Hikmah dan Tujuan Perkawinan

25 5. Makruh Adapun menikah makruh hukumnya bagi laki-laki yang lemah syahwatnya dan tidak mampu memberi nafkah kepada istrinya walaupun dia kaya dan tidak merugikan istrinya, ia lebih baik tidak kawin terlebih dahulu karena apabila kawin takut akan membawa kesengsaraan bagi istrinya. 19

D. Hikmah dan Tujuan Perkawinan

Allah mensyari’atkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan Allah.Untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan, Allah telah membekali dengan hukum-hukum Islam agar dilaksanakan manusia dengan baik. 20 Sebagaimana firman Allah SWT                      . . مورلا ٢ : ٢٢ Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. QS30:21 Rumah tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil, yang terdiri dari pasangan suami isteri, anak-anak, mertua dan sebagainya. Terwujudnya suatu 19 Bakri A Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan dan Hukum Perdata, Jakarta: PT Hidayakrya Agung , 1998, hal. 22 20 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 39. 26 rumah tangga yang sah setelah didahului oleh Aqad Nikah atau Perkawinan sesuai dengan ajaran Agama dan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan harus diawali dengan niat yang ikhlas karena Perkawinan itu adalah suruhan Allah dan RasulNya terhadap Hambanya yang mampu.Sebelumnya pihak-pihak yang bersangkutran calon suami isteri hendaklah berusaha mempelajari dasar-dasar dan tujuan berumah tangga serta seluk beluk pernikahan yang bersangkutan dengan itu. Hal itu dimaksudkan supaya landasan atau pondamen rumah tangga yang akan didirikan itu lebih baik dan lebih kuat, tidak mudah mengalami kegoncangan dan krisis dalam melayarkan bahtera rumah tangga berikutnya. Selanjutnya perhatikanlah uraian-uraian ringkas tentang tujuan dan hakekat Perkawinan, baik menurut ajaran Agama maupun menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974, serta pengaruhnya lingkungan dan masyarakat, Bangsa dan Agama. 21 Manfaat Perkawinan itu telah dirasakan oleh setiap orang yang berumah tangga antara lain, terdapatnya kepuasan dan ketenangan jiwa hati, rasa kasih sayang terhadap isteri dan anak-anak yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab, baik di bidang kesejahteraan lahiriyah dan batiniyahnya, seperti membentuk keperibadian anak atau keluarga dengan ajaran Agama dan ilmu pengetahuan lainnya, dengan tujuan agar terwujud rumah tangga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin, memperoleh keturunan yang sah, suci dimasa yang akan datang. 22 21 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, hal. 26. 22 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993, hal. 27. 27 Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekadar pada batas memenuhi kebutuhan biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama. Di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut: 1. Memelihara gen manusia. Pernikahan sebagai sarana untuk memelihara keberlangsungan gen manusia, alat reproduksi, dan regenerasi dari masa ke masa. Dengan pernikahan inilah manusia akan dapat memakmurkan hidup dan melaksanakan tugas sebagai khalifah dari Allah. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:                       تارجحلا ٢٢ : ٩٤ Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Q:S13:49 Dapat dikatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut dapat melalui nafsu seksual yang tidak harus melalui syariat, namun cara tersebut dilarang oeh Syariat Islam. Karena yang demikian itu akan menyebabkan terjadinya penganiayaan, saling menumpahkan darah, dan menyia-nyiakan keturunan sebagaimana yang terjadi pada binatang. 28 2. Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Di dalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sakral dan religius. Seseorang akan merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya, yaitu ikatan rohani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusia dan menjadi mulia dari tingkat kebinatangan yang hanya menjalin cinta syahwat antara jantan dan betina. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenangan jiwa, kasih sayang, dan memandang. 3. Nikah sebagai perisai diri manusia. Nikah dapat menjaga diri kemanusiaan dan menjauhkan dari pelanggaran- pelanggaran yang diharamkan dalam agama. Karena nikah memperbolehkan masing- masing pasangan melakukan kebutuhan biologisnya secara halal dan mubah. Pernikahan tidak membahayakan bagi umat, tidak menimbulkan kerusakan, tidak berpengaruh dalam membentuk sebab-sebab kebinatangan, tidak menyebabkan tersebarnya kefasikan, dan tidak menjerumuskan para pemuda dalam kebebasan. 4. Melawan hawa nafsu. Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara, melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan hak-hak istri dan anak-anak dan mendidik mereka. Nikah juga melatih kesabaran terhadap akhlak istri dengan usaha yang optimal memperbaiki dan memberikan petunjuk jalan agama. Semua manfaat pernikahan diatas tergolong perbuatan yang memiliki keutamaan yang agung. Tanggung jawab laki-laki terhadap rumah tangganya adalah tanggung jawab kepemimpinan dan kekuasaan. Istri dan anak-anak adalah keluarga yang dipimpin. 29 Keutamaan memimpin sangatlah agung. Tidak rasional jika disamakan seseorang yang sibuk mengurus diri sendiri dengan orang yang sibuk mengurus dirinya dan diri orang lain. 23 Perkawinan dan tujuan perkawinan sangat erat hubungannya dengan agama, maka pendidikan agama dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk keluarga bahagia. Sebab sesungguhnya agama membuat hidup dan kehidupan manusia lebih bermakna. 24 23 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009, hal. 40-41. 24 Daud ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 cet. 2 hal. 26 30 BAB III PROFIL DESA SUKA JAYA

A. Gambaran Umum Desa Suka Jaya