Notoatmodjo 2003 menyatakan meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar individu, namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus
yang berbeda ini disebut determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua yaitu : 1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional dan
jenis kelamin. 2.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Kepatuhan dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan pada UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam Pasal
36 Undang-Undang ini disebutkan bahwa seorang dokter dan dokter gigi yang melakukan pratik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP. Selanjutnya Pasal 37
ayat 2 menyatakan bahwa SIP diberikan hanya untuk paling banyak 3 tiga tempat dan ayat 3 menambahkan satu SIP hanya berlaku untuk 1 satu tempat praktik.
2.4. Persepsi
2.4.1. Pengertian
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran
Universitas Sumatera Utara
yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi Thoha, 2008.
Hamner dan Organ dalam Indrawijaya 2003 menyatakan persepsi adalah suatu proses di mana seseorang mengorganisasikan di dalam pikirannya, menafsirkan,
mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Segala sesuatu yang memengaruhi persepsi seseorang tersebut nantinya juga akan
memengaruhi perilaku yang akan dipilihnya. Rakhmat 2005 menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Rivai 2008 menyatakan persepsi adalah proses dari
seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologi.
2.4.2. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Persepsi
Robbins 2002 menyatakan ada tiga faktor yang memengaruhi terjadinya suatu persepsi, yaitu :
1. Pelaku persepsi
Jika seorang individu melihat suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari
pelaku persepsi individu tersebut. Adapun karakteristik pribadi yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman
masa lalu dan pengharapan.
Universitas Sumatera Utara
2. Target
Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan. Apa yang kita lihat bergantung bagaimana
kita memisahkan suatu bentuk dalam latar belakangnya yang umum. Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama,
bukan secara terpisah. 3.
Situasi Dalam melihat objek atau peristiwa, unsur-unsur lingkungan sekitar juga
memengaruhi persepsi. Selain itu, waktu dan keadaan objek yang dilihat dapat memengaruhi persepsi.
Rivai 2008 menyatakan ada dua faktor yang memengaruhi proses seleksi yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari dalam yang memengaruhi
proses seleksi adalah belajar, motivasi dan kepribadian. Adapun faktor dari luar adalah intensitas, ukuran, berlawanan atau kontras, pengulangan dan gerakan.
Rakhmat 2005 menyatakan ada dua faktor yang memengaruhi persepsi : 1.
Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan lain-lain
yang termasuk dengan apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk rangsangan, tetapi karakteristik
orang yang memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. 2.
Faktor Struktural Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat rangsangan fisik dan efek-efek
saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Jika kita mempersepsikan
Universitas Sumatera Utara
sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan, bukan melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.
Dengan melihat kedua faktor tersebut, Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat 2005 membuat empat dalil tentang persepsi, yaitu :
1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita
mengorganisasikan rangsangan dengan melihat konteksnya. Walaupun rangsangan yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan
interpretasi yang konsisten dengan rangkaian rangsangan yang kita persepsi. 3. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari struktur pada umumnya ditentukan oleh
sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat individu akan dipengaruhi oleh
keanggotaan kelompoknya. 4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu cenderung
ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya bersifat struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis atau
balok. Kita dapat meramalkan secara cermat dengan melihat kesamaan bentuk benda-benda mana yang akan dikelompokkan. Pada persepsi sosial
pengelompokan tidak murni struktural, akan tetapi memerlukan peranan kerangka rujukan karena apa yang dianggap sama oleh seorang individu belum tentu
Universitas Sumatera Utara
dianggap sama oleh individu lain. Perbedaan pengelompokan ini bisa terjadi karena perbedaan pendidikan dan kebudayaan .
2.4.3. Objek Persepsi