BAB II SEKILAS TENTANG ALIRAN PANGESTU DAN PAGUYUBAN
SUMARAH
A. Riwayat Hidup Pendiri Pangestu
Ada beberapa keterangan yang menjelaskan dengan singkat mengenai arti Paguyuban Sumarah itu sendiri. Salah satunya yang terdapat dalam
Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Pangestu.
1 Organisasi ini bernama Paguyuban Ngesti Tunggal disingkat Pangestu. 2 Pangestu mengandung arti kata sebagai berikut: a. Paguyuban
ialah persatuan yang dijiwai oleh hidup rukun dan semangat kekeluargaan. b. Ngesti ialah upaya batiniah yang didasari dengan permohonan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. c. Tunggal ialah bersatu dalam hidup bermasyarakat dan bersatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi Paguyuban Ngesti
Tunggal berarti: persatuan yang dijiwai oleh hidup rukun dan semangat kekeluargaan dengan upaya batiniah yang didasari dengan permohonan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, untuk bersatu dalam kehidupan bermasyarakat dan bersatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa
8
.
Didirikan pada tanggal 20 Mei 1949, di Surakarta, tetapi Pangestu, seperti yang diuraikan dalam Serat Sasangka Jati sudah diwahyukan pada tanggal 14
Februari 1932 kepada R. Soenarto Mertowerdojo di rumahnya, di Widuran, Surakarta
9
. R. Soenarto adalah salah satu siswa yang terpilih menjadi warana
perantara turunnya sabda Ilahi dengan perantaraan utusan-Nya yang abadi, yakni
8
Pangestu, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Penyempurnaan Berdasarkan Mandat Kongres XIV2000, Jakarta: 2002, h. 6.
9
Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, h. 63.
7
Suksma Sejati. Sabda Ilahi yang diterima beliau bukanlah serta merta turun begitu saja, melainkan diperoleh setelah R. Soenarto berupaya keras melalui masa
pencarian disertai berbagai perjalanan spiritual yang dialami beliau sejak umur tujuh tahun.
R. Soenarto dilahirkan pada tanggal 21 April 1899 di Desa Simo, Kawedanan Simo, Kabupaten Boyolali, eks Keresidenan Surakarta, Propinsi
Jawa Tengah. Ia anak ke-enam dari delapan bersaudara, putra-putri R. Soemowardojo, seorang juru tulis kawedanan yang kemudian menjadi mantri
penjual
10
. Walaupun dihimpit oleh keadaan yang serba kekurangan dan tidak
menguntungkan, beliau berkeinginan kuat untuk dapat menyekolahkan anak- anaknya. Oleh karena itu R. Soemowardojo berniat untuk menitipkan R. Soenarto
kepada keluarga atau kerabat, bahkan kepada orang lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan, dengan harapan orang yang dititipi akan membantu R. Soenarto
mendapatkan pendidikan formal yang lebih baik. Tekanan dalam hidup bukannya merusakkan pribadinya hingga menjadi
anak nakal, sebaliknya penderitaan itu dilihatnya sebagai kewajiban untuk prihatin, yang menjadi batu ujian maupun untuk memperluas sifat-sifat baik,
misalnya kejujuran, percaya terhadap kasih dan keadilan Tuhan, kepatuhan dan
10
Sularso Sopater, Mengenal Pokok-pokok Ajaran Pangestu, Jakarta: PT New Aqua Press, 1987, h. 13.
8