Kuring Sifat-sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas

3. Dough Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan liat dough konsistensinya sehingga adonan tidah melekat lagi. Fase ini merupakan saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold. 4. Rubbery-hard Bila adonan dibiarkan terlalu lama, maka akan terbentuk adonan menyerupai karet dan menjadi kaku rubbery-hard sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam mold.

2.1.3 Kuring

Salah satu teknik kuring mencakup proses pembuatan basis gigitiruan dalam water bath bertemperatur konstan yaitu 70° C selama 8 jam. Teknik kedua mencakup pemrosesan resin pada 70° C selama 2 jam dan kemudian meningkatkan temperatur air sampai 100° C dan diproses selama 1 jam. Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath. Suhu dan lamanya pemanasan harus dikontrol. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring, yaitu : 1 1. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna, gigitiruan kemungkinan mengandung monomer sisa yang tinggi. 4 2. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer mendidih pada suhu 100,3 o C. Resin hendaknya jangan mencapai suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi. Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring Universitas Sumatera Utara tiba-tiba dimasukkan ke dalam air mendidih, suhu resin bisa naik sampai di atas 100,3°C sehingga menyebabkan monomer menguap. Hal ini menyebabkan gaseous porosity. Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan. 4 Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar. 21 Selama proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan keluar dari akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin dikeluarkan dari cetakan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya basis gigitiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik. 4

2.1.4 Sifat-sifat

Beberapa sifat resin akrilik polimerisasi panas antara lain: a Monomer sisa 1,6,7 Meskipun proses kuring akrilik sudah dilakukan secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2 sampai 0,5 . Hal ini mempengaruhi berat molekul rata- rata resin akrilik. Kuring pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. Monomer sisa dapat menyebabkan iritasi jaringan mulut serta menyebabkan menurunnya sifat-sifat resin akrilik seperti lebih fleksibel dan kekuatannya menurun. Universitas Sumatera Utara b Porositas Porositas terjadi akibat penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah bila temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya gelembung permukaan dan di bawah permukaan yang dapat mempengaruhi sifat fisik, estetis dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk dan cairan dan karena tekanan yang tidak cukup saat polimerisasi. c Ketepatan dan kestabilan dimensi Ketepatan dimensi adalah suatu hal yang memegang peranan penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan pendukung rongga mulut. 16,17 Ketepatan dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal dari adonan akrilik, pengerutan yang terjadi sewaktu polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi saat pemolesan basis resin akrilik. 1,6,7,17 Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigitiruan di rongga mulut. Metode flasking yang digunakan, suhu, perbandingan polimer dan monomer, tipe resin akrilik, proses kuring dan penyimpanan juga mempengaruhi terjadinya perubahan dimensi selama processing. 5,19 Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik. Hal ini berpengaruh terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu absorpsi air sebaiknya sekecil mungkin. 1,6,22 Universitas Sumatera Utara d Absorpsi air Polimetil metakrilat menyerap air relatif kecil ketika ditempatkan pada lingkungan basah, namun air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air resin akrilik sebesar 0,69 mgcm Mekanisme penyerapan ini umumnya disebabkan oleh proses difusi yang terjadi pada massa polimetil metakrilat yang ditembus oleh molekul air dan menempati posisi di antara rantai polimer sehingga memperlemah ikatan rantai polimer. Terjadinya absorpsi air ini memberikan dua efek penting dalam massa yang terpolimerisasi, yakni menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami ekspansi dan mempengaruhi kekuatan rantai polimer karena bertindak sebagai plasticizer. 2 e Retak . Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1 disebabkan oleh absorpsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23 . Penelitian menunjukkan bahwa ekspansi linear yang disebabkan oleh absorpsi air adalah hampir sama dengan pengerutan yang diakibatkan oleh proses polimerisasi sehingga kedua proses tersebut saling mempengaruhi. Secara klinis, retak terlihat sebagai garis kecil yang timbul pada permukaan basis resin akrilik. Retakan permukaan merupakan predisposisi terjadinya fraktur basis gigitiruan. Retak umumnya disebabkan oleh tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer, namun stress mekanis, perbedaan koefisien ekspansi termis dan kerja bahan pelarut juga dapat mempengaruhi terjadinya retak pada basis resin akrilik. Universitas Sumatera Utara f Fraktur Fraktur yang terjadi pada gigitiruan dapat diakibatkan oleh benturan impact misalnya terjatuh pada permukaan yang keras, atau oleh karena flexural fatigue. Flexural fatigue terjadi setelah melenturkan bahan secara berulang-ulang. Beban yang diberikan tidak merusak bila diberikan satu kali, namun bila diberikan berulang kali maka dapat menyebabkan fraktur karena terjadi konsentrasi stress pada satu area. Fraktur midline pada gigitiruan sering disebabkan oleh flexural fatigue. Kerusakan akibat impact biasanya terjadi di luar mulut sebagai hasil dari benturan mendadak pada gigitiruan atau karena jatuhnya gigitiruan pada saat dibersihkan, batuk atau bersin. Menurut penelitian El-Sheikh dan Al-Zahrani, 80,4 penyebab kerusakan gigitiruan adalah karena benturan impact dan 71,4 kerusakan gigitiruan adalah karena patahnya basis gigitiruan resin akrilik. 23

2.2 Perubahan dimensi