UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cara panas. Ekstraksi cara dingin ada dua macam metode, yaitu maserasi dan perkolasi. Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu terus-menerus.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Cara ini dapat
menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan Depkes RI, 2000.
Metode perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara,
tahap perkolasi
sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak. Sedangkan ekstraksi cara panas ada beberapa
macam metode, yaitu refluks, sokletasi, digesti, infus dan dekok Depkes RI, 2000.
2.3 Pewarnaan Bakteri
Bakteri adalah organisme berukuran kecil dan terkadang berkelompok. Untuk memudahkan pengamatan di bawah mikroskop diperlukan pewarnaan
mikroorganisme menggunakan zat pewarna. Pewarnaan yang sering digunakan adalah pewarnaan Gram, yaitu pewarnaan diferensial yang
menggunakan lebih dari satu zat pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga digunakan untuk membedakan jenis bakteri.
Pewarnaan Gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu Gram-positif dan Gram-negatif Pratiwi, 2008.
Perbedaan warna antara bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding sel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bakteri Gram-positif banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri Gram-negatif banyak mengandung lipopolisakarida Pratiwi, 2008.
Tabel 2.1 Perbedaan bakteri Gram-Positif dan Gram-Negatif Sumber : Johnson dkk, 2011
Gram-Positif Gram-Negatif
Dinding sel peptidoglikan berlapis- lapis dan biasanya tebal,
beranyam rapat yang mengurung kompleks besar kristal ungu-
iodium. Selubung sel memiliki lapisan
peptidoglikan tipis 1-3 lapis yang terhubung dengan suatu membran
luar; peptidoglikan ini tidak teranyam rapat, sehingga mudah kehilangan
kompleks ungu kristal-iodium pada
proses pelunturan dengan alkohol.
Bakteri Gram
positif tidak
memiliki membran luar maka tidak memiliki
penghalang barrier
hidrofobik untuk membatasi jalan masuk untuk antibiotika besar.
Membran luarnya
memiliki lipopolisakarida, yang paling sering
dikeluarkan pada saat kematian sel dan memiliki komponen toksik
Contoh : Bacillus, Staphylococcus, Streptococcus,
Peptostreptoccus, Clostridium, Enterococcus, dan
lain sebagainya Contoh
: Neisseria,
Moraxella, Brucella, Francisella, Bordetella dan
lain sebagainya
2.4 Bakteri Patogen
2.4.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif, berbentuk bola atau kokus, berkelompok tidak teratur, berantai pendek atau bergerombol,
diameter 0,8-1,0 m, tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni
berwarna kuning, tidak berkapsul, dan dinding selnya mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikoat, tumbuh cepat pada
suhu 37 C. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus,
menonjol, berkilau. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan. Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. Infeksi yang disebabkan di golongkan
sebagai penyakit menularlokal biasanya atau menyebar jarang. S. aureus menghasilkan koagulase, suatu protein mirip enzim yang dapat
menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Bakteri yang
membentuk koagulase dianggap mempunyai potensi menjadi patogen invasif Jawetz, 1996.
2.4.2 Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri Gram-negatif, aerob atau anaerob fakultatif, berbentuk bulat cenderung ke batang panjang biasanya
berukuran 0,5 x 1- 3 , terdapat dalam bentuk tunggal, berpasang-pasangan
dan rangkaian pendek, bergerak menggunakan flagella peritrik atau tidak bergerak, biasanya tidak berbentuk kapsul, tidak membentuk spora. E. coli
merupakan flora normal saluran usus manusia dan hewan. Oleh karena itu dianggap sebagai organisme indikator adanya kontaminasi pada makanan
dan minuman. E. coli merupakan bakteri patogen penyebab infeksi paling sering pada manusia. Infeksi ekstraintestinal termasuk infeksi saluran
kemih yang terjadi ketika saluran terhambat atau secara spontan disebabkan oleh UPEC Uropathogenic E. coli. Infeksi serius lainnya
adalah kolesistitis, usus buntu, peritonitis, infeksi luka pasca operasi, dan sepsis. Dalam infeksi saluran kemih akut, E.coli merupakan organisme
penyebab 70-80 pada kasus kronik, 40-50 penyebab infeksi persisten
Kayser, et al., 2005.
2.5 Antibiotik
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain
dan berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang
berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik
dibedakan menjadi Pratiwi, 2008 : 1.
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan pada
bakteri Gram-positif maupun bakteri Gram-negatif. 2.
Antibiotik yang merusak membran plasma Antibiotik golongan ini umumnya adalah antibiotik golongan peptida yang
bekerja dengan
mengubah permeabilitas
membran plasma
sel mikroorganisme.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein
Antibiotik ini berikatan pada subunit 30S ribosom bakteri beberapa juga terikat pada subunit 50S ribosom dan menghambat translokasi peptidil-
tRNA dan menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA dan mengakibatkan bakteri tidak mampu melakukan proses sintesis protein vital untuk
pertumbuhannya. 4.
Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap
transkripsi dan replikasi mikroorganisme. 5.
Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara lain dengan
adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi yang secara kompetitif menghambat metabolit mikoorganisme karena memiliki
struktur yang mirip dengan substrat normal bagi enzim metabolisme.
2.6 Metode Skrining Antimikroba