Profil leukosit pada anak sapi friesian holstein yang diberi pakan dengan suplementasi zn

PROFIL LEUKOSIT PADA ANAK SAPI Friesian Holstein
YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI Zn

NOVIALITA AESA PUTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Leukosit pada
Anak Sapi Friesian Holstein yang diberi Pakan dengan Suplementasi Zn adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014
Novialita Aesa Putri
NIM B04100023

ABSTRAK
NOVIALITA AESA PUTRI. Profil Leukosit pada Anak Sapi Friesian Holstein
yang diberi Pakan dengan Suplementasi Zn. Dibimbing oleh ANITA
ESFANDIARI dan SUS DERTHI WIDHYARI.
Zinc atau Zn merupakan mineral mikro yang berperan penting dalam sistem
kekebalan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh suplementasi
Zn dalam pakan terhadap profil leukosit pada anak sapi Friesian Holstein (FH).
Penelitian ini menggunakan 9 ekor anak sapi FH yang sehat secara klinis, berumur
antara 6-10 bulan. Anak sapi dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, masingmasing terdiri atas 3 ekor. Pengelompokan dilakukan berdasarkan perbedaan
kandungan mineral Zn yang ditambahkan ke dalam konsentrat, yaitu kelompok
yang diberi pakan tanpa suplementasi Zn (kontrol), kelompok yang diberi pakan
dengan suplementasi Zn sebesar 60 ppm, dan kelompok yang diberi pakan dengan
suplementasi Zn sebesar 120 ppm. Sampel darah diambil dari vena jugularis
sebelum dan setelah suplementasi Zn, setiap bulan selama tiga bulan, untuk
dianalisis terhadap jumlah total dan diferensial leukosit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suplementasi Zn sebesar 60 dan 120 ppm tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata pada jumlah leukosit total, neutrofil, monosit, dan eosinofil
(P>0.05). Jumlah limfosit meningkat secara nyata setelah dua bulan suplementasi
Zn sebesar 60 ppm (P0.05) following 60 and 120 ppm of Zn supplementation. Lymphocyte counts
increased significantly two months following 60 ppm of Zn supplementation
(P0.05) (Tabel 2). Rataan jumlah leukosit total juga tidak berbeda
nyata antar kelompok perlakuan (P>0.05). Namun demikian, terdapat
kecenderungan adanya perubahan profil pada masing-masing kelompok perlakuan
setelah suplementasi Zn. Rataan jumlah leukosit total pada kelompok Zn 60 ppm
cenderung menurun setelah satu bulan suplementasi Zn, dan cenderung meningkat
pada bulan berikutnya. Profil yang berbeda ditunjukkan oleh kelompok Zn 120,
dimana jumlah leukosit total pada kelompok ini memperlihatkan adanya
kecenderungan meningkat setelah suplementasi. Kelompok Zn 120 ppm
memperlihatkan profil jumlah leukosit total yang mirip dengan kelompok kontrol.
Rataan jumlah leukosit total tertinggi dijumpai pada kelompok Zn 60 ppm
setelah dua bulan suplementasi Zn. Rataan jumlah leukosit total pada semua
kelompok perlakuan selama pengamatan berada dalam kisaran referensi normal
menurut PennVet (2003) yaitu antara 4-12 x 103 /µL.

Tabel 2 Rataan jumlah leukosit total (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein
sebelum dan sesudah suplementasi Zn

Perlakuan

Waktu pengamatan bulan ke0

1

2

3

Kontrol

7.32±1.53 a

9.07±4.01 a

10.02±1.97 a

7.67±2.40 a


Zn 60 ppm

7.15±1.25 ab

6.25±3.35 a

11.18±2.44 ab

7.15±1.23 ab

Zn 120 ppm

7.28±1.06a

8.07±2.09 a

8.40±2.77 a

6.78±1.58 a


Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).

Perubahan profil rataan jumlah leukosit total pada penelitian ini diduga
disebabkan oleh adanya perubahan pada rataan jumlah limfosit. Profil rataan
jumlah leukosit total (Tabel 2) mirip dengan profil rataan jumlah limfosit (Tabel

10
3). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah leukosit total dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah limfosit. Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa
peningkatan jumlah limfosit pada ruminansia dapat meningkatkan jumlah leukosit
total dalam sirkulasi darah.
Rataan jumlah leukosit total tertinggi dijumpai pada bulan ke-2 dan terjadi
pada semua kelompok perlakuan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh status Zn dalam
tubuh. Menurut Widhyari (2012), apabila kadar Zn dalam tubuh berkurang maka
penyerapan Zn akan meningkat. Hal ini dilakukan oleh tubuh agar kebutuhan Zn
tetap tercukupi. Penyerapan Zn yang meningkat diduga dapat meningkatkan
jumlah limfosit karena Zn bertanggung jawab terhadap kerja timus sebagai tempat
maturasi limfosit T muda dan fungsi limfosit T dewasa dalam perifer (Winarsi
2010). Penyerapan Zn yang meningkat mampu meningkatkan jumlah limfosit

yang akan memengaruhi jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah.
Peningkatan rataan jumlah leukosit total untuk semua kelompok perlakuan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Widhyari (2005) melaporkan
bahwa, suplementasi Zn pada kambing peranakan etawa pada periode sekitar
partus tidak disertai dengan peningkatan jumlah leukosit total, yang
mengindikasikan bahwa Zn tidak bekerja pada rangsangan leukopoiesis, yaitu
proses pembentukan leukosit, tetapi diduga bekerja pada peningkatan kinerja
leukosit.

Limfosit
Tabel 3 memperlihatkan rataan jumlah limfosit pada anak sapi FH semua
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah suplementasi Zn. Profil rataan jumlah
limfosit (Tabel 3) pada penelitian ini mirip dengan profil rataan jumlah leukosit
total (Tabel 2).

Tabel 3 Rataan jumlah limfosit (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan

Waktu pengamatan bulan ke0


1
a

2
ab

3
ab

4.42±1.24 ab

Kontrol

3.57±1.69

Zn 60 ppm

3.57±0.77 a


3.23±2.03 a

7.90±2.02 b

4.31±0.74 a

Zn 120 ppm

3.85±1.26 a

3.91±1.06 a

4.96±1.29 a

4.05±1.11 a

4.02±1.73

6.54±1.04


Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).

Rataan jumlah limfosit tertinggi dijumpai pada semua kelompok perlakuan
setelah dua bulan suplementasi Zn, dimana kelompok Zn 60 ppm menunjukkan
peningkatan jumlah limfosit yang berbeda nyata (P0.05).

Peningkatan jumlah neutrofil pada kelompok kontrol diduga karena hewan
cenderung lebih mudah stres dibandingkan dengan kelompok yang disuplementasi
Zn. Stres dapat terjadi akibat trauma fisik, infeksi, adanya perubahan cuaca yang
ekstrim, faktor lingkungan, dan status fisiologis hewan. Kondisi stres
menyebabkan peningkatan sekresi kortisol, jenis hormon glukokotikoid, dari
korteks adrenal (Guyton dan Hall 2006). Peningkatan hormon glukokortikoid
akan menginduksi L-selektin yaitu suatu molekul yang terdapat pada permukaan
sel untuk melakukan pergerakan, mengakibatkan neutrofil bermigrasi dari pool
marginal ke sirkulasi darah sehingga terjadi neutrofilia (Widhyari 2005).
Rataan jumlah neutrofil pada kelompok suplementasi Zn 60 ppm
menunjukkan profil yang lebih stabil dibandingkan dengan kelompok kontrol dan

12

Zn 120 ppm. Menurut Widhyari (2005), kambing peranakan etawa pada periode
sekitar partus yang diberi pakan mengandung Zn 60 mg/kg berat kering
menunjukkan profil jumlah neutrofil yang lebih stabil dibandingkan dengan
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi pakan mengandung Zn 80 mg/kg
berat kering. Hal ini diduga bahwa kelompok Zn 60 ppm lebih mampu menekan
faktor stres yaitu kortisol. Menurut Widhyari et al. (2011), kadar kortisol pada
kambing peranakan etawa saat partus yang diberi tambahan Zn sebanyak 60
mg/kg berat kering lebih rendah dibandingkan dengan kambing etawa yang diberi
tambahan Zn sebanyak 40 dan 80 mg/kg berat kering.
Rataan jumlah neutrofil sapi FH tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar kelompok perlakuan (P>0.05). Pinna et al. (2002) melaporkan bahwa,
penambahan Zn pada manusia dengan kondisi sehat tidak berpengaruh terhadap
jumlah neutrofil dalam darah. Hal ini diduga karena suplemetasi Zn lebih
berperan dalam meningkatkan kinerja neutrofil. Menurut Widhyari (2012),
penambahan Zn sebanyak 60 mg/kg berat kering dalam pakan pada kambing
peranakan etawa saat partus mampu meningkatkan secara nyata kapasitas
fagositosis sel PMN dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok yang
diberi pakan mengandung Zn 80 mg/kg berat kering.

Monosit

Rataan jumlah monosit anak sapi FH pada semua kelompok perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) sepanjang waktu pengamatan.
Rataan jumlah monosit anak sapi FH semua kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah suplementasi Zn dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan jumlah monosit (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan

Waktu pengamatan bulan ke0

1
a

2
a

3
a

0.29±0.19

0.32±0.06a

Kontrol

0.38±0.03

Zn 60 ppm

0.37±0.14a

0.31±0.17a

0.20±0.26a

0.30±0.06a

Zn 120 ppm

0.35±0.09a

0.23±0.07a

0.36±0.23a

0.42±0.13a

0.57±0.23

Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).

Hasil penelitian ini memperlihatkan rataan jumlah monosit berkisar antara
0.20-0.57 x 103 /µL. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal yaitu antara
0.20-0.84 x 103 /µL (PennVet 2003). Rataan jumlah monosit sapi FH yang
disuplementasi Zn tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Hasil ini
sama dengan penelitian Pinna et al. (2002), dimana penambahan Zn tidak
mengubah persentase monosit dalam sirkulasi darah. Suplementasi Zn diduga
berpengaruh pada aktivitas monosit. Dugaan ini didukung oleh hasil penelitian Ibs

13
dan Rink (2003), bahwa suplementasi Zn secara in vitro sebanyak 500 µmol.l-1
mampu memengaruhi aktivitas limfosit T dan monosit.
Kim et al. (2008) melaporkan bahwa, kapasitas fagositosis monosit pada
anjing Beagle yang diberi tambahan Zn sebanyak 100 µM meningkat secara nyata.
Zinc mampu menginduksi produksi TNF-α (Tumor Necrosis Factor Alpha), yaitu
sitokin yang disekresikan oleh makrofag, salah satu fungsinya adalah
meningkatkan kapasistas fagositosis sel PMN dan monosit.

Eosinofil
Rataan jumlah eosinofil ketiga kelompok sapi FH sebelum diberi suplemen
Zn menunjukkan nilai di atas kisaran normal. Jumlah eosinofil pada sapi dalam
sirkulasi darah berkisar antara 0-0.17 x 103 /µL (PennVet 2003). Kondisi dimana
jumlah eosinofil meningkat di atas kisaran normal, disebut sebagai eosinofilia
(Frandson et al. 2009). Rataan jumlah eosinofil anak sapi FH semua kelompok
perlakuan sebelum dan sesudah diberi suplemen Zn disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan jumlah eosinofil (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan

Waktu pengamatan bulan ke0

1
a

2
a

3
a

0.13±0.09a

Kontrol

0.26±0.17

0.26±0.10

Zn 60 ppm

0.24±0.03a

0.17±0.12a

0.31±0.33a

0.19±0.19a

Zn 120 ppm

0.18±0.13a

0.15±0.04a

0.23±0.10a

0.19±0.14a

0.07±0.13

Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).

Satu bulan setelah suplementasi Zn, rataan jumlah eosinofil pada kelompok
yang disuplementasi Zn menurun ke kisaran nilai normal, sedangkan pada
kelompok kontrol tetap di atas kisaran nilai normal. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Scott dan Koski (2000), dimana tikus yang mengalami
eosinofilia, segera menurun jumlah eosinofilnya setelah diberi suplemen Zn
dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi suplemen Zn.
Bulan ke-2, jumlah eosinofil pada kelompok yang disuplementasi Zn
kembali meningkat. Chen et al. (2004) melaporkan bahwa, jumlah eosinofil pada
kelompok tikus yang diberi air mengandung ZnCl2 sebanyak 60 ppm lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok tikus yang diberi air mengandung ZnCl2
sebanyak 0.6 dan 100 ppm. Jumlah eosinofil yang meningkat diduga disebabkan
oleh suplementasi Zn, dimana Zn mampu memengaruhi produksi eosinofil karena
Zn dapat meningkatkan sekresi interleukin-5 oleh limfosit T yang berfungsi untuk
menstimulasi pembentukan dan diferensiasi eosinofil serta aktivasi eosinofil
dewasa (Manurung et al. 2013).

14
Kelompok Zn 60 ppm dan 120 ppm mengalami penurunan rataan jumlah
eosinofil pada akhir pengamatan. Hal ini diduga disebabkan oleh status Zn dalam
tubuh. Menurut Suprijati (2013), ketika kebutuhan Zn telah tercukupi maka tubuh
akan mengurangi penyerapan Zn. Hal ini dilakukan oleh tubuh untuk menjaga
keseimbangan kadar Zn dalam tubuh.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Suplementasi Zn sebesar 60 dan 120 ppm dalam pakan tidak memengaruhi
jumlah leukosit total, neutrofil, monosit, dan eosinofil. Namun demikian,
suplementasi Zn sebesar 60 ppm dalam pakan mampu meningkatkan jumlah
limfosit anak sapi Friesian Holstein pada dua bulan setelah suplementasi.

Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah hewan coba lebih banyak, waktu
pengamatan yang lebih lama, dan sumber Zn yang berbeda, serta penelitian
tentang pengaruh Zn terhadap kinerja leukosit anak sapi Friesian Holstein.

DAFTAR PUSTAKA
[AAK] Aksi Agraris Kanisius. 1991. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Ajayi OB. 2008. Effect of zinc deficiency on haematological parameters and
mineral content of selected tissues in albino rats. Pak J Nutr. 7(4):543-545.
Bamualim AM, Kusmartono, Kuswandi. 2009. Aspek nutrisi sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 165-209.
Bao B, Prasad AS, Beck FWJ, Godmere M. 2003. Zinc modulates mRNA levels
of cytokines. Am J Physiol Endocrinol Metab. 285:E1095-E1102.
Chen CH, Huang YL, Chuan MY. 2004. The influence of zinc in mice on
infection with Angiostrongylus cantonensis. Parasitol Res. 94(1):74-81.
Djaja W, Matondang RH, Haryono. 2009. Aspek manajemen usaha sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 27-69.
Fraker PJ, King LE, Tonya L, Teresa LV. 2000. The dynamic link between the
integrity of the immune system and zinc status. J Nutr. 130:1399S-1406S.
Frandson RD, Wilke AL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. Ed ke-7. Colorado (US): Wiley-Blackwell.
Guo CH, Wang CL. 2013. Effect of zinc supplementation on plasma coppe/zinc
ratios, oxidative stess, and immunological status in hemodialysis patients. Int J
Med Sci. 10(1):78-89.

15
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11.
Philadelphia (US): Elsevier Saunders.
Ibs KH, Rink L. 2003. Zinc-altered immune function. J Nutr. 133:1452S-1456S.
Indriani AP, Muktiani A, Pangestu E. 2013. Konsumsi dan produksi protein susu
sapi perah laktasi yang diberi suplemen temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
dan seng proteinat. Anim Agricul J. 2(1):128-135.
Kiswari R. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta (ID): Erlangga Medical Series.
Kim YJ, Kang JH, Yang MP. 2008. Zinc increases the phagocytic capacity of
canine peripheral blood phagocytes in vitro. Vet Res Commun. 33:251-261.
Manurung DNM, Nasrul E, Medison I. 2013. Gambaran jumlah eosinofil darah
tepi penderita asma bronkial di bangsal paru RSUD Dr. M. Djamil Padang. J
Kesehat Andal. 2(3):122-126.
Muchtadi D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung (ID): Alfabeta.
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle.
Washington, D.C. (US): National Academy Press.
[PennVet] University of Pennsylvania School of Veterinary Medicine. 2003.
Haematology Normal Values for Cattle [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 15].
Tersedia
pada:
http://research.vet.upenn.edu/fieldservice/Dairy/Clinical
Pathology/tabid/3848/Default.aspx.
Peckham M. 2014. At a Glance Histologi. Jakarta (ID): Erlangga Medical Series
Pinna K, Kelley DS, Taylor PC, King JC. 2002. Immune functions are maintained
in healthy men with low zinc intake. J Nutr. 132:2033-2036.
Raqib R, Hossain MB. Kelleher SL. Stephensen CB, Lonnerdal B. 2007. Zinc
supplementation of pregnant rats with adequate zinc nutriture suppresses
immune functions in their offspring. J Nutr. 137:1037-1042.
Rink L, Kirchner H. 2000. Zinc-altered immune function and cytokine production.
J Nutr. 130:1407S-1411S.
Scott ME, Koski KG. 2000. Zinc deficiency impairs immune responses against
parasitic nematode infections at intestinal and systemic sites. J Nutr.
130:1412S-1420S.
Someya Y, Tanihata J, Sato S, Kawano F, Shirato K, Sugiyama M, Kawashima Y,
Nomura S. 2009. Zinc-deficiency induced changes in the distribution of rat
white blood cells. J Nutr Sci Vitaminol. 55:162-169.
Simonyte S, Cerkasin G, Planciuniene R, Naginiene R, Ryselis S, Ivanov L. 2003.
Influence of cadmium and zinc on the mice resistance of Listeria
monocytogenes infection. Medicina. 39(8):767-772.
Subandriyo dan Adiarto. 2009. Sejarah perkembangan peternakan sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 1-25.
Suprijati. 2013. Seng organik sebagai imbuhan pakan ruminansia. Wartazoa.
23(3):142-157.
Syawal S, Purwanto BP, Permana IG. 2013. Studi hubungan respon ukuran tubuh
dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara pada lokasi
yang berbeda. JTTP. 2(3):175-188.
[WHFF] World Holstein Friesian Federation. 2013. Holstein Champions
[Internet].
[diunduh
2014
Februari
18].
Tersedia
pada:
http//whff.info/events/champions.php.

16
Widhyari SD. 2005. Patofisiologi sekitar partus pada kambing peranakan etawah:
kajian peran suplementasi zincum terhadap respons imunitas dan produktivitas
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widhyari SD, Wientarsih I, Soehartono H, Kompiang IP, Winarsih W. 2009.
Efektivitas pemberian kombinasi mineral zinc dan herbal sebagai
imunomodulator. JIPI. 14(1): 30-40.
Widhyari SD, Widodo S, Wibawan IWT, Sutama IK, Esfandiari A. 2011. Profil
kadar kortisol dan seng pada kambing peranakan etawa saat melahirkan yang
diberi tambahan seng dalam pakannya. J Vet. 12(3):220-228.
Widhyari SD. 2012. Peran dan dampak defisiensi zinc (Zn) terhadap sistem
tanggap kebal. Wartazoa. 22(3):141-148.
Winarsi H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Zemel BS, Kawchak DA, Fung EB, Frempong KO, Stallings VA. 2002. Effect of
zinc supplementation on growth and body composition in children with sickle
cell disease. Am J Clin Nutr. 75:300-307.

17
Lampiran 1 Uji ANOVA sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan

Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosinofil

Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares

df

46666.667
1.007E7
1.012E7
161226.889
1.003E7
1.019E7
882.000
55846.000
56728.000
63890.667
8513017.333
8576908.000
11352.667
91261.333
102614.000

2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8

Mean Square

F

Sig.

23333.333
1678888.889

.014

.986

80613.444
1671275.222

.048

.953

441.000
9307.667

.047

.954

31945.333
1418836.222

.023

.978

5676.333
15210.222

.373

.703

Lampiran 2 Uji Duncan sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
a

Duncan
Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosinofil

Perlakuan
Zn 60 ppm
Zn 120 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 60 ppm
Kontrol
Zn 120 ppm
Sig.
Zn 120 ppm
Zn 60 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 120 ppm
Zn 60 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 120 ppm
Zn 60 ppm
Kontrol
Sig.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

N
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

1
7150.00
7283.33
7316.67
.884
3564.67
3573.00
3852.67
.800
350.67
365.67
374.67
.778
2905.67
2985.00
3110.33
.845
174.67
235.33
259.00
.448

18
Lampiran 3 Uji ANOVA setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan

Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosinofil

Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares

df

1.223E7
6.331E7
7.555E7
1090881.556
1.649E7
1.758E7
184790.889
171052.000
355842.889
4584427.556
1.422E7
1.880E7
21200.222
51878.000
73078.222

2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8

Mean Square

F

Sig.

6116944.444
1.055E7

.580

.589

545440.778
2748779.556

.198

.825

92395.444
28508.667

3.241

.111

2292213.778
2369356.444

.967

.432

10600.111
8646.333

1.226

.358

Lampiran 4 Uji Duncan setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
a

Duncan
Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosinofil

Perlakuan
Zn 60 ppm
Zn 120 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 60 ppm
Zn 120 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 120 ppm
Zn 60 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 60 ppm
Zn 120 ppm
Kontrol
Sig.
Zn 120 ppm
Zn 60 ppm
Kontrol
Sig.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

N
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

1
6250.00
8066.67
9066.67
.344
3229.67
3908.67
4016.00
.594
233.67
312.67
569.33
.057
2534.00
3777.33
4220.00
.242
147.67
174.33
261.33
.198

19
Lampiran 5 Uji ANOVA setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan

Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosinofil

Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares

df

1.172E7
3.505E7
4.678E7
1.302E7
1.363E7
2.664E7
41261.556
307753.333
349014.889
192838.889
5077167.333
5270006.222
85310.889
267262.667
352573.556

2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8
2
6
8

Mean Square

F

Sig.

5860833.333
5842222.222

1.003

.421

6509216.778
2270931.111

2.866

.134

20630.778
51292.222

.402

.686

96419.444
846194.556

.114

.894

42655.444
44543.778

.958

.436

Lampiran 6 Uji Duncan setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
a

Duncan
Leukosit

Limfosit

Monosit

Neutrofil

Eosino