16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FATWA
A. Definisi Fatwa
Dalam kehidupan sehari-hari, kaum muslimin seringkali mendengar istilah fatwa. Bagi sebagian orang, fatwa dianggap sebagai sebuah ketentuan
yang harus dijalankan. Fatwa dianggap sebagai sebuah hukum yang memiliki konsekuensi dalam menjalankannya. Bagi sebagian yang lain, fatwa dianggap
sebagai sebuah anjuran. Sehingga tidak ada ketentuan hukum dalam menjalankan atau meninggalkan suatu fatwa.
Fatwa berasal dari bahasa Arab al- ifta’, al-fatwa. Yang secara sederhana
dimengerti sebagai pemberi keputusan.
1
Fatwa adalah suatu jawaban resmi terhadap pertanyaan atau persoalan penting menyangkut dogma atau hukum,
yang diberikan oleh seseorang yang mempunyai otoritas untuk melakukannya.
2
Fatwa secara etimologi bahasa ialah:
Artinya: “Menyelesaikan setiap masalah”
3
1
Pengantar M. Quraisy Shihab dalam bukunya M.B. Hooker, Islam Mazhab Indonesia, Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial,
terjemahan Iding Rosyidin Hasan, Jakarta: Teraju, 2003, Cet. II, h. 16
2
Ibid., h. 21.
3
Khairul Uman dan A. Achyar Aminuddin, Ushul Fiqh II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998, h. 173
17
Definisi tersebut jika dicari persamaannya dalam al-Quran adalah sebuah solusi dari suatu permasalahan. Seperti firman Allah SWT:
ءاسنلا :
٧ Artinya: Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah:
Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran juga memfatwakan tentang para
wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, , sedang kamu ingin mengawini merekadan
tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan Allah menyuruh kamu supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. dan
kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya.
QS. An- Nisa’ QS. An-Nisa 4: 127
Sedangkan fatwa secara terminologi istilah ialah:
Artinya: “Fatwa adalah menyampaikan hukum-hukum Allah berdasarkan dalil-
dalil syariah yang mencakup segala persoalan .
”
4
4
Ibid, h. 175
18
Berdasarkan terminologi tersebut, fatwa adalah sebuah hukum yang berasal dari Allah dengan menyandarkan pada dalil-dalil syariah mengenai
berbagai pertanyaan yang berkenaan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fatwa adalah jawaban keputusan, pendapat yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah.
5
Fatwa bahasa Arab, keputusan yang sah, suatu pengumuman yang sah diberikan
sebagai tanggapan atas suatu pertanyaan tentang suatu praktek hukum Islam. Keputusan ini diberikan oleh seorang mufti dengan kualifikasi tinggi dan
berdasarkan pada sesuatu yang bisa dijadikan teladan dan wewenang bukan pendapat pribadi sendiri.
6
Fatwa adalah menerangkan hukum agama dari suatu persoalan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa mustasfi, baik
perorangan maupun kolektif, baik dikenal maupun tidak dikenal. Dalam ilmu ushul fiqh fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid atau
sebagai jawaban yang diajukan peminta dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat.
7
5
Pusat Bahasa dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-3, h. 275
6
Muhammad Iqbal dan William Hunt, Ensiklopedi Ringkas tentang Islam, Jakarta: Taramedia, 2003, h. 110-111.
7
A. Rahman Ritonga, dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 326
19
Dalam buku fatwa Munas VII MUI 2005, disebutkan bahwa fatwa adalah penjelasan tentang hukum atau ajaran Islam mengenai permasalahn yang
dihadapi atau ditanyakan oleh masyarakat serta merupakan pedoman dalam melaksanakan ajaran agamanya.
8
Fatwa adalah nasehat yang datangnya dari orang yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah dari padanya, baik
tingkatan umurnya, ilmunya maupun kewibawaannya.
9
Fatwa adalah sama dengan petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkait dengan hukum.
Jamaknya adalah fatawa, dalam ilmu ushul fiqh berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan
peminta fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat.
10
Fatwa menurut syara’ adalah menerangkan hukum syara’ dalam suatu
persoalan sebagai jawaban dari satu pertanyaan, baik si penanya tersebut jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun kolektif.
11
Inti dari pengertian fatwa merupakan jawaban atau penjelasan atas suatu pertanyaan atau kasus yang sedang dihadapi, dan dapat dijadikan pedoman atau
dasar sesuai dengan keyakinan ajaran agamanya masing-masing.
8
Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Munas VII MUI 2005, Cet. III, h. V
9
M. Abdul Mujieb, dkk., Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, h. 77
10
Abdul Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996, Jilid 2, h. 326
11
Terj. Yusuf al-Qardhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, Jakarta: Gema Insani, 1997, h. 5
20
Dari pengertian-pengertian fatwa di atas, dapat dijumpai adanya pihak yang meminta fatwa mustafti dan ada pihak yang memberi fatwa mufti. Pihak
yang meminta fatwa mustafti bisa bersifat pribadi, lembaga atau kelompok masyarakat, ataupun pemerintah dan bahkan dari kalangan MUI sendiri.
Sedangkan pemberi fatwa mufti adalah pihak yang mengeluarkan fatwa yang dilakukan oleh seorang mujtahid atau faqih yang telah memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu dalam mengeluarkan fatwa. Fatwa tersebut bersifat petuah, nasehat dan tidak harus diikuti oleh peminta fatwa, karena fatwa tersebut tidak
mempunyai daya ikat atau sanksi bagi yang melanggarnya. Fatwa muncul karena adanya suatu perkara akibat perkembangan sosial
yang dihadapi oleh umat, karena itu fatwa mensyaratkan adanya orang yang meminta atau kondisi yang memerlukan adanya pandangan atau keputusan
hukum. Dengan demikian, fatwa tidak persis dengan tanya jawab keagamaan biasa seperti dalam pengajian-pengajian, bukan juga sekedar ceramah seputar
suatu ajaran agama, fatwa senantiasa sangat sosiologis, ia mengandaikan adanya perkembangan baru, atau kebutuhan baru yang secara hukum belum ada
ketetapan hukumnya atau belum jelas duduk masalahnya.
12
Tradisi pemberian fatwa di zaman Nabi Muhammad SAW diawali dengan datangnya suatu pertanyaan dari umatnya, penjelasan mengenai hukum
Islam didasarkan pada al-Quran, as-Sunnah, dan apa yang diwahyukan pada
12
M.B. Hooker, Islam Mazhab Indonesia; Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial, terj. Iding Rosyidin Hasan, Jakarta: Teraju, 2003, Cet. Ke-2, h. 16
21
beliau, dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang dimulai dengan pertanyaan dari masyarakat, mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang berbagai persoalan,
lalu mendapat jawaban dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada beliau. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain tentang nikah beda agama al-
Baqarah 2: 221, khamr dan judi al-Baqarah 2: 219, masa haid bagi wanita al-Baqarah 2: 222, anak yatim al-Baqarah 2: 220, perang pada bulan
Haram al-Baqarah 2: 217, dan lain-lain.
13
Pada zaman Nabi SAW tidak terdapat pemisahan antara hukum agama dan hukum negara. Sebagai hakim, beliau memutuskan perkara yang ditanyakan,
dan beliau memerintahkan untuk melaksanakannya, setelah beliau wafat, permasalahan tentang hukum ditanyakan kepada para khalifah dan hakim yang
mengadili perkara masyarakat. Kalangan sahabat Nabi SAW yang terkenal sebagai pemberi fatwa di Madinah adalah „Aisyah binti Abu Bakar, Abdullah,
Abu Hurairah, Said bin al-Musayyab, Urwah ibnu al-Zubair, Abu Bakar ibn Abdul Rahman ibn al-Haris, Ali ibn Abu Thalib dan Sulaiman ibn Yasar.
Sementara itu di Makkah sahabat pemberi fatwa yang terkenal antara lain Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib, Mujahid ibn Jabar, Ikrimah, Atho’ ibn
Abi Rabah dan Abu al-Zubair Muhammad ibn Muslim ibn Quddus. Sedangkan di Bashrah sahabat yang terkenal dalam memberi fatwa antara lain Anas ibn
Malik al- Anshari, Abu „Aliyah Rafi’ ibn Mahram, Hasan ibn Abi Hasan, dan di
13
Muhammad al – Khudhari Bek, Tarikh al- Tasyri’ al-Islami, Beirut, Dar al- Kutub al-
Ilmiyyah, 2008, Cet. 3, h. 15
22
Mesir sahabat pemberi fatwa yang terkenal antara lain Abdullah ibn Umar ibn al- „Ash, Abu al-Khair Mursid ibn Abdullah al-Yazni, Yazid ibn Abu al-Habib.
14
Dengan semangat dakwah Islam yang menjulang, menghasilkan wilayah Islam yang semakin meluas, kebutuhan manusia semakin beragam pula, sehingga
berbagai persoalan muncul dari zaman ke zaman, yang memerlukan jawaban dan penyelesaian yang cukup serius. Untuk itu para warga pergi ke tokoh-tokoh
masyarakat yang terdiri dari kaum ulama untuk menanyakan masalah-masalah hukum yang sedang dihadapi.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa tingkat pemikiran manusia, semakin meningkat dari zaman ke zaman. Hal ini terbukti dengan semakin banyak rahasia
alam yang berhasil disingkap oleh manusia serta pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berhasil menyediakan berbagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin beragam.
B. Mekanisme Fatwa