretaris

Pembimbing

Penguji I

Penguji II

/4

d/"

(...-I -'>


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedeia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2011


(5)

v

KATA PENGANTAR





Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, maka penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengelolaan Dana Dan Hasil Wakaf Tunai di

Tabung Wakaf Indonesia untuk Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma

(LKC)”, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Strata I (SI). Sholawat serta salam, penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhhammad SAW. Dan keluarganya yang

membawa syafa’at haingga akhir zaman.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat dukungan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Drs.H.M.Amin.Suma,SH.,MA.,MM selaku dekan Fakultas Syariah dan

Hukum yang banyak memberikan inspirasi bagi penulis.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Mu’min Rauf, MA. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat.


(6)

vi

3. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing

penulis hingga tahap penyelesaian.

4. Noryamin Aini,MA sebagai dosen Penasihat Akademik yang telah menghantarkan

penulis pada karya ilimiah ini.

5. Noviati Endang Mustaqimah selaku Manajer Fundraishing Tabung Wakaf

Indonesia, Bambang Hartono selaku Kepala SDM Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) dan Iwan selaku Fundraishing LKC yang banyak membantu penulis dalam memberikan informasi data yang penulis butuhkan.

6. Para karyawan perpustakan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Syariah dan

Hukum yang telah membentu penulis dalam menyediakan referensi-referensi selama penulisan skripsi ini.

7. Umi dan bapak, terimakasih atas segalanya yang tak terhingga. Semoga setiap

tetesan air mata dalam doamu dan setiap tetesan keringat dalam pencarian

nafkahmu menjadi bekal keberkahan untuk anak-anakmu. Teruntuk B’Arif, B’Ozi,

B’Ivan, Aa, K’Mut, K’Fat, dan K’Dawi, makasih yah atas pemberian materi atau

immateri-nya, teruntuk 2 keponakanku Acha dan Deedat Biaggi yang lucu dan menggemaskan.

8. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu, wawasan dan


(7)

vii

Hidayatullah khususnya Dr.Hendra Kholid, MA yang bersedia memberikan referensi-referensi penulisan skripsi juga memberikan arahan kepada penulis.

9. Terimakasih untuk Yayah, Nilma, Ayu, Eful dan seluruh sahabat-sahabat

seperjuangan di PSD ’07, sahabat-sahabat KKN Semesta 2010 meski kebersamaan

kita singkat tetapi hangat kebersamaan bersama kalian masih melekat, teman-teman di Asrama Assalam. Maaf tidak bisa disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa terimakasihku pada kalian.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

D. Review studi terdahulu... 12

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 16

F. Sistematika Penulisan... 18

BAB II. KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF TUNAI A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf Tunai... 20


(9)

ix

C. Macam-Macam Wakaf Tunai... 36

D. Tujuan Wakaf Uang... 38

E. Pengelolaan Wakaf Uang Menurut Undang-Undang No.41 tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2006... 39

BAB III. PENGELOLAAN WAKAF UANG DI TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) A. Sejarah Lahirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 49

B. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 50

C. Struktur Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 51

D. Program Produktif Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 52

E. Penerima Manfaat (Mauquf ‘Alaih)... 59

F. Penghimpunan Wakaf Uang Tabung Wakaf Indonesia (TWI)... 60

G. Laporan Penerimaan Dana Wakaf TWI 1426 H – 1431 H... 67

BAB IV. PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF UANG TWI DALAM PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC) A. Sejarah Lahirnya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)... 69

B. Visi dan Misi LKC... 70

C. Struktur Organisasi Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)... 71


(10)

x

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN... 90 B. SARAN... 94

DAFTAR PUSTAKA... 88 LAMPIRAN


(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia kemiskinan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Salah satunya adalah masalah biaya kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat berlatar belakang ekonomi menengah kebawah. Sehingga bagi masyarakat miskin, mereka tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak karena mereka tidak mampu mengeluarkan biaya pengobatan

yang mahal. Ungkapan yang sering diucapkan masyarakat adalah “biaya kesehatan

itu mahal, untuk itu orang miskin dilarang sakit”. Secara alamiah sakit merupakan

persoalan manusiawi yang tidak bisa dihindari.

Di Indonesia jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan dengan peduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Selama periode Maret 2010-2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari 11,10 juta orang pada maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 2011), sementara didaerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang (dari 19,93 juta orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret 2011). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah selama periode ini.


(12)

2

Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2010 sebesar 9,87 persen, menurun sedikit menjadi 9,23 persen pada Maret 2011. Di pihak lain penduduk miskin di daerah peedesaan pada Maret 2010 sebesar 16,56 persen, juga menurun sedikit

menjadi 15,72 persen pada Maret 2011.1

Dalam menyelesaikan masalah kemiskinan seperti masalah kesehatan ataupun kesenjangan sosial tersebut, Islam memberikan solusi berupa pemberian sesuatu dari

kalangan the have (orang berduit/orang mampu) kepada kalangan the have not (orang

yang kurang mampu) melaui zakat, infaq, shadaqah, hibah, ataupun wakaf. Wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial dan ekonomi yang cukup penting. Bahkan menurut sejarah, wakaf telah memainkan peran penting dalam meningkatkan kebajikan umat Islam dibidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial,

kegiatan keagamaan, dan kepentingan umum lainnya.2

Wakaf diartikan sebagai menahan harta baik secara abadi maupun sementara, untuk dimanfaatkan langsung atau tidak langsung, dan diambil manfaat hasilnya

secara berulang-ulang untuk kebaikan, umum maupun khusus.3 Dalam term umat

Islam, wakaf merupakan ibadah (pengabdian) kepada Allah SWT., sebagai ekspresi

1

Badan Pusat Statistik, “Kemiskinan”, artikel ini diakses pada 08 November 2011 dari

http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul10.pdf.

2 Wakaf Center, “Manfaat Wakaf Uang dan Saham” artikel diakses pada 17 Maret 2011

darihttp://www.wakafcenter.com/berita-185-wakaf-uang-saham-dan-manfaat.html.

3

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar Grup, 2005), h.52.


(13)

3

rasa cinta kasih kepada sesama manusia, membantu kepentingan orang lain dan kepentingan umum. Dengan mewakafkan sebagian harta bendanya akan tercipta rasa solidaritas seseorang. Jalinan kebersamaan dalam kehidupan ini bisa diciptakan dengan mewakafkan harta yang mempunyai nilai spiritual sangat tinggi dan kualitas

pahala yang tiada henti.4

Dalam sejarah Islam, praktik wakaf sudah dimulai sejak awal Islam. Bahkan masyarakat sebelum Islam telah memperaktikkan sejenis wakaf, tetapi dengan nama lain, bukan wakaf. Karena praktik sejenis wakaf telah berada di masyarakat sebelum

Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir.5

Praktik sejenis wakaf di masyarakat sebelum Islam dibuktikan dengan adanya tempat-tempat ibadah yang dibangun di atas tanah yang pekarangannya di kelola dan hasilnya untuk membiayai perawatan dan honor yang merawat tempat ibadah tersebut. Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid al-Aqsha misalnya telah dibangun di atas tanah yang bukan hak milik siapapun, tetapi milik Allah. Kedua masjid itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Pertanyaannya, kenapa masyarakat sebelum Islam telah mempraktikan sejenis wakaf? Di masyarakat sebelum islam dikenal

4

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,

Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam, 2006), h.21-22.

5

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,

Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam, 2006), h.4.


(14)

4

praktik sosial itu adalah praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum atau dari satu orang untuk semua keluarga.

Karena praktik sejenis yang terjadi pada masyarakat sebelum Islam memiliki tujuan yang seiring dengan Islam, yaitu terdistribusinya kekayaan secara adil dan kemudian berjuang pada kesejahteraan secara adil dan kemudian berujung pada kesejahteraan bersama, maka Islam mengakomodirnya dengan sebutan wakaf. Pada tahun kedua hijriah, setelah nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, disyari’atkanlah wakaf.6

Secara sosial, wakaf memiliki peran yang cukup strategis di tengah- tengah kemiskinan yang menggurita umat islam Indonesia. Untuk itu pola penyadaran yang terus menerus dilakukan agar para pemilik harta (orang kaya) bisa meningkatkan volume beribadah yang berdimensi sosial. Karena wakaf memiliki kontribusi solutif terhadap persoalan-persoalan ekonomi kemasyarakatan. Kalau dalam tataran pendekatan keagamaan, wakaf berbicara tentang nilai- nilai pahala yang akan didapatkan oleh umat Islam yang menjalankannya, sedangkan pada pendekatan kesejahteraan sosial, wakaf menjadi jawaban konkrit dalam relitas problematika kehidupan (sosial-ekonomi) masyarakat. Karena secara ideologis, penguasaan harta (kekayaan) oleh seorang (lembaga) secara monopolistik akan bisa melahirkan eksploitasi oleh kelompok kaya terhadap miskin. Dan eksploitasi sosial-ekonomis ini

6


(15)

5

pada gilirannya nanti akan menimbulkan dis-harmoni sosial yang yang bisa mengakibatkan kesenjangan sosial yang tajam. Pemahaman secara sosial harus ditanamkan secara berkesinambungan, bahwa harta tidaklah cukup dimiliki dan

dikuasai sendiri, melainkan juga harus dinikmati bersama.7

Saat ini macam-macam wakaf berkembang, seperti wakaf benda bergerak dan wakaf benda tidak bergerak. Wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan properti. Sedangkan wakaf benda bergerak bisa berbentuk surat berharga, logam mulia atau wakaf uang.

Dibanding model wakaf lain, wakaf uang memiliki keunggulan lebih fleksibel dan tidak mengenal batas pendistribusian, sehingga wakaf uang mempunyai keunggulan daripada wakaf benda tetap lainnya, diantaranya adalah: pertama, wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah dapat memberikan dana wakafnya tanpa menjadi tuan tanah. Kedua, melalui wakaf uang dan asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa diolah untuk lahan pertanian. Ketiga dana wakaf uang dapat membantu sebagian lembaga-lembaga

pendidikan Islam yang cash flow nya terkadang naik turun. Keempat, dengan wakaf

uang umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan pendidikan tanpa

mengggantungkan anggaran pendidikan negara yang semakin terbatas.8

7 Ma’ruf, dan Tim penyusun buku,

Strategi Pengembangan Wakaf tunai di Indonesia, Jakarta, 2006. Cet. II, h.26.

8


(16)

6

Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi pengembangan ilmu- ilmu medis melalui penyediaan fasilitas-fasilitas publik dibidang kesehatan. Untuk itu agar sektor kesehatan masyarakat lebih serius, perlu adanya upaya dari semua pihak, khususnya lembaga-lembaga kegamaan yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi untuk ikut serta berperan dalam persoalan tersebut. Selain melalui pemberdayaan ZIS (zakat, infak dan sedekah), pemberdayaan dana wakaf tunai yang sudah dikembangkan bisa menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Paling tidak, dengan adanya dukungan sektor riil dari dana wakaf tunai, tugas-tugas pemerintah dalam bidang kesehatan dapat terbantu.

Menurut asumsi Mustafa Edwin Nasution tentang potensi wakaf di Indonesia dengan jumlah umat muslim dermawan diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp. 500.000 hingga Rp. 10.000,000, maka paling tidak akan terkumpul dana sekitar 3 Triliun pertahun dari dana wakaf, seperti perhitungan tabel berikut ini :

Tingkat Penghasilan/ bulam

Jumlah Muslim

Tarif Wakaf Uang/ Bulan

Potensi Wakaf Uang/ bulan

Potensi Wakaf Uang/ tahun

Rp. 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar Rp 1 juta – Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar Rp 2 juta – 5 juta 2 juta Rp. 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun Rp 5 juta – 10 juta 1 juta Rp. 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun

Total Rp 3 Triliyun

Sebesar apapun aset yang dimiliki bila tidak di tangani oleh SDM nazhir yang handal dan profesional, maka aset wakaf tetap diam, dan tidak bergerak ke arah produktif. Seperti yang terjadi pada aset wakaf berupa tanah. Ternyata benar tanah


(17)

7

wakaf yang kurang produktif itu berbanding lurus dengan kualitas pengelolaannya. Para nazhir ternyata tidak fokus dalam mengelola aset, mereka mayoritas bekerja sambilan dan tidak diberi upah (84%), dan yang bekerja secara penuh dan terfokus ternyata amatlah minim (16%). Selain itu wakaf di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perseorangan (66%) alias trradisional daripada organisasi profesional (16%) dan

berbadan hukum (18%).9

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, sebagian besar dilakukan melalui puskesmas yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mensejahterkan masyarakat khususnya dibidang kesehatan. Dalam rangka pengembangan wakaf secara maksimal, sebagaimana amanat Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, diperlukan lembaga profesional pengelola wakaf. Namun, tidak banyak lembaga yang mampu mengemban amanat sebesar ini. Namun, ditengah kerisauan itu, lahirlah sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri dibidang ini, yaitu Tabung wakaf Indonesia (TWI). Salah satu kelebihan dari Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang layak untuk dijadikan sebagai salah satu percontohan adalah manajemen dibidang wakaf tunai. TWI merupakan lembaga wakaf yang didirikan oleh Dompet Dhuafa dan diresmikan pada tanggal 14 Juli 2005. TWI berperan sebagai lembaga yang melakukan

9

Wakaf Center, “Potensi Wakaf di Indonesia” artikel diakses pada 08 November 2011 dari http://amanah-sharia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:potensi-wakaf-di-ind2&catid.html


(18)

8

sosialisasi, edukasi dan advokasi wakaf kepada masyarakat sekaligus berperan

sebagai lembaga penampung dan pengelola harta wakaf .10

Tabung Wakaf Indonesia (TWI) merupakan yayasan yang kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nadzir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan kegamaan Islam. Sehingga TWI merupakan salah satu wadah dalam menghimpun harta benda wakaf dari para wakif yang mempercayakan harta bendanya untuk diwakafkan dengan menunjuk TWI selaku nazhirnya. Khusus untuk wakaf tunai, TWI akan melakukan kegiatan penghimpunan yang dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya baik langsung maupun tidak dalan kegiatan operasional lembaga keuangan atau perbankan syariah dengan mengeluarkan produk bersama antara TWI dan lembaga keuangan atau perbankan syariah tertentu dalam bentuk simpanan dana wakaf masyarakat pada perbankan syariah tersebut. Beberapa bukti konkrit program wakaf tunai untuk keadilan sosial yang dilakukan TWI salah satumya adalah kepedulian TWI dalam membantu kaum dhuafa dibidang kesehatan. TWI memiliki salah satu program dimana dari hasil wakaf uang yang digunakan untuk membiayai kesinambungan pengobatan sekelompok masyarakat miskin secara cuma-cuma yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang merupakan layanan kesehatan gratis yang bertempat di Ciputat Tangerang Banten. Klinik kesehatan ini dibangun Dompet

10

Sudirman Setiono, “ Manajemen Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia” artikel ini diakses pada 29 Januari 2011 dari http://sudirmansetiono.blogspot.com/2009/12/manajemen-wakaf-tunai-di-tabung-wakaf.html.


(19)

9

Dhuafa bertujuan untuk membantu kaum dhuafa dibidang layanan kesehatan tanpa memungut biaya sepeserpun. Kehadiran LKC ini adalah objek wakaf tunai yang efektif, memberi secercah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan adanya lembaga layanan ini, golongan masyarakat dhuafa bisa memperoleh haknya tanpa perlu dibebankan oleh biaya-biaya seperti halnya rumah sakit-rumah sakit konvensional. Dalam hal wakaf uang, LKC berperan sebagai objek uang, berapapun

nilainya dikelola untuk membantu kaum miskin dibidang kesehatan.11

Penerimaan wakaf yang diterima TWI untuk periode yang berakhir 29 syaban 1431 H (2010) dan 29 Syaban 1430 H (2009) sebesar Rp.9.776.466.636 yang kemudian dana wakaf tersebut dialokasikan untuk wakaf dibidang soial, kesehatan, pendidikan, termasuk didalamnya untuk biaya operasional total wakaf seluruhnya sebesar Rp.742.955.200. Dan dana wakaf tersebut menghasilkan surplus sebesar Rp.9.003.511.436 dimana surplus wakaf tersebut yang akan disalurkan TWI untuk program-programnya, salah satunya program TWI dibidang kesehatan yaitu Layanan

Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).12

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) merupakan lembaga non-profit jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus dibidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZIZWAF-

11

Suhardi K.Lubis, “ Prospek Wakaf Tunai dalam Pembinaan” artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http://suhrawardilubis.multiply.com/journal/item/9.

12

Wawancara Pribadi dengan Mariana Ulfah , Accounting Tabung Wakaf Indonesia. Jakarta 15 Maret 2011.


(20)

10

zakat, infak, sedekah wakaf dan dana sosial masyarakat. Begitu juga untuk membayar dokter berasal dari dana ZISWAF dan dana sosial dari masyarakat. Jadi, LKC memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum dhuafa tanpa membebankan biaya

sepeserpun.13

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengkaji secara teoritis dan praktis mengenai pengelolaan hasil dana wakaf tunai untuk pengembangan Layanan Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) bagi masyarakat miskin (kaum dhuafa). Penulis menulisnya dalam sebuah skripsi yang berjudul:

“PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF TUNAI DI TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI) UNTUK PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA (LKC).

B. Pembatasan Perumusan Masalah

Begitu luas pembahasan materi mengenai pengelolaan wakaf tunai. Oleh karena itu perlu ada batasan yang tegas agar tidak terjadi kekaburan wacana dan mencapai fokus yang diharapkan. Penulis membatasinya dengan beberapa hal, diantaranya:

1. Lembaga yang menjadi tempat studi penelitian adalah Tabung Wakaf

Indonesia (TWI).

2. Dana wakaf yang menjadi objek penelitian hanya dana wakaf tunai TWI saja.

13

Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, “Program Pembiayaan Pasien”, artikel ini diakses pada 17 Maret 2011 dari http://lkc.or.id/index.php/program/pembiayaan-pasien.


(21)

11

3. Program dari TWI yang menjadi fokus penulis hanya program Layanan

Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

Perumusan masalah adalah suatu tahapan penting dalam suatu proses penelitian. Masalah yang diteliti diharapkan akan mencapai kejelasan dan fokus, dengan demikian masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penghimpunan dana wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia?

2. Bagaimana perkembangan hasil pengelolaan wakaf tunai yang dikelola TWI

semenjak berdiri dari tahun 1426 H (2005) – 1431 H (2010)?

3. Bagaimana pengelolaan dana dan hasil wakaf tunai yang dilakukan TWI

dalam pengembangan LKC?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis berusaha untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui penghimpunan dana wakaf tunai yang dilakukan TWI.

2. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang yang dilakukan TWI dalam

pengembangan LKC.

3. Untuk mengetahui perkembangan LKC sebagai salah satu program TWI yang


(22)

12

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi TWI dapat mengalokasikan hasil wakaf tunai secara profesional

dan tepat sasaran, salah satunya yaitu dengan membuat program dibidang kesehatan seperti pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

2. Manfaaat bagi lembaga keilmuan, tema ini memberikan informasi mengenai

besarnya potensi wakaf tunai untuk kemaslahatan umat, khususnya kaum dhuafa.

3. Manfaaat bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan

mengenai wakaf, khususnya wakaf tunai yang dikelola TWI untuk pengembangan LKC.

D. Review Studi Terdahulu

Tema yang peneliti angkat merupakan sesuatu yang belum banyak dikaji orang, juga tidak banyak mendapat perhatian orang. Sebagaimana studi awal yang dilakukan peneliti di Fakultas Syari’ah dan Hukum dan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah secara umum belum ada yang membahas mengenai pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan TWI dalam pengembangan LKC.

Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.

1. Idik Komarudin melakukan penelitian dalam skripsi UIN Syarif Hidayatullah


(23)

13

Wakaf Indonesia. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai peran Tabung Wakaf Indonesia sebagai nazhir dalam mengelola dan memberdayakan hasil wakaf tunai mempunyai dua program yang sudah berjalan yaitu; Pertama, program sosial adalah program yang didirikan oleh Tabung Wakaf Indonesia dengan tujuan untuk membantu masyarakat dhuafa yang membutuhkannnya. Kedua, program produktif yaitu program yang didirikan oleh Tabung Wakaf Indonesia dengan tujuan untuk membantu masyarakat dhuafa, dimaksudkan untuk pemberdayaan ekonomi mikro. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pengelolaan dan pemberdayaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan UU No. 41 tahun 2004.

2. Hendra dalam penelitian disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008,

dengan judul Peranan Wakaf Uang Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di

Indonesia (Studi Tabung wakaf Indonesia Dan Wakaf Tunai Muamalat Baitulmaal Muamalat). Dalam penelitian ini Hendra melakukan analisa peran wakaf uang bagi penanggulangan kemiskinan dengan tiga program yaitu: pertama penangggulangan kemiskinan melalui pekerjaan, yaitu dengan cara pemberian modal kerja dari dana hasil investasi wakaf kepada kaum miskin dapat mengubah status ekonomi mereka dari dhuafa menjadi aghniya (orang kaya). Bahkan tidak sekedar membuka lapangan pekerjaan bagi kaum miskin, tapi wakaf juga ikut membantu berkembangnya usaha produktif dikalangan masyarakat miskin. Kedua, penanggulangan kemiskinan melalui pendidikan,


(24)

14

yaitu Dompet Dhuafa mendirikan SMART Ekselensia yaitu sekolah dari dana wakaf yang dapat menampung anak-anak kaum dhuafa lulusan SD se-Indonesia yang tidak mampu secara finansial tetapi mempunyai potensi yang sangat baik untuk mendapatkan kesempatan mengenyam bangku sekolah.

Adapun keberadaan sekolah ini di design khusus dengan sistem unggulan,

sehingga dapat melahirkan generasi yang mumpuni, siap mengabdi untuk bangsa dan agama. Ketiga, penanggulangan kemiskinan melalui kesehatan LKC hadir sebagai fasilitas permanen yang melayani kesehatan kaum dhuafa digedung berlantai empat, lengkap dengan operasional medis 24 jam dan mobile-service. Bahkan menarik untuk diketahui ada 15 dokter spesialis dari berbagai keahlian yang telah mewakafkan dirinya untuk melayani kesehatan kaum miskin di LKC ini. Semua ini bukti adanya kepedulian pengelola wakaf dan segenap dokter terhadap kesehatan masyarakat miskin.

3. Nani al-Mu’in dalam penelitian Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009,

dengan judul Peran Wakaf Uang Dalam Pembanguna Perumahan Fakir

Miskin. Dalam penelitin Nani al-Mu’in melakukan analisa hasil penjualan perusahaan perumahan mewah Kota Wisata Cibubur dan Grand Purilaras Ciputat, manajemen perusahaan tersebut tebukti dapat meningkatkan nilai investasi dana karena hasil kauntungan yang didapat dari perhitungan dalam unit rumah mencapai 20% sampai 40%. Dari hasil penelitian pemberdayaan dana wakaf uang dalam pembanguna perumahan fakir miskin berpotensi dalam kegiatan sosial-ekonomi, mengangkat masyarakat miskin dari


(25)

15

keterpurukan terutama masalah kebutuhan tempat tinggal. Disatu sisi melalui investasi perumahan menengah atas secara ekonomi memberikan peluang besar dalam meningkatkan investasi dana wakaf.

4. Rozalinda, pengelolaan Wakaf Uang (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia

(TWI) Dompet Dhuafa), Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Disertasi ini membahas mengenai manajemen investasi wakaf uang yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia. Dilihat dari pengelolaan wakaf uang yang dilakukan TWI untuk sektor pendidikan dan kesehatan melalui uang karena wakaf yang dikelola tersebut tidak menghasilkan keuntungan dalam bentuk uang. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dana wakaf yang disalurkan dalam bentuk investasi di sektor ril ke masyarakat terbukti memberi pengaruh positif bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. TWI menyalurkan dana wakaf melalui jaringan mitra dan binaannya untuk kegiatan-kegiatan perdagangan pertanian, peternakan, perkebunan dan penyediaan sarana niaga kepada masyarakat. Berdasarkan cara yang dilakukan TWI dalam mengelola wakaf uang pada sektor produktif memberikan peluang kepada masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat, dan memberikan nilai tambah bagi lembaga pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial keagamaan lainnya

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka peneliti menulis tentang


(26)

16

Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma- Cuma (LKC)” yang belum pernah

dilakukan sebelumnya. Yang membedakan isi skripsi ini dengan skripsi terdahulu bahwa skripsi ini menganalisis tentang pengelolaan dana dan hasil pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan TWI untuk pengembangan salah satu program non produktif TWI dibidang kesehatan yaitu untuk pengembangan LKC.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian

Penelitian lapangan atau Field Research pengumpulan data dilakukan langsung

ke tempat objek penelitian.14 Penalitian lapangan dilakukan di Tabung Wakaf

Indonesia (TWI) dan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

2. Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi riil

dilapangan. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini mengarah kepada pendekatan kualitatif deskriptif.

3. Data Penelitian

a. Sumber Data Penelitian

1) Data Primer

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer, yaitu dimana penulis mengumpulkan data secara langsung dengan studi lapangan

14


(27)

17

yang dilakukan di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).

2) Data Skunder

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data skunder yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah buku-buku, internet dan sumber bacaan dan lain- lain yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

b. Jenis Data

Adapun jenis data penelitian ini dikategorikan jenis penelitian kualitatif, karena lebih mendeskripsikan teori-teori sosial dan normatif. Selain itu, analisa yang dilakukan adalah memaparkan secara terperinci tentang pengembangan layanan kesehatan cuma- cuma (LKC) melalui hasil wakaf tunai yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif.

c. Teknik Pungumpulan data

Wawancara (interview), yaitu dengan membuat daftar pertanyaan yang diajukan kepada karyawan TWI dan LKC untuk memberikan jawaban serta data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian lapangan.

d. Metode analisis

Analisa dalam penelitian ini menggunakan model metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set


(28)

18

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, bertujuan untuk membat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-akta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki.15

e. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007 Cetakan ke-1.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab. Dan tiap-tiap terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode

penelitian dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.

15


(29)

19

BAB II : Kajian Teoritis Tentang Wakaf Tunai

Dalam bab ini menjelaskan tentang wakaf tunai dalam fiqih Islam seperti pengertian wakaf dan dasar hukum wakaf tunai, rukun dan syarat wakaf tunai, macam-macam wakaf, tujuan wakaf uang, pengelolaan wakaf uang menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2006.

BAB III: Pengelolaan Hasil Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dalam bab ini mendeskripsikan gambaran umum objek penelitian, seperti sejarah lahirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI), visi dan misi tabung wakaf Indonesia, struktur organisasi Tabung Wakaf Indonesia (TWI), program-program Tabung Wakaf Indonesia, penerima manfaat, dan penghimpunan wakaf uang Tabung Wakaf Indonesia (TWI).

BAB IV: Pengelolaan Dana dan Hasil Wakaf Tunai (TWI) untuk Pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)

Interpretasi kesesuaian pengeloaan wakaf Tabung Wakaf Indonesia (TWI) menurut undang- undang No.41 tahun 2004. Pada bab ini dideskripsikan mengenai peran TWI dalam mengelola wakaf tunai dalam pegembangan LKC.

BAB V: Penutup. Bab ini merupakan bagian akhir yang terdiri dari kesimpulan pada bab-bab sebelumnya disertai saran. Bab ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan.


(30)

20 BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF TUNAI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf Tunai

a. Pengertian Wakaf

Kata “Wakaf” berasal dari bahasa Arab (Waqafa) yang menurut bahasa (Waqafa) artinya ﻠ (menahan).16

Menurut Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary dalam kitab Fathul Mu’in, wakaf adalah:

Artinya: “Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dalam keadaan barangnya

masih tetap dengan cara memutus pentasarrufannya, untuk diserahkan buat keperluan yang mubah dan berarah.”17

Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai

pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut:18

16

Muhammad Qadri Basya, Al-„Adli wal-Insofi fil-Qhadhai „ala Musykilati al-Auqaf

(Daa]russalam: 1428 H/ 2006 M), h.77.

17

Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibary, Fath ul Mu‟in, atau Fathul Mu‟in. Penerjemah Drs. H. Aliy As’ad (Kudus: Menara Kudus, 1979), h. 344.


(31)

21

Menurut Abu Hanifah wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan untuk menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang ataupun akan datang”19

Menurut mazhab Malikiyah, Ibn Arafah mendefinisikan bahwa wakaf adalah memberikan manfaat sesuatu, pada batas waktu keberadaannya, bersamaan tetapnya wakaf dalam kepemilikan si pemberinya meski hanya perkiraan (pengandaian). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

a) Kalimat “memberikan manfaat” berarti mengecualikan pemberian barang. Seperti hibah. Maka orang yang berhibah (memberi) berarti memberikan barang kepada orang yang dihibahkan.

b) Kalimat “sesuatu” berarti selain manfaat atau uang atau yang diuangkan. Karena sesuatu itu cakupannya lebih umum, hanya saja dikhususkan dengan definisi tetapnya kepimilikan.

18

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.2

19


(32)

22

c) Kalimat “batas waktu keberadaannya” adalah kalimat penjelas untuk sesuatu yang dipinjamkan dan sesuatu yang dikelola. Hal itu karena orang yang

meminjamkan berhak untuk menarik barang yang dipinjamkannya itu.20

Menurut mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran ataupun tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan teesebut tidak dapat diwarisi oleh ahli

warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf

„alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. apabila wakif melarangnya, maka qadli

berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf „alaih. Karena itu madzhab

Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya

kepada suatu kebajikan (sosial).21

Definisi wakaf menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.42

Tahun 2006 tentang wakaf pada pasal 1 (1) berbunyi: wakaf adalah perbuatan hukum

20

Dr.Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Cet.I, (Jakarta: Dompet Dhuafa dan IIMAN, 2004), h.55.

21

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.3.


(33)

23

Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.22

Bila dicermati, pengertian wakaf yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 ini tidak lagi memberikan pemahaman yang sempit bagi masyarakat, bahwa bukan hanya tanah saja yang boleh diwakafkan. Tetapi benda bergerak juga bisa diwakafkan seperti uang yang sama-sama memilki nilai ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Berbeda dengan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik pasal 1. yakni (1) wakaf ialah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta kekayaannya yang berupa tanah milik, dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribatan atau

keperluan umum lainnya, sesuai dengan ajaran Islam.23

Pengertian wakaf dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik tersebut, tentulah sangat sempit dan hanya terbatas pada wakaf tanah saja, sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa seolah-olah hanya tanah saja yang boleh diwakafkan.

22

“Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 tentang wakaf” artikel ini diakses pada 14 Juni 2011 dari http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_42_2006.pdf.

23

Departemen Agama, Peraturan Perundangan Perwakafan (Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006) , h.129.


(34)

24

Definisi wakaf ini kemudian diperkuat oleh UU. No. 41 Tahun 2004 tentang

wakaf adalah “perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah” dan didalam UU. No. 41 Tahun 2004 pasal 16 ayat 3 menyatakan bahwa uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya yang sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan dan perundang-undangan termasuk bagian dari benda wakaf. Maka, wakaf uang di Indonesia telah menemukan definisi dan dasar

hukumnya yang kokoh.24

Berdasarkan Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Wakaf bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuagan syariah yang ditunjuk oleh menteri dan dilaksanakan dengan pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis. Apabila telah dilakukan perwakafan uang akan diterbitkan sertifikat wakaf uang yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai bukti penyerahan benda wakaf kepada wakif nazhir, dan Lembaga Keuangan Syariah atas nama nazhir wajib mendaftarkan hata benda wakaf

24“Undang

-Undang No.41 tahun 2004 tentang Wakaf” artikel ini diakses pada 14 juni 2011 dari http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/UU/2004/UU%20NO%2041%20TH%202004.pdf.


(35)

25

berupa uang kepada menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterbitkannya wakaf uang.25

Sedangkan definisi Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun

kalau menilik objek wakafnya yaitu uang, lebih tepatnya cash waqf diterjemahkan

sebagai wakaf uang. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Hukum wakaf tunai telah menjadi perhatian para fuqaha. Beberapa sumber menyebutkan bahwa wakaf uang telah dipraktikkan oleh masyarakat yang menganut mazhab

Hanafi.26

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 11 Mei 2002 menetapkan wakaf uang yang berisikan sebagai berikut:

a) Wakaf uang (cash waqaf/ waqf al-Nuquud) adalah wakaf yang dilakukan

seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

b) Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.

c) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).

d) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang

dibolehkan secara syar’i.

25

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 70-71.

26

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai

(jakarta: Direktorat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006) h.1


(36)

26

e) Nilai pokok uang harus dijamnin kelestariannya tidak boleh dijual, dihibahkan

dan atau diwariskan.27

Pelaksanaan wakaf benda bergerak berupa uang dilaksanakan dengan pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis, sebagai tanda bukti diterbitkan sertifikat wakaf uang yang dikeluarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah yang diberikan ke wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.

Keuntungan daripada wakaf uang bahwa wakaf uang lebih fleksibel dan tidak mengenal batas pendistribusian, sehingga wakaf uang mempunyai keunggulan daripad wakaf benda tetap lainnya, antara lain sebagai berikut:

Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memilki dana terbatas sudah dapat memberikan dana wakafnya tanpa menjadi tuan rumah.

a. Melalui wakaf uang dan aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa

dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau dilolah untuk lahan pertanian.

b. Dana wakaf uang dapat membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam

yang cah flow nya terkadang naik turun.

c. Dengan wakaf uang, umat islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan

anggaran pendididkan tanpa menggantungkan anggaran pendididkan negara yang

semakin terbatas.28

27

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 69-70.

28


(37)

27

b. Dasar Hukum Wakaf tunai29

Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya ibadah wakaf bersumber dari

pemahaman teks ayat al-Qur’an dan juga As-Sunnah. Tidak ada dalam ayat al-Qur’an

yang secara tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Yang menjadi dasar utama

disyariatkannya ajaran ini lebih dipahami berdasarkan konteks ayat al-Qur’an,

sebagai sebuah amal kebaikan. Ayat dan As-Sunnah yang dipahami berkaitan dengan wakaf adalah sebagai berikut :

                          / :

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

                      ) / : (

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul- Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.

Kedua ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada manusia untuk berbuat kebajikan dengan cara menafkahkan sebagian harta yang dicintainya kepada orang

29

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama, Panduan Pemberdayaan tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama, 2006) h. 17-19.


(38)

28

lain. Dalam konteks ayat ini harta merupakan titipan Allah SWT untuk dijadikan bekal diakhirat nanti dengan menafkahkannya atau mewakafkannya.

Disamping ayat-ayat Al-Quran di atas, terdapat pula beberapa hadist yang

dapat dijadikan dasar perwakafan, salah satunya yaitu hadits riwayat Jama’ah, hadits

ini tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada

Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar :

نبإ نعو

رمع

ٲ

ڶ

ٲ

ٲ

):

.(

ٲ

ھ

,

,

ٲ

30

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang

tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah. Umar bertanya: Ya Rasulullah! aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, suatu harta yang belum pernah kudapat sama sekali yang lebih baik bagiku selain tanah itu, apa yang hendak engkau

perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab : “Jika engkau suka, tahanlah pangkalnya dan sedekahkan hasilnya.” Lalu Umar mensedekahkan dengan syarat,

tidak boleh dijual, tidak diberikan, dan tidak boleh diwaris, yaitu untuk orang-orang fakir, untuk keluarga dekat, untuk mmemerdekakan hamba sahaya, dalam perjalanan (ibnu sabil): dan tidak berdosa orang yang wajar dan untuk memberi makan (kepada keluarganya) dengan syarat jangan dijadikan hak milik.” (HR.Jama’ah).

30

Muhammad Qadri Basya, Al-„Adli wal-Insofi fil-Qhadhai „ala Musykilati al-Auqaf


(39)

29

ڶ

31

(

Artinya: Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal, yaitu: shadaqah jariah, ilmu yang

dapat dimanfaatkannya atau anak shaleh yang mendoakaannya. (H.R. Jama’ah

kecuali Bukhari dan Ibnu Majah).

B. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai

Dalam bahasa arab kata rukun memiliki makna yang sangat luas. Secara

etimologi rukun biasa diterjemahkan dengan sisi yang terkuat. Karenanya, kata rukn

al-syai‟ kemudian diartikan sebagai sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu. Adapun dalam terminolog fikih rukun adalah sesuatu yang dianggap menentukan suatu disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian integral dari disiplin itu sendiri atau dengan kata lain rukun adalah penyempurna sesuatu dimana ia merupakan

bagian dari sesuatu itu.32

Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf ada empat (4), yaitu :

31

Fadilah As-Syaikh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Nailul Authar Jilid 5 (PT Bina Bina Ilmu: 2001), h.2000.

32

Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf Kajian Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas sengketa Wakaf, cet.1, (Ciputat : Dompet Dhuafa Republika, 2004), h.87.


(40)

30

1. Wakif (orang yang mewakafkan harta);

2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan);

3. Mauquf „alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf);

4. Shigat (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan

sebagian harta bendanya).33

a. Syarat Wakif34

Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan memiliki kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak disini meliputi empat (4) kriteria, yaitu :

1. Merdeka

Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya) tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan bara para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan hartanya bila ada ijin dari tuannya, karena ia sebagai wakil darinya. Bahkan Adz-Zahiri (pengikut Daud adz-Dzahiri) menetapkan bahwa budak dapat memiliki sesuatu yang diperoleh dengan jalan waris atau „tabarru’. Bila ini dapat memiliki sesuatu berarti ia dapat pula

33

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 21-23.

34


(41)

31

membelanjakan miliknya itu. Oleh karena itu ia boleh mewakafkan, walaupun hanya

sebagai tabarru‟ saja;

2. Berakal sehat

Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak

berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya.

Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot), berubah akal karena faktor usia, sakit atau kecelakaan, hukummnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.

3. Dewasa (baligh)

Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baligh) hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak mlikknya.

4. Tidak berada dibawah pengampuan (boros/lalai)

Orang yang berada dibawah pengampuan dipandang tidak cakap untuk

berbuat kebaikan (tabarru‟), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi

berdasarkan ihtisan, wakaf orang yang berada dibawah pengampuan terhadap dirinya sendiri selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak benar,

dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain.35

35


(42)

32

b) Syarat Mauquf Bih (harta yang diwakafkan)36

Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama tentang syarat sahnya harta yang diwakafkan, kedua tentang kadar benda yang diwakafkan.

a. Syarat sahnya harta wakaf

Harta yang akan diwakafkan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Harta yang diwakafkan harus mutaqawwam

Pengertian harta yang mutaqawwam (al-mal al mutaqawwam) menurut

madzhab Hanafi ialah segala sesuatu yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal (bukan dalam keadaan darurat). Karena itu madzhab ini memandang tidak sah mewakafkan :

1) Sesuatu yang bukan harta, seperti mewakafkan manfaat dari rumah

sewaan untuk ditempati.

2) Harta yang tidak mutaqawwam, seperti alat-alat musik yang tidak halal

digunakan atau buku-buku anti Islam, karena dapat merusak Islam itu sendiri.

Latar belakang syarat ini lebih karena ditinjau dari aspek tujuan wakaf itu

sendiri, yaitu agar wakif mendapat pahala dan mauquf „alaih (yang diberi wakaf)

memperoleh manfaat. Tujuan ini dapat tercapai jika yang diwakafkan itu dapat dimanfaatkan atau dapat dimanfaatkan tetapi dilarang oleh Islam.

36


(43)

33

2. Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan

Harta yang diwakafkan harus diketahui dengan yakin („ainun ma‟lumun),

sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan. Karena itu tidak sah mewakafkan yang tidak jelas seperti satu dari dua rumah. Beberapa contoh dari 7 pernyataan wakaf yang berbunyi : “ saya mewakafkan sebagian dari tanah wakaf saya kepada

orang-orang kafir dikampung saya”, begitupula tidak sah : “ Saya mewakafkan

sebagian buku saya kepada para pelajar”. Kata sebagian dalam pernyataan ini

membuat harta yang diwakafkan tidak jelas dan akan menimbulkan persengketaan.

Latar belakang syarat ini ialah karena hak yang diberi wakaf terkait dengan harta yang diwakafkan kepadanya. Seandainya harta yang diwakafkan kepadanya tidak jelas, tentu akan menimbulkan sengketa. Selanjutnya sengketa ini akan menghambat pemenuhan haknya. Para fakih tidak mensyaratkan agar benda tidak bergerak yang diwakafkan harus dijelaskan batas-batasnya dan luasnya diketehui dengan jelas. Jadi, secara fiqih, sudah sah pernyataan sebagai berikut : “saya wakafkan tanah saya yang terletak di…” sementara itu wakif tidak tidak mempunyai tanah selain ditempat itu.

a) Milik wakif

Hendaklah harta yang diwakafkan milik penuh dan mengikat bagi wakif ketika ia mewakafkannya. Untuk itu tidak sah mewakafkan sesuatu yang bukan milik wakif.


(44)

34

b) Terpisah, bukan milik bersama (musya’)

Milik bersama itu adakalanya dapat dibagi, juga adakalanya tidak dapat dibagi.37

c) Syarat Mauquf „Alaih (Penerima Wakaf)38

Yang dimaksud dengan mauquf „alaih adalah tujuan wakaf (peruntukan

wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan Syariat Islam. Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang mendekatkan diri

manusia kepeda Tuhan. Karena itu mauquf alaih (yang diberi wakaf) haruslah pihak

kebajikan. Para faqih sepakat berpendapat bahwa infaq kepada pihak kebajikan itulah yang membuat wakaf sebagai ibadah yang mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.

Namun terdapat perbedaan pendapat antara para faqih mengenai jenis ibadat disini, apakah ibadat menurut pandangan Islam ataukah keyakinan wakif atau keduanya, yaitu menurut pandangan Islam dan keyakinan wakif.

1. Madzhab Hanafi mensyaratkan agar mauquf „alaih (yang diberi wakaf)

ditunjukan untuk ibadah menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan wakif. Jika tidak terwujud salah satunya, maka wakaf tidak sah. Karena itu:

37

Ibid., h. 26-28

38


(45)

35

a. Sah wakaf orang Islam kepada semua syi’ar-syi’ar Islam dan pihak kebajikan, seperti orang-orang miskin, rumah sakit, tempat penampungan dan sekolah. Adapun wakaf selain syi’ar-syi’ar Islam dan pihak-pihak kebajikan hukumnya tidak sah, seperti klub judi.

b. Sah wakaf non muslim kepada pihak kebajikan umum seperti tempat ibadat

dalam pandangan Islam seperti pembangunan masjid, biaya masjid, bantuan kepada jamaah haji dan lain-lain. Adapun kepada selain pihak kebajikan umum dan tempat ibadat dalam pandangan agamanya saja seperti pembangunan gereja, biaya pengurusan gereja hukumnya tidak sah.

2. Madzab Maliki mensyaratkan agar mauquf „alaih (peruntukan wakaf) untuk

ibadat menurut pandangan wakif. Sah wakaf muslim kepada semua syi’ar Islam dan badan-badan sosial umum. Dan tidak sah wakaf non muslim kepada masjid dan syiar-syiar Islam.

3. Madzhab syafi’i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf „alaih adalah ibadat menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan wakif. Karena itu sah wakaf muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial seperti penampungan, tempat peristirahatan, badan kebajikan dalam Islam seperti masjid. Dan tidak sah wakaf muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial yang tidak sejalan dengan

Islam seperti gereja.39

39


(46)

36

d) Syarat Shigat (Ikrar Wakaf)40

Shigat wakaf ialah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya. Status shigat secara umum adalah salah satu rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa shigat. Setiap shigat mengandung ijab, dan mungkin mengandung qabul pula. Dasar (dalil) perlunya shigat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah melepaskan hak milik dan benda dan manfaat atau dari manfaat saja dan memilikkan kepada yang lain.

C. Macam-macam Wakaf Tunai41

Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan waktunya, dan penggunaan barangnya :

1. Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga:

a. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi); yaitu apabila tujuan

wakafya untuk kepentingan umum.

b. Wakaf keluarga (dzurri); yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat

kepada wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa

melihat apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, dan tua atau muda.

c. Wakaf gabungan (musytarak); yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan

keluarga secara bersamaan.

2. Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam:

40

Ibid., h. 55-56

41

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar Grup, 2006), h.161-162.


(47)

37

a. Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi,

seperti tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang

ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian

hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan mengganti kerusakannya.

b. Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang

mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk menggganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya.

3. Sedangkan Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua

macam:

a. Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk

mencapai tujuannya, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan lain sebagainya.

b. Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk

kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.

Tiga pembagian wakaf diatas sudah mencakup jenis keseluruhan wakaf, baik berdasarkan tujuan, batasan waktunya, maupun penggunaannya. Pembagian wakaf diatas juga sejalan dengan pendapat ahli fikih, bahkan mereka menyepakati semua


(48)

38

macam wakaf yang telah disebut diatas, kecuali wakaf sementara karena keinginan wakaf yang kita temukan hanya dalam fikih madzhab Maliki saja.

D. Tujuan Wakaf Uang

Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri dan merupakan hasil fatwa Majelis Ulama Indonesia tertanggal 26 April 2002 bahwa Wakaf Uang (Cash Wakaf/ Waqf al-Nuquud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

Adapun tujuan wakaf uang antara lain sebagai berikut.

a. Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang berupa sertifikat

berdominasi tertentu yang diberikan kepada wakif sebagai bukti keikutsertaan.

b. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui sertifikat wakaf uang (tunai)

diatas namakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, sehingga menciptakan integrasi kekeluargaan diantara umat.

c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial dan


(49)

39

d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka

terhadap masyarakat sekitarnya sehingga keamanan dan kedamaian dapat tercapai.42

E. Pengelolaan Wakaf Uang Menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006

Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf terdiri atas sebelas bab, tujuh puluh pasal, meliputi pengertian tentang wakaf, syarat-syarat sahnya wakaf, fungsi wakaf, tata cara mewakafkan dan mendaftarkan wakaf, perubahan benda wakaf, penyelesaian perselisihan, pembinaan dan pengawasan wakaf, badan Wakaf

Indonesia (BWI) ketentuan pidana, dan ketentuan peralihan.43

Dalam ketentuan umum Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang perwakafan secara garis besar mencakup beberapa hal yang saling berkaitan satu sama lainnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau meyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

42

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006) h, 68.

43“Undang

-Undang No.41 tahun 2004 tentang Wakaf” artikel ini diakses pada 14 Juni 2011 dari http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/UU/2004/UU%20NO%2041%20TH%202004.pdf.


(50)

40

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

3. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan

dan/atau tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.

4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk

dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama

dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif.

6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf , selanjutnya disingkat PPAIW, adalah

pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar wakaf.

7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan

perwakafan di Indonesia.

8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

atas Presiden beserta para menteri.

9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang agama.44

Beberapa ketentuan hukum perwakafan menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf yang merupakan penngembangan dari penyempurnaan

44

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Peraturan Perundangan Perwakafan


(51)

41

terhadap materi perwakafan yang ada pada perundang-undangan sebelumnya, antara lain:

1. Objek Wakaf

Objek wakaf menurut Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang wakaf, bahwa objek wakaf tidak hanya berupa tanah milik sebagaimana disebutkan dalam PP No. 28 Tahun 1977. Undang-Undang Tahun 2004 ini juga diperkuat oleh PP No. 42 Tahun 2006 sebagai pelaksanaan Undang-Undang tahun 2004, bahwa objek wakaf menurut Undang-Udang No.41 Tahun 2004 tersebut lebih luas. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 point 5, yaitu harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta memiliki nilai

ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif.45 Lebih lanjut dipertegas

dalam pasal 16 point 1, yaitu harta benda wakaf terdiri dari: a. benda tidak bergerak b.Benda bergerak. Point 3 yaitu benda yang tidak bisa habis karena konsumsi, meliputi: a. uang b. logam mulia c. surat berharga d. kendaraan e. hak atas kekayaan intelektual f. hak sewa g. benda bergerak lainnya sesuai dengan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.46

45

Ibid., h. 3

46


(52)

42

2. Nadzir

Didalam pasal 12 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya Nadzir dapat menerima imbalan dari hasil bersih pengelolaan dan pengembangan harta

benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).47

3. Wakaf benda bergerak berupa uang

Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri (pasal 28) dan lebih lanjut dalam pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang yang dimaksud pada ayat 2 diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada

wakif dan nadzir sebagai bukti penyerahan harta wakaf.48

4. Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Pasal 47 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI), ayat 2 menegaskan bahwa Badan Wakaf Indonesia bekedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengn kebutuhan. Adapun tugas dan wewenang Badan Wakaf Indonesia seperti termuat dalam pasal 49 ayat 2 adalah:

47

Ibid., h. 8

48


(53)

43

a. Melakukan pembinaan terhadap Nadzir dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf.

b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala

nasional dan internasional.

c. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status

harta benda wakaf.

d. Memberhentikan dan mengganti nadzir.

e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.

f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan

kebijakan dibidang perwakafan.49

Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 Pasal 42 menyebutkan Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan fungsi, dan

peruntukannya.50

Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 Pasal 43 menyebutkan;

1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai prinsip syariah.

2) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaiman dimaksud

pada ayat (1) dilakukan secara produktif.

49

Ibid., h. 21-22.

50


(54)

44

3) Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud

pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakanlah lembaga penjamin

syariah.51

Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 pasal 44 menyebutkan;

1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang

melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.

2) Izin sebagaiman dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila

ternyata harta benda wakaf tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukan yang

dinyatakan dalam ikrar wakaf.52

Didalam bab 5 UU.No.41 tahun Pasal 45 menyebutkan;

1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir

diberhentikan dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang bersangkutan;

a. Meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan;

b. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum;

a. Atas permintaan sendiri;

51

Ibid., h.19

52


(55)

45

b. Tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir dan/atau melanggar

ketentuan larangan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

2) Pemberhentian dan penggantian Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

3) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yan dilakukan oleh nazhir

lain karena pemberhentian dan penggantian Nazhir, dilakukan dengan tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan serta

fungsi wakaf.53

Didalam bab 5 UU.No.41 tahun 2004 Pasal 46 menyebutkan;

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 45 diatur

dengan Peraturan Pemerintah.54

Didalam PP.No.42 tahun 2006 bab 5 Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, dan Pasal 48 menyebutkan tetang pengelolaan dan pengembangan wakaf sebagi ketentuan lebih

lanjut Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 45 UU.No.41 tahun 2004.55

53

Ibid., h. 20-21

54


(56)

46

Didalam PP.No.42 tahun 2006 bab 5 Pasal 45 menyebutkan;

1) Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai

dengan peruntukan yang tercantum dalam BWI.

1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah.

Didalam PP.No.42 tahun 2006 bab 5 Pasal 46 menyebutkan;

Pengembangan dan pengeloaan harta benda wakaf dari perorangan warga negara asing, organisasi asing dan badan hukum asing yang berskala nasional atau internasional, serata harta benda wakaf terlantar, dapat dilakukan oleh BWI.

Didalam PP.No.42 tahun 2006 bab 5 Pasal 47 menyebutkan;

Dalam hal harta benda wakaf berasal dari luar negeri, Wakif harus melengkapi dengan bukti kepemilikan sah harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan Peratutan Perundang-undangan, dan Nazhir harus melaporkan kepada lembaga terkait perihal adanya perbuatan wakaf.

Didalam PP.No.42 tahun 2006 bab 5 Pasal 47 menyebutkan;

1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus berpedoman sesuai

dengan ketentuan BWI.

55

“Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 tentang Wakaf” artikel ini diakses pada 14 Juni


(57)

47

2) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat

dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah.

3) Dalan hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu tertentu,

maka nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU dimaksud.

4) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan

pada bank syariah harus mengikuti program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

5) Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan

dalam bentik investasi diluar bank syariah harus diasuransikan pada asuransi syariah.

Demikian beberapa peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan wakaf terbaru, Undang-Undang No.41 tahun 2004 ini cakupannya lebih luas dalam artian harta yang diwakafkan itu tidak hanya benda tidak bergerak saja seperti yang diatur oleh Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960, yang berbunyi : (a) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan hak pakai. (b) Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan


(58)

48

pemerintah. Akan tetapi cakupannya lebih luas yaitu benda yang bergerak seperti

yang telah disebutkan diatas.56

56

Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Insdonesia, cet. I, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 97.


(59)

49

BAB III

PENGELOLAAN WAKAF UANG DI TABUNG WAKAF INDONESIA

A. Sejarah Lahirnya Tabung Wakaf Indonesia (TWI)

Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus-menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat yang dapat mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta profesional.

Keberadaan Undang-Undang Wakaf membuktikan bahwa peran dan potensi umat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan keberadaan lembaga wakaf. Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan Nazhir Wakaf (Pengelola Wakaf) yang amanah dan profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengelokasian dana wakaf menjadi optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa mendirikan tabung wakaf Indonesia yang berperan dalam memberikan sosialisasi, edukasi, dan advokasi wakaf, serta mengelola harta wakaf dari masyarakat maupun institusi.57

57“Profil Tabung Wakaf Indonesia”,

Tabung Wakaf Indonesia-Dompet Dhuafa Republika,h 1.


(60)

50

Pendirian lembaga pengelola wakaf ini adalah untuk mewujudkan sebuah lembaga nazhir wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Lembaga ini ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi. Kelahiran lembaga ini diharapkan dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi ummat. Sasaran lembaga pengelola wakaf adalah seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan berwakaf dan masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan TWI.

B. Visi dan Misi tabung Wakaf Indonesia (TWI)58

1. Visi

Menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu menjadikan wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan seistem ekonomi berkeadilan.

2. Misi

Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif.

58


(61)

51 C. Struktur Tabung Wakaf Indonesia59

D.

Dewan syariah :Prof. KH. Amin Suma

Bobby Herwibowo

Izzudin Abdul Manaf

Dewan Pembina :Parni Hadi

Eri Sudewo

S.Sinansari Ecip

Didin Hafidhuddin

Rahmad Riyadi Haidar Bagir

59

Ibid,. H.2

STAFF STAFF STAFF

SUPPORTING

HRD,GA,Legal &Finance FUNDRAISING

PROGRAM & GRANT MANAGEMENT

DIREKTUR TWI

DEWAN SYARIAH PRESIDEN DIREKTUR

DOMPET DHUAFA DEWAN PEMBINA


(62)

52

Houtman z. Arifin

Erry Riyana Hardjapamekas Presiden Direktur

Dompet Dhuafa :Ismail A. Said Direktur

Tabung Wakaf Indonesia :Veldy V. Armita Manajer Program &

Grant Manajer :Hendra Jatnika

Manajer Program :Noviati Endang Mustaqimah Manajer Keuangan :Mekar Susestyojati

Manajer HRD & Leggal :Destria Meryana

D. Program Produktif Tabung Wakaf Indonesia (TWI)60

Wakaf produkttif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia, maupun benda yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf produktif inilah yang menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan

umat, seperti pembiayaan pendididkan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.61

60

Ibid., h.3

61 “Profil Tabung Wakaf Indonesia”,

artikel ini diakses pada 28 Juli 2011 dari http://www.tabungwakaf.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26&Itemid=21.


(1)

SDA

12.Selain program yang telah disebutkan pada poin 11, langkah apalagi yang akan dirintis oleh TWI melalui dari hasil wakaf tunai?

Kalau dari hasil wakaf tunai untuk mengembangkan. Kalau untuk ruku-ruko target kita akan menjadi raja properti, dengan menambah ruko yang banyak untuk disewakan, membeli atau membangun

13.Permasalahan atau kendala apa saja yang terjadi di TWI dengan program-program tersebut?

Kalau sekarang Wairness tentang wakaf masih pada wakaf uang untuk membangun yang bersifat sosial contohnya Rumah Sakit, ya itu memang boleh, namun paradigma untuk wakaf produktif itu belum luas, jadi ketika memang belum banyak yang tahu belum banyak yang menunaikan wakaf produktif.

14.Dari program-program yang dijalankan TWI (pendidikan,kesehatan, dan sosial) program mana yang bisa dikatakan lebih berkembang dari surplus wakaf tunai TWI?

Wakaf perkantoran yaitu di program pendidikan (rumah cahaya) dan foodcourt untuk LKC tetapi yang sudah besar itu kantor yang di Depok di Jalan Keadilan. 15.Bagaimana penyelesaian atau cara mengatasinya apabila terjadi permasalahan

dalam pengelolaan dan pemberdayaan wakaf tunai di TWI?

Kita harus inovasi terhadap program-program, terus mengampanyekan wakaf produktif.

16.Apa pertimbangan TWI dalam mengalokasikan surplusnya untuk LKC? Apakah karena LKC milik Dompet Dhuafa atau ada alasan lain?

Karena memang kebijakan DD, bahwa TWI adalah pengelola maupun aset bergerak atau tidak bergerak, kemudian fundrisng pengumpulan juga mengelola dana mauquf alaih ataubenefit series adalah tugas DD, ini meniru singapure. Contoh waris (wakaf


(2)

real estate) itu yang mengelola real estatenya tapi nazhirnya siapa adalah majlis ulamanya, jadi kita saat ini mengacu kepada singapure.

17.Yang saya baca di brosur surplus dari salah satu program produktif TWI (Countrywood Waqf junction (CWJ)) untuk layanan kesehatan, apakah layanan kesehatan yang dimaksud adalah LKC? Karena keterangan di brosur LKC adalah

salah satu mauquf „alaih (penerima manfaat) surplus di bidang kesehatan?

CWJ untuk LKC.

18.Sejak kapan TWI turut meyalurkan surplusnya untuk LKC? Apakah masih berlangsung hingga saat ini?

Masih sampai ini, sejak ada zawaf (2 tahun ini), jadi bukan pada saat TWI berdiri LKC sudah menyalurkan surplusnya, dulu itu waktu LKC berdiri itu, TWI yang bangunannya, diperbolehkan sama Dewan Syariah kami Pa Didin waktu itu, untuk wakaf berhutang kepada (CSR) DD, pembangunannya 2,7 milyar kalau ga salah, untuk LKC itu dihutangi dulu,. Tetapi alhamdulillah sekarang sudah lunas, dan harus ketahuan itu utang.

19.Apakah ada prosentase khusus untuk menyalurkan surplusnya ke LKC?

Tidak ada prosentase khusus untuk LKC, rumusnya itu kan 10:90, 10% untuk nazhirnya dan 90% untuk mauquf alaih (benefit series).

20.Apakah penyaluran surplus TWI besarnya atas permintaan LKC atau sesuai kemampuan TWI?

Sesuai kemampuan TWI

21.Berapa hasil wakaf tunai yang dikelola TWI semenjak TWI berdiri tahun 2005 sampai 2011?

Lap.keu

22.Bagaimana perkembangan hasil wakaf tunai dari semanjak berdirinya TWI tahun 2005 hingga saat ini?


(3)

Untuk model-model beberapa bagus, model- model sekarang sudah ada inovasi seperti lapangan futsal, ruko-ruko, itu kan lumayan yang dulunya cuma masjid, sekolah. Sekarang ada ruko-ruko perkantoran, foodcourt.

23.Apakah sudah efektif pengelolaan hasil wakaf tunai TWI untuk pengembangan LKC? Jika kurang efektif dana diambil dari mana?

Belum efektif karena masih kecil

24.Bagaimana prospek TWI tentang LKC kedepan dari surplus yang disalurkan untuk LKC?

LKC sudah membuat menjadi RST, tetapi LKC tetap ada sebagai klinik kemungkinan surplus bisa disalurkan ke LKC dan RST

25.Yang saya baca di brosur surplus dari salah satu program produktif TWI (Countrywood Waqf junction (CWJ)) kedepan akan disalurkan juga untuk Rumah Sehat Terpadu (RST), apakah sudah mulai disalurkan atau baru rencana?

Kurang tahu, informasi bisa ditanyakan ke DD

26.Bolehkan saya meminta laporan keuangan dari tahun 2005-2011 untuk melihat perkembangan wakaf tunai TWI?

Boleh


(4)

LAPORAN PENERIMAAN DANA WAKAF TWI 1426 H-1431 H Tabel 5

Laporan Penerimaan Dana Wakaf TWI 1426-1431 No Jenis

Wakaf

S/D1426 H 1426/1427 1427/1428 1428/1429 1429/1430 1430/1431 Total

Penerimaan

1 Wakaf

Tidak Terikat

1.530.344.663 995.990.797 2.526.335.460

2 Wakaf

SMART Pemb. Tanah & Bangunan Bea Pajak, Sertifikat, & Balik Nama

1.004.645.500 667.546.080 333.354.264 464.990.271 9.000.000 33.335.500 2.552.891.615

3 Wakaf

perkebunan Cokelat & Kelapa Transfer

Masuk dr

Wakaf Prooduktif

-

4 Wakaf

Produktif Batasa Capital, Kampung Ternak, Bakmi Langgara, BMT Nusya Tuban,

Wakal

al-Wakif, Renovasi Wardah, Food Court Zambrud, as syukro, Renovasi Jannah, Tanah samping Wakapaya, Transfer keluar Wakaf Cokelat, Transfer keluar


(5)

Rumah Cahaya, Transfer keluar Perkebunan Karet

5 Wakaf

Rumah Cahaya Renovasi Rumah Cahaya tahun 2003, Pembangau nan Rumah Cahaya tahun 2009

(Term I),

Transfer Masuk Wakaf Produktif

48.250.00 9.050.000 57.300.000

6 Wakaf

Masjid

Masjid al

wafa Jogja, Masjid NTT, Masjid at-Taawun, Masjid Ibnu Syakur, Masjid Kp. Blencong

37.317.200 120.450.000 48.450.000 150.000.000 3.000.000 359.217.200

7 Wakaf

LKC

1.064.274.600 216.975.000 147.800.000 182.950.00 4.865.000 1.616.864.600

8 Wakaf

Terpadu

1.000.000 6.000.000 7.000.000

9 Wakaf

wisma Muallaf

193.700.000 5.000.000 1.000.000 199.700.00

10 Wakaf

Sarana Niaga

100.000 100.00

11 Wakaf

Peternakan

1.000.000 1.400.000 2.400.000

12 Wakaf

Pertanian

1.500.000 1.500.000

13 Wakaf

perkebunan Karet Transfer masuk dana Wakaf Pruduktif

600.000 600.000

14 Wakaf

Zona madina, Transfer ke


(6)

dana Zona Madina

15 Wakaf

Sosial

17.500.000 17.500.000

16 Waqf

Country Wood Juncttion

34.337.000 34.337.00