Nikah yang dilarang Praktek Nikah Tahlil (Studi Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin Vii, Kabupaten Bungo, Jambi)

17 bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihat. Sebab Ayat Al-Quran menjelaskan bahwa orang yang telah ditalak tiga oleh suaminya kemudian mereka ingin rujuk kembali maka haruslah menikah dengan laki- laki lain terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 230:                                 رق لا ٢ :. ٢٢ Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya sesudah Talak yang kedua, Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang mau mengetahui. Q:S2:230.

B. Nikah yang dilarang

Didalam ajaran Islam juga mengenal adanya beberapa bentuk pernikahan yang diharamkan, baik itu diharamkan karena tidak sesuai dengan tujuan pensyariatan maupun diharamkan karena disebabkan oleh sesuatu atau larangan syariat diantaranya adalah: 1. Nikah Mut’ah Mut’ah adalah akad perkawinan yang dilaksanakan seakan untuk waktu tertentu dengan mahar yang ditetapkan, baik untuk waktu yang panjang maupun 18 untuk waktu yang pendek, akad ini berakhir dengan berakhirnya waktu akad tanpa jatuh talak. 6 Nikah untuk waktu yang telah ditentukan artinya nikah yang terputus. Pernikahan ini diharamkan karena akadnya hanya semata-mata untuk bersenang- senang saja dan untuk memuaskan nafsu, nikah mut’ah tidak bertujuan untuk mendapatkan keturunan atau hidup senagai suami istri dengan membina rumah tangga yang sejahtera. Pernikahan mut’ah bertentangan dengan hukum Al-quran tentang perkawinan, talak, iddah, dan waris. Dalam pernikahan mut’ah tidak mengenal aturan tentang talak karena perkawinan itu akan berakhir dengan habisnya waktuyang telah ditentukan. I ddah dalam pernikahan mut’ah itu dua kali haid, empat puluh hari bagi perempuan yang sudah tidak berdarah haid dan tidak mengenal adanya hak saling mewarisi bagi suami istri tersebut. 2. Nikah Syighar Nikah Syighar adalah pernikahan yang didasarkan pada janji atau kesepakatan penukaran, yaitu menjadikan dua orang perempuan sebagai mahar atau jaminan masing-masing. Ucapan akadnya adalah “saya nikahkan anda dengan anak saya atau saudara perempuan saya, dengan syarat anda menikahkan saya dengan anak atau saudara per empuan anda”. Jika pernikahan ini terjadi maka pernikahannya batal. 7 6 Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang Jakarta: CV, Cendekia Sentra Muslil, 1997 hal. 65 7 Alhamdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 1985. hal. 36 19 3. Akad Dengan Niat Mentalak Seseorang yang menikahi perempuan namun di dalam hatinya ada niat untuk menceraikannya, hukumnya sama seperti nikah mut’ah, para ulama dan tokoh-tokoh sahaba t melarang adanya nikah mut’ah karena pernikahan itu hanya untuk waktu tertentu dan pernikahan dengan niat ingin menceraikannya sama seperti pernikahan untuk waktu tertentu 8 . 4. Menikah Dengan Istri Yang Penah Ditalak Tiga Apabila seorang laki-laki menceraikan istrinya sampai tiga kali, maka ia tidak halal rujuk kepada istrinya kecuali istrinya sudah pernah menikah dengan laki-laki lain kemudian laki-laki tersebut menceraikannya dan habis masa iddahnya. Perkawinan harus perkawianan yang benar bukan untuk maksud tahlil. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 230                                 رق لا ٢ :. ٢٢ Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya sesudah Talak yang kedua, Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan laki-laki yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya bekas suami pertama dan isteri untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang mau mengetahui. Q:S2:230. 9 8 Alhamdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 1985. hal. 37 9 Alhamdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 1985. Hal. 39 20 Ayat di atas menjelaskan bahwa talak itu hanya dua kali yang boleh rujuk, maka jika suami telah menjatuhkan talak sebanyak tiga kali, istrinya sudah tidak halal lagi baginya. Sampai ada laki-laki lain yang menikah dengan perempuan tersebut secara resmi dan benar-benar ingin membangun rumah tangga dengannya. 10 Kemudian jika suami yang kedua menceraikannya, maka diperbolehkan bagi suami pertama untuk kembali rujuk atau hidup bersama lagi, tetapi dengan catatan keduanya berkeyakinan akan saling menghormati satu sama lainnya. 11

C. Rukun dan Syarat Perkawinan