Tahun 2009 sudah melewati target yang ingin dicapai dalam Indikator Indonesia Sehat 2010.
Secara kuantitatif, rasio dokter umum dan dokter spesialis per 100.000 penduduk di Indonesia hampir mendekati target yang ditentukan, akan tetapi
penyebaran atau distribusinya tidak merata. Sarjunani 2010 menyatakan terjadi kesenjangan penyebaran dokter umum baik dari segi jumlah maupun rasio per
100.000 penduduk di wilayah perkotaan dengan pedesaan, sedangkan penyebaran dokter umum berdasarkan jumlah penduduk antara Pulau Jawa dan Bali dengan di
luar Pulau Jawa dan Bali relatif seimbang. Hal ini berbeda dengan penyebaran dokter spesialis, yang sebagian besar di antaranya lebih dari 10.000 berada di Pulau Jawa.
Situasi yang sama juga terjadi di wilayah Sumatera Utara. Dari 3.456 dokter yang ada di Sumatera Utara, 2.833 dokter berada di Kota Medan. Adapun jumlah
dokter umum di Sumatera Utara adalah 2.592 dan dokter spesialis 854 orang dari 3.456 dokter, di mana sebagian besar berdomisili di Kota Medan Sitompul, 2010.
2.3. Kepatuhan Melaksanakan Praktik 3 Tiga Tempat
Kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku manusia. Hamudunia 2008 menyatakan terhadap suatu ketentuan atau peraturan, perilaku manusia dapat terbagi
dua yaitu mematuhi atau tidak mematuhi peraturan tersebut. Thoha 2008 menyatakan perilaku manusia adalah suatu fungsi dari interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Teori kognitif mengatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan adanya rangsangan stimulus, kemudian memprosesnya ke
dalam kognisi yang akan menghasilkan jawaban respons.
Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo 2003 menyatakan meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar individu, namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus
yang berbeda ini disebut determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua yaitu : 1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional dan
jenis kelamin. 2.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Kepatuhan dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan pada UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam Pasal
36 Undang-Undang ini disebutkan bahwa seorang dokter dan dokter gigi yang melakukan pratik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP. Selanjutnya Pasal 37
ayat 2 menyatakan bahwa SIP diberikan hanya untuk paling banyak 3 tiga tempat dan ayat 3 menambahkan satu SIP hanya berlaku untuk 1 satu tempat praktik.
2.4. Persepsi
2.4.1. Pengertian
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran
Universitas Sumatera Utara
yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi Thoha, 2008.
Hamner dan Organ dalam Indrawijaya 2003 menyatakan persepsi adalah suatu proses di mana seseorang mengorganisasikan di dalam pikirannya, menafsirkan,
mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Segala sesuatu yang memengaruhi persepsi seseorang tersebut nantinya juga akan
memengaruhi perilaku yang akan dipilihnya. Rakhmat 2005 menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Rivai 2008 menyatakan persepsi adalah proses dari
seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologi.
2.4.2. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Persepsi
Robbins 2002 menyatakan ada tiga faktor yang memengaruhi terjadinya suatu persepsi, yaitu :
1. Pelaku persepsi
Jika seorang individu melihat suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari
pelaku persepsi individu tersebut. Adapun karakteristik pribadi yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman
masa lalu dan pengharapan.
Universitas Sumatera Utara
2. Target
Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan. Apa yang kita lihat bergantung bagaimana
kita memisahkan suatu bentuk dalam latar belakangnya yang umum. Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama,
bukan secara terpisah. 3.
Situasi Dalam melihat objek atau peristiwa, unsur-unsur lingkungan sekitar juga
memengaruhi persepsi. Selain itu, waktu dan keadaan objek yang dilihat dapat memengaruhi persepsi.
Rivai 2008 menyatakan ada dua faktor yang memengaruhi proses seleksi yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari dalam yang memengaruhi
proses seleksi adalah belajar, motivasi dan kepribadian. Adapun faktor dari luar adalah intensitas, ukuran, berlawanan atau kontras, pengulangan dan gerakan.
Rakhmat 2005 menyatakan ada dua faktor yang memengaruhi persepsi : 1.
Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan lain-lain
yang termasuk dengan apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk rangsangan, tetapi karakteristik
orang yang memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. 2.
Faktor Struktural Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat rangsangan fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Jika kita mempersepsikan
Universitas Sumatera Utara
sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan, bukan melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
Dengan melihat kedua faktor tersebut, Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat 2005 membuat empat dalil tentang persepsi, yaitu :
1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita
mengorganisasikan rangsangan dengan melihat konteksnya. Walaupun rangsangan yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan
interpretasi yang konsisten dengan rangkaian rangsangan yang kita persepsi. 3. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari struktur pada umumnya ditentukan oleh
sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat individu akan dipengaruhi oleh
keanggotaan kelompoknya. 4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu cenderung
ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya bersifat struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis atau
balok. Kita dapat meramalkan secara cermat dengan melihat kesamaan bentuk benda-benda mana yang akan dikelompokkan. Pada persepsi sosial
pengelompokan tidak murni struktural, akan tetapi memerlukan peranan kerangka rujukan karena apa yang dianggap sama oleh seorang individu belum tentu
Universitas Sumatera Utara
dianggap sama oleh individu lain. Perbedaan pengelompokan ini bisa terjadi karena perbedaan pendidikan dan kebudayaan .
2.4.3. Objek Persepsi
Pembentukan persepsi merupakan proses pengamatan, maka objek yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu :
1. Manusia, termasuk di dalamnya kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural. 2. Benda-benda mati, seperti bangku dan meja.
Persepsi yang menggunakan manusia sebagai objeknya disebut persepsi interpersonal, sedangkan yang menggunakan benda-benda mati sebagai objeknya
disebut persepsi objek Rakhmat, 2005.
2.5. Fokus Penelitian
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka fokus penelitian ini adalah :
Persepsi Stakeholders
Gambar 2.1 Fokus Penelitian Persepsi tentang Pelaksanaan
UU Nomor 29 Tahun 2004
1. Kepatuhan dokter melaksanakan
praktik 3 tiga tempat 2.
Dampak pengaturan praktik dokter 3 tiga tempat terhadap dokter, rumah
sakit dan masyarakat
3. Pengawasan dinas kesehatan terhadap
pelaksanaan praktik dokter 3 tiga tempat
4. Dukungan terhadap pengaturan praktik
dokter 3 tiga tempat
Pengetahuan tentang UU Nomor 29 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang UU Nomor 29 Tahun 2004 adalah Pengetahuan
Stakeholders di Kota Medan Dinas Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, rumah sakit, dokter dan masyarakat tentang
diberlakukannya UU Nomor 29 Tahun 2004 Mengenai Praktik Dokter 3 tiga Tempat.
2. Persepsi tentang Pelaksanaan UU Nomor 29 Tahun 2004 adalah Persepsi
Stakeholders di Kota Medan Dinas Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, rumah sakit, dokter dan masyarakat yang
difokuskan pada : a.
Kepatuhan dokter dalam melaksanakan praktik 3 tiga tempat b.
Dampak pengaturan praktik dokter 3 tiga tempat terhadap dokter, rumah sakit dan masyarakat
c. Pengawasan dinas kesehatan terhadap pelaksanaan praktik dokter 3 tiga
tempat d.
Dukungan terhadap pengaturan praktik dokter 3 tiga tempat
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian