20
Ayat  di  atas  menjelaskan  bahwa  talak  itu  hanya  dua  kali  yang  boleh  rujuk, maka jika suami telah menjatuhkan talak sebanyak tiga kali, istrinya sudah tidak halal
lagi  baginya.  Sampai  ada  laki-laki  lain  yang  menikah  dengan  perempuan  tersebut secara resmi dan benar-benar ingin membangun rumah tangga dengannya.
10
Kemudian jika suami  yang kedua menceraikannya, maka diperbolehkan bagi suami  pertama  untuk  kembali  rujuk  atau  hidup  bersama  lagi,  tetapi  dengan  catatan
keduanya berkeyakinan akan saling menghormati satu sama lainnya.
11
C. Rukun dan Syarat Perkawinan
Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum agama Islam harus memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok tiang sedangkan syarat
merupakan unsur pelengkap dalam setiap  perbuatan hukum. Perkawinan  sebagai  perbuatan  hukum  tentunya  juga  harus  memenuhi  rukun  dan
syarat-syarat tertentu. Agama  Islam  menentukan  sahnya  aqad  nikah  kepada  tiga  macam  syarat,
yaitu: 1.
Dipenuhinya semua rukun nikah 2.
Dipenuhinya syarat-syarat nikah 3.
Tidak melanggar larangan perkawinan sebagai yang ditentukan oleh syari’at.
12
10
Al- Adzim Ma’ani dan DR. Ahmad Al-Ghundur, Hukum-Hukum dari Al-Quran dan Hadits,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, hal 128
11
Al- Adzim Ma’ani dan DR. Ahmad Al-Ghundur, Hukum-Hukum dari Al-Quran dan Hadits,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, hal 129
12
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, hal. 29.
21
a. Rukun Nikah
Rukun  nikah  merupakan  hal-hal  yang  harus  dipenuhi  pada  waktu melangsungkan  perkawinan.  Jadi  dapat  digolongkan  kedalam  syarat  formil,  dan
terdiri atas: 1.
Adanya calon mempelai laki-laki dan wanita 2.
Harus ada wali bagi calon mempelai perempuan 3.
Harus disaksikan oleh dua orang saksi 4.
Akad nikah yaitu Ijab dari wali mempelai perempuan atau wakilnya dan Qabul dari mempelai laki-laki atau wakilnya.
Adapun rukun nikah menurut para Ulama madzhab adalah sebagai berikut: 1.
Jumhur Ulama a.
Adanya calon suami istri yang melakukan perkawinan b.
Adanya wali dari pihak calon mempelai wanita c.
Adanya dua orang saksi d.
Sighat akad nikah, yaitu Ijab dan Qabul 2.
Menurut Imam Malik a.
Wali dari pihak perempuan b.
Mahar atau mas kawin c.
Calon pengantin laki-laki d.
Calon pengantin perempuan e.
Sighat akad nikah
22
3. Menurut Imam As-Syafi’I
a. Calon pengantin laki-laki
b. Calon pengantin perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Sighat akad nikah
4. Menurut Imam Hanafi
Menurut madzhab ini rukun nikah itu hanya ada Ijab dan Qabul saja yaitu akad yan dilakukan oleh wali perempuan dan calon pengantin laki-laki.
13
Rukun  nikah  merupakan  bagian  dari  hakekat  perkawinan,  artinya  bila  salah satu dari rukun nikah tidak dipenuhi, maka tidak akan terjadi suatu perkawinan.
14
b. Syarat-syarat Nikah
Syarat-syarat  nikah  menurut  agama  Islam  diperinci  ke  dalam  syarat-syarat untuk  mempelai  wanita  dan  syarat-syarat  untuk  mempelai  laki-laki.  Syarat-syarat
nikah  ini  dapat  digolongkan  ke  dalam  syarat  materil  dan  harus  dipenuhi  agar  dapat melangsungkan pernikahan.
Syarat bagi calon mempelai laki-laki: 1.
Beragama Islam 2.
Terang laki-lakinya bukan banci 3.
Tidak dipaksa dengan kemauan sendiri
13
Abdul rahman Al-Ghazali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003, hal. 47-48.
14
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, hal. 30.
23
4. Tidak beristri lebih dari empat orang
5. Bukan mahramnya bakal istri
6. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya
7. Mengetahui bakal istrinya tidak haram dinikahinya
8. Tidak sedang dalam Ihram Haji atau Umrah.
Syarat bagi calon mempelai wanita: 1.
Beragama Islam 2.
Terang perempuannya bukan banci 3.
Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya 4.
Tidak bersuami, dan tidak dalam masa iddah 5.
Bukan mahram bakal suami 6.
Belum pernah dili’an sumpah li’an oleh bakal suaminya 7.
Terang orangnya 8.
Tidak sedang dalam Ihram Haji atau Umrah.
15
Jika tidak dipenuhinya syarat-syarat nikah tersebut di atas berakibat batal atau tidak  sah  fasid  nikahnya.  Selain  syarat-syarat  tersebut  masih  ada  syarat  lain  yang
harus diperhatikan oleh umat Islam dalam hal akan melangsungkan pernikahan, yaitu syarat tidak melanggar larangan pernikahan.
16
Dalam  hukum  Islam  terdapat  tingkatan  atau  penggolangan  hukum,  yaitu mubah,  sunnah,  wajib,  makruh  dan  haram.  Berkaitan  dengan  hal  ini  nikah
15
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, hal. 31.
16
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986, hal. 32.
24
mempunyai  hukum  yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  situasi  yang  dialami  oleh seseorang. Hukum nikah itu adalah:
1. Wajib
Bila  seseorang  dilihat  dari  pertumbuhan  jasmaniyahnya  layak  sekali  untuk menikah,  nafsunya  sudah  mendesak,  takut  terjerumus  dalam  perzinaan  dan
mampu  memberikan  nafkah  lahir  bathin,  maka  wajiblah  ia  menikah.  Karena menjauhkan  diri  dari  yang  haram  itu  wajib.  Sedangkan  untuk  itu  dapat
dilakukan dengan baik, kecuali menikah.
17
2. Sunnah
Adapun  bagi  orang  yang  nafsunya  telah  mendesak  lagi  mampu  untuk menikah,  tetapi  masih  dapat  menahan  dirinya  dari  melakukan  zina,  maka
baginya sunnah hukumnya.
18
3. Haram
Seseorang akan
mengawininya dengan
maksud menyakiti
atau mempermainkannya,  maka  ia  akan  haram  mengawini  wanita  itu.  Apalagi
tidak  mampu  memenuhi  nafkah  lahir  bathin  istrinya  serta  nafsunya  tidak mendesak maka haramlah dia menikah.
4. Mubah
Menikah  dimubahkan  bagi  seseorang  atau  laki-laki  yang  tidak  terdesak  oleh alasan-alasan  yang mewajibkan segera kawin atau  karena  alasan-alasan  yang
mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah.
17
Abdurrahman Al Ghazali, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003, hal. 18
18
Abdurrahman Al Ghazali, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003, hal. 19
25
5. Makruh
Adapun  menikah  makruh  hukumnya  bagi  laki-laki  yang  lemah  syahwatnya dan  tidak  mampu  memberi  nafkah  kepada  istrinya  walaupun  dia  kaya  dan
tidak  merugikan  istrinya,  ia  lebih  baik  tidak  kawin  terlebih  dahulu  karena apabila kawin takut akan membawa kesengsaraan bagi istrinya.
19
D. Hikmah dan Tujuan Perkawinan