Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

(1)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

SKRIPSI

ZAMMILY HATI HARAHAP

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan ZnO terhadap gambaran leukosit darah ayam broiler. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Sebanyak 100 ekor ayam broiler dipelihara dari umur 1 hari (DOC) sampai umur 6 minggu dibagi menjadi 5 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, masing-masing ulangan berjumlah 5 ekor ayam, yaitu : kelompok ayam yang hanya diberikan ransum basal (R0), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % (R1), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm (R2), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm (R3), kelompok ayam yang diberi ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm (R4). Sampel darah diambil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6 untuk melihat jumlah dan differensiasi leukosit pada ayam. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian kombinasi bawang putih dan ZnO serta kelompok R3 kunyit dan ZnO menunjukkan jumlah leukosit, heterofil dan limfosit lebih dinamis dan relative stabil yang mencerminkan kemampuan tubuh lebih baik dalam merespon adanya gangguan atau infeksi.


(3)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

ZAMMILY HATI HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

Nama : Zammily Hati Harahap

Nrp : B04104013

Disetujui

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan FKH IPB


(5)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj. Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.

2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan, bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat, perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.

5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi.

6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam seminar.

7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang, Bouk, dan Sepupuku).

8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi, semangat dan menemani Amie selama ini.


(6)

9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri, Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan 42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu, Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.

10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2008


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26 Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi asisten mata kuliah Pengelolaan Kesehatan dan Pengembangan Ternak Tropika.


(8)

8DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3

Klasifikasi ... 3

Ciri-ciri Ayam... 4

Ayam Broiler ... 4

Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5

Klasifikasi ... 5

Morfologi ... 6

Kandungan dan Khasiat ... 6

Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8

Klasifikasi ... 8

Morfologi ... 9

Kandungan dan Khasiat ... 9

Mineral Zink ... 9

Darah ... 11

Leukosit ... 11

Heterofil ... 13

Limfosit ... 14

Monosit ... 15

Eosinofil... 16

Basofil ... 17

BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18

Materi penelitian ... 18

Hewan Penelitian dan Kandang ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Ransum ... 18

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Vaksin ... 20


(9)

Pemeriksaan Darah ... 22

Metode Pemeriksaan ... 23

Analisa Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24

Heterofil ... 26

Limfosit ... 27

Monosit ... 28

Eosinofil ... 30

Basofil ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4

2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13

3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13

4 Komposisi Ransum ... 20

5 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari ... 20


(11)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

SKRIPSI

ZAMMILY HATI HARAHAP

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ABSTRAK

ZAMMILY HATI HARAHAP. Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO. Dibimbing oleh Sus Derthi Widhyari dan Endang Rachman Supriatna.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek pemberian bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan ZnO terhadap gambaran leukosit darah ayam broiler. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Sebanyak 100 ekor ayam broiler dipelihara dari umur 1 hari (DOC) sampai umur 6 minggu dibagi menjadi 5 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, masing-masing ulangan berjumlah 5 ekor ayam, yaitu : kelompok ayam yang hanya diberikan ransum basal (R0), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % (R1), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm (R2), kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm (R3), kelompok ayam yang diberi ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm (R4). Sampel darah diambil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6 untuk melihat jumlah dan differensiasi leukosit pada ayam. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian kombinasi bawang putih dan ZnO serta kelompok R3 kunyit dan ZnO menunjukkan jumlah leukosit, heterofil dan limfosit lebih dinamis dan relative stabil yang mencerminkan kemampuan tubuh lebih baik dalam merespon adanya gangguan atau infeksi.


(13)

GAMBARAN LEUKOSIT DARAH AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI SERBUK BAWANG PUTIH, SERBUK KUNYIT

DAN ZnO

ZAMMILY HATI HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

Judul Skripsi : Gambaran Leukosit Darah Ayam Broiler yang Diberi Pakan dengan Suplementasi Serbuk Bawang Putih, Serbuk Kunyit dan ZnO

Nama : Zammily Hati Harahap

Nrp : B04104013

Disetujui

Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi Drh. Endang Rachman Supriatna, MS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan FKH IPB


(15)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahku tercinta Alm. H. Zulkarnaen Harahap dan Mamaku terkasih Hj. Masdalena Daulay atas kasih sayang, kepercayaan, untaian doa dan keringatnya, adik-adikku tersayang Partunasan Harahap dan M. Parsonangan Harahap yang telah memberi motivasi dan semangat buat kak Amie.

2. Dr.drh. Sus Derthi Widhyari, MSi sebagai dosen pembimbing atas arahan, bimbingan, didikan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

3. Drh. Endang Rachman Supriatna, MS sebagai dosen pembimbing atas didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis.

4. Drh. Savitri Novelina, MSi sebagai pembimbing akademik atas nasehat, perhatian dan bimbingannya selama penulis kuliah.

5. Dr. drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi.

6. Dr.drh. R. Harry Soehartono, M. App. Sc, Phd sebagai dosen penilai dalam seminar.

7. Keluarga Padang Sidimpuan, Medan dan Jakarta (Uak, Tulang, Nantulang, Bouk, dan Sepupuku).

8. A.Ramadhoni Sahputra, S.KH atas waktu, perhatian, kesabaran, motivasi, semangat dan menemani Amie selama ini.


(16)

9. Sahabat-sahabatku Wenceu, Dewi Ratih, Nina Siregar (Saudariku), Getri, Mungky, Dini, X-Green House (Deasy, M’E ), Personel Citra Asri, keluarga Besar IMATAPSEL Bogor (Abang, kakak, saudaraku 41 dan adik angkatan 42, 43, 44, 45), rekan sepenelitian Ibu Sri, Ratna, Upx, Popon, Wahyu, Herlina, Kanda, Bagus, dan Sri_Ul.

10.Sahabat - sahabatku yang sedang dan akan mewarnai hidupku, serta ASTEROIDEA’41 terbaik dan teristimewa.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini, tetapi penulis berharap semoga dapat bermaafaat bagi pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2008


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan Sumatera Utara pada tanggal 26 Agustus 1985. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Drs. Zulkarnaen Harahap SH dan Ibu Hj. Masdalena Daulay.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdatul Ulama Padang Sidimpuan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri No 144432 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan ke SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan dan lulus pada tahun 2001. Setelah lulus dari SMU Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi seperti: Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL), Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas , Himpunan Profesi Ruminasia, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), DKM An Nahl. Pada tahun 2007-2008 penulis menjadi asisten mata kuliah Pengelolaan Kesehatan dan Pengembangan Ternak Tropika.


(18)

8DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam (Gallus gallus) ... 3

Klasifikasi ... 3

Ciri-ciri Ayam... 4

Ayam Broiler ... 4

Bawang Putih (Allium sativum Linn.) ... 5

Klasifikasi ... 5

Morfologi ... 6

Kandungan dan Khasiat ... 6

Kunyit (Curcuma domestika Val.) ... 8

Klasifikasi ... 8

Morfologi ... 9

Kandungan dan Khasiat ... 9

Mineral Zink ... 9

Darah ... 11

Leukosit ... 11

Heterofil ... 13

Limfosit ... 14

Monosit ... 15

Eosinofil... 16

Basofil ... 17

BAHAN dan METODE Tempat dan Waktu ... 18

Materi penelitian ... 18

Hewan Penelitian dan Kandang ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Ransum ... 18

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang Putih dan Kunyit) ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Vaksin ... 20


(19)

Pemeriksaan Darah ... 22

Metode Pemeriksaan ... 23

Analisa Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit ... 24

Heterofil ... 26

Limfosit ... 27

Monosit ... 28

Eosinofil ... 30

Basofil ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hilai normal hematologi untuk ayam... 4

2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam ... 13

3 Persentase normal leukosit untuk ayam ... 13

4 Komposisi Ransum ... 20

5 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari ... 20


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Ayam Broiler... 3

2 Bawang Putih ... 5

3 Struktur Alisin ... 6

4 Rimpang Kunyit ... 8

5 Struktur Kurkumin ... 9

6 Zinc Oksida ... 10

7 Haemopoiesis ... 13

8 Heterofil ... 14

9 Limfosit ... 15

10 Monosit ... 16

11 Eosinofil ... 17

12 Basofil ... 17

13 Jumlah leukosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 24

14 Jumlah heterofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 26

15 Jumlah limfosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 27

16 Jumlah monosit ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 29

17 Jumlah eosinofil ayam broiler minggu ke 3 dan minggu ke 6 ... 30


(22)

Halaman

1 Tabel hasil analisis Pstatistika terhadap jumlah leukosit, persentase dan jumlah jenis leukosit ayam broiler dengan Uji Anova

Dilanjutkan Uji Duncan ... 37 2 Hasil analisis perhitungan jumlah leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 38 3 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 39 4 Hasil analisis perhitungan persentase leukosit ayam broiler dengan

uji Anova dilanjutkan uji Duncan ... 41


(23)

1.1 Latar Belakang

Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia, karena ayam merupakan sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Sumber protein yang berasal ayam meliputi daging dan telur. Daging dan telur ayam mempunyai harga yang relatif murah, sehingga permintaan dan kebutuhan masyarakat sangat tinggi (Rasyaf 1993). Berdasarkan data yang ada pada Pinsar tahun 2008, kebutuhan ayam potong di Indonesia mencapai tiga juta sampai lima juta ekor perhari sedangkan total produksi nasional Indonesia tidak mencukupi kebutuhan konsumsi ayam di Indonesia, hal ini dikarenakan populasi ayam yang ada telah berkurang (Pinsar 2008).

Perkembangan peternakan Indonesia akhir-akhir ini semakin menunjukkan penurunan khususnya pada peternakan ayam. Keadaan ini, di tandai dengan penurunan pola konsumsi masyarakat terhadap berbagai hasil produksi asal ayam baik itu telur maupun daging (Pinsar 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tersebut adalah semakin banyak jenis penyakit yang muncul yang membutuhkan biaya pengobatan mahal dan pengobatan yang diberikan kurang efektif. Usaha untuk menekan terjadinya penyakit adalah dengan meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari ayam (Widhyari et al. 2006).

Upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam melalui perbaikan manajemen pakan melalui pemberian obat herbal dan bahan–bahan yang tersedia di alam. Namun pengobatan dengan menggunakan bahan kimia yang terlalu banyak dan sering dapat menimbulkan dampak negatif bagi kualitas daging yang berdampak bagi yang mengkonsumsi, seperti resistensi terhadap agen penyakit dan residu. Pemberian dosis obat yang kurang tepat dan pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, timbul resistensi terhadap agen penyakit, residu pada hasil produksi ayam serta biaya pengobatan yang mahal merupakan dampak negatif dari pengobatan kimia.

Indonesia kaya akan flora tumbuhan yang beribu-ribu jenis yang masih perlu dimanfaatkan, sehingga pengobatan dengan menggunakan tanaman obat atau disebut obat herbal merupakan salah satu solusi untuk menekan kejadian penyakit (Syamsiah


(24)

dan Tajudin 2003). Penggunaan obat herbal memiliki keuntungan tidak menyebabkan residu pada hasil produksi ayam sehingga masyarakat aman untuk menkonsumsinya. Sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian terhadap tanaman sebagai sumber bahan obat alam untuk menggantikan obat kimia, seperti penggunaan bawang putih (Allium sativum L.) dan kunyit (Curcuma domestika Val.). Kedua tanaman ini memiliki efek farmakologis antara lain sebagai anti-bakteri, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu metabolism didalam tubuh. Kedua tumbuhannya ini memiliki manfaat yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Selain penggunaan herbal juga digunakan mikromineral seperti zink. Zink sering digunakan sebagai tambahan pada pakan baik itu sebagai terapi maupun suplemen (Manalu 1999). Penelitian secara tunggal terhadap masing-masing herbal dan mineral zink telah dilakukan tetapi penelitian dengan mengkombinasi bawang putih, kunyit dan mineral zink belum pernah dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian kombinasi bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan ZnO dalam pakan terhadap gambaran leukosit darah ayam.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui khasiat pemberian kombinasi bawang putih (Allium sativum L.), kunyit (Curcuma domestika Val.) dan zink terhadap leukosit sebagai sel pertahanan tubuh.


(25)

1.1 Ayam (Gallus gallus) Klasifikasi

Klasifikasi biologi dari ayam (Gallus gallus) berdasarkan Wikipedia (2008) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus

Ayam (Gallus gallus) adalah unggas domestikasi yang kemungkinan turunan dari ayam Indian liar dan ayam hutan merah dari Asia Tenggara dan berhubungan juga dengan ayam hutan abu –abu (G.sonneratii). Penamaaan ayam sangat luas tergantung dari asalnya. Ayam merupakan salah satu hewan domestikasi yang umum dan tersebar luas (Anonim 2008).

Ciri-ciri Ayam

Seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu mulai dari kepala, sayap sampai dengan ekor. Selain itu, memperlihatkan jengger yang penuh dengan bahan lilin berwarna merah. Kulit cukup kurus dan relatif bebas dari kelenjar sekretori, dengan pengecuali pada urophygial. Ayam mempunyai badan yang kompak, rangka yang ringan, sayap dan kaki yang tumbuh dengan baik. Ayam merupakan unggas yang aktif, nervous, lincah, berdarah panas, bertelur (Setijanto 1998).

Sistem respirasi dari unggas ini dibantu oleh kantong hawa. Alat pencernaan memperlihatkan modifikasi seperti tidak mempunyai gigi, esophagus yang mempunyai pelebaran disebut tembolok serta lambung yang terbagi dua yaitu lambung kelenjar dengan banyak kelenjar pencernaan dan lambung otot tempat makanan digiling lebih efektif lagi penghancuran makanan secara mekanis (Setijanto 1998).

Gambar 1 Ayam Broiler Sumber : Wikipedia 2008


(26)

Gambaran darah dari ayam secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel yang disajikan sebagai berikut.

Tabel 1 Nilai normal hematologi untuk ayam

Parameter Kisaran Rataan Eritrosit

Total eritrosit 2,5-3,5 3,0

Haemoglobin 7,0-13,0 9,0

PCV (%) 22,0-35,0 30,0

MCV (fl) 90,0-140,0 115,0

MCH (pg) 33,0-47,0 41,0

MCHC (%) 26,0- 35,0 29,0

Leukosit

Total leukosit 12.000-30.000 12.000

Heterofil 3.000-6.000 4.500

Limfosit 7.000-17.500 14.000

Monosit 150-2.000 1.500

Eosinofil 0-1.000 400

Basofil Jarang -

Persentase

Heterofil 15,0-40,0 28,0

Limfosit 45,0-70,0 60,0

Monosit 5,0-10,0 8,0

Eosinofil 1,5-6,0 4,0

Basofil Jarang -

Fibrinogen (g/dl) 0,1-0,4 0,2

Trombosit (x105/µl) 20,0-40,0 30,0

Total protein plasma (g/dl) 4,0-5,5 4,5

Sumber: Jain (1986)

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan jenis ayam yang telah mengalami pemuliaan sehingga menjadi ayam pedaging yang unggul, mempuyai bentuk, ukuran dan warna yang seragam (Muchtadi dan Sugiono 1989). Ayam ini pertama kali dikenal pada periode menjelang 1980-an, walaupun galur murninya baru diketahui sejak tahun 1960-an (Rasyaf 1993). Ayam broiler ini terdiri dari jantan dan betina yang umumya dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6 minggu. Ayam ini memiliki pertumbuhan fantastis, yaitu mampu mencapai bobot 1 – 2 kg dalam kurun waktu 1 – 6 minggu (Rasyaf 1993). Pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor


(27)

diantaranya makanan (ransum), temperature lingkungan (berkisar 190-210) dan sistem pemeliharaannya (Rasyaf 1992).

Ayam broiler yang berusia enam minggu sudah sama dengan ayam kampung dewasa 8 bulan, yaitu mencapai bobot 2 kg. Ayam broiler dipasarkan di Indonesia pada bobot 1,3-1,6 kg per ekor ayam pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003). Ciri dari ayam broiler ini adalah ukuran badan relatif besar, padat, kompak, dan berdaging penuh. Jumlah telur sedikit, bergerak lambat, tenang dan lebih lambat mengalami dewasa kelamin. Adapun jenis ayam pedaging ini antara lain Brahma Putra, Cochin China, Cornish dan Sussex (Sudaryani dan Santosa 2002).

2.2 Bawang putih (Allium sativum Linn.) Klasifikasi

Klasifikasi bawang putih (Allium sativum L.) dalam Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Ordo : Liliflorae

Famili : Amaryllidaceae

Bangsa : Allieae

Genus : Allium

Spesies : Allium sativum L.

Bawang putih termasuk salah satu familia Amaryllidaceae yang populer di dunia. Bawang putih yang nama ilmiahnya Allium sativum L. mempunyai nilai komersial yang tinggi dan tersebar di seluruh dunia (Wibowo 1999). Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia (Anonim 2008a). Bawang putih sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tengah seperti Jepang dan Cina yang beriklim subtropis (Syamsiah dan Tajudin 2003).

Gambar 2 Bawang Putih. Sumber: Anonim 2008a


(28)

Morfologi

Bawang putih merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 30-60 cm dan membentuk rumpun. Bawang putih mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Tanaman bawang putih bisa ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol). Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai (Anonim 2008a). Bunga bawang putih berupa bunga majemuk, bertangkai, berbentuk bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003).

Sebagaimana warga kelompok monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam berada di dalam tanah sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama pada waktu proses pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di bagian dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya adalah sebagai penghisap makanan (Syamsiah dan Tajudin 2003).

Perkembangbiakan bawang putih ada dua cara , yakni melalui bunga dan melalui umbi atau secara tunas (Syamsiah dan Tajudin 2003). Bawang putih merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi. Di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut (Anonim 2008a).

Kandungan dan Khasiat

Bawang putih mengandung minyak atsiri aliin dan alisin yang berkaitan dengan daya antibakteri. Minyak atsiri mudah menguap di udara bebas dan diduga mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik namun bukanlah penyebab langsung khasiat bawang putih (Syamsiah dan Tajudin 2003 dan Wibowo 1999). Minyak atsiri ini sering disebut sebagai minyak terbang atau minyak menguap (Anonim 1997).


(29)

Gambar 3 struktur Alisin. Sumber: Anonim 2008c

Alisin adalah zat aktif yang mempunyai daya antibiotik yang cukup ampuh (Syamsiah dan Tajudin 2003). Alisin mempunyai kemampuan dalam melawan amoeba, bakteri, jamur atau virus . Aktivitas antimikroba dari bawang putih ini tergantung pada enzim alisinase (cystein sulfoxide lyase) dalam alisin setelah bawang putih dihancurkan atau dipotong (Ellmor and Feildberg 1994). Enzim alisinase dapat membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoate (Tsao and Yin. 2001).

Scordinin merupakan senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai antioksidan (Anonim 1997). Kerja scordinin seperti oksido-reduktase. Senyawa ini berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan daya tahan tubuh, mampu menekan kolesterol, meningkatkan produksi sperma serta mencegah kerusakan sel diakibatkan oleh proses penuaan (Wibowo 1999). Kemampuan bawang putih sebagai obat diduga karena adanya kombinasi antara alisin dan scordinin (Syamsiah dan Tajudin 2003). Senyawa lain yang terdapat pada bawang putih adalah allithiamin. Allithiamin merupakan hasil reaksi alisin dengan thiamin dan dapat bereaksi dengan sistein. Fungsinya sama dengan vitamin B yaitu membantu metabolisme dalam tubuh. Zat- zat lain yang ditemukan antara lain selenium (sebagai antioksidan), enzim germanium (mencegah rusaknya sel darah merah), antiarthritic faktor (mencegah rusaknya persendian), dan methyllallyl trisulfit (mencegah perlengketan sel-sel darah merah) (Anonim 1997).

Berdasarkan hasil penelitian bawang putih mampu mencegah penyakit jantung dan platelet aggregation (Rahman and Billington 2000). Bawang putih juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakter S. typhimurium dan diduga sebagai imunostimulan serta pemacu perfomans ayam pedaging (Suhartini 2004). Dalam Hodge et al. (2002) menyatakan bahwa produksi dari sel helper leukosit dan sitokin peradangan berkurang secara signifikan dengan adanya bawang putih. Lang et


(30)

al. (2004) menduga bahwa alisin dapat menghambat efek immunomodulator dari sel epitel usus. Efek komplek yang disebabkan derivat bawang putih dapat menstimulasi dan menghambat proliferasi limfosit dan TNF-alpa, respon yang bervariasi ini berhubungan dengan tipe dari bahan sulfur dan durasi terpaparnya (Milner 2006). Dalam Donald and Riggs (2001) bahwa bawang putih dapat dapat meningkat proliferasi dari makrofag dan limfosit pada penyakit kanker dan juga melawan penurunan sistem imun yang disebabkan oleh kemoterapi dan radiasi karena ultraviolet.

2.3 Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Klasifikasi

Klasifikasi kunyit (Curcuma Domestica Val.) berdasarkan taksonomi tumbuhan dalam Winarto (2003) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Subkelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

Kunir atau kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae (Anonim 2008b).

Gambar 4 Rimpang Kunyit. Sumber:Anonim 2008b


(31)

Morfologi

Kunyit merupakan tanaman berbatang semu yang tumbuh tegak dengan tinggi 28– 85 cm cm, lebar 10- 25 cm, dan batang berwarna hijau kekuningan. Batang semu, tegak dan berbentuk bulat. Setiap berdaun tiga sampai delapan helai, panjang tangkai hingga pangkal daun beserta pelepah daun sampai 70 cm. Helaian daun tunggal berbentuk lanset memanjang dengan ujung dan pangkal runcing. Daun keseluruhan berwarna hijau dan ukuran panjang 20- 40 cm dan lebar 8- 12,5 cm (Soedibyo 1998 dan Taryono 2001).

Menurut Winarto (2003), bunga tumbuh dari ujung batang semu berwarna putih atau kuning pucat. Bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar tajuk bunga bunga,empat helai benang sari yang salah satunya berfungsi sebagai alat pembiakan sedangkan tiga helai lainnya berubah bentuk menjadi bunga. Tangkai bunga berambut dan bersisik dengan panjang tangkai 16-40 cm. Mahkota bunga berukuran panjang 3 cm dan lebar 1,5 cm (Soedibyo 1998). Rimpang merupakan tempat tumbuhnya tunas bagian utama kunyit, beruas–ruas , dan bercabang-cabang. Akar rimpang tumbuh menjalar, umbi utama berbentuk elips sebesar 5-8 cm, tebal 1,5 cm, jingga terang atau agak kuning yang dibungkus selaput tipis yang berwarna coklat (Taryono 2001).

Tanaman kunyit dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki intensitas cahaya tinggi atau sedang. Karenanya, kunyit dapat hidup di tempat terbuka atau ternaungi. Dataran ketinggian 2.000 m dari permukaan laut masih memungkinkan kunyit tumbuh. Curah hujan yang cocok antara 2.000- 4.000 mm per tahun dengan suhu 19- 30oC (Winarto 2003).

Kandungan dan Khasiat

Dalam pengobatan herbal, sudah banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan rimpang kunyit. Khasiat dan manfaat kunyit telah lama dikenal sebagai bumbu masak, disamping itu juga dapat digunakan sebagai obat. Beberapa pustaka melaporkan kandungan kimia yang terdapat di dalam kunyit. Zat kandungan kunyit dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu kurkumoid, minyak astiri dan


(32)

pati (Ratna Sari dan Hastuti 1986). Persentase yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah 4,3–6 % minyak atsiri, 0,5–6 % zat warna kuning kurkumin, 40–50 % pati dan beberapa senyawa kimia lain seperti resin serta senyawa pahit. Zat aktif dari kunyit adalah kurkumin (Purseglove et al. 1981).

Gambar 5 Struktur Kurkumin Sumber: Anonim 2008c

Pada penelitian yang ekstensif terhadap kurkumin, menunjukkan bahwa kunyit memiliki efek terapeutik yang luas seperti antiinflamatori, antibakterial, antiviral, antifungal, antitumor dan hepatoprotektif (Kohli et al. 2005). Kurkumin dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon glukokortikoid

sehingga meningkatkan jumlah leukosit khususnya heterofil dalam sirkulasi darah (Antony et al. 1999). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Kohli et al. (2005) bahwa kurkumin dalam kunyit memiliki efektifitas yang sama dengan

cortisone dan phenylbutazone pada reaksi inflamasi akut. Shah et al (1999), meneliti mekanisme platelet aggregation dari kurkumin, menunjukkan bahwa kurkumin menghambat platelet aggregation melalui platelet agonis epinefrin (PAE), platelet activating factor (PAF), kolagen dan asam arachidonat (AA).

2.4 Mineral Zink

Zink (seng) merupakan suatu elemen di dalam grup IIB pada system periodik. Memiliki warna putih kebiru – biruan dan mudah teroksidasi pada suhu ruang. Zn termasuk ke dalam kelompok mikromineral, artinya mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Zn diperlukan dalam metabolism protein, karbohidrat, dan lemak. Menurut Manalu (1999) Zn merupakan aktivator dari beberapa sistem enzim. Beberapa enzim dalam tubuh hewan diketahui mengandung seng seperti karbonik anhidrase, karboksipeptidase pancreas, laktat dehidrogenase, alkaline fosfatse dan timidin kinase. Mineral ini diperlukan untuk aktivitas lebih dari 90 enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi dan sintesis


(33)

protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transport CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi – reaksi lain (Linder 1992). Zn merupakan bagian dari metalloenzymes, termasuk DNA dan RNA sintase dan transferase.

Gambar 6 Zinc Oxida. Sumber Anonim 2008d

Zn dapat membantu pemeliharaan sel – sel tubuh, sebagai antioksidan dan mampu mencegah terjadinya radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian sel secara terencana dapat ditekan (Fukamachi et al. 1998, Truong et al. 2000 dan Widhyari et al. 2006). Zn dibagi atas Zn organik dan inorganik. Sebagai supplement Zn organik disbanding Zn inorganik dapat meningkatkan respon imun sel, respon imun humoral. Zn tersebut berada dalam tulang dan tidak dapat digunakan dalam metabolisme. Kulit juga merupakan tempat akumulasi dari Zn. Kelebihan kalsium berhubungan dengan defisiensi dari mineral Zn. Pada peternakan ayam membutuhkan 60 mg per kg air-dry feed (Perry et al. 2004).

Pada plasma, Zn berhubungan dengan fraksi globulin dan kurang berhubungan dengan albumin. Menurut Scott et al. (1982) bahan pakan alami belum dapat memberikan Zn yang cukup untuk anak ayam maupun ayam pembibit. Dengan demikian mineral inorganik seperti Zn oksida atau Zn karbonat digunakan sebagai supplement Zn dalam ransum unggas. Didalam tubuh ZnO (zink oksida) memiliki batas toleran yang lebih besar jika dibandingkan dengan ZnSO4 (zink sulfat) dan

ZnCO3 (zink karbonat) (Sadoval et al. 1999).

Pada peternakan ayam defisiensi zink menyebabkan rendahnya produksi penetasan telur, malformasi embrio (Hudson et al. 2004). Defisiensi Zn ditandai


(34)

dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Zn berperan pada sistem kekebalan tubuh (Perry et al. 2004). Menurut Underwood and Suttle (2001) zinkum banyak dijumpai pada sel leukosit dan trombosit. Menurut Groff and Gropper (2003) zink berhubungan fungsi fagositosis dari monosit. Dalam McDowell (1992) defisiensi zink berhubungan dengan fungsi limfosit, natural killer, netrofil dan produksi limfokin. Dalam darah zink tidak berpengaruh terhadap pengertakan leukopoiesis tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit (Widhiyari 2005).

2.5 Darah

Darah adalah jaringan khusus yang terdiri dari plasma darah yang kaya akan protein (55%) dan sel-sel darah (45%). Sel-sel darah terdiri sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keeping darah atau platelet). Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah sebagai pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan ke jaringan tubuh, pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida ke paru-paru, pembawa sisa –sisa metabolisme dari jaringan ke ginjal untuk di ekskresikan, serta mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer. Trombosit berfungsi dalam proses koagulasi dan mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Sedangkan leukosit berfungsi dalm proses fagositosis dan menyediakan kekebalan terhadap antigen spesifik (Guyton 1997).

2.6 Leukosit

Leukosit atau sel darah putih berasal dari bahasa Yunani leuco artinya putih dan cyte artinya sel (Dharmawan 2002). Leukosit merupakan unit yang mobil / aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit ini dibentuk sebagian di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe yang kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan (Guyton 1997). Leukosit memiliki bentuk yang khas. Pada keadaan tertentu inti, sitoplasma, dan organelnya mampu bergerak. Kalau eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam melakukan fungsinya (Dharmawan 2002). Masa hidup leukosit bervariasi. Jumlah seluruh leukosit jauh


(35)

dibawah e pada tiap aktivitas f Le granulosit bersegmen berlobus d netrofil / h limfosit (A sumsum t Semua sel (1) dengan dan (2) de dapat men

eritrosit dan individu c fisiologi, giz eukosit diba t dan agran

n dan granu dan tidak m heterofil, b Anonim 200

tulang, sed l-sel ini bek n benar-ben engan memb nghancurkan

n bervariasi cukup besar zi, umur dan agi ke dalam nulosit. Leu

ul sitoplasm mempunyai

asofil dan e 04). Sel dar dangkan lim

kerja bersam nar merusak

bentuk antib n atau mem

tergantung r pada kon n lain-lain ( m dua kelas ukosit granu ma. Leukos

i granul sit eosinofil. L rah putih ya mfosit dipro ma-sama me k bahan yan

bodi dan lim mbuat penyer

Gambar 7 H Sumber: A

jenis hewan ndisi tertent

Dharmawan berdasarka ulosit mem sit agranulo toplasma. L Leukosit agr ang granulos oduksi dal elalui dua c ng menyerbu mfosit yang

rbu tidak ak

Haemopoiesis Anonim 2008e nnya. Fluktu tu, seperti n 2002). an penampa mpunyai nuk osit mempun Leukosit gra ranulosit m sit dan mon am berbag cara untuk u itu melalu

peka, salah ktif (Guyton s. e uasi jumlah : cekaman akan histolo kleus berlob nyai nukleu anulosit ter meliputi mon nosit dibentu gai organ l

mencegah p ui proses fa h satu atau k n 1997).

h leukosit / stress,

ogis yaitu bus atau us tidak rdiri dari nosit dan uk dalam imfogen. penyakit: agositosis keduanya


(36)

Tabel 2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam

Umur Persentase (%)

Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit 0 hari 72,4 2,5 1,1 15.9 8,1

3 hari 52,7 1,6 0,67 38,7 6,4 8 hari 50 0,25 0 48,3 1,5 10 hari 26,7 1,7 0,64 68,6 2,3 1 minggu 24 0 0 75 1 2 minggu 20,6 3,1 1,9 66 8,1 6 minggu 26 0 1 69 3 Sumber : Hodges (1997)

Tabel 3 Persentase normal leukosit untuk ayam

Umur dan jenis kelamin

Jumlah Leukosit (x

103/mm3)

Persentase (%)

Heterofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit

Jantan dewasa 19,8 27,2 1,9 1,7 59,1 10,2 Betina dewasa 19,8 22,8 1,9 1,7 64,6 8,9

Jantan (5-10

minggu) - 20,4 1,3 3,3 69,5 3,7 Betina white

Leghorn (6 minggu)

28,6 10,1 1,5 2,3 81,5 4,5

Betina dewasa

white Leghorn 29,4 13,3 2,5 2,4 76,1 5,7 Jantan dewasa

white Leghorn 16,6 25,8 1,4 2,4 64,0 6,4 Muda, 2-21

minggu, jantan dan betina

29,4 20,9 1,9 3,1 66,0 8,1

Sumber : Sturkie dan Grimmingger (1976)

Heterofil

Heterofil merupakan leukosit polymorphonuklear-pseudoesinophilic granulosit (Sturkie and Grimminger 1976). Granul dari heterofil berbentuk batang ataupun kumparan. Leukosit ini intinya terkadang jelas berwarna merah tua dan granul seperti bola (Bacha and Linda 2000). Banyak terdapat pada peredaran darah perifer pada beberapa jenis unggas. Heterofil ini cenderung bulat dengan sitoplasma yang berwarna lebih muda yaitu eosinofilik. Heterofil tua mempunyai inti berlobus (biasanya dua atau tiga lobus) yang kasar, kromatin berumpun yang berwarna ungu. Inti heterofil hampir sebagian tertutupi oleh granul sitoplasma (Campbell 1995).


(37)

Gambar 8 Heterofil. Sumber : Anonim 2008f

Menurut Samuelson (2007) intinya bersifat polimorfonuklear dimana mempunyai paling banyak lima lobules. Heterofil pada ayam berdiameter 10-15 µm, granul sitoplasma berbentuk batang pipih seperti jarum. Pada manusia dan mamalia disebut netrofil (Sturkie and Grimminger 1976). Sel ini berkembang berdasarkan pengaruh dari interleukin, granulocyte/monocyte colony stimulating factor dan granulocyte stimulating factor (Jackson 2007). Fungsi utama dari sel ini adalah penghancur bahan asing melalui proses yang disebut fagositosis. Sel leukosit ini tertarik pada perbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel yang rusak dan berbagai produk reaksi kekebalan (Tizard 1988). Heterofil dikenal sebagai first line defense yaitu sebagai sistem pertahanan pertama (Dharmawan 2002).

Limfosit

Limfosit adalah leukosit yang jumlah paling banyak pada ayam dan ukurannya bervariasi dari yang kecil sampai yang besar seperti pada mamalia (Bacha and Linda 2000). Sel Ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu kecil, sedang dan besar tetapi yang banyak di peredaran darah adalah yang berukuran kecil dan sedang (Campbell 1995). Intinya bulat dan beberapa tepinya berlekuk (Samuelson 2007). Pola kromatinnya cukup kasar dan menyatu (Bacha and Linda 2000). Sitoplasmanya merupakan kurang basofilik dan pada salah satu sisi tepinya nukleusnya menepi (Sturkie and Grimminger 1976). Menurut Guyton (1997) limfosit dibentuk di jaringan limfoid seperti daun payer, limpa, tonsil, timus dan bursa fabricius.


(38)

Gambar 9 Limfosit. Sumber : Anonim 2008f

Menurut Dharmawan (2002), pada preparat ulas darah yang diwarnai, dapat dibedakan limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit besar merupakan bentuk yang belum dewasa dan sering disebut dengan prolimfosit atau sel blast besar. Populasi dari limfosit dalam darah ada 2 tipe sel yaitu sel T dan sel B. Limfosit T diperkirakan proporsinya adalah 70-75% dari seluruh jumlah limfosit sedangkan jumlahnya antara 10–20% dari jumlah seluruh limfosit. Limfosit B berfungsi sebagai imunitas humoral yang mampu menyerang agen penyerbu. Limfosit T berperan sebagai imunitas sel yang diperoleh dari pembentukan limfosit teraktivasi yang mampu menghancurkan benda asing (Guyton 1997).

Monosit

Monosit merupakan leukosit yang terbesar yang berdiameter 15 – 20 µm dan jumlahnya 3–9 % dari seluruh sel darah putih (Dharmawan 2002). Inti kromatinnya cenderung lebih meyatu. Dan pada sitoplasma terlihat adanya vakuola (Bacha and Linda 2000) dan seperti berbusa (Samuelson 2007). Menurut Campbell (1995) sitoplasma sel ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang berwarna cerah dan bagian yang berwarna lebih gelap. Sitoplasmanya terlihat berwarna biru keabu – abuan dengan tepi inti yang tidak beraturan (Sturkie and Grimminger 1976).


(39)

Gambar 10 Monosit. Sumber: Anonim 2008f

Monosit berperan sebagai prekusor untuk makrofag dimana sel ini akan mencerna dan membaca antigen (Samuelson 2007). Aktivitas fagositosis dari monosit tergantung pada bahan yang akan difagosit (Tizard 1988). Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah dan masuk ke jaringan. Dan kemudian menjadi sel ini menjadi makrofag tetap (fixed macrophage) dalam jaringan seperti sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru – paru, dan jaringan limfoid. Monosit lebih sering terletak dekat pembuluh darah (Dharmawan 2002).

Eosinofil

Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilik dengan ukuran yang hampir sama dengan heterofil. Granulosit berbentuk bulat dan relatif luas (Sturkie and Grimminger 1976). Inti eosinofil lebih sedikit jika dibandingkan dengan heterofil (Samuelson 2007) dan lobulasinya lebih kasar dan kromatinnya berumpun berwarna ungu terkadang juga terlihat berwarna sedikit biru serta lebih terlihat jika dibanding heterofil. Diameter dari eosinofil kira–kira 7 µm (Aughey and Fredric 2001). Sitoplasmanya warnanya lebih bersih, biru pucat sedangkan granulnya bentuknya lebih terang dan cendrung kurang berada ditengah dibandingkan dengan heterofil (Campbell 1995). Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2 sampai 8 % dari jumlah leukosit. Sel ini berkembang dalam sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam aliran darah (Tizard 1988).


(40)

Gambar 11 Eosinofil Sumber : Anonim 2008f

Jangka hidup sel ini 3 sampai 5 hari. Eosinofil ini berperan aktif dalam mengatur proses alergi akut dan proses pembarahan , mengatur infestasi parasit, dan memfagositosis bakteri, antigen-antibodi komplek, mikoplasma, dan ragi. Sel ini juga mengandung histaminases yang mengaktifkan histamine dan melepaskan serotonin dari sel tertentu , juga melepaskan zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan migrasi makrofag (Dharmawan 2002). Menurut Tizard (1988) eosinofil memiliki 2 fungsi istimewa. Pertama mampu menyerang dan menghancurkan larva cacing (parasit) yang menyusup. Kedua enzim eosinofil mampu menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil pada proses hipersensivitas tipe 1 (Tizard 1988).

Basofil

Basofil adalah granulosit yang bersifat polymorphonuklear basofilik yang bentuk dan ukurannya hampir sama dengan heterofil (Sturkie and Grimminger 1976). Granulosit ini cenderung menjadi sel yang bulat dengan sebuah inti bulat ditengah. Intinya berwarna biru dan sering ditutupi oleh granul sitoplasmik (Campbell 1995). Basofil lebih mudah dibedakan dari dua tipe sebelumnya (Samuelson 2007) karena intinya biasanya tidak ada lobulasi (Bacha and Linda 2000). Basofil adalah leukosit yang jumlahnya paling rendah sekitar 0,5 – 1,5% dari seluruh leukosit dalam aliran darah. Diameter basofil adalah 10 -12 µm (Dharmawan 2002).


(41)

Gambar 12 Basophil. Sumber : Anonim 2008f

Sel leukosit ini mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah, sedangkan histamine berfungsi untuk menarik eosinofil. Basofil berperan sebagai mediator untuk aktifitas pembarahan dan alergi, memiliki reseptor immunoglobulin E (IgE) dan immunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan degranulasi dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat vasoaktif (Dharmawan 2002).


(42)

BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kandang B (kandang ayam) Fakultas Peternakan dan Laboratorium Patologi Klinik, bagian Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini di lakukan dari bulan Juli 2007 sampai Februari 2008.

3.2 Materi Penelitian

Hewan Penelitian dan Kandang

Ayam broiler strain Ross / Super Jumbo 747 dipelihara dari umur satu hari sampai 6 minggu sebanyak 100 ekor. Ayam tersebut dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan berdasarkan herbal dan mineral yang ditambahkan pada pakan. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, masing-masing kelompok pengulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang berukur 1 m x 1m x 1m (panjang x lebar x tinggi) yang ditempatkan dalam 4 ruangan kandang.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang diperlukan, yaitu air, sekam, vitamin (vita stress), dan vaksin, larutan pengencer (larutan Rees and Ecker), alkohol, giemsa 10 %, methanol, aquades, minyak emersi dan etanol. Alat –alat yang digunakan adalah tempat pakan dan minum berukuran kecil, lampu wolfram berkekuatan 60 watt sebanyak 5 buah (1 lampu untuk 1 ruangan), plastik wadah ransum, alat semprot untuk disinfektan, spoit, vakuteiner, cooling box, hemositometer yang terdiri dari pipet pengencer dan kamar hitung, mikroskop, gelas objek, cover glass, kotak preparat dan mikroskop.

Ransum

Ransum diberikan pada ayam mulai dari umur 1 hari (DOC) sampai umur 6 minggu. Pakan ayam yang terdiri dari jagung, dedak, minyak, tepung ikan, bungkil kedelai, CaCO3, DCP, vitamin, mineral, lysin, dan methionin. Ransum basal pada


(43)

perlakuan terdiri dari ransum basal ditambah dengan serbuk kunyit (Curcuma domestika Val.), serbuk bawang putih (Allium sativum L.) dan mineral zink (ZnO) yang dibuat dalam bentuk crumble. ZnO mengandung 80 % Zn. ZnO digunakan pada penelitian ini karena zat ini tidak bersifat toksik, mudah didapatkan dipasaran dan harga yang relatif murah.

Tabel 4 Komposisi Ransum

Bahan Makanan Jumlah (%)

R0 R1 R2 R3 R4

Jagung 51 51 51 51 51

Dedak 3 3 3 3 3

Minyak 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5

Tepung ikan 12 12 12 12 12

Bungkil kedelai 26,3 26,3 26,3 26,3 26,3

CaCO3 1 1 1 1 1

DCP 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Vitamin dan Mineral 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Lysine 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Methionin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Total 100 100 100 100 100

Kunyit 0 1,5 0 1,5 1,5

Bawang putih 0 2,5 2,5 0 2,5

ZnO 0 0 0,012 0,012 0,012

Keterangan : Setiap 1 kg mengandung : vitamin A = 4.000.000 IU, D3 = 800.000 IU, E = 4.500 mg, K3 = 450 mg, B2 = 1.350 mg, B6 = 6 mg, Ca-d pantothenate = 2.400 mg, Folic acid = 270 mg, Nicotinic acid = 7.200 mg, Choline Choliride = 28.000 mg, DL- Methionin = 28.000 mg, L-Lysine = 50.000 mg, Fe = 8.500 mg, Cu = 700 mg, Mn = 18.500 mg, Zn = 14.000 mg, Co = 50 mg, I = 70 mg, Se = 35 mg, Antiox carrier add = 1 kg.

Tabel 5 Kandungan dan kebutuhan zat makanan ransum ayam broiler umur 1-35 hari

Zat makanan1) Ransum Perlakuan Kebutuhan NCR (1994) R0 R1 R2 R3 R4

EM (kkal/kg) 3.200 Gross Energi (kkal/kg) 3.862 4.026 3.962,73 3.926,25 4.026 -

Protein kasar (%) 25,17 25,77 25,64 25,30 25,77 23 Serat kasar (%) 1,93 2,08 1,96 2,04 2,08 3,9 Lemak kasar (%) 11,96 12,1 11,98 12,08 12,1 7,8 Ca (%) 0,913 0,914 0,913 0,914 0,914 0,9 P tersedia (%) 0,660 0,665 0,664 0,661 0,665 0,6

Lysine (%) - - - - - 1,1 Methionin (%) - - - - - 0,5

Zink 1,220 1,222 1,221 1,221 1,222 0,0038 1) Analisis proksimal bahan makanan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

dan Bioteknologi LPPM-IPB, analisis mineral di Laboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB (2007), Gross Energi di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2007).


(44)

Adapun pengelompokan ransum perlakuan terdiri dari 5 macam, yaitu 1. R0 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal (kontrol)

2. R1 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 %

3. R2 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + ZnO 120 ppm.

4. R3 yaitu kelompok ayam yang diberikan ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm.

5. R4 yaitu kelompok ayam yang diberi ransum basal + serbuk bawang putih 2,5 % + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm.

Pembuatan Serbuk (ZnO, Bawang putih dan Kunyit)

Zinc yang digunakan adalah ZnO dalam bentuk serbuk dan dijual di pasaran. Bawang putih dan kunyit yang digunakan dibuat dalam bentuk serbuk melalui serangkaian proses. Bawang putih terlebih dahulu dikelupas kulitnya lalu diiris tipis, sedangkan kunyit masih segar dicuci hingga bersih dari tanah yang lengket, kemudian ditiriskan dan diiris tipis. Irisan bawang putih dan kunyit dilapisi dengan plastik hitam tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Bawang putih dan kunyit yang telah kering digiling hingga menjadi serbuk kemudian ditambahkan ke bahan ransum basal.

3.3 Metode Penelitian.

Pelaksanaan Vaksin

Vaksin digunakan adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan vaksin gumboro. Vaksin ND pertama diberikan pada umur 4 hari dengan cara tetes pada mata, kemudian vaksin gumboro pada umur 10 hari melalui air minum. Pada umur 21 hari diberikan vaksin ND kedua melalui mulut.

Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Setiap seminggu sekali dilakukan penimbangan ayam broiler untuk mengetahui pertambahan berat badan,


(45)

dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada umur 3 minggu dan 6 minggu dilakukan pengambilan darah.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu. Darah diambil dari vena axilaris yang ada di bagian ventral sayap dengan menggunakan spoit lalu di masukkan ke dalam vakuteiner yang mengandung antikoagulan EDTA (Ethylene diamine tetra acetic acid) untuk memperoleh whole blood. Pemeriksaan darah meliputi perhitungan total leukosit dan differensiasi leukosit. Pada penelitian ini pemeriksaan darah yang dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 minggu, karena pada kedua umur ini diharapkan aktivitas dari kombinasi herbal (bawang putih, kunyit) dan mineral ZnO sudah dapat terlihat.

Pemeriksaan Darah

Perhitungan total leukosit menggunakan hemositometer. Hemositometer terdiri dari pipet pengencer, larutan pengencer, dan kamar hitung. Larutan pengencer menggunakan larutan Rees and Ecker yang merupakan pengembangan dari larutan Wintrobe. Larutan Rees and Ecker ini digunakan untuk menghitung eritrosit dan leukosit secara bersamaan. Pada penelitian ini perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit bersamaan. Larutan Rees and Ecker terdiri dari sodium citrate 3,5 gram, neutral formalin 0,2 ml, brilliant creasil blue 0,1 gram, dan ditambahkan aquadest sebanyak 100,0 ml (Dharmawan 2002).

Tehnik penghitungan leukosit adalah pada pipet leukosit masukkan darah sampai tanda 0,5 dengan menggunakan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan tissue, kemudian larutan pengencer diisap sampai tanda 11. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakkan membentuk angka 8 selama 2 menit hingga homogen. Larutan pengencer yang terdapat dalam kapiler dan yang tidak mengandung darah dikeluarkan dengan menyentuh-nyentuh ujung pipet dengan tisu. Larutan darah dimasukkan ke dalam kamar hitung dengan


(46)

menempatkan ujung pipet pada tepi cover glass sehingga larutan darah masuk antara gelas penutup dengan kamar hitung dan jangan sampai masuk udara.

Tehnik pembuatan preparat ulas darah tipis adalah d ua buah gelas objek yang telah direndam dengan alkohol 70 %kemudian dilap yang bersih, kering dan bebas lemak. Pada gelas objek pertama diteteskan satu tetes darah dengan posisi mendatar. Gelas objek kedua (tepi masih datar) diletakkan didepan tetesan darah membentuk sudut 30-45o dengan gelas objek pertama sehingga darah menyebar disepanjang tepi gelas objek kedua. Setelah darah menyebar, dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas objek dan dengan sudut yang tetap, gelas objek kedua didorong kearah depan dengan cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis di atas gelas objek pertama. Ulasan darah dikeringkan di udara lalu difiksasi dengan methanol selama 5 menit kemudian dimasukkan dalam pewarna giemsa 10 % selama 30 menit. Setelah itu, dibilas dengan air keran dan dikeringkan di udara (Anonim 2003 dan Anonim 2004).

Metode Pemeriksaan

Perhitungan jumlah leukosit dilakukan pada bidang persegi, yang disebut kotak W dengan lensa objektif 10 kali. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut : Misalkan jumlah leukosit yang diperoleh pada bidang persegi adalah N, maka volume keempat bidang persegi tersebut 4 X 0,1mm3 = 0,4 mm3. Pengenceran yang dilakukan adalah 20 kali, maka jumlah leukosit per mm3 darah adalah (1 : 0,4) X 20 = 50 N (Dharmawan 2002).

Perhitungan jenis leukosit (differensiasi leukosit) menggunakan preparat ulasan darah yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali dengan minyak emersi. Hitungan dilakukan pada 100 jenis leukosit yang didifferensiasikan menjadi heterofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit (Anonim 2004). Perlu diperhatikan adanya penyebaran leukosit yang tidak merata, sehingga perhitungan diusahakan dapat mewakili distribusi dari leukosit.


(47)

Analisa Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) untuk menguji perbedaan perlakuan yang ada (Mattjik dan Sumertajaya 1999).


(48)

Jumlah L Ha pada ming Gambar 1 Jum Berdasark berbeda se R0 sebes kelompok stress, ter leukosit. Ke leukosit s menyerup et al. 199 jumlah leu perlakuan 30.000/µl diduga k (kurkumin pengeluara 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah   leukosit   (/ μ l) Leukosit asil pengam ggu ke 3 dan

3 Jumlah le mlah leuko kan gambar ecara signif ar 37.150/ k perlakuan. rinfeksi ata elompok per sebesar 33 ai hormon 99). Kelom ukosit sebes tetapi jum (Jain 1986 karena aktiv n) (Kohli e an leukosit ab b 0 00 00 00 00 00 R0 HA

matan dan an n minggu ke

eukosit ayam osit pada

histogram fikan denga /µl, nilai i

Peningkata au terjadi

rlakuan R3 3.550/µl. H

glukokortik mpok perlak sar 20.550/µ mlah tersebu 6). Rendah vitas antiin et al. 2005 t ke sirkula

a b a R1 ASIL DAN nalisis statis e 6 disajika

m broiler mi minggu k terlihat kel an kelompo

ni lebih ti an jumlah l radang se

(kunyit dan Hal ini did koid sehingg kuan R4 (ba µl yang mer ut masih da hnya jumlah

nflamasi d 5 and Hod asi. Zink da ab ab 1 R2 Kelompo PEMBAHA stika terhada an pada Gam

inggu ke 3 d ke 3 berki

lompok per ok kontrol R

inggi jika leukosit did ehingga me

n ZnO) pada duga karen ga meningk awang puti rupakan nila alam kisaran h leukosit dari bawan dge et al. alam kombi

ab ab

2 R

ok Perlakuan

ASAN

ap jumlah le mbar 13. dan minggu isar antara rlakuan (R1 R0. Jumlah dibandingk duga antara engalami p

a minggu ke na kemam katkan juml ih, kunyit d ai paling ren n normal y pada kelom ng putih (

2002) seh inasi pakan a ab R3 R eukosit ayam

u ke 6. a 20.550-3

, R2, R3, R h leukosit k

kan dengan lain karena peningkatan

e 3 memilik mpuan kuny ah leukosit dan ZnO) m ndah dianta yaitu antara mpok perlak (alisin) dan hingga men n tidak berp

b R4 Min Min m broiler 7.150/µl. R4) tidak kelompok n semua a kondisi n jumlah ki jumlah yit yang (Antony memiliki ara semua a 12.000-kuan R4 n kunyit nghambat pengaruh

nggu ke 3 nggu ke 6


(49)

terhadap pengertakan leukopoiesis tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit (Widhyari 2005).

Jumlah leukosit pada minggu ke 6 berkisar antara 28.600-41.875/µl. Kelompok kontrol R0 pada minggu ini memiliki jumlah leukosit sebesar 41.875/µl yang merupakan nilai yang paling tinggi dibanding semua kelompok perlakuan dan tidak berbeda secara signifikan antara perlakuan (p>0,05).

Pada minggu ke 6 kelompok perlakuan R4 (bawang putih, kunyit dan ZnO) memiliki jumlah leukosit sebesar 39.800/µl. Menurut Chastain and Ganjam (1986) kondisi stres dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon glukokortikoid sehingga meningkatkan jumlah leukosit. Selain itu, kemampuan dari bawang putih dan kunyit sebagai immunostimulan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah leukosit dalam sirkulasi (Antony et al. 1999 dan Suhartini 2004). Kelompok perlakuan R2 (bawang putih dan ZnO) memiliki jumlah leukosit yang paling rendah sebesar 28.600/µl dan masih dalam kisaran normal yaitu antara 12.000-30.000/µl (Jain 1986). Rendahnya jumlah leukosit diduga karena kemampuan antiinflamsi bawang putih (Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran leukosit ke sirkulasi. Sedangkan Zn berperan pada sistem kekebalan tubuh (Perry et al. 2004) tetapi hanya untuk peningkatan fungsi dari sel leukosit (Widhyari 2005).

Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa cenderung lebih rentan terhadap stress dibanding yang berumur muda. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit (Sturkie and Grimminger 1976). Kelompok R0, R1 (bawang putih dan kunyit) dan R4 jumlah leukosit pada minggu ke 6 lebih tinggi daripada minggu ke 3. Peningkatan leukosit pada umur 6 diduga karena kondisi stres yang antara lain dapt disebabkan karena iklim, penyakit, kondisi kandang. Peningkatan leukosit secara umum pada unggas ataupun burung dapat disebabkan oleh inflamasi (infeksi atau noninfeksi), keracunan, pendarahan pada rongga badan, neoplasma yang tumbuh cepat, dan leukemia (Jackson 2007). Jumlah leukosit pada kelompok R2 dan R3 relatif stabil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6. Menurut Price and Wilson (1985) jumlah leukosit yang bersirkulasi dalam pembuluh


(50)

darah per dengan ke Heterofil Ha broiler pad Gambar 14 Jum statistik te dengan ke (P<0,05) heterofil s immunost heterofil d menstimul perlakuan Kelompok semua pe (alisin) da menghamb Jum Berdasark berbeda s 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah   Absolut   (/µ l) ifer diatur ebutuhan jik asil pengam da minggu k

4 Jumlah he mlah hetero erlihat kelo elompok k dengan ke sebesar 20.5 timulan (Su didalam sirk lasi sel-sel R2 (bawan k R1 memil erlakuan. H an kunyit (k

bat pengelu mlah heter kan gambar signifikan d

b ab 0 0 0 0 0 0 0 R0 secara keta ka timbul pr

matan dan ke 3 dan mi

eterofil ayam ofil pada m ompok perl ontrol R0 elompok ko 531/µl. Hal uhartini 200 kulasi. Sela l leukosit ng putih dan

iki jumlah h Hal ini didu

kurkumin) uaran hetero rofil pada histogram dengan kel a b ab R1

at dalam b roses perada

analisis st inggu ke 6 d

m broiler m minggu ke 3 lakuan R2,

tetapi kelo ontrol. Kel ini diduga 04) sehingga

ain itu, pada ke sirkula n ZnO) me heterofil seb uga karena (Kohli et a ofil ke sirkul minggu terlihat kel lompok R0 ab b a R2 Kelompok P

atas tertent angan

atistika ter disajikan pa

minggu ke 3 3 berkisar a

R3, R4 ti ompok perl

lompok pe karena kem a meningka a minggu k si darah t emiliki juml

besar 6.437 fungsi ant al. 2005 and

lasi. ke 6 berk lompok per 0 sebagai k

ab ab

R3 erlakuan

tu tetapi da

rhadap jum ada Gambar dan minggu antara 6.43 idak berbed akuan R1 erlakuan R2 mampuan ba atkan jumla ke 3 adanya ermasuk h lah heterofi /µl yang pa tiinflamasi d Hodge et

kisar antar rlakuan (R1 kelompok ab ab 3 R apat beruba mlah heterof r 14.

u ke 6. 7-22.786/µ da nyata

nyata lebih 2 memiliki awang putih ah leukosit t a vaksinasi heterofil. K il sebesar 2 aling rendah

dari bawan t al. 2002)

ra 9.851-1 , R2, R3, R kontrol. K ab 4 Ming Ming ah sesuai fil ayam l. Secara (p>0,05) h rendah i jumlah h sebagai termasuk sehingga Kelompok 0.531/µl. h diantara ng putih sehingga 9.258/µl. R4) tidak Kelompok

ggu ke 3 ggu ke 6


(51)

perlakuan kemampua yang men Sama haln memiliki j 9851/µl. Ke 3. Menur dibanding sehingga m dan R4 pa Jackson ( kortikoste kortikoste neoplasia) daripada m rendahnya turun), neo Limfosit Ha pada ming Gambar 1 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ju ml ah   Absolut   (/µ l) R3 memil an immuno nyebabkan p

nya dengan jumlah hete

elompok R0 rut Harvey

kan pada u mengertak p ada minggu (2007) het roid, penya roid, prose ). Pada kelo

minggu ke a jumlah het

oplasia sum

asil pengam ggu ke 3 dan

5 Jumlah lim a a 0 0 0 0 0 0 0 R0 liki jumlah ostimulan da peningkatan n minggu ke erofil yang p

0 minggu k (2001) ju usia tua. Se

pembentuka u ke 6 cend terofil dap akit kronis s inflamasi ompok R2 3. Menuru terofil antar msum tulang

matan dan an n minggu ke

mfosit ayam a

R1

heterofil s ari kunyit y n jumlah h

e 3 kelomp paling rend

e 6 cenderu umlah hete

lain itu, ka an sel- sel l derung lebi pat mening dan akut (t (infeksi, in dan R3 pa ut Jackson ra lain karen g dan infeks

nalisis statis e 6 disajika

m broiler mi a a

R Kelompok 

sebesar 14.5 yang sama d heterofil dis pok perlaku ah diantara

ung lebih re erofil pada arena pada m

leukosit term ih tinggi da gkat karena trauma), hyp nflamasi no ada minggu (2007) fak na inflamasi i. stika terhada an sebagai b

inggu ke 3 d a a R2 Perlakuan 588/µl. Hal dengan hor sirkulasi (A uan R1 pada

semua perl endah diban usia mud minggu ke masuk hete aripada min a pengelua peradrenoco onspesifik, u ke 6 cend

ktor-faktor i akut, flukt

ap jumlah li erikut.

dan minggu a

a

R3

l ini didug rmon glukok Antony et a

a minggu k lakuan yaitu

ndingkan m da lebih be

3 adanya v erofil. Kelom nggu ke 3. aran epinef orticism, pe nekrosis, h derung lebih yang meny tuasi norma imfosit ayam

u ke 6. a a R4 M M a karena kortikoid l. 1999). ke 6 juga u sebesar minggu ke esar jika vaksinasi mpok R1 Menurut frin dan emberian emolisis, h rendah yebabkan al (sedikit m broiler

Minggu ke 3 Minggu ke 6


(52)

Jumlah limfosit pada minggu ke 3 berkisar antara 7.963-11.969/µl. Pada minggu ke 3 secara statistik jumlah limfosit antara kelompok perlakuan R1, R2, R3, R4 tidak berbeda nyatadengan kelompok kontrol R0 (p>0,05). Jumlah limfosit yang paling tinggi pada minggu ini adalah pada kelompok perlakuan R3 sebesar 11.696/µl. Hal ini diduga karena dilakukannya vaksinasi pada minggu ke 3. Menurut Dharmawan (2002) limfositosis dapat ditemukan sesudah melakukan vaksinasi. Selain itu, kemampuan kunyit sebagai immunostimulan, sehingga menyebabkan peningkatan leukosit ke sirkulasi (Kohli et al. 2005) termasuk limfosit. Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit yang paling rendah yaitu 7.963/µl dan masih dalam kisaran normal yaitu 7000-15.000/µl (Jain 1986). Hal ini diduga karena fungsi antiinflamasi dari bawang putih (alisin) dan kunyit (kurkumin) (Kohli et al. 2005 and Hodge et al. 2002) sehingga menghambat pengeluaran limfosit ke sirkulasi.

Jumlah limfosit pada minggu ke 6 berkisar antara 11.834-22.455/µl. Jumlah limfosit kelompok perlakuan juga tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol R0 (p>0,05). Kelompok perlakuan R4 memiliki jumlah limfosit sebesar 22.455/µl. Kondisi ini diduga karena bawang putih dapat menstimulasi proliferasi limfosit sehingga disirkulasi juga meningkat (Milner 2006). Hal ini sesuai juga dengan penelitian Ndong and Jean (2006) bahwa pemberian bawang putih meningkatkan jumlah limfosit. Sedangkan kunyit dengan kemampuan immunomodulatornya menyebabkan jumlah leukosit meningkat disirkulasi termasuk limfosit (Antony et al. 1999). Pada minggu ini kelompok perlakuan R2 memiliki jumlah limfosit yang rendah yaitu sebesar 11.834/µl dan juga masih dalam kisaran normal. Hal ini karena bawang putih dengan kemampuan antiinflamasinya (Hodge et al. 2002) sehingga pengeluaran limfosit dibatasi disirkulasi.

Kelompok R0 pada minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke 3. Menurut Sturkie and Grimmingger (1976) ayam yang berumur lebih dewasa cenderung lebih rentan terhadap stres dibanding yang berumur muda sehingga dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit termasuk limfosit. Pada kelompok R1 dan R4 terlihat juga minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke 3. Hal ini, diduga karena adanya peningkatan proliferasi limfosit yang disebabkan faktor stres


(53)

dan infeks R4 (bawan limfosit. P (sifatnya r

dan p

(hypoadre limfosit p stabil. Monosit Ha broiler dis Gambar 1 Jum gambar hi berbeda d memiliki kurkumin hormon ko dalam sirk masih dal fungsi ant 2005 and H

0 1000 2000 3000 4000 5000 Ju ml ah   Ab so lu t   l)

si pada kele ng putih, ku Peningkatan relatif), leu protozoa), enokorticism pada kelomp asil pengam sajikan pada

6 Jumlah m mlah mono istogram mi dengan kelo jumlah mo dalam kun ortisosteroid kulasi. Kelo lam kisaran tiinflamasi Hodge et al

ab ab

R0

enjar limfoid unyit dan Z n limfosit a ukemia limf pengelua m), neoplas

pok R2 dan

matan dan a Gambar 16

monosit aya sit pada mi inggu ke 3, ompok kon onosit sebe nyit dapat

d (Kohli et ompok R1 n normal ya dari bawan l. 2002) seh a a

R1

K

d. Pada perl ZnO) belum antara lain d

fositik, infla aran ep sia (Dharm

n R3 terlih

analisis st 6.

am broiler inggu ke 3 b , terlihat ke ntrol R0. Pa

esar 3.414/ menstimula

al. 2005) s memiliki j aitu 150-20 ng putih (al hingga meng

ab ab

R2

Kelompok Per

lakuan R1 ( m mampu m

disebabkan amasi kroni pinefrin, mawan 2002 hat minggu tatistika ter minggu ke berkisar ant lompok per ada minggu /µl. Hal in asi kelenjar sehingga me jumlah mon 00/µl (Jain isin) dan k ghambat pen b b a R3 rlakuan (bawang pu menekan pen terjadinya is (infeksi b

defisiensi 2 dan Jack ke 6 dan m

rhadap jum

3 dan ming tara 813-3.4 rlakuan (R1 u ini, kelom ni diduga k

r adrenal u eningkatkan nosit yang n 1986). Ha kunyit (kurk ngeluaran m

a ab

3 R

utih dan kun ningkatan pr penurunan bakteri, viru i kortok kson 2007). minggu ke mlah monos

ggu ke 6. 414/µl. Ber 1, R2, R3, R mpok perla

karena kem untuk meng

n jumlah m sebesar 81 al ini didug kumin) (Ko monosit ke s

a

R4

Ming Ming

nyit) dan roliferasi heterofil us, fungi kosteroid . Jumlah 3 relatif sit ayam rdasarkan R4) tidak kuan R3 mampuan geluarkan monosit di 3/µl dan ga karena hli et al. sirkulasi.

gu ke 3 gu ke 6


(54)

Jum perlakuan dengan ju 1.819/µl. (Hodge et yang men 1986) seh monosit. sebesar 98 Pa rendah di Tingginya terutama neutropen reaksi stre 2007). Pad minggu ke Eosinofil Ha broiler dis Gambar 1 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Ju ml ah   Ab solu t   (/µ l) mlah mono (R1, R2, umlah 1.896 Hal ini dise t al. 2002). nyebabkan k hingga meni

Pada ming 80/µl dan m ada kelompo

ibanding m a jumlah m jika bany nia (bersifat ess akut, p da kelompo e 6.

asil pengam sajikan seba

7 Jumlah e ab

b

R0

osit pada m R3, R4) ti 6/µl. Kelom ebabkan ba Selain itu, p kortisol dis ingkatkan m ggu ke 6, masih dalam

ok R3 min minggu ke monosit terj yak kotoran t relatif), le penyakit in ok R0, R1, R

matan dan agai berikut. eosinofil aya ab ab R1

minggu ke 6 idak berbed mpok perlak awang putih pada kelom sekresi oleh monosit. Zn kelompok kisaran nor nggu ke 6 m

3 tetapi rjadi pada n sel yang eukemia m nflamasi, ne

R2 dan R4

analisis sta .

am broiler m ab b

a

R2 Kelompok Pe

6 berkisar a da nyata (p kuan R2 me

h dapat men mpok perlaku h kelenjar a n pada paka perlakuan rmal.

menunjukk terlihat rel beberapa k g harus d monosit, pem

eoplasia (D masih relat

atistika terh

minggu ke 3 a ab R erlakuan antara 980-1 p>0,05) kel emiliki juml nstimulasi p uan ini didu adrenal (Ch an berhubun R1 memili kan jumlah latif signifi kondisi sep disingkirkan mberian AC Dharmawan

tif stabil pad

hadap jum

3 dan mingg a ab

3

1.896/µl. K lompok ko lah monosi proliferasi m uga mengal hastain and ngan denga iki jumlah monosit ju ikan perbe perti infeks n, leukopen CTH dan k

2002 dan da minggu

mlah eosino

gu ke 6. ab R4 Ming Ming Kelompok ntrol R0 t sebesar makrofag ami stres Ganjam an fungsi monosit uga lebih daannya. si kronis nia atau kortikoid, Jackson ke 3 dan

fil ayam

ggu ke 3 ggu ke 6


(55)

Pada minggu ke 3 jumlah eosinofil berkisar 146-1.484/µl. Pada gambar histogram minggu ke 3 terlihat jumlah eosinofil kelompok perlakuan (R1, R2, R3, R4) tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol R0 (p>0,05) dan masih dalam kisaran normal yaitu 0-1000/µl (Jain 1986). Jumlah eosinofil pada kelompok R0 sebesar 1.484/µl cenderung lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan R1 (bawang putih dan kunyit) memiliki jumlah eosinofil sebesar 522,5/µl dan perlakuan R4 dengan jumlah eosinofil sebesar 146,5/µl.

Jumlah eosinofil pada minggu ke 6 berkisar antara 1.223-2.920/µl. Kelompok kontrol R0 memiliki jumah eosinofil sebesar 2.920/µl dan tidak berbeda signifikan dengan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan R2 sebesar 2.525/µl, penyebabnya belum diketahui secara pasti. Kelompok perlakuan R1 memiliki jumlah eosinofil sebesar 1.223/µl . Dalam Campbell (2004) penurunan jumlah eosinofil pada unggas sulit untuk diketahui tetapi jika ditemukan diduga berhubungan dengan kondisi stress ataupun pemberian glukokortikortikosteroid.

Semua kelompok R0, R1, R2, R3, R4 menunjukkan jumlah eosinofil minggu ke 6 cenderung lebih tinggi dibanding minggu ke 3. Menurut Guyton (1997) eosinofil diproduksi pada saat infeksi parasit dan pada saat terjadinya reaksi alergi Pada saat reaksi alergi sel mast dan basofil melepaskan faktor kemotaktik eosinofil sehingga eosinofil bermigrasi kearah jaringan yang meradang. Menurut Dharmawan (2002) peningkatan eosinofil disebabkan oleh beberapa kondisi seperti hipersensitivitas misalnya karena parasit dan alergi, stadium kesembuhan infeksi akut, tumor dan insufisiensi korteks adrenal. Selain itu, peningkatan eosinofil juga dapat disebabkan karena penyakit inflamasi, gangguan sel mast, hypoadrenokorticism (Jackson 2007).

Basofil

Basofil tidak ditemukan pada preparat ulas darah. Menurut Dharmawan (2002) basofil mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik, heparin berfungsi mencegah pembekuan darah. Histamine berfungsi sebagai vasodilatasi sehingga basofil keluar (Guyton


(56)

1997). Pada burung dan unggas basofil ikut serta dalam reaksi hypersensitivitas, mediator aktvitas trombosit, akut inflamasi.


(57)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian kombinasi bawang putih dan ZnO dan kunyit dan ZnO menunjukkan jumlah leukosit, heterofil dan limfosit relatif stabil pada minggu ke 3 dan minggu ke 6.

2. Pemberian kombinasi bawang putih dan kunyit dan bawang putih, kunyit dan ZnO) menunjukkan jumlah limfosit meningkatan pada minggu ke 6.

3. Pemberian Kunyit dan ZnO mampu meningkatkan jumlah monosit pada minggu ke 3.

Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang pengaruh kombinasi herbal dan ZnO terhadap daya tahan tubuh ayam yang diberi uji tantangan dengan agen penyakit.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1997. Bawang Putih Dataran Rendah. Cetakan V. Jakarta: Penebar Swadaya.

[Anonim]. 2003. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

[Anonim]. 2004. Penuntun Praktikum Fisiologi Eksperimental Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

[Anonim(a)]. 2008. Bawang Putih. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/ view. [26 Maret 2008].

[Anonim(b)]. 2008. Kunyit. Http://www.wikipediaindonesia.com/kunyit.html. [Februari 2008].

[Anonim(c)]. 2008. Http://www.wikipedia.com [Juli 2008]

[Anonim(d)].2008. Zinc. http://www.webelements.com/webelements/compounds/ text/Zn/O1Zn1-1314132.html. [8 April 2008 ].

[Anonim(e)]. 2008. Haemopoiesis. http://www.wikipedia.com.[Juli 2008]. [Anonim(f)]. 2008. Avian Leucocyte. Http://www.diaglab.vet.cornell.edu.

Antony S, Kuttan R, Kuttan GA. 1999. Immunomodulatory activity of curcumin. Immunol Invest. 28: 5-6.

Aughey E and Fedric LR. 2001. Comperative Veterinary Histology With Clinical Correlates. 1st Published. Iowa. Iowa State University Press. pp 57-56.

Bacha WJ and Linda MB. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd Ed. Philadelphia. Baltimore. New York. London. Buenos Aires. Hongkong. Sydney. Tokyo: Lippincott William & Walkins Co. pp 27–36.

Borell EH. 2001. The biology of stress and its application to livestock housing and transportation assessment. Journal of Animal Science. http://www.jas.fass.org. [3 Juli 2008]

Campbell TW. 1995. Avian Hematology and Cytology. Iowa. Iowa State University Press.

Campbell TW. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Chastain CB, Ganjam VK. 1986. Clinical Endocrinology Companion Animals. Philadelphia: Lea & Febiger.

Dharmawan NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner (Hematologi Klinik). Cetakan II. Denpasar: Pelawa Sari.

Donald LL, Riggs DR. 2001. Enhanced immunocompetence by garlic: role in bladder cancer and other malignancies. J. Nurt. 131: 1067-1070.


(1)

EOSINOFIL

Perlakuan Persentase (%) Absolut (/µl)

Minggu ke3 Minggu ke 6 Minggu ke 3 Minggu ke 6 R0 3,5 ± 3,51ab 7 ± 4,55ab 1484 ± 1601,26ab 2920 ± 1853,056b R1 2,5 ± 2,38ab 3 ± 2,94ab 522 ± 503,73ab 1223 ± 1296,846ab R2 0,75 ± 0,5ab 8 ± 8,91b 276 ± 193,13ab 2525 ± 2736,545ab R3 0,5 ± 0,57a 6 ± 6,38ab 217 ± 257,01a 1765 ± 1963,61ab R4 0,75 ± 0,5ab 5 ± 5,23ab 146 ± 99,19a 1939 ± 2438,104ab

Lampiran 2 Hasil Analisis Perhitungan Jumlah Leukosit Darah Ayam dengan

Uji Anova yang Dilanjutkan Uji Duncan

Oneway

ANOVA

TOTAL LEUKOSIT

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 184161025

0,000 9

204623361,11

1 1,741 ,123 Within Groups 352554750

0,000 30

117518250,00

0

Total 536715775

0,000 39

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

TOTAL LEUKOSIT

Duncan

PERLAKUAN N Subset for alpha = .05

1 2

R4 W3 4 20550,0000 R1 W3 4 20700,0000

R2 W6 4 28600,0000 28600,0000 R3 W6 4 32100,0000 32100,0000 R2 W3 4 32200,0000 32200,0000 R3 W3 4 33550,0000 33550,0000 R1 W6 4 33650,0000 33650,0000 R0 W3 4 37150,0000 37150,0000

R4 W6 4 39800,0000

R0 W6 4 41875,0000

Sig. ,070 ,146

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.


(2)

Lampiran 3 Hasil Analisis Perhitungan Persentase Leukosit Darah Ayam

dengan Uji Anova yang Dilanjutkan Uji Duncan

Oneway

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. HETEROFIL Between

Groups 3701,025 9 411,225 ,886 ,549 Within Groups 13931,750 30 464,392

Total 17632,775 39

LIMFOSIT Between

Groups 3588,025 9 398,669 ,944 ,503 Within Groups 12664,750 30 422,158

Total 16252,775 39

MONOSIT Between

Groups 70,100 9 7,789 ,737 ,672 Within Groups 317,000 30 10,567

Total 387,100 39

EOSINOFIL Between

Groups 263,900 9 29,322 1,500 ,193 Within Groups 586,500 30 19,550

Total 850,400 39

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

HETEROFIL

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05 1 R1 MINGGU KE-6 4 34,5000 R4 MINGGU KE 6 4 38,0000 R1 MINGGU KE-3 4 40,0000 R2 MINGGU KE 6 4 40,2500 RO MINGGU KE-6 4 45,5000 R3 MINGGU KE 6 4 46,5000 R4 MINGGU KE-3 4 55,5000 RO MINGGU KE-3 4 58,0000 R3 MINGGU KE-3 4 60,0000 R2 MINGGU KE-3 4 62,5000


(3)

LIMFOSIT

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05 1 R2 MINGGU KE-3 4 31,2500 R3 MINGGU KE-3 4 31,7500 RO MINGGU KE-3 4 32,0000 R4 MINGGU KE-3 4 38,2500 R3 MINGGU KE 6 4 42,2500 RO MINGGU KE-6 4 43,0000 R2 MINGGU KE 6 4 46,0000 R1 MINGGU KE-3 4 53,5000 R4 MINGGU KE 6 4 54,0000 R1 MINGGU KE-6 4 58,7500

Sig. ,117

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

MONOSIT

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05 1 R4 MINGGU KE 6 4 3,0000 R1 MINGGU KE-6 4 3,7500 R1 MINGGU KE-3 4 4,0000 RO MINGGU KE-6 4 4,5000 R3 MINGGU KE 6 4 5,2500 R2 MINGGU KE-3 4 5,5000 R4 MINGGU KE-3 4 5,5000 R2 MINGGU KE 6 4 5,7500 RO MINGGU KE-3 4 6,5000 R3 MINGGU KE-3 4 7,7500

Sig. ,088

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.


(4)

EOSINOFIL

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2

R3 MINGGU KE-3 4 ,5000

R2 MINGGU KE-3 4 ,7500 ,7500 R4 MINGGU KE-3 4 ,7500 ,7500 R1 MINGGU KE-3 4 2,5000 2,5000 R1 MINGGU KE-6 4 3,0000 3,0000 RO MINGGU KE-3 4 3,5000 3,5000 R4 MINGGU KE 6 4 5,0000 5,0000 R3 MINGGU KE 6 4 6,0000 6,0000 RO MINGGU KE-6 4 7,0000 7,0000 R2 MINGGU KE 6 4 8,0000

Sig. ,084 ,055

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Lampiran 2 Hasil Analisis Perhitungan Jumlah Jenis Leukosit Darah Ayam

dengan Uji Anova yang Dilanjutkan Uji Duncan

Oneway

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. HETEROFIL Between

Groups

102070902

1,025 9

113412113,44

7 1,571 ,169 Within Groups 216585143

4,750 30 72195047,825 Total 318656045

5,775 39

LIMFOSIT Between Groups

906472415

,600 9

100719157,28

9 1,003 ,459 Within Groups 301313816

2,000 30

100437938,73

3

Total 391961057

7,600 39

MONOSIT Between Groups

21444801,

600 9 2382755,733 1,736 ,124 Within Groups 41169544,

000 30 1372318,133 Total 62614345,

600 39

EOSINOFIL Between Groups

35791543,

025 9 3976838,114 1,570 ,170 Within Groups 76006229,


(5)

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

HETEROFIL

Duncan

PERLAKUAN N Subset for alpha = .05

1 2

R1 MINGGU KE-3 4 6437,5000

R1 MINGGU KE-6 4 9851,5000 9851,5000 R2 MINGGU KE 6 4 11078,0000 11078,0000 R4 MINGGU KE-3 4 11363,5000 11363,5000 R4 MINGGU KE 6 4 14347,0000 14347,0000 R3 MINGGU KE 6 4 14588,5000 14588,5000 R3 MINGGU KE-3 4 19104,5000 19104,5000 RO MINGGU KE-6 4 19257,7500 19257,7500 R2 MINGGU KE-3 4 20531,5000 20531,5000 RO MINGGU KE-3 4 22786,0000

Sig. ,052 ,074

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

LIMFOSIT

Duncan

PERLAKUAN N Subset for alpha = .05 1

R4 MINGGU KE-3 4 7963,5000 R2 MINGGU KE-3 4 9377,0000 RO MINGGU KE-3 4 10756,5000 R1 MINGGU KE-3 4 11650,5000 R3 MINGGU KE-3 4 11696,0000 R2 MINGGU KE 6 4 11834,0000 R3 MINGGU KE 6 4 14218,5000 RO MINGGU KE-6 4 17687,5000 R1 MINGGU KE-6 4 21595,0000 R4 MINGGU KE 6 4 22455,5000

Sig. ,091

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.


(6)

MONOSIT

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2

R1 MINGGU KE-3 4 813,0000 R1 MINGGU KE-6 4 980,0000 R4 MINGGU KE 6 4 1058,0000 R4 MINGGU KE-3 4 1109,0000

R3 MINGGU KE 6 4 1527,5000 1527,5000 R2 MINGGU KE 6 4 1819,5000 1819,5000 RO MINGGU KE-6 4 1896,0000 1896,0000 R2 MINGGU KE-3 4 2015,0000 2015,0000 RO MINGGU KE-3 4 2123,5000 2123,5000 R3 MINGGU KE-3 4 3414,5000

Sig. ,186 ,052

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

EOSINOFIL

Duncan

PERLAKUAN N

Subset for alpha = .05

1 2

R4 MINGGU KE-3 4 146,5000 R3 MINGGU KE-3 4 217,0000

R2 MINGGU KE-3 4 276,5000 276,5000 R1 MINGGU KE-3 4 522,5000 522,5000 R1 MINGGU KE-6 4 1223,5000 1223,5000 RO MINGGU KE-3 4 1484,0000 1484,0000 R3 MINGGU KE 6 4 1765,5000 1765,5000 R4 MINGGU KE 6 4 1939,5000 1939,5000 R2 MINGGU KE 6 4 2525,5000 2525,5000 RO MINGGU KE-6 4 2920,2500

Sig. ,079 ,050

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.