Penapisan Fitokimia Uji Antibakteri

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.3 Hasil Uji Kadar Air No. Sampel Bobot awal g Bobot akhir g Kadar air Rata-rata 1 Ekstrak Metanol 1,0420 0,9402 9,76 9,72 1,0020 0,9051 9,67 2 Ekstrak Etil Asetat 1,0045 0,8361 16,76 17,55 1,0090 0,8239 18,34 Hasil uji kadar air ekstrak metanol yang diperoleh adalah 9,72 dan ekstrak etil asetat adalah 17,55 sedangkan dalam parameter standar umum ekstrak tumbuhan dari Depkes RI 2000 batas kadar air ekstrak adalah 10. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air ekstrak etil asetat melebihi parameter standar kadar air ekstrak. Kadar air yang tinggi pada ekstrak etil asetat kemungkinan disebabkan oleh pengerjaan partisi yang tidak sempurna pada saat pemisahan lapisan metanol dan etil asetat.

4.3 Penapisan Fitokimia

Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol yang diperoleh kemudian diuji penapisan fitokimia menggunakan metode yang dikembangkan oleh Ayoola et al 2008 dan Tiwari et al 2011. Tabel 4.4 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol No. Metabolit Sekunder Ekstrak n-heksana Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Metanol 1 Alkaloid - - - 2 Flavonoid - + + 3 Saponin - + + 4 Tanin - + + 5 Glikosida - + + 6 Terpenoid + - - Keterangan: + = memberikan reaksi positif - = memberikan reaksi negatif Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan terpenoid dalam ekstrak uji. Dari hasil skrining fitokimia ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan glikosida UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan ekstrak n-heksana mengandung senyawa terpenoid. Adanya senyawa metabolit sekunder pada masing-masing ekstrak dikarenakan sifat kepolaran dari tiap pelarut yang dapat menarik senyawa tersebut. Senyawa flavonoid, saponin, tanin dan glikosida umumnya dapat ditarik oleh pelarut polar seperti metanol Ncube et al, 2008 dan etil asetat sedangkan senyawa terpenoid adalah senyawa non-polar yang umumnya dapat tertarik pada pelarut non polar seperti kloroform dan n-heksana Tiwari et al, 2011.

4.4 Uji Antibakteri

Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode difusi cakram. Proses peremajaan bakteri dilakukan dengan menggunakan media nutrient broth sehingga lebih mudah pada saat pengukuran kepadatan sel bakterinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang yang digunakan adalah 625nm. Hasil absorban yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi 0,1 dengan menambahkan nutrient broth sebagai pengencer Lopez et al, 2003. Suspensi bakteri dengan absorban 0,1 setara dengan suspensi bakteri dengan kepadatan sel bakteri 10 8 selmL Widiastomo et al, 2012. Pada saat inokulasi, suspensi bakteri yang digunakan adalah suspensi dengan kepadatan sel 10 6 selmL yang telah diencerkan dengan menambahkan nutrient broth Lopez et al, 2003. Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut DMSO yang diteteskan pada cakram kertas steril. Natheer et al 2012 menyebutkan bahwa zat yang dijadikan sebagai kontrol negatif adalah pelarut yang digunakan sebagai pengencer ekstrak. Tujuannya adalah sebagai pembanding bahwa pelarut yang digunakan sebagai pengencer tidak mempengaruhi hasil uji antibakteri ekstrak. Oleh karena itu kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 100. Hasil zona hambat kontrol negatif terhadap kedua bakteri uji adalah 0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pelarut DMSO tidak mempengaruhi hasil uji antibakteri dari ekstrak. Kontrol positif yang digunakan adalah cakram antibiotik kloramfenikol 30µg. Kloramfenikol merupakan golongan antibiotik berspektrum luas. Kloramfenikol dikatakan resisten apabila diameter hambat pertumbuhan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bakteri yang dihasilkan 20mm dan sensitif apabila hasil diameter hambat 21mm Andrews, 2011. Hasil diameter hambat kloramfenikol terhadap kedua bakteri uji dalam penelitian ini berkisar antara 26-31mm. Hal ini menunjukkan bahwa cakram kloramfenikol yang digunakan sensitif terhadap kedua bakteri uji. Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak metanol buah Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli Konsentrasi Ekstrak Diameter Zona Hambat mm S. aureus

E. coli I

II III Rata2 I II III Rata2 200 mgmL 18 14 15 15,67 10 10 12 10,67 100 mgmL 15 15 14 14,67 9 10 11 10 50 mgmL 13 14 14 13,67 8 9 8 8,33 25 mgmL 13 14 11 12,67 12,5 mgmL 11 8 10 9,67 Kontrol positif cakram kloramfenikol 30µg 28 25 29 27,33 27 28 28 27,67 Kontrol negatif DMSO Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga Tabel 4.6 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak etil asetat buah Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli Konsentrasi Ekstrak Diameter Zona Hambat mm S. aureus

E. coli I

II III Rata2 I II III Rata2 200 mgmL 19 16 18 17,67 12 13 12 12,33 100 mgmL 16 15 18 16,33 11 12 11 11,33 50 mgmL 17 14 16 15,67 10 11 11 10,67 25 mgmL 15 13 16 14,67 10 9 8 9 12,5 mgmL 15 13 16 13,33 9 8 7 8 Kontrol positif cakram kloramfenikol 30µg 28 27 28 27,67 29 30 29 29,33 Kontrol negatif DMSO Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.7 Hasil pengukuran diameter hambat ekstrak n-heksana buah Parijoto terhadap bakteri S. aureus dan E. coli Konsentrasi Ekstrak Diameter Zona Hambat mm S. aureus

E. coli I

II III Rata2 I II III Rata2 200 mgmL 17 11 10 13 8 7 7 7,33 100 mgmL 14 8 9 10,33 6 6 6 6 50 mgmL 10 3,33 25 mgmL 12,5 mgmL Kontrol positif cakram kloramfenikol 30µg 30 26 30 28,67 29 28 28 28,33 Kontrol negatif DMSO Keterangan : I = pengulangan pertama; II = pengulangan kedua; III = pengulangan ketiga Berdasarkan data diatas dapat dilihat perbandingan diameter hambat rata- rata ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana terhadap bakteri S. aureus dan E.coli pada kurva berikut ini: Gambar 4.1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli 15.67 14.67 13.67 12.67 9.67 10.67 10 8.33 5 10 15 20 200 100 50 25 12.5 Zo n a H a m b a t m m Konsentrasi ekstrak metanol mgmL S. aureus E. coli UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli Gambar 4.3 Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana terhadap Bakteri S. aureus dan E. coli Dari hasil pengukuran diameter hambat pada tabel 4.5-4.7, secara umum menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai daya hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana. Hal tersebut dikarenakan adanya senyawa metabolit sekunder pada ekstrak uji. Hasil uji penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak etil asetat dan metanol mempunyai kandungan senyawa tannin, flavonoid, saponin dan glikosida sedangkan ekstrak n-heksana mengandung senyawa terpenoid. Okeke et al 2001 dan Rahman et al 2010 menyebutkan bahwa beberapa senyawa metabolit sekunder seperti glikosida, saponin, tanin, flavonoid, terpenoid dan alkaloid telah dilaporkan mempunyai aktivitas antibakteri. Quercetin, salah satu senyawa turunan golongan flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Bimlesh Kumar et al, 2011 sedangkan Indoquinolin dari Cryptolepsis sanguinolenta mempunyai aktivitas 17.67 16.33 15.67 14.67 13.33 12.33 11.33 10.67 9 8 5 10 15 20 200 100 50 25 12.5 Zo n a H a m b a t m m Konsentrasi ekstrak etil asetat mgmL S. aureus E. coli 13 10.33 3.33 7.33 6 5 10 15 200 100 50 25 12.5 Zo n a H a mb a t mm Konsentrasi ekstrak n-heksana mgmL S. aureus E. coli UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antibakteri terhadap bakteri Gram negatif dan kapang Silva et al, 1996. Tanaman menyintesis senyawa flavon, flavonoid dan flavonol untuk merespon infeksi mikrobial Ncube et al, 2008. Anyasor et al 2011 menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dari ekstrak tanaman kemungkinan disebabkan oleh adanya senyawa tanin dan flavonoid yang berikatan dengan dinding sel bakteri dan menghambat biosintesisnya. Dari daya hambat terhadap bakteri uji, ketiga ekstrak buah parijoto lebih sensitif terhadap bakteri S. aureus daripada E. coli. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan susunan dinding sel bakteri dimana E. coli mempunyai lapisan dinding sel yang lebih kompleks dibandingkan S. aureus Natheer et al, 2012. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Studi in vitro ; Efek Antikolesterol dari Ekstrak Metanol Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total

15 119 83

Isolasi, Seleksi, dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Kapang Endofit Daun Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae

1 15 108

Isolasi Fraksi Aktif Antibakteri dari Ekstrak Etil Asetat Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

2 35 85

Uji Aktivitas Antioksidan Serta Penentuan Kandungan Fenolat dan Flavonoid Total dari Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)

8 50 85

Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Menggunakan Metode Difusi Cakram

0 17 54

Uji efek antihiperlipidemia ekstrak etanol buah parijoto : medinilla speciosa blume terhadap kolesterol total, trigliserida, dan vldl pada tikus putih jantan

9 65 124

UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan

3 28 88

Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) secara In Vitro dengan Metode Stabilisasi Membran HRBC (Human Red Blood Cell)

15 100 94

:Uji Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume) Terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, Dan VLDL Pada Tikus Putih Jantan

4 30 124

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.

1 9 13