dan menafsirkan pesan. Persepsi yang berbeda-beda timbul karena beberapa faktor seperti ketidaktahuan, informasi yang salah, penilaian yang prematur dan pengalaman
yang tidak menyenangkan. Pareek dalam Sobur 2003 menyatakan persepsi adalah proses menerima,
menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data. Adapun Rivai 2008 menyatakan kunci
untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan penafsiran yang unik dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Menurut penelitian Bangun 2008, persepsi informan dibentuk oleh aspek informasi yang diterima, pengetahuan yang dimiliki, penilaian serta pengalaman yang
dirasakan oleh informan. Penelitian Tarmizi 2007 menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, begitu juga dengan penelitian Pulungan 2005
yang menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan informan itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai persepsi stakeholders tentang pelaksanaan UU
Nomor 29 Tahun 2004 mengenai praktik dokter 3 tiga tempat di Kota Medan Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi stakeholders tentang pelaksanaan UU Nomor 29 Tahun
2004 mengenai praktik dokter 3 tiga tempat di Kota Medan Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi stakeholders tentang pelaksanaan UU Nomor 29 Tahun 2004 mengenai praktik dokter 3 tiga
tempat di Kota Medan Tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai gambaran bagi Dinas Kesehatan Kota Medan tentang pelaksanaan
UU Nomor 29 Tahun 2004 mengenai praktik kedokteran di Kota Medan. 2.
Sebagai bahan rekomendasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Pemko Medan dalam mengambil kebijakan terkait pengaturan jumlah praktik dokter
sesuai dengan UU Nomor 29 Tahun 2004. 3.
Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
4. Sebagai rekomendasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UU Nomor 29 Tahun 2004
UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan pemerintah Tanggal 6 Oktober Tahun 2004. Undang-undang ini menyebutkan bahwa
penyelenggaraan praktik kedokteran merupakan inti dari berbagai kegiatan penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
yang memiliki etika dan moral yang tinggi, keahlian dan wewenang yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, sehingga dibutuhkan pengaturan praktik
kedokteran. UU Nomor 29 Tahun 2004 mengatur berbagai hal, di antaranya :
1. Pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia KKI
Konsil Kedokteran Indonesia KKI terdiri dari Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi yang bertanggung jawab kepada Presiden. KKI
mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan medis. 2.
Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi yang dikeluarkan oleh KKI. Untuk memperoleh surat tanda registrasi
tersebut, dokter dan dokter gigi harus memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
3. Surat Izin Praktik SIP
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP. Untuk memperoleh SIP, dokter dan dokter gigi
harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. SIP dokter dan dokter gigi hanya
diberikan untuk paling banyak 3 tiga tempat dan satu SIP hanya berlaku untuk 1 satu tempat praktik. Dalam Permenkes Nomor 512MenkesPerIV2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, disebutkan bahwa tempat praktik yang dimaksud adalah sarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah, swasta maupun praktik per orangan. Untuk mendapatkan SIP, seorang dokter dan dokter gigi harus memiliki
surat tanda registrasi yang masih berlaku dan dikeluarkan oleh KKI. Kemudian mempunyai tempat praktik dan memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
4. Rekam Medis
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis yang harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Dokumen rekam medis merupakan milik dokter, dokter gigi atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. Rekam
medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
5. Pembentukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
MKDKI yang merupakan lembaga otonom dari KKI. MKDKI dalam menjalankan tugasnya bersifat independen dan bertanggung jawab kepada KKI.
6. Sanksi Terhadap Pelanggaran Undang-Undang
UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyertakan sanksi bagi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang
tersebut. Sanksi itu berupa pidana penjara atau denda dalam bentuk uang yang nominalnya berbeda-beda sesuai pasal yang dilanggar. Ada beberapa sanksi yang
diatur, di antaranya dokter dan dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi dan SIP, dokter dan
dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis sesuai dengan ketentuan undang-undang, akan dikenakan pidana penjara atau denda dalam
bentuk uang. Namun, sanksi untuk pelanggaran terhadap Pasal 37 ayat 2 yaitu SIP hanya
diberikan untuk paling banyak 3 tiga tempat, tidak disebutkan dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut. Sebagai salah satu produk dan sumber hukum,
seharusnya undang-undang tersebut juga menyertakan sanksi terhadap pelanggaran pasal 37 ayat 2 ini. Utrech dalam Sinaga 2008 menyatakan hukum
berisikan larangan dan sanksi yang harus dipatuhi agar tercipta ketertiban di tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
7. Praktik Kedokteran
UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dokter dan
dokter spesialis serta dokter gigi dokter gigi dan dokter gigi spesialis terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Pasal 39 menyebutkan praktik
kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pasal 2 Permenkes Nomor 512MenkesPerIV2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran menyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP, kemudian
dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tempat praktik yang dimaksud adalah sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta maupun praktik per orangan.
8. Kewenangan Dinas Kesehatan KabupatenKota
Pasal 37 ayat 1 UU Nomor 29 Tahun 2004 menyatakan bahwa SIP dokter dan dokter gigi dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupatenkota
tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan. Kewenangan dinas kesehatan kabupatenkota tersebut dipertegas lagi dalam
Permenkes Nomor 512MenkesPer2007. Dalam Permenkes itu disebutkan bahwa dinas kesehatan kabupatenkota memiliki dua kewenangan dalam pelaksanaan praktik
kedokteran, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Pencatatan dan Pelaporan
Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota wajib melakukan pencatatan terhadap semua SIP dokter dan dokter gigi yang telah dikeluarkannya. Catatan
tersebut disampaikan secara berkala minimal 3 tiga bulan sekali kepada Menteri Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia dan tembusan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi serta organisasi profesi setempat. b.
Pembinaan dan Pengawasan Pasal 21 ayat 1 Permenkes Nomor 512MenkesPerIV2007 menyatakan
Menteri Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia, pemerintah daerah dan organisasi profesi melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan praktik
kedokteran sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing. Dalam ayat 2 pasal ini, disebutkan pembinaan dan pengawasan diarahkan pada
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
Pasal 22 Permenkes tersebut menyatakan dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota dapat mengambil
tindakan administratif terhadap pelanggaran peraturan praktik kedokteran. Sanksi administratif tersebut dapat berupa peringatan lisan, tertulis sampai
dengan pencabutan SIP. Dalam memberikan sanksi administrasif tersebut, Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota terlebih dahulu dapat mendengar
pertimbangan organisasi profesi.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Dokter