UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto (Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK
ETANOL 70% BUAH PARIJOTO (
Medinilla speciosa
Blume) TERHADAP JARINGAN HATI TIKUS PUTIH
JANTAN
SKRIPSI
ELSA ELFRIDA
NIM: 1111102000032
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JULI 2015
(2)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK
ETANOL 70% BUAH PARIJOTO (
Medinilla speciosa
Blume) TERHADAP JARINGAN HATI TIKUS PUTIH
JANTAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi
ELSA ELFRIDA
NIM: 1111102000032
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JULI 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Elsa Elfrida
Program Studi : Farmasi
Judul : UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto
(Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih Jantan
Buah Parijoto memiliki senyawa flavonoid, tanin, dan saponin yang telah diketehui pada penelitian sebelumnya memiliki efek antihiperlipidemia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% buah parijoto sebagai antihiperlipidemia dengan melihat jaringan hati tikus jantan. Parameter yang dilihat adalah perlemakan sel hati di sekitar vena sentral. Tikus diberi induksi kolesterol dan lemak dengan komposisi kuning telur 80%, larutan sukrosa 65% sebesar 15%, dan lemak hewan 5%. Sebanyak 30 ekor tikus galur Sprague Dawley berusia 2 bulan dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol normal (Na CMC 0,5%), kontrol induksi kolesterol dan lemak, kontrol pembanding (Simvastatin), kelompok Dosis I (0,9 mg/kgbb), Dosis II (9 mg/kgbb), dan Dosis III (90 mg/kgbb). Setelah 42 hari, dilakukan terminasi dan diambil organ hati lalu dibuat preparat histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga dosis dapat mengurangi perlemakan hati tetapi efek yang paling banyak mengurangi perlemakan hati terdapat pada dosis III (90 mg/KgBB) karena sel normal dan sel steatosis berbeda secara signifikan (p<0,05) dengan kelompok hiperlipid.
Kata Kunci : Medinilla speciosa Blume, efek antihiperlipidemia, histologi hati, perlemakan hati
(7)
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Elsa Elfrida
Study Program : Farmasi
Title : Test of Antihiperlipidemia Effect 70% Ethanol Extract of Parijoto Fruit (Medinilla Speciosa Blume) Judging from Liver Tissue of White Male Rats
Parijoto fruit has been known from the previous research contain flavonoid, tanin and saponin compound which has Antihyperlipidemic effect. The purpose of this research is to know the activity of 70% ethanol extract of Parijoto fruit as Antihyperlipidemic by observing the liver tissue of male rats. The parameter which observed is the fatty of liver cell around central vena. The rats were given induction cholesterol and fat with the composition 80% of yolk egg,15% of 65% sucrose solution, and 5% of animal fat . There were 30 Sprague dawley groove rats 2 months old were divided into six groups, they were the normal control (Na CMC 0.5%), the control with cholesterol and fat induction, the comparator control (Simvastatin), the Dose I control (0.9 mg/kgbb), the Dose II control (9 mg/kgbb) and the Dose III control (90 mg/kgbb). After 42 days, termination were perfomed to all groups of animal experiments and the liver were taken and were made into preparations histology. The results showed that all three doses can reduce fatty liver. The best effects of fatty liver reduce was at the third dose (90 mg / kgbb) because the normal cells and steatosis cells was significantly different (p <0.05) with the hyperlipid group.
Keywords: Medinilla Speciosa Blume, Antihiperlipidemia Effect, Liver Histological, Fatty Liver
(8)
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan jalan dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi tidak dipungkiri ada banyak hambatan yang terkadang membuat saya berada titik terlemah, adanya dukungan, doa, dan restu dari orang tua membuat penulis tetap semangat dalam melanjutkan penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, Bapak Iskandar dan Ibu Alhusna. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yardi Ph.D., Apt selaku pembimbing I dan sekaligus selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas ilmu, arahan, bimbingan dan kesabaran dalam meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing penulis selama ini.
2. Ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt selaku pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik, terimakasih telah banyak memberikan ilmu, pengarahan, bimbingan, dukungan serta perhatian yang begitu besar kepada penulis.
3. Ibu dr. Dyah Ayu Woro Setyaningrum, M.Biomed dan Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed, terimakasih telah bersedia memberikan ilmu serta waktu kepada penulis selama penelitian berlangsung.
4. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
6. Seluruh kakak laboran (kak eris, kak lisna, mbak rani, dll) yang sangat membantu penulis selama penelitian di kampus.
(9)
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Adik tercinta, Febriyanti Elfrida, yang senantiasa memberikan pengertian,
dorongan, semangat, dukungan dan perhatian terbesar bagi penulis.
8. Bapak Herry dan keluarga yang telah membantu mengumpulkan sampel buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) dari Gunung Muria Kudus. 9. Sahabat seperjuangan sepenelitian Ani Kurniawati dan Askandari yang
selalu mendampingi, terimakasih atas bantuan, kesabaran, motivasi dan kebersamaannya selama penelitian.
10. Sahabat-sahabat tersayang yang selalu ada Rahmi, Dijah, Asrul, Tiara, Atiyah, Pipit, Indah, Aci, Galih, Fattah dan Mozer, yang tak henti memberikan doa, semangat, dan masukan untuk kelancaran penyusunan skripsi.
11. Laurensius Agus Triantoro, yang telah menjadi rekan, sahabat, sekaligus keluarga dan moodbooster terbaik bagi penulis.
12. Sahabat Serabi (Bunda, Anti, Abang Nissa, Nci, Njes, Itun, dan Upay) atas setiap dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
13. Keluarga besar Beng-Beng, terimakasih atas segala dukungan, doa, dan kenangan terindah yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
14. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah membantu penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, Juli 2015
(10)
(11)
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ...v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEl ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1. Medinilla speciosa Blume ... 4
2.1.1 Taksonomi ... 4
2.1.2Pertelaan ... 4
2.1.3Tempat Tumbuh ... 5
2.1.4Kandungan Kimia ... 5
2.1.5Khasiat ... 5
2.2. Ekstraksi ... 5
2.3. Penapisan Fitokimia ... 7
2.3. Lipid... 8
2.4.1 Lipoprotein ... 8
2.4.2 Kolesterol ... 11
2.4.3 Trigliserida ... 12
2.6. Hati ... 12
2.6. Hiperlipidemia ... 16
2.6.1 Definisi ...16
2.6.2 Obat-obat yang digunakan dalam hiperlpidemia ... 17
2.6.3 Induksi Hiperlipidemia ... 19
BAB 3METODE PENELITIAN ...20
3.1. Jenis Penelitian dan Metode ... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.2.Alat... ... 20
3.3. Bahan ... 20
3.3.1. Bahan Uji... 20
3.3.2. Hewan Uji ... 20
3.3.3. Bahan Kimia ... 20
3.4. Cara Kerja ... 21
(12)
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.2. Penentuan Dosis Bahan Uji ... 21
3.4.3. Penentuan Dosis Simvastatin ... 21
3.4.4. Penyiapan Bahan Uji ... 21
7.4.7. Pelaksanaan Percobaan ... 25
3.4.8. Pengamatan Histologi ... 27
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN ...28
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 28
4.1.1 Ekstraksi Buah Parijoto ... 28
4.1.2 Uji Penapisan Fitokimia ... 29
4.1.3 Uji Kadar Air ... 30
4.1.4 Uji Antioksidan Kualitatif ... 30
4.1.6 Pengamatan Berat Badan Hewan Uji ... 31
4.1.7 Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak ... 32
4.2.3 Pelaksanaan percobaan Antihiperlipidemia ... 32
4.2.4 Pengamatan Histologi Hati... 33
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN ...46
5.1. Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
(13)
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi kadar lipid dalam plasma ... 17
Tabel 3.2 Kelompok perlakuan. ... 26
Tabel 4.3 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak ... 28
Tabel 4.4 Hasil uji kadar air ekstrak... 30
(14)
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Parijoto (Medinilla speciosa Blume)... 4
Gambar 4.2 Hasil Uji Antioksidan Kualitatif ... 9
Gambar 4.3 Grafik peningkatan berat badan hewan ... 32
(15)
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kerangka Penelitian ... 48
Lampiran 2. Pembuatan larutan uji ... 49
Lampiran 3. Perhitungan dosis dan pembuatan suspensi simvastatin... 50
Lampiran 4. Pembuatan diit tinggi kolesterol dan lemak ... 51
Lampiran 5. Jumlah sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis ... 52
Lampiran 6. Persentase sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis ... 57
Lampiran 7. Uji statistik sel normal hewan uji (SPSS 16.0) ... 60
Lampiran 8. Uji statistik sel steatosi hewan uji (SPSS 16.0) ... 64
Lampiran 9. Uji statistik sel nekrosis hewan uji (SPSS 16.0) ... 68
Lampiran 10. Skrinning Fitokimia ... 70
(16)
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan pada masyarakat. Perubahan pola makan ini menyebabkan masyarakat banyak mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi sehingga dapat mengganggu kesehatan dan menyebabkan hiperlipidemia (Dinayanti, Tezza., DK, Kusmiyati. 2010).
Hiperlipidemia akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya adalah jantung koroner. Penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler ditimbulkan karena kebutuhan sel-sel serabut otot jantung akan zat makanan maupun oksigen yang biasanya dialirkan melalui pembuluh nadi koroner kurang atau tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan karena penyempitan dan penyumbatan dinding arteri oleh kolesterol dan trigliserida sehingga terjadi arteriosklerosis (Dyatmiko, 2004) . Penyakit jantung koroner adalah penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian yang cukup besar di Indonesia, yaitu 5,1% dari seluruh kematian pada semua golongan usia. Presentase tersebut meningkat menjadi 8,7% pada rentang usia 45-54 tahun. (Karina, 2011).
Faktor-faktor yang menyebabkan jantung koroner antara lain, konsumsi makanan tinggi kalori, kurang aktivitas fisik, merokok, usia, konsumsi alkohol dan disposisi genetik. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan kelainan pada metabolisme lipid dan lipoprotein termasuk produksi berlebihan dan defisiensi lipoprotein. (Kolawole, Kolawole, Ayankunle dan Olaniran, 2012).
Obat-obat penurun kadar kolesterol seperti golongan statin, telah terbukti efektif menurunkan kadar kolesterol. Akan tetapi obat-obat tersebut memiliki efek samping seperti miopati, kemerahan, dan gatal-gatal pada wajah (Brunton., et al , 2008 dalam Purwanti, 2012). Sehingga banyak dilakukan penelitian tanaman yang memiliki efek yang sama dengan obat sintetik namun memiliki efek samping yang
(17)
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih ringan (Mun’im, 2011 dalam Purwanti 2012). Parijoto (Medinilla speciosa
Blume) pengunaannya dalam masyarakat mempunyai khasiat untuk
menyembuhkan sariawan, diare, serta obat bagi penyakit kolesterol (Anonim, 2014). Pada tanaman Melastoma malabathricum yang memiliki famili yang sama dengan buah parijoto juga mengandung senyawa tannin, saponin dan flavonoid, dan terbukti memiliki efek antihiperlipidemia dan antidiabetes (Balamurugan, 2013).
Pada penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa parijoto (Medinilla speciosa Blume) mengandung tanin, flavonoid, dan saponin (Wachidah, 2013). Kandungan tersebut telah terbukti memiliki efek antihiperlipidemia seperti pada tanaman buah oyong, buah kenaf, dan bunga rosella (Purwanti, 2012; Shivali et al., 2010; dan Dinayanti, 2010).
Hiperlipidemia berkaitan dengan metabolisme lipid. Metabolisme lipid itu sendiri banyak dilakukan di hati. Hiperlipidemia mengindikasikan adanya akumulasi radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan radikal bebas dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang menyebabkan terjadinya akumulasi trigliserida dalam sel hati dan terjadi degenerasi lemak sel hati (Goldberg, 2001).
Pengamatan degenerasi lemak secara histologi menunjukkan hepatosit yang mengandung banyak lemak, terlihat sebagai vesikel kosong yang berbentuk bulat (Klaassen & Watkins III, 1999 dalam Kaniati, 2012). Pada penelitian Kaniati (2012), pengamatan histologi kelompok yang mengalami hiperlipidemia didapati sel yang mengalami perlemakan (sel steatosis) dan sel nekrosis. Pada penelitian Wulandari (2012), kelompok kontrol hiperlipidemia mengalami perlemakan dengan ditandai sinusoid yang tampak melebar, degenerasi lemak pada sel yang dilihat dari inti sel yang terdorong ke pinggir, dan sel yang mengalami nekrosis.
Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas dari ekstrak parijoto (Medinilla speciosa Blume) sebagai terapi antihiperlipidemia dilihat dari jaringan hati pada tikus dengan variasi dosis selama 42 hari. Parameter yang diamati adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena sentral dan sinusoid.
(18)
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) mempunyai efek antihiperlipidemia terhadap degenarasi lemak sel hati pada hewan uji?
2. Bagaimanakah pengaruh variasi dosis pemberian ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) terhadap efek antihiperlipidemia apabila dibandingkan dengan pemberian simvastatin sebagai kontrol positif terhadap degenarasi lemak sel hati hewan uji?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antihiperlipidemia pada ekstrak parijoto (Medinilla speciosa Blume) dan menganalisa pengaruh dosis pemberian ekstrak tersebut terhadap degenarasi lemak sel hati pada hewan uji.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan baru terhadap dunia kesehatan bahwa terdapat efek antihiperlipidemia di dalam ekstrak buah parijoto.
2. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai efek antihiperlipidemia.
(19)
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Medinilla speciosa Blume
2.1.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spertaphyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomaceae
Genus : Medinilla
Species : Medinilla speciosa Blume
(www.plantamor.com)
(Gambar 2.1) [Sumber: Niswah, 2014]
2.1.2 Pertelaan
Parijoto merupakan tanaman obat dengan bentuk perdu, tegak dengan tinggi 1-2 m. memiliki batang bulat, jika tua kulit batangnya berlapis gabus, bergerigi, kasar, dan berwarna putih kecoklatan. Morfologi daun tunggal, bersilang berhadapan, memiliki tangkai pendek, bulat, lunak, berwarna ungu kemerahan, helaian daun berbentuk lonjong sedangkan pangkal dan ujung daun runcing, bertepi rata, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, pertulangan melengkung, permukaan alas licin, berwarna hijau, permukaan bawah kasar dan berwarna hijau
(20)
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelabu. Bunga majemuk, di ketiak daun, sempurna, berkelamin ganda, kelopak 5 helai, ujung runcing, pangkal berlekatan, panjang 3-8 mm, warna ungu tua, benang sari 2 kali lipat jumlah mahkota, kepala sari berupa kuncup membengkok, warna merah keunguan, kepala putik duduk di atas bakal buah, kepala putik bulat, ungu, mahkota lepas, 5 helai, bentuk kuku, panjang 5-8 mm, warna merah muda. Buah buni, bulat, bagian ujung berbenjol bekas pelekatan kelopak, diameter 5-8 mm, warna merah keunguan. Biji bulat, berjumlah banyak, kecil, putih. Akar serabut, putih kotor (Anonim, 2014 dalam Niswah, 2014).
2.1.3 Tempat Tumbuh
Parijoto merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di lereng –lereng gunung atau di hutan-hutan dan terkadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei (Anonim, 2014 dalam Niswah, 2014).
2.1.4 Kandungan Kimia
Hasil penelitian Wachidah (2013) menunjukkan buah parijoto mengandung tannin, saponin, flavonoid dan glikosida. Pada tanaman Melastoma malabathricum yang memiliki famili yang sama dengan buah parijoto juga mengandung senyawa tanin, saponin dan flavonoid, dan terbukti memiliki efek antihiperlipidemia dan antidiabetes (Balamurugan, 2013).
2.1.5 Khasiat
Buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) digunakan secara empiris untuk menyembuhkan sariawan, diare, serta obat untuk penyakit kolesterol (Anonim,2014). Buah parijoto ini telah diuji memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri pada penelitian Wachidah (2013) dan Niswah (2014).
2.2 Ekstraksi 2.2.1 Definisi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengesktraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
(21)
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak meliputi:
a. Faktor biologi
Faktor-faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah identitas jenis (spesies), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
b. Faktor kimia
Faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah:
1) Faktor internal : jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif-kuantitatif seyawa aktif, dan kadar total rata-rata senyawa aktif.
2) Metode eksternal: metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat) ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan,pelarut yang digunakan, kandungan logam berat, dan kandungan pestisida.
2.2.2 Metode Ekstraksi menggunakan pelarut
Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi dengan cara dingin dan cara panas. Menurut Departemen Kesehatan (2000) ekstraksi cara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan beberapa pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada teperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(22)
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (penetesan/penampungan esktrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Menurut Depkes RI (2000), ekstraksi dengan cara panas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraski sempurna. b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraski menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) 40-50oC.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus terceluo dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30menit) dan temperatur sampai titik didih air.
2.3 Penapisan Fitokimia
Tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ini meliputi analisa kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, dan glikosida (Harborne, 1987).
(23)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kandungan kimia ekstrak buah parijoto menurut Niswah (2014) dan Wachidah (2013) mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid dan glikosida.
2.4 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak, minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya dari pada sifat kimianya. Lipid secara relatif tidak larut dalam air dan dapat larut dalam pelarut nonpolar (eter dan kloroform). Lipid dibagi menjadi lipid sederhana (lemak dan wax), lipid kompleks (fosfolipid, glikolipid, dan lipid kompleks lain), dan prekusor serta turunan lipid (asam lemak, gliserol, steroid, alkohol lain, aldehida, lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut lemak, dan hormon (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis di hati dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, maka untuk mengangkut lipid dalam plasma darah diperlukan penggabungan lipid nonpolar (trigliserida dan ester kolesterol) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Lipid plasma terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan ester kolesterol (36%), serta sedikit asam lemak rantai panjang tak terseterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) merupakan lemak plasma yang paling aktif secara metabolik (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.1 Lipoprotein
Lipoprotein merupakan kompleks antara lipid dengan protein. Lipoprotein mengangkut lipid dari usus sebagai kilomikron dan dari hati sebagai lipoprotein berdensitas sangat rendah atau VLDL (Very Low Density Lipoprotein) ke sebagian jaringan untuk dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk disimpan. Kelainan metabolisme lipoprotein dapat menyebabkan hipo/hiperlipoproteinemia. Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar (trigliserida dan ester kolesterol) serta dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan fosfolipid amfipatik. Terdapat empat kelompok utama lipoprotein plasma yang telah
(24)
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui dan penting secara fisiologis dan penting dalam diagnosa klinis, meliputi: kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein) (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.1.1 Kilomikron
Kilomikron ditemukan dalam kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe yang mengaliri usus. Kilomikron bertanggung jawab mengangkut semua lipid dari makanan ke dalam sirkulasi. Pembersihan kilomikron dari darah berlangsung cepat, dengan waktu paruh kurang dari satu jam pada manusia. Asam-asam lemak dari triasilgliserol, kilomikron terutama disalurkan 80% ke jaringan adiposa, jantung, dan otot dan 20% ke hati. (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Pada individu normal, kilomikron terdapat di dalam plasma setelah 3-6 jam mengkonsumsi daging berlemak, namun setelah 10-12 jam kilomikron tidakterdapat lagi di dalam plasma (Gilman, 2012).
2.4.1.2 VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) atau pra-β-lipoprotein berasal dari hati untuk ekspor trigliserida ke jaringan ekstrahepatik. Reseptor VLDL berperan penting dalam penyaluran asam lemak dari trigliserida VLDL ke adiposit dengan mengikat VLDL dan membawanya berkontak dengan lipoprotein lipase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
VLDL memiliki diameter 400-1000 A dan cukup besar untuk menimbulkan kekeruhan plasma, tetapi tidak seperti kilomikron, partikel VLDL tidak mengapung spontan ke permukaan tubular plasma yang didiamkan tanpa diganggu selama 12 jam (Gilman, 2012). Kilomikron dan VLDL dimetabolisme melalui hidrolisis triasilgliserolnya, dan sisa lipoprotein tetap berada di dalam sirkulasi. Sisa lipoprotein ini diserap oleh hati, tetapi sebagian sisa (IDL) yang berasal dari VLDL membentuk LDL yang diserap oleh hati jaringan lain melalui reseptor LDL (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Faktor-faktor yang meningkatkan sintesis trigliserida dan VLDL oleh hati meliputi; keadaan kenyang, mengkonsumsi diit tinggi karbohidrat terutama sukrosa dan fruktosa yang meningkatkan lipogenesis dan esterifikasi asam lemak,
(25)
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah, konsumsi etanol, dan adanya insulin yang tinggi dan kadar glukagon yang rendah sehingga meningkatkan sintesis dan esterifikasi asam lemak serta manghambat oksidasinya (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.1.3 LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL atau β-lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas rendah yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme VLDL. LDL bertugas menyalurkan kolesterol ke jaringan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL, VLDL kemudian dapat diserap oleh hati secara langsung melalui reseptor LDL (apo B-100 E) atau dapat diubah menjadi LDL. Hanya terdapat satu molekul apo B-B-100 di masing-masing partikel lipoprotein dan dipertahankan selama transformasi sehingga setiap partikel LDL berasal dari satu partikel VLDL prekusor. Pada manusia, cukup banyak IDL membentuk LDL dan merupakan penyebab meningkatnya kadar LDL pada manusia dibanding hewan mamalia (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Hati dan banyak jaringan ekstrahepatik mengeskpresikan reseptor LDL (apo B-100, E). Pada hiperkolestrolemia familial, reseptor ini terganggu sekitar 30% di jaringan ekstrahepatik dan 70 % di hati (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
LDL memiliki waktu paruh 1,5-2 hari, hal ini menyebabkan konsentrasi LDL dalam plasma lebih tinggi dibanding VLDL dan IDL. Penanganan hiperkolesterolemia yang paling efektif melalui diit dan farmakologi bekerja dengan meningkatkan ekspresi reseptor LDL di hati (Gilman, 2012).
2.4.1.4 HDL
HDL (High density Lipoprotein) atau α-lipoprotein disintesis di hati dan diekskresikan ke dalam usus. HDL berperan dalam transpor kolesterol bebas keluar jaringan yang dikenal sebagi transport kolesterol balik (reverse cholesterol transport) dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. HDL yang disintesis miskin akan kolesterol dan mengandung Apo A, C, dan E, disebut HDL nascent yang menerima kolesterol bebas. Fungsi utama HDL adalah bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme
(26)
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kilomikron dan VLDL. Lipoprotein ini disintesis dalam hati dan usus, namun sintesis di usus terjadi lewat rute tak langsung. Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan kadar trigliserida plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase yang mungkin disebabkan oleh konstituen permukaan surplus, misanya fosfolipid dan apo A-1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDL serta ikut membentuk pra β-HDL dan HDL diskoid (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.2 Kolesterol
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol. Kolesterol meruapakan lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-koA dan sebagai prekusor semua steroid di dalam tubuh. Sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam makanan hewani seperti kuning telur, daging, hati dan otak. Kolesterol adalah unsur pokok batu empedu dan sebagai faktor utama pembentukan aterosklerosis arteri-arteri vital, yang menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol yang terdapat di VLDL dan IDL, atau LDL menyebabkan aterosklerosis, sedangkan HDL dalam kadar tinggi memberikan efek protektif. (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap :
1. Mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil KoA.
2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2. 3. Enam unit isoprenoit mengadakan kondensasi untuk membentuk
intermediat, skualen.
4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol.
(27)
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lanjut, termasuk menghilangnya tiga gugus metil. Sintesis kolesterol dikendalikan oleh regulasi HMG KoA reduktase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol di keluarkan dari tubuh, separuhnya di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi asam empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol utama dalam tinja, senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus di bagian bawah (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.3 Trigriserida
Trigliserida (triasilgliserol) merupakan ester trihidrat alkohol gliserol dengan asam lemak dan merupakan bentuk simpanan utama asam lemak. Mono- dan diasilgliserol, tempat satu atau dua asam lemak teresteriifikasi dengan gliserol, juga ditemukan di jaringan. Simpanan trigliseridadi jaringan adiposa terus menerus mengalami lipolisis (hidrolisi) dan re-esterifikasi. Sintesis trigliserida terjadi di hati dan sejumlah kecil di jaringan adiposa. Tahap biosintesis trigliserida berawal dari molekul asil-KoA yang dibentuk dari pengaktifan asam lemak oleh asil-KoA sintase, berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol fosfat), yaitu, prekusor dalam biosintesis triasilgliserol. Fosfatidat ini akan diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan kemudian menjadi triasilgliserol (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.5 Hati
2.5.1 Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hati 2.5.1.1 Anatomi
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga-iga (Pearce, 2009).
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma; permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus. Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati. Fisura longitudinal
(28)
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkan ligamen falsiformis melakukan hal yang sama di permukaan atas hati. Selanjutnya hati dibagi lagi dalam empat belahan (kanan, kiri, kaudata dan kwadrata). Dan setiap belahan atau lobus terdiri atas sel hati berbentuk kubus, dan cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati. Hati mempunyai dua jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatika dan yang melalui vena porta (Pearce, 2009).
Menurut Pearce (2009), hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : a. Arteri hepatika yang keluat dari aorta dan memberikan seperlima darahnya
kepada hati.
b. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika superior, mengantarkan empat perlima darahnya ke hati. Darah vena porta ini membawa kepada hati zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa usus halus.
c. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Di dalam vena hepatika tidak terdapat katup.
d. Saluran empedu terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu yang mengumpulkan empedu dari sel hati.
2.5.1.2 Fisiologi
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell. (2009), fungsi utama hati dalam metabolisme lipid adalah:
a. Mempermudah pencernaan dan penyerapan lipid dengan menghasilkan empedu yang mengandung kolestrol dan garam empedu di hati atau dari penterapan kolestrol lipoprotein.
b. Secara aktif membentuk dan mengoksidasi asam lemak dan juga membentuk triasilgliserol dan fosfolipid.
c. Hati mengubah asam lemak menjadi badan keton (ketogenesis)
d. Hati merupakan bagian integral dari sintesis dan metabolisme lipoprotein plasma.
(29)
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Secara histologis, hati tersusun atas lobulus-lobulus hati. Lobulus tersebut terdiro dari sel-sel hati (hepatosit) yang tersusun dalam suatu lempeng-lempeng (Corwin, 2000).
2.5.1.3.1 Lobulus Hati
Hati terbagi atas dua unit operasional, yaitu lobulus dan asinus. Istilah lobulus lebih sering dipergunakan untuk menjelaskan bagian parenkim hati yang mengalami kerusakan secara patologi (Klassen & Watkins III, 1999). Lobulus tersebut terdiri dari hepatosit yang tersusun dalam suatu lempeng-lempeng (Corwin, 2000). Asinus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut bagian fungsional pada hati.
2.3.1.3.2 Sel Hati
Sel hepatosit berbentuk polihedral dengan inti bulat dan terletak di tengah (Delmann & Brown, 1992). Hepatosit tersusun secara radial dari tepi lobulus hingga ke vena sentralis. Sel-sel tersebut beranastomosa dan berbatasan dengan sinusoid-sinusoid berisi darah (Bevalander & Ramaley, 1988). Dinding sinusoid memiliki pori yang cukup besar dan tidak memiliki membran dasar, sehingga materi xenobiotik yang terkandung dalam darah dapat masuk ke hepatosit. Sebaliknya, hepatosit juga dapat mensekresikan substansi berupa protein dan getah empedu ke dalam darah yang mengalir di sinusoid (Sherwood, 2004).
2.5.1.3.3 Vena Sentralis
Vena sentralis merupakan bagian tengah dari lobulus hati yang dikelilingi oleh sel-sel hati dan sinusoid yang beranastomosa secara radial (Little., et al , 1941 dalam Kaniawati 2012). Vena sentralis menerima darah yang berasal dari vena porta dan arteri hepatika melalui sinusoid-sinusoid yang mengelilinginya (Corwin, 2000). Aliran darah ke vena sentralis tersebut mengalir melalui sinusoid-sinusoid dari bagian tepi lobulus ke bagian tengah lobulus. Aliran tersebut menyebabkan bagian perifer lobulus menerima asupan oksigen dan konsentrasi bahan makanan yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengah lobulus. Selain itu, daerah tengah lobulus lebih banyak menerimak substansi toksik dari sel-sel bagian
(30)
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perifer. Hal tersebut menyebabkan bagian tengah lobulus rentan mengalami hipoksia dan kerusakan (Greep, 1953 dalam Kaniawati 2012).
2.5.2 Peran Hati sebagai Sentral Dalam Transpor dan Metabolisme Lipid Lipid seperti trigliserida dan kolesterilester tidak larut dalam air dan ditranspor dalam plasma pada inti partikel (lipoprotein) yang mempunyai suatu cangkang hidrofilik yang terdiri fosfolipid dan kolestrol bebas. Lapisan permukaan ini distabilisasi oleh satu atau lebih apoliprotein yang juga berperan sebagai ligan untuk reseptor permukaan sel. Sekitar dua pertiga lipoprotein plasm disintesis di hati. Trigliserida disekresi ke dalam darah sebagai VLDL. Di dalam otot dan jaringan adiposa, kapiler-kapiler memiliki suatu enzim yaitu lipoprotein lipase yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak, kemudian asam lemak ini memasuki sel otot untuk energi dan adiposit untuk simpanan. Partikel residu yang terdiri dari inti yang kaya akan kolesterilester disebut partikel LDL. Hati dan sel-sel lain memiliki reseptor LDL yang menyingkirkan LDL dari plasma melalui endositosis. Penyingkiran LDL yang diperantarai hati merupakan mekanisme utama untuk mengendalikan kadar LDL plasma (J. Lean, 2005).
Asam lemak dan kolestrol dari lemak makanan mengalami reesterifikasi dalam sel mukosa intestin dan membentuk ini kilomikron yang masuk ke dalam plasma melalui duktus torasikus. Asam lemak dihidrolisi dari kilomikron dan lipoprotein lipase dan remnant yang kekurangan trigliserida residu, kemudian disingkirkan oleh hati (J. Lean, 2005).
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell. 2009, faktor-faktor yang meningkatkan sintesis triasilgliserol maupun sekresi VLDL oleh hati mencakup:
1. Keadaan kenyang
2. Mengonsumsi diit kaya karbohidrat (terutama jika mengandung sukrosa atau fruktosa) sehingga lipogenesis dan esterifikasi asam lemak meningkat.
3. Tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah 4. Konsumsi etanol
(31)
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Adanya insulin dengan kadar tinggi dan glukagon dengan kadar rendah yang meningkatkan sintesis dan esterifikasi asam lemak serta menghambat oksidasinya.
2.5.3 Ketidakseimbangan Laju Pembentukan Triasilgliserol dan Ekspornya Menyebabkan Perlemakan Hati
Perlemakan hati dibagi menjadi dua kategori utama. Tipe pertama berkaitan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas plasma akibat mobilisasi lemak dari jaringan adiposa atau dari hidrolisis triasilgliserol lipoprotein oleh lipoprotein lipase jaringan ekstrahepatik. Pembentukan VLDL tidak dapat mengimbangi meningkatnya influks dan esterifikasi asam lemak bebas sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol yang menyebabkan perlemakan hati. Hal ini terjadi selama kelaparan dan mengonsumsi diit tinggi lemak (Murray.R.K., Granner, and Rodwell. 2009)
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell, 2009, tipe kedua perlemakan hati biasanya disebabkan oleh blok metabolik dalam produksi lipoprotein plasma sehingga terjadi penimbunan triasilgliserol. Secara teoritis, lesi dapat disebabkan oleh:
1. Blok pada sintesis apoliprotein
2. Blok pada sintesis lipoprotein dari lipid dan apoliprotein
3. Kegagalan penyediaan fosfolipid yang ditemukan pada lipoprotein 4. Kegagalan mekanisme sekretorik itu sendiri.
2.6 Hiperlipidemia 2.6.1 Definisi
Hiperlipidemia merupakan keadaan dimana terdapat peningkatan kadar lipid dalam darah yaitu trigliserida, kolesterol atau keduanya, sedangkan dislipidemia diartikan sebagai perubahan kadar profil lipid darah dapat meningkat (kolesterol total, trigliserida, LDL) atau menurun HDL (Winter, 2002).
Berdasarkan etiologinya, hiperlipidemia dibedakan menjadi 2 yaitu hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia primer adalah
(32)
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta keadaan peningkatan kadar lemak darah yang tidak ada hubungannya dengan penyakit lain (herediter). Hiperlipidemia primer atau Hiperkolesterolemia Familial (FH) ada dua macam yaitu homozygot dan heterozygot. Hiperlipidemia sekunder merupakan gangguan metabolisme lemak yang dijumpai dalam hubungannya dengan penyakit organik atau metabolik tertentu. Penyebab hiperlipidemia sekunder adalah diabetes melitus, hipotiroidism, minum alkohol yang berlebihan, obesitas, penyakit hati, penyakit ginjal, pankreatitis dan penggunaan obat-obat tertentu (beta blocker, diuretik, kontrasepsi oral estrogen dan gestagen) (Harper, 1990).
Tabel 2.1 Klasifikasi Kadar Lipid dalam Plasma (Sumber: Gilman, 2012)
Kolesterol Total <200 200-239 ≥240 Optimal Diinginkan Tinggi Kolesterol LDL <100 100-129 130-159 160-189 ≥190 Optimal Mendekati optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi Kolesterol HDL <40 ≥60 Rendah Tinggi Trigliserida <150 150-199 200-499 ≥500 Optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi
(33)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.2.1 Asam Nikotianat
Niasin cenderung mempengaruhi hampir semua parameter lipid. Niasin adalah senyawa yang paling baik yang tersedia untuk meningkatkan HDL-C (peningkatan 30%-40%). Niasin menurunkan trigliserida sebesar 35%-45% dan menurunkan kadar LDL-C sebesar 20%-30%. Niasin menghambat lipolisis trigliserida oleh lipolisis sensitif hormon di jaringan adiposa yang akan mengurangi transpor asam lemak bebas ke hati dan menurunkan sintesis trigliserida di hati. Di dalam hati, niasin mengurangi sintesis trigriselida dengan menghambat sintesis dan esterifikasi asam lemak. Berkuranganya trigliserida juga memberikan pada penurunan VLDL dan menyebabkan berkurangnya kadar LDL. Niasin juga meningkatkan kadar LPL yang mendorong bersihan kilomikron dan trigliserida VLDL. Dua efek samping yang penting untuk diperhatikan adalah terjadinya kulit memerah dan dispepsia yang berakibat terhadap ketidakpatuhan pasien (Gilman, 2012).
2.6.2.2 Statin
Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan baik toleransinya untuk mengobati dislipidemia. Obat ini merupakan inhibitor kompetitif 3-OH-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mengkatalisis tahap awal pembatasan laju pada biosintesis kolesterol. Statin yang lebih kuat (atorvastatin dan simvastatin) dalam dosis tinggi dapat menurunkan kadar trigliserida yang disebabkan naiknya kadar VLDL (Gilman, 2012).
Statin mempengaruhi kadar kolesterol darah dengan menghambat pembentukan kolesterol di dalam hati yang menyebabkan peningkatan ekspresi gen reseptor LDL. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya gangguan pencernaan, miopati, dan gangguan hati. Contoh golongan statin adalah atorsvastatin, simvastatin, lovastatin, dan fluvastatin (Gilman, 2012).
2.6.2.3 Resin
Resin adalah salah satu obat hipokolesterolemia yang saat ini disarankan untuk anak berusia 11-20 tahun. Karena statin sangat efektif sebagai monoterapi, resin paling sering digunakan sebagai pilihan kedua jika terapi statin tidak berhasil menurunkan LDL-C secara memadai. Dosis maksimum (24 g kolestiramin atau
(34)
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 30 g kolestipol) dapat menurunkan LDL-C sebesar 25%, tetapi menyebabkan efek samping gastrointestinal yang sangat menganggu bagi pasien (Gilman, 2012).
Kolestiramin dan kolestipol mengikat banyak obat lain dan menganggu absorpsi obat tersebut. Obat-obat yang terkena efek ini antara lain beberapa tiazid, furosemid, propanolol, l-tiroksin, beberapa glikosida jantung, antikoagulan kumarin, dan beberapa statin. Contoh golongan resin adalah kolestiramin, kolestipol, dan loesevelam (Gilman, 2012).
2.6.2.4 Asam Fibrat
Asam fibrat diduga bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor proxisme proliferator-actived receptors (PPARs), yang mengatur transkripsi gen. akibat interaksi obat ini dengan PPAR isotipe α, maka terjadi peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi Apo C-II. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang kaya trigriselida. Semua derivat asam fibrat diabsorbsi lewat usu secara cepat dan lengkap, terutama bila diberikan bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu absorbsi dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam (Ganiswara, 1995).
Efek samping yang sering ditemukan adalah gangguan saluran cerna. Contoh obat golongan asam fibrat adalah klofibrat, gemfibrat, fenofibrat, sipofibrat, dan bezalfibrat (Ganiswara, 1995).
2.6.3 Induksi Hiperlipid
Induksi hiperlipidemia dapat dilakukan secara endogen dan eksogen. Induksi eksogen dilakukan dengan memberikan propiltiourasil yang merupakan antitiroid golongan tioamida. Hormon tiroid berperan dalam mengaktifkan hormon sensitif lipase yang bertanggung jawab terhadap proses katabolisme lipid dalam tubuh, sehingga hewan hipertitoid laju katabolisme lipid di dalam tubuh menjadi tinggi. Propiltiourasil merupakan antitiroid yang dapat menurunkan kadar hormon tiroid, maka pemberian propiltiourasil pada hewan uji dapat menurunkan hormon tiroid sehingga terjadi penurunan laju katabolisme lipid (Tisnadjaja dkk, 2010).
Induksi secara eksogen dilakukan dengan pemberian diit tinggi kolesterol dan lemak yang terdiri dari campuran kuning telur, sukrosa dan lemak hewani.
(35)
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kuning telur dan lemak hewani merupakan sumber kolestrol dan lemak. Sedangkan sukrosa dapat meningkatkan trigriserilida (Juheini, 2003).
(36)
21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I, Penelitian II, Laboratorium Fitokimia, Laboratorium PMC dan Laboratorium Animal House, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, sejak bulan Februari hingga Mei 2015.
3.2 Alat
Alat-alat yang dgunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop, sonde lambung, timbangan analitik (AND, 6M202), timbangan hewan, evaporator (N-1001S-W, EYELA-USA), alkoholmeter, waterbath (SB-1000, EYELA-USA), pisau bedah, serta alat-alat gelas (DURAN).
3.3 Bahan
3.3.1 Bahan Uji
Buah Medinilla speciosa Blume dengan spesifikasi warna merah muda keunguan dan rasa asam sepat. Buah parijoto yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan pada bulan Oktober 2014 dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan Dewa Kabupaten Kudus.
3.3.2 Hewan Uji
Hewan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus galur Sprague Dawley sebanyak 30 ekor, berumur 2 bulan, berjenis kelamin jantan dengan berat 150-200 gram.
3.3.3 Bahan Kimia
Bahan kimia yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah formalin 10%, Na CMC, eter, simvastatin (Kimia Farma), aquadest, etanol 70%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, HCl pekat, asam sulfat pekat, H2SO4 1 M, , FeCl3, NaCl 10%, FeCl3 0,1%, NaOH, dan kloroform.
(37)
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji akan diaklimatisasi selama 14 hari dengan tujuan untuk mengadaptasikan hewan uji dengan lingkungannya yang baru dan mengurangi stres pada tikus yang dapat mempengaruhi metabolisme dan mengganggu penelitian. Setiap tikus akan diberi makan dan minum. Pada tahap ini akan dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum uji meliputi berat badan dan keadaan fisiknya. Tikus yang akan diikutsertakan dalam percobaan ini adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri mata jernih, bulu tidak berdiri, warna putih bersih, aktif, tingkah laku normal, dan mengalami peningkatan berat badan.
3.4.2 Penentuan Dosis Bahan Uji (Literatur)
Penentuan dosis yang digunakan adalah dosis skrining yaitu dosis I (0,9 mg/kgbb/hari), dosis II (9 mg/kgbb/hari), dan dosis III (90 mg/kgbb/hari). Pengujian efek antihiperlipidemia pada ekstrak etanol buah parijoto baru pertama kali dilakukan sehingga belum ada acuan dosis penggunaan ekstrak ini secara langsung sebagai antihiperlipidemia.
3.4.3 Penentuan Dosis Simvastatin
Dosis lazim simvastatin pada manusia adalah 10-20 mg/hari (Dipiro, 2009). Dosis simvastatin yang akan digunakan pada percobaan adalah 10 mg/hari. Dosis tikus didapatkan dari perkalian dengan faktor konversi dari manusia ke tikus yaitu 0,018 dan faktor farmakokinetik yaitu 10. Dosis untuk tikus adalah 10 mg x 0,018 x 10 = 1,8 mg/200 g bb per hari.
3.4.4 Penyiapan Bahan Uji 3.4.4.1 Pembuatan Ekstrak
Buah parijoto yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan pada bulan Oktober 2014 dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan Dewa Kabupaten Kudus. Selanjutnya dilakukan sortasi untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan uji kemudian dicuci dengan air mengalir lalu diangin-anginkan hingga tidak terdapat sisa air.
(38)
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Buah segar kemudian ditimbang lalu dihaluskan dengan blender. Setelah diblender kemudian buah yang sudah halus dimaserasi dengan etanol 70% selama 24 jam kemudian maserat disaring, lalu dilakukan remaserasi hingga filtrat jernih. Maserat diuapkan menggunakan evaporator dengan suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental.
3.4.4.2 Skrinning Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol kental. Uji penapisan fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, antrakuinon, dan glukosida. Prosedur masing-masing pengujian adalah sebagai berikut (Guevera, 1985 dalam Wachidah, 2013):
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL kloroform diaduk rata. Campuran disaring kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1 M dan dikocok baik-baik, dibiarkan beberapa saat. Lapisan atas yang jernih dipipet kedalam 2 tabung reaksi kecil. Salah satunya diberikan pereaksi Dragendorff dan tabung lainnya pereaksi Meyer 2-3 tetes. Reaksi positif apabila menunjukan endapan kuning jingga (orange) dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan perekasi Meyer.
2. Identifikasi Flavonoid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, ditambahkan 20 mL etanol dan dipipet 10 mL larutan ke dalam tabung reaksi lain. Campuran ditambahkan 0,5 mL HCl pekat, 3-4 butir magnesium dan ditambahkan 1 mL amil alkohol. Kocok kuat-kuat dan biarkan beberapa saat kemudian amati perubahan warna pada masing-masing lapisan pelarut. Apabila terjadi pembentukan atau perubahan warna menunjukkan reaksi positif terhadap flavonoid dan sianidin.
3. Identifikasi Saponin
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL air panas. Selanjutnya dikocok kuat selama 10 detik, akan terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 2N dan diamati.
(39)
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Identifikasi Tanin
Identifikasi tannin menggunakan metode feri klorida dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 10 mg, kemudian ditambahkan 20 ml air panas dan 5 tetes larutan NaCl 10%. Campuran dibagi menjadi 2 tabung reaksi, salah satunya sebagai kontrol negatif dan lainnya ditambahkan larutan FeCl3 1% sebanyak 3 tetes. Perubahan warna diamati, dimana jika warna yang terbentuk biru atau biru-hitam menandakan tannin terhidrolisa. Sedangkan kondensasi tannin akan memberikan warna biru-hijau dan dibandingkan dengan kontrol. 5. Identifikasi Senyawa Glikosida
Indentifikasi senyawa glikosida menggunakan metode Keller-Killiani dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 10 mg lalu ditambahkan 3 ml pereaksi FeCl3 kemudian diaduk dan dipindahkan campuran ke dalam tabung reaksi. Diteteskan 1 ml larutan asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Biarkan campuran beberapa lama sehingga terbentuk warna dari merah kecoklatan, yang mungkin berubah menjadi biru atau lembayung. Perubahan tersebut menunjukkan reaksi positif terhadap 2-deoksi-gula.
6. Identifikasi Terpenoid
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditimbang kemudian ditambahakan 2 ml klorofom. Sebanyak 3 ml H2SO4 ditambahkan dengan hati-hati untuk membentuk lapisan. Perubahan warna menjadi coklat kemerahan pada antar lapisan mengindikasikan adanya terpenoid.
3.4.4.3 Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui sisa kandungan air di dalam ekstrak. Sebanyak 1 g ekstrak etanol 70% dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah ditara secara terpisah kemudian dikeringkan dalam oven 105oC selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kemudian ditimbang lagi pada 1 jam berikutnya sampai perbedaan antara penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).
(40)
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4.4 Uji Antioksidan Kualitatif (Conforti et al., 2008 dalam Wachidah, 2013)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkal radikal bebas (DPPH).
3.4.4.4.1 Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak dibuat dengan konsentrasi 100 ppm kemudian dilarutkan dengan etanol 70% hingga 5 mL.
3.4.4.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C
Vitamin C dibuat dengan konsentrasi 50 ppm lalu dilarutkan dengan etanol 70% hingga 10 ml.
3.4.4.4.3 Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM
DPPH ditimbang sebanyak 2 mg kemudian dilarutkan dengan etanol 70%.
3.4.4.4.4 Pengujian Kualitatif Aktivitas Antioksidan
Larutan uji diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL laruran DPPH 0,5 mM dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 3 mL, didiamkan selama 30 menit (untuk kontrol negatif, larutan sampel diganti dengan etanol 70%). Setelah 30 menit, amati perubahan warna yang terjadi.
3.4.4.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol 70% Parijoto
Ekstrak etanol 70% bauh parijoto sesuai dengan dosis yang telah ditentukan disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. Pembuatan suspensi ini dimulai dengan dosis tertinggi yaitu 90 mg ekstrak kental/200 g bb (dosis I). Dosis II dan dosis III diperoleh dengan cara mengencerkan dosis I. Suspensi yang sudah dibuat nantinya kan diberikan peroral ke hewan uji dengan volume yang disesuaikan dengan berat badan (Lampiran 2).
3.4.4.6 Pembuatan Suspensi Simvastatin
Pada uji efek antihiperlipidemia tetapi menggunakan ekstrak yang berbeda, Simvastatin akan disuspensikan dengan konsentrasi 0,18% b/v dalam larutan Na CMC 0,5%. Tiap 3 ml suspensi simvastatin, mengandung 1,8 mg simvastatin (Lampiran 2) (Purwanti, 2012).
(41)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4.7 Pembuatan Larutan Na CMC 0,5%
Larutan Na CMC yang akan dibuat dengan cara menimbang Na CMC sejumlah 0,5 g dan dikembangkan dalam akuades dengan dipanaskan pada suhu 60oC sebanyak 10 ml (20 kali berat Na CMC) selama 30 menit lalu dihomogenkan. Volume larutan dicukupkan hingga 100 ml kemudian dihomogenkan kembali (Lampiran 3) (Purwanti, 2012).
3.4.4.8 Pembuatan Makanan Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak
Menurut Purwanti (2012) makanan diit tinggi kolesterol dan lemak yang diberikan ke hewan uji dibuat dengan komposisi kuning telur sebesar 80%, sukrosa 65% sebesar 15%, dan lemak hewan sebesar 5%. Dibuat dalam bentuk emulsi, semua bahan dicampurkan, kemudian dikocok dengan kecepatan tinggi hingga homogen dan dibuat baru setiap hari dan diberi peroral ke hewan uji dengan volume yang sesuai dengan berat badan (Lampiran 4). Induksi makanan diit tinggi kolesterol dan lemak diberikan satu hari sekali pada pagi hari.
3.4.5 Pelaksanaan Percobaan
3.4.5.6 Pengelompokan Hewan Uji dan Perlakuan
Menurut kriteria World Health Organization (WHO), jumlah sampel minimal tiap kelompok hewan coba adalah 5 ekor. Dalam penelitian ini digunakan 5 ekor tikus disetiap kelompok dengan jumlah 6 buah kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok normal, induksi, simvastatin, dan kelompok dosis. Kelompok kontrol normal bertujuan untuk mengetahui tikus yang tidak mengalami hiperlipidemia, sedangkan kelompok kontrol simvastatin digunakan sebagai kelompok pembanding untuk melihat perbandingan pengaruh bahan uji dengan obat yang telah diketahui efektif dalam menurunkan kadar lipid. Kelompok dosis dibuat dalam 3 variasi dosis untuk melihat secara signifikan lipid pada jaringan hati. Setiap kelompok akan diberi perlakuan selama 42 hari dengan rancangan perlakuan yang tercantum pada tabel 3.2
(42)
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 3.2 Kelompok Perlakuan
No. Kelompok
Jumlah tikus (ekor)
Perlakuan Hari ke 1-42
1. Kontrol normal 5 Diberi larutan Na CMC 0,5%
2.
Kontrol Induksi kolesterol dan
lemak
5 Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari
3. Kontrol
simvastatin 5
Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari,
suspensi simvastatin 1,8 mg/200 g bb
4. Dosis I
(0,9 mg/Kgbb) 5
Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis I
5. Dosis II
(9 mg/Kgbb) 5
Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis II
6. Dosis III
(90 mg/Kgbb) 5
Diberi induksi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb/hari, suspensi ekstrak uji dosis III
Keterangan : Selama 42 hari kelompok kontrol normal akan diberikan Na CMC 0,5%, sedangkan kelompok kontrol induksi, simvastatin, dosis I, II, III diberikan makanan diit tinggi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb pada pagi hari pukul 07.00. Setelah 9 jam, diberikan larutan Na CMC 0,5% untuk kelompok kontrol normal, ekstrak buah parijoto untuk kelompok dosis I, II, III dan suspensi simvastatin untuk kelompok kontrol simvastatin.
3.4.5.7 Pengamatan Berat Badan Hewan Uji
Hewan uji yang akan dikelompokkan dan diberi perlakuan, juga akan dilakukan pengamatan berat badan dengan cara menimbang semua hewan uji pada setiap kelompok perlakuan setiap hari selama 42 hari. Pengamatan peningkatan berat badan dilakuakn perminggu atau pada hari ke-7, ke-14, ke-21, ke-28, ke-35, dan ke-42.
(43)
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengambilan jaringan hati dilakukan pada hari ke-43. Hewan uji tersebut di terminasi dengan menggunakan eter. Lalu tikus dibedah di bagian abdomen dan diambil organ hatinya bagian lobus kanan.
Organ hati tikus direndam dengan formalin 10%. Preparasi jaringan hati dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3.4.5.9 Pengamatan Histologi Hati
Hasil pemeriksaan preparat dianalisis secara deskriptif dan untuk membandingkan keseluruhan gambaran preparat dilakukan pengamatan hepatosit pada 5 lapang pandang. Preparat dilihat dengan mikroskop perbesaran 10 x 40 (Anggraini, 2014).
Parameter yang diamati adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena sentral dan sinusoid. Penilaian yang dilakukan adalah menghitung jumlah sel yang normal, sel steatosis (sel yang mengalami perlemakan) dan sel nekrosis, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan one-way ANOVA (Kaniati, 2012).
(44)
29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian 4.1.1 Ekstraksi Buah Parijoto
Buah parijoto sebanyak 1.950 gram diekstraksi dengan 15 liter etanol 70% didapatkan ekstrak kental sebesar 54,409 gram dengan rendemen 2,790%. Setelah didapatkan ekstrak kental kemudian di keringkan dengan cara freeze-dried didapatkan ekstrak kering sebesar 33,486 gram.
Rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi buah parijoto relatif kecil kemungkinan karena faktor pemilihan pelarut. Hasil penelitian yang dilakukan Wachidah (2012) yang menggunakan metanol sebagai pelarut menghasilkan rendemen sebesar 4,60% di mana adanya perbedaan pelarut mempengaruhi jumlah ekstrak yang dihasilkan.
Buah parijoto segar diekstraksi dengan metode maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Menurut Depkes RI tahun 2000 tentang penggunaan etanol sebagai pelarut, penelitian ini menggunakan hewan uji sehingga bila digunakan pelarut lain, seperti metanol yang penggunaannya dihindari karena sifatnya yang toksik akut dan kronik.
4.1.2 Uji Penapisan Fitokimia
Ekstrak kental buah parijoto kemudian dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak.
Tabel 4.3. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak kental No. Metabolit Sekunder Ekstrak Kental
1. Alkaloid -
2. Saponin +
(45)
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Flavonoid +
5. Glikosida +
6. Terpenoid -
Keterangan : ( + ) = Ada ( - ) = Tidak Ada
Skrining fitokimia yang dilakukan merupakan jenis analisis kualitatif yang hanya mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa tanpa menentukan kadarnya (Harvey, 2000). Dari hasil penapisan fitokimia pada uji saponin, tanin, flavonoid, dan glikosida memberikan hasil positif. Sedangkan pada uji alkaloid dan terpenoid memberikan hasil negatif. Secara organoleptis ekstrak etanol 70% buah parijoto berupa serbuk kering, berbau aromatik, berwarna coklat kemerahan, dan terasa pahit. Hasil tersebut sesuai dengan yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Wachidah (2012) dan Niswah (2013).
Pada uji tanin diperoleh hasil positif, adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin. Tanin bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air (Harborne, 1996 dalam Marliana et al 2005).
Pada uji saponin diperoleh hasil positif . Busa yang timbul menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990 dalam Marliana et al 2005).
Pada uji flavonoid memberikan hasil positif. Adanyaa flavonoid dapat dilakukan dengan metode wilstater sianidin. Uji wilstater sianidin biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti alfa-benzophiron. Warna merah yang terbentuk pada uji wilstater disebabkan karena terbentuknya garam flavilium (Ahmad, 1986 dalam Marlina et al., 2005).
4.1.3 Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan terhadap ekstrak etanol 70% buah parijoto pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hasil uji susut pengeringan dapat dilihat pada tabel4.4.
(46)
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.4.Hasil uji kadar air ekstrak buah parijoto
No. Berat Awal Ekstrak (g)
Berat Akhir Ekstrak
(g)
Kadar Air (%)
1. 1,001 0,94 6,093
2. 1,000 0,92 8,000
Rata-rata 7,047
Pada ekstrak buah parijoto dilakukan uji kadar air untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000) dan karena sampel yang digunakan merupakan sampel segar sehingga perlu dicek kandungan air yang terdapat dalam ekstrak (Wachidah, 2012). Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kental dan batas kadar air untuk ekstrak kental yaitu 5-30% (Voigt, 2004 dalam Saifudin, A., Rahayu, dan Teruna 2011).
4.1.4 Uji Antioksidan
Uji aktivitas senyawa antioksidan dilakukan dengan metode radical scavenger atau penangkal radikal bebas (DPPH). Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dilakukan berdasarkan kemampuan antioksidan untuk menghambar radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH, yang merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar. Metode DPPH ini dipilih karena merupakan metode yang cepat, sederhana, dan murah untuk melihat aktivitas antioksidan (Prakash et al., 2001 dalam Wachidah, 2013).
(47)
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keterangan : (A) Larutan Ekstrak, (B) dan (C) Larutan Vitamin, (D) dan (E) Larutan Uji, (F) Larutan DPPH.
Gambar 4.2 Hasil Uji Antioksidan Kualitatif
Uji antioksidan kualitatif didapatkan perubahan warna menjadi kuning pada larutan uji. Pengujian antioksidan secara kualitatif menghasilkan warna kuning pada larutan uji. Hal ini dikarenakan senyawa DPPH yang berwana ungu dengan adanya delokalisasi elektron pada atom nitrogen menjadi kuning setelah direaksikan dengan senyawa antioksidan (Reynetson, 2007). Aktivitas antioksidan ini berhubungan dengan adanya senyawa flavonoid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak parijoto (Meenakshi et al., 2012). Hal ini juga dipaparkan oleh Dubey (2015), bahwa flavonoid dan tanin memiliki aktivitas antioksidan.
4.1.6 Pengamatan Berat Badan Hewan
Pada penelitian dilakukan pengamatan berat badan hewan uji setiap minggu selama 6 minggu. Grafik perubahan Berat badan ditunjukkan oleh Gambar 4.2.
(48)
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3 Grafik peningkatan berat badan hewan uji
Dari grafik di atas memperlihatkan kenaikan berat badan pada kelompok hiperlipid perminggu, sedangkan pada kelompok lain terjadi kenaikan badan yang fluktuatif setiap minggunya.
4.1.7 Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak
Komposisi makanan induksi kolesterol dan lemak adalah campuran kuning telur 80%, larutan sukrosa 65% sebanyak 15%, dan lemak hewan 5%. Komposisi ini telah dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Nurcahyaningtias (2012) dan Purwanti (2012) menghasilkan kenaikan kadar kolestrol total dan trigliserida secara bermakna.
Kuning telur dan lemak hewan yang digunakan berasal dari ayam ras. Kandungan kolesterol kuning telur dan lemak hewan yang berasal dari ayam ras memiliki kadar kolestrol cukup tinggi sekitar 290 mg – 732 mg (Saidin, 2000). Pada penelitian sebelumnya oleh Juheini (2003) dan Purwanti (2012) juga menggunakan kuning telur dan lemak hewan dari ayam ras. Pengambilan lemak hewan dari kulit ayam ras dilakukan dengan memanaskan kulit ayam dalam api kecil. Kemudian setelah minyak yang berwarna kuning keluar ditampung dalam wadah kedap udara serta terhindar dari cahaya untuk menghindari oksidasi lemak (Nurcahyaningtias, 2012).
(49)
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pemberian induksi kolesterol dan lemak secara eksogen dipilih karena hewan uji ingin dibuat sebagai model hiperlipidemia seperti yang dialami penderita hiperlipidemia yaitu pola makan yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol. Selain itu juga karena bahan-bahan yang diperlukan mudah didapatkan dan harganya lebih murah.
4.1.8 Pelaksanaan Percobaan Antihiperlipidemia
Dalam penelitian, tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal yang hanya diberikan Na CMC, kelompok induksi kolesterol dan lemak, kelompok dosis dan kelompok simvastatin. Simvastatin digunakan sebagai kontrol pembanding mengacu pada Nurcahayaningtias (2012) dan Purwanti (2012). Percobaan ini dilakukan selama 42 hari (6 minggu) disesuaikan dengan dengan tujuan untuk memastikan bahwa hewan percobaan sudah mengalami hiperlipidemia. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Juheini (2003) yang juga menguji efek antihiperlipidemia selama 42 hari dan mengalami hiperlipidemia. Lamanya percobaan juga disesuaikan dengan simvastatin yang dapat memberikan efek terapi maksimum dalam 4-6 minggu (28-42 hari) terhadap penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida (Ascent, 2012).
Induksi kolesterol dan lemak diberikan kepada hewan uji dalam bentuk emulsi melalui sonde lambung satu hari sekali pada pagi hari. Rentang waktu yang dibutuhkan antara pemberian induksi kolesterol dan lemak dengan pemberian simvastatin atau ekstrak buah parijoto adalah ± 9 jam. Hal ini dikarenakan ketika diberikan induksi pada pagi hari, sintesis kolesterol berlangsung 9 jam setelah pemberian induksi (Edwards et al., 1972 dalam Santosa et al., 2006).
Pada hari ke-43 dilakukan terminasi pada hewan uji. Bagian abdomen tikus dibedah dan diambil organ hatinya. Organ hati ditimbang lalu direndam menggunakan formalin. Pada hari ke-44, formalin 10% diganti dengan formalin 10% yang baru dan dimasukkan kedalam botol gelap. Preparasi histologi hati tikus dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(50)
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.9 Pengamatan Histologi Hati
Parameter pengamatan histologi hati dilihat adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena sentral dan sinusoid. Sel hati yang lihat adalah sel yang normal, sel steatosis (sel yang mengalami perlemakan) dan sel nekrosis (Kaniati, 2012). Preparat dilihat menggunakan perbesaran 10 x 40 dengan 5 lapang pandang dan dilakukan penilaian dengan cara menghitung jumlah sel yang normal, nekrosis, dan steatosis lalu dijadikan persentase. Sel steatosis adalah sel yang mengalami perlemakan dengan ditandai dengan inti sel yang terdorong ke pinggir karena adanya lemak. Sel nekrosis adalah sel yang rusak ditandai dengan sudah tidak adanya inti didalam sel.
Hasil penilaian degenerasi lemak sel hati hewan percobaan dapat diamati pada tabel 4.5. Analisis dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA dengan nilai signifikansi p≤0,05.
Tabel 4.5 Penilaian Degenarasi Lemak Sel Hati Hewan Percobaan Rata-rata
Kelompok
Normal Steatosis Nekrosis Normal 39.58 28.03 32.39 Hiperlipid 10.55 50.52 40.38 Simvastatin 23.25 45.21 31.54 Dosis 1 39.42 29.97 30.61 Dosis 2 38.50 35.89 25.61 Dosis 3 47.52 29.54 22.94
SD 13.60 9.33 6.05
Analisis statistik terhadap perbandinan penilaian sel yang normal pada semua kelompok berbeda nyata (p≤0,05), sehingga analisis dilanjutkan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD). Dari hasil uji LSD, diketahui bahwa data penilaian sel normal berbeda secara nyata (p<0,05) antara kelompok hiperlipid dengan kelompok dosis 3. Data penilaian sel normal pada
(51)
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelompok dosis 1, 2, dan 3 tidak berbeda secara nyata (p>0,05) antar semua kelompok.
Analisis statistik terhadap penilaian sel steatosis semua kelompok diperoleh hasil bahwa data penilaian sel steatosis semua kelompok berbeda nyata (p≤0,05), sehingga analisis dilanjutkan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD). Dari hasil uji LSD diketahui bahwa data penilaian sel steatosis berbeda secara nyata (p<0,05) antara kelompok normal dengan hiperlipid, kelompok hiperlipid dengan dosis 1, dan kelompok hiperlipid dengan dosis 3.
Analisis statistik terhadap penilaian sel nekrosis semua kelompok diperoleh hasil bahwa data penilaian sel steatosis semua kelompok tidak berbeda nyata (p≥0,05).
Gambaran histologi hati diamati menggunakan mikroksop dengan perbesaran 10 x 40. Pengamatan tersebut dilakukan untuk melihat perlemakan yang terjadi pada histologi hati kelompok kontrol Na CMC, kontrol hiperlipidemia, kontrol simvastatin, dosis I, II, dan III.
KN1 KN2 KN3
(52)
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KS1 KS2 KS3
D1P1 D1P2 D1P3
D2P1 D2P2 D2P3
D3P1 D3P2 D3P3
Keterangan : SN : Sel Normal N : Sel Nekrosis SS : Sel Steatosis VS : Vena Sentral
Gambar 4.4 Pengamatan Mikroskopi Histologi Hati Hewan Percobaan
Gambaran histologi hati kelompok kontrol Na CMC pada tikus 1 dapat dilihat pada gambar 4.4 KN1. Gambar tersebut memperlihatkan sinusoid memancar secara sentrifugal dari vena sentral. Hepatosit yang terdapat pada gambar tersebut menunjukkan sel yang normal (Wulandari, 2012). Pada gambar
(53)
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.4 KN2 dan KN3 memperlihatkan sinusoid yang tidak memancar secara sentrifugal dan terdapat sel steatosis. Inti sel pada sel steatosis berada di tepi karena terdesak oleh adanya lemak yang memenuhi bagian sitoplasma sel (Wulandari, 2012).
Gambaran histologi kelompok kontrol hiperlipid tikus 1 dan 2 dilihat pada gambar 4.4 KH1 dan KH3 terdapat degenerasi lemak karena adanya sel steatosis dan sinusoid tidak beraturan. Pada gambar 4.4 KH2 juga terdapat sel steatosis dan sinusoid tidak beraturan serta tampak melebar. Degenerasi lemak sel hati dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan sel sehingga sel tidak mampu kembali kekeadaan semula dan menyebabkan sinusoid melebar (Oktaviana, 2005 dalam Wulandari 2012). Hasil pengolahan data statistik sel stetaosis didapati perbedaan secara nyata (p<0,05) antara kelompok hiperlipid dengan kelompok normal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan induksi kolesterol dan lemak sudah dapat membuat perlemakan hati.
Gambaran histologi kelompok kontrol simvastatin menunjukkan gambaran yang sama pada ketiga preparat tersebut. Pada gambar 4.4 KS1, KS2, dan KS3 terdapat sinusoid yang tidak beraturan dan sel steatosis. Pada ketiga gambar tersebut sudah mulai mengalami perbaikan dengan ditandai dengan sinusoid yang tidak tampak melebar seperti gambar 4.4 KH2. Hasil pengolahan data dari sel normal, sel steatosis, dan sel nekrosis tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0,05) terhadap kelompok hiperlipid. Sehingga dapat disimpulkan adanya efek dari simvastatin terhadap terjadinya perlemakan hati tetapi tidak terlihat signifikan.
Gambaran histologi kelompok dosis 1 yang diberikan ekstrak parijoto sebanyak 0,9 mg/kgBB. Pada ketiga gambar sudah memperlihatkan perbaikan dengan ditandai sinusoid yang mulai beraturan dan sedikit mengalami pelebaran dibandingkan dengan gambar KH2. Sel steatosis masih terlihat pada ketiga gambar tersebut. Hasil pengolahan data sel steatosis pada kelompok dosis 1 berbeda secara signifikan dengan kelompok hiperlipid (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan dosis 1 (0,9 mg/kgBB) sudah dapat sedikit mengurangi perlemakan hati.
(54)
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambaran histologi kelompok dosis 2 yang diberikan ekstrak parijoto sebanyak 9 mg/kgBB. Pada gambar 4.4 D2P1 dan D2P3 sudah mulai mengalami perbaikan ditandai dengan sinusoid yang mulai beraturan dan tampak sedikit melebar. Pada gambar 4.4 D2P2 sinusoidnya masih terlihat tidak beraturan dan terdapat sel yang nekrosis, kemungkinan masih mengalami degenarasi lemak. Hasil pengolahan data sel normal, sel steatosis dan sel nekrosis pada kelompok dosis 2 tidak berbeda secara nyata (p>0,05) terhadap kelompok hiperlipid. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dosis 2 (9 mg/kgBB) sudah dapat mengurangi perlemakan hati tetapi belum signifikan.
Gambaran histologi kelompok dosis 3 yang diberikan ekstrak parijoto sebanyak 90 mg/KgBB. Pada ketiga gambar sudah terlihat perbaikan dengan ditandai oleh sinusoid yang memancar secara sentrifugal dan sudah mulai terlihat sel hepatosit normal. Hasil pengolahan data sel normal dan sel steatosis pada kelompok dosis 3 mengalami perbedaan secara nyata (p<0,05) terhadap kelompok hiperlipid. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, dosis 3 lebih banyak mengurangi perlemakan hati dibandingkan dengan dosis 1 dan dosis 2.
Berdasarkan hasil pengamatan gambaran histologi hati terdapat beberapa tanda perlemakan hati seperti sinusoid melebar dan tidak beraturan, sel steatosis, dan sel nekrosis. Perlemakan tersebut terjadi akibat makanan kolesterol dan lemak yang diinduksikan selama 42 hari.
Ketika lipid, karbohidrat atau protein meningkat dalam tubuh, beberapa jaringan akan langsung mengambil dan menyimpannya. Kadar lipid yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyerapan lemak ke dalam dinding pembuluh darah serta ke dalam hati (Bullock, 2013).
Campuran kuning telur dan lemak hewan merupakan sumber kolesterol dan lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan lemak secara eksogen (Nurcahayaningtyas, 2012). Larutan sukrosa yang didalamnya terkandung glukosa akan mengalami glikolisis menjadi piruvat dan piruvat akan terdekarboksilasi oksidatif menjadi asetil koA dan menghasilkan energi. Jika kebutuhan energi sudah terpenuhi maka asetil koA akan mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan disimpan sebagai trigliserida. Penumpukan trigliserida yang akan menyebabkan perlemakan hati (Murray. R. K., Granner, and Rodwell. 2009).
(55)
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Degenerasi lemak juga bisa terjadi karena terdapat penurunan aktifitas enzim LPL dalam menghidrolisa VLDL yang mengakibatkan butiran trigliserida terakumulasi dalam sel hati (Goldberg, 2001). Pembentukan radikal bebas menyebabkan sel tidak mampu mengeluarkan trigliserida sehingga terjadi degenerasi lemak. Peningkatan kadar radikal bebas lebih jauh akan menyebabkan terjadinya nekrosis (Porth and Matfin, 2008).
Akumulasi lipid didalam sel hati dikarenakan gangguan insufisiensi enzim atau enzim yang tidak aktif. Akumulasi lipid ini termasuk kedalam penyakit penyimpanan pada lisosom karena melibatkan penyimpanan lipid didalam lisosom. Peningkatan penyimpanan lipid pada lisosom akan ditemukan di dalam sel hati. Akumulasi lipid di dalam sel hati menyebabkan perlemakan hati (McCance, 2014)
Mekanisme terjadinya penumpukan lipid di dalam sel yaitu (1) Peningkatan asam lemak bebas ke dalam hati (peningkatan kerusakan trigliserida di dalam jaringan adiposa dan melepaskan asam lemak kemudian masuk ke dalam sel hati), (2) Proses metabolisme yang gagal untk merubah asam lemak ke fosfolipid, mengakibatkan perubahan asam lemak menjadi trigliserida, (3) Peningkatan sintesis trigliserida dari asam lemak karena peningkatan enzim alfa gliserofosfat yang berhubungan dengan sintesis trigliserida, (4) Penurunan sintesis apoprotein, (5) Gagalnya proses pengikatan antara lipid dengan apoprotein and lipoprotein, (6) Mekanisme perpindahan lipoprotein ke luar sel (McCance, 2014).
Pada kelompok kontrol simvastatin terjadi perbaikan perlemakan hati dikarenakan golongan statin dapat menurunkan kolesterol total 20% - 45% dan menurunkan trigliserida 10%-45% (Walker, 2003). Obat ini merupakan inhibitor kompetitif 3-OH-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mengkatalisis tahap awal pembatasan laju pada biosintesis kolesterol. Sehingga dapat terjadi pengurangan perlemakan hati.
Pada kelompok dosis I, II, dan II juga terjadi perbaikan terhadap perlemakan hati. Perbaikan tersebut kemungkinan karena senyawa tanin, saponin, dan flavonoid yang terdapat dalam ekstrak buah parijoto.
Tanin mampu mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses (Rahayu, 2005 dalam
(1)
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis 3 Normal 1.52000 8.07665 .854 -16.0775 19.1175
Hiperlipid -20.97333* 8.07665 .023 -38.5708 -3.3758 simvastatin -15.67000 8.07665 .076 -33.2675 1.9275
dosis 1 -.43000 8.07665 .958 -18.0275 17.1675
(2)
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9: Uji statistik sel nekrosis hewan uji (SPSS 16.0)
1. Uji normalitas terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji (spss 16.0)
Tujuan: untuk melihat data sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji terdistribusi normal atau tidak
Hipotesis: Ho = Data sel nekrosis tikus terdistribusi normal Ha = Data sel nekrosis tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05 Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nekrosis
N 18
Normal Parametersa Mean 30.5206
Std. Deviation 1.19496E1 Most Extreme Differences Absolute .165
Positive .165
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .699
Asymp. Sig. (2-tailed) .713
Keputusan : Data sel nekrosis tikus pada tiap kelompok terdistribusi normal
2. Uji homogenitas (Uji Levene) terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji (SPSS 16.0)
Tujuan: untuk melihat sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji bervariasi homogen atau tidak
Hipotesis: Ho = Data sel nekrosis tikus bervariasi secara homogen Ha = Data sel nekrosis tikus tidak bervariasi secara homogen
(3)
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05 Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.684 5 12 .075
Keputusan : Data sel nekrosis tikus pada tiap kelompok tidak bervariasi homogen
3. Uji analisis variansi (ANOVA) satu arah terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji (SPSS 16.0)
Tujuan: untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan data terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji
Hipotesis: Ho = Data sel nekrosis tikus tidak berbeda secara bermakna Ha = Data sel nekrosis tikus berbeda secara bermakna Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05 Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 566.746 5 113.349 .731 .614
Within Groups 1860.718 12 155.060
Total 2427.465 17
Keputusan : Data sel nekrosis tikus antar kelompok perlakuan tidak berbeda secara bermakna
(4)
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10: Hasil Skrinning Fitokimia
Uji Alkaloid dengan Meyer (-)
Uji Alkaloid dengan Dragendorf (-)
Uji Flavonoid (+)
(5)
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji Tanin (+)
Uji Glikosida (+)
(6)
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta