Respon Masyarakat Terhadap Praktek Nikah Tahlil

46 pasal 2 KHI dan undang-undang no 1 tahun 1974 yang menjelaskan suatu tujuan perkawinan.

D. Respon Masyarakat Terhadap Praktek Nikah Tahlil

1. Tokoh Agama Memang dalam ajaran Islam pernikahan Tahlil ini dilarang, namun nikah tahlil yang diharamkan adalah jika disyaratkan dalam akadnya seperti menikah dengan batasan waktu atau dalam akadnya disebutkan syarat seperti setelah dukhul maka jatuhlah talak dan tidak ada lagi pernikahan diantara kalian. Menurut para Ulama di desa ini, alasan lain yang menguatkan adalah dikhawatirkan akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, seperti suami istri yang telah talak tiga dan ingin rujuk kembali, tetapi istrinya belum di mahallil kemudian mereka pergi ketempat lain dan rujuk di sana tanpa istrinya menikah dengan orang lain, dan itu hukumnya adalah haram. Hal ini berdasarkan kaidah Ushul Fikih yang menerangkan tentang Syaddu Al- zariah, di mana Syaddu Al-Zariah itu adalah suatu masalah yang tampaknya mubah, tetapi kemungkinan bisa menyampaikan kepada pekara yang telarang. Sesuatu yang menyebabkan jatuh atau terbawa kepada perbuatan yang terlarang maka hukumnya adalah haram. 10 10 Wawancara dengan salah satu ulama di dusun Suka Jaya. Pada tanggal 14 januari 2014 di kediamannya. 47 2. Tokoh Adat Menurut ketua lembaga adat desa Suka Jaya, hukum nikah Tahlil juga diperbolehkan karena jika tidak dilaksanakan akan disumpah biso kawi yang dijelaskan dalam seluko adat yaitu “ibarat kayu di tengah tebat ke ateh dak bapucuk kebawah dak baurat di tengah-tengah digakuk kumbang ” yang artinya seperti kerakap tubuh di batu hidup segan mati pun tak mau. Jadi kalau orang yang telah ditalak tiga oleh suaminya kemudian belum dibersihkan maka akan ada kesenjangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan masyarakat tidak mau bergaul dengan orang tersebut. Oleh sebab itu setiap orang yang ditalak tiga maka setelah habis masa iddahnya secepat mungkin harus segera ditahlilkan. karena orang yang talak tiga kemudian ingin kembali rujuk untuk melanjutkan rumah tangganya, jika tidak disegerakan maka ara anggota lembaga adat juga dikenakan sumpah biso kawi. Ini merupakan peraturan adat yang sudah dilaksanakan sejak dahulu. 11

E. Analisis Hasil Wawancara