Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase

KONSUMSI BAHAN KERING DAN PROFIL DARAH PEDET
FRIESIAN HOLSTEIN (FH) YANG DIBERI PERLAKUAN
JUS SILASE

NURUL HIDAYAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsumsi Bahan
Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi Perlakuan Jus
Silase adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nurul Hidayah
NIM D24100085

ABSTRAK
NURUL HIDAYAH. Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein
(FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase. Dibimbing oleh NAHROWI dan YULI
RETNANI.
Profil darah merupakan salah satu indikator penentu status kesehatan, sehingga
penting melakukan evaluasi terhadap profil darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengukur konsumsi bahan kering serta mengevaluasi jumlah eritrosit, nilai hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit dan persentase diferensiasi leukosit (neutrofil
dan limfosit). Sembilan ekor pedet jantan berumur satu bulan dengan rataan bobot badan
54.27 ± 4.33 kg secara acak diberi perlakuan yang berbeda, terdiri dari: ransum kontrol
(P1), ransum yang mengandung antibiotik 50 mg/kg (P2), dan ransum kontrol + jus silase
0.3% (P3). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan data
yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis of varian (ANOVA) kemudian data
yang signifikan diuji lanjut menggunakan Least Significant Difference (LSD). Hasil

penelitian menujukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
konsumsi bahan kering, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai
hematokrit dan persentase limfosit namun berpengaruh nyata terhadap persentase
neutrofil. Pedet yang diberi jus silase memiliki persentase neutrofil yang sebanding
dengan pedet yang diberi perlakuan antibiotik, dan lebih rendah dari pada pedet yang
diberi perlakuan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan tidak memberikan
pengaruh terhadap konsumsi bahan kering dan profil darah, kecuali pada persentase
neutrofil.
Kata kunci: jus silase, profil darah, pedet, ransum
ABSTRACT
NURUL HIDAYAH. Dry Matter Intake and Blood Profile of Dairy Calves Friesian
Holstein (FH) with Silage Juice. Supervised by NAHROWI and YULI RETNANI.
Blood profile is an indicator to determine health status of calves. The aims of this
study were to measure dry matter intake and evaluating number of erythrocytes, value of
hematocrit, concentration of haemoglobin, number of leukocytes and percentage of
differentiation leukocytes (neutrophils and lymphocytes). Male dairy calves aged one
month and body weight average 54.27 ± 4.33 kg were used randomly arranged to one of
three different treatments, consisted of: control ration (P1), ration that contains 50 mg kg-1
antibiotic (P2), and control ration + 0.3% silage juice (P3). Completely randome design
(CRD) were analyzed of variance (ANOVA) and any significant data were further tested

by Least Significant Difference (LSD). The results showed that treatments did not
significant to dry matter intake, number of erythrocytes, number of leukocytes, value of
hematocrit, concentration of haemoglobin, and percentage of lymphocytes, but
significantly affect percentage of neutrophils. Calves was given silage juice had
percentage of neutrophils equivalent with calves given antibiotic treatment, and lower
than calves given control treatment. It is concluded that treatments did not significant to
dry matter intake and blood profile, except on the percentage of neutrophils.
Key word: silage juice, blood profile, calves, ration

KONSUMSI BAHAN KERING DAN PROFIL DARAH PEDET
FRIESIAN HOLSTEIN (FH) YANG DIBERI PERLAKUAN
JUS SILASE

NURUL HIDAYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein
(FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase
Nama
: Nurul Hidayah
NIM
: D24100085

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Salawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammd SAW serta kepada umatnya.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September
sampai Desember 2013 ini ialah status kesehatan pedet, dengan judul Konsumsi
Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi
Perlakuan Jus Silase.
Kondisi kesehatan pedet sangat rentan terhadap suatu penyakit, karena
sistem imun serta saluran pencernaan belum bekerja secara sempurna. Pencegahan
penyakit pada umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik. Penggunaan

antibiotik sudah dihindari karena menimbulkan efek negatif, sehingga perlu
adanya alternatif feed additive lain pengganti antibiotik. Jus silase merupakan
produk asal silase berbentuk cairan yang mengandung bakteri asam laktat dan
asam-asam organik. Hal ini jus silase diharapkan mampu menggantikan antibiotik
yakni mampu meningkatkan konsumsi serta imunitas tubuh sehingga dapat
mencegah penyakit pedet. Penelitian ini dibawah bimbingan Prof Dr Ir Nahrowi
MSc dan Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc. Hasil penelitian disusun dalam bentuk
skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Bogor, Agustus 2014
Nurul Hidayah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Bahan
Alat
Prosedur Analisis Data
Prosedur Penelitian
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Jus Silase
Kandungan Nutrien Ransum
Konsumsi Bahan Kering
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Neutrofil
Limfosit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
3
3
3
5
5
5

6
7
9
9
10
10
11
12
12
12
13
13
16
19
19

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5

Komposisi dan kandungan nutrisi ransum starter pedet
Profil jus silase jagung dengan proses ensilase 45 hari
Kandungan nutrien calf starter (%) bahan kering penelitian
Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian
Pengaruh perlakuan terhadap profil darah pedet

2
6
7
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

5
6
7
8

ANOVA konsumsi bahan kering
ANOVA jumlah eritrosit
ANOVA konsentrasi hemoglobin
ANOVA nilai hematokrit
ANOVA jumlah leukosit
ANOVA persentase neutrofil
ANOVA persentrase limfosit
Foto-foto dokumentasi penelitian

16
16
16
16
16
17
17
18

1

PENDAHULUAN
Pemeliharaan pedet merupakan masa krusial dalam pembesaran sapi,
karena pedet sebagai calon bakalan atau sebagai induk pengganti yang
berpengaruh terhadap usaha peternakan sapi masa depan. Sehingga pedet perlu
manajemen khusus baik dalam pemberian konsumsi pakan serta pemeliharaan
selama masa pembesarannya. Pemeliharaan pedet masa prasapih merupakan
tahapan yang kritis, karena sistem imun dan saluran pencernaan belum berfungsi
secara sempurna. Pedet masa prasapih dan pasca sapih rentan terhadap perubahan
pola pakan maupun kondisi lingkungan, hal ini cenderung menyebabkan stres
bahkan kematian pada pedet. Pedet akan mudah terserang penyakit jika tidak
mendapatkan perhatian yang cukup pada masa prasapih (Arut 2010).
Pencegahan penyakit pada pedet umumnya dilakukan dengan pemberian
antibiotik dalam pakan. Jenis antibiotik yang biasa ditambahkan dalam pakan
adalah Chlortetracylin, merupakan jenis antibiotic growth promoter. Selain
digunakan sebagai pencegahan penyakit subklinis, antibiotik jenis ini terbukti
meningkatkan kesejahteraan hewan serta memacu pertumbuhan ternak, dapat
meningkatkan efisiensi produksi ternak sehingga antibiotik ini sering digunakan
pada peternakan modern (Carventes 2007). Akan tetapi, telah banyak ditemukan
adanya beberapa dampak negatif dari penggunaan atibiotik yakni adanya residu
pada produk yang dihasilkan serta resisten mikroflora dalam tubuh ternak, dengan
demikian pemberian antibiotik dalam pakan semakin ditinggalkan (Barton 2000).
Sehingga perlu adanya alterlatif lain sebagai pengganti antibiotik. Telah banyak
dilaporkan probiotik yang mengandung bakteri asam laktat digunakan sebagai
imbuhan pakan mampu memberikan efek positif terhadap kesehatan. Penggunaan
bakteri asam laktat mampu menghambat bakteri patogen, karena menghasilkan
senyawa-senyawa antimikroba melalui aktifitas metabolitnya, seperti: asam laktat,
asam asetat, hidrogen peroksida (H2O2) dan bakteriosin (Finnegan et al. 2010).
Jus silase merupakan produk asal silase berbentuk cair yang mengandung
bakteri asam laktat dan asam-asam organik. Hasil penelitian (Gurning 2013),
menyebutkan bahwa jus silase yang dihasilkan dari silase jagung mengandung
bakteri asam laktat sebanyak 10.32 ± 9.84 cfu ml-1 dan asam-asam organik hasil
fermentasi seperti: asam laktat dan asam asetat, dengan konsentrasi masingmasing 7.71 ± 0.73 mg ml-1 dan 1.48 ± 0.45 mg ml-1. Selain itu hasil kajian
penelitian-penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa penggunaan feed additive
asal silase mampu menghambat populasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella
thypimurrium. Adanya hasil positif yang diperoleh pada penelitian,
memperlihatkan bahwa jus silase berpotensi untuk diujikan dalam memacu
pertumbuhan ternak pedet serta meningkatkan status kesehatan.
Gambaran darah ternak penting untuk diketahui karena dapat menjadikan
salah satu indikator penentu status kesehatan. Fungsi darah dapat terganggu bila
parameter darah tidak normal, sehingga menimbulkan penyakit atau gangguan
pada darah, yang pada akhirnya dapat mengganggu organ lain. Telah banyak
penelitian tentang penggunaan bakteri asam laktat dengan target utama saluran
pencernaan, namun beberapa penelitian juga membuktikan bahwa bakteri asam
laktat bersifat imunomodulator (meningkatkan imunitas) yang digambarkan dalam
profil darah. Bakteri asam laktat yang diberikan secara oral mampu

2

mempengaruhi sistem metabolisme tubuh (Hattingh dan Viljoen 2001), termasuk
juga status hematologi (Aboderin dan Oyetayo 2006). Oleh karena itu perlu dikaji
lebih lanjut tentang pengaruh jus silase terhadap profil darah pedet Friesian
Holstein. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsumsi pakan dengan
menghitung konsumsi pakan serta mengevaluasi gambaran darah pedet Friesian
Holstein meliputi: jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit,
jumlah leukosit dan persentase diferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit) yang
diberi perlakuan 0,3% jus silase.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2013 di
Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium Industri Pakan,
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Yasa-Bogor dan Laboratorium
Center for Hazard Chemical Studies (CHCS)-Bogor
Materi
Ransum
Ransum starter yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas jagung
giling, bungkil kedelai, dedak padi, Corn Gluten Meal (CGM 60%), molases,
tepung rumput, Dicalcium Fosfat (DCP), garam dan premix. Ransum yang
digunakan telah disesuaikan dengan standar kebutuhan pedet (NRC 2001).
Komposisi ransum strater dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrisi ransum starter pedet
Bahan Pakan
(%)
Jagung Giling
54.54
Bungkil Kedelai
19.96
Dedak Padi
14.97
CGM
7.98
Molases
1.15
Tepung Rumput
1.00
DCP
0.10
Garam
0.10
Premix
0.20
Kandungan nutrisi
Bahan Kering (%)
86.73
Protein Kasar (%)
21.00
Serat Kasar (%)
5.00
Mineral Ca (%)
0.11
Mineral P (%)
0. 49

3

Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 ekor pedet
Friesian Holstein jantan yang berumur ± satu bulan dengan bobot badan
54.27 ± 4.33 kg.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu
berukuran 1.5 x 1.2 m2. Setiap kandang dilengkapi dengan bak air minum dan
tempat pakan. Pada bagian alas kandang tidak diberi jerami untuk menghindari
konsumsi sumber serat selain pakan perlakuan. Perlengkapan kandang yang
digunakan adalah timbangan digital, ember, bath, gelas ukur, spoid, gelas,
saringan, termometer, alat press silase, tabung EDTA dan lainnya serta alat
analisis darah otomatis ‘Hematology Analizer’ dengan merk Erma INC tipe
PCE-210.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan
dengan unit percobaan 1 ekor pedet. Model matematika dari rancangan tersebut
adalah (Steel dan Torrie, 1993):
Yij = µ + τi + Єij
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τi
= Efek perlakuan ke-i
Єij
= Error perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (Analyisis of
Variance/ ANOVA) dan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut
Least Significant Difference (LSD).
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
P1: Ransum kontrol
P2: Ransum kontrol + 50 mg kg-1 ransum antibiotik Chlortetracycline® + 0% jus
silase
P3: Ransum kontrol + 0% antibiotik + 0.3% jus silase
Metode
Pembuatan Jus Silase
Jus silase dalam penelitian ini diperoleh dari silase jagung yang
mengalami proses ensilase selama 45 hari. Adapun pembuatan jus silase
dilakukan dengan cara mengepres silase dalam kemasan plastik menggunakan alat
pres hidrolik. Hasil pres silase berupa jus silase ditampung dalam gelas bersih.
Metode pembuatan jus silase lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Diagram alur pembuatan jus silase

Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat pada Jus Silase
Metode total plate count (Edwards 2006 dalam Gurning 2013) digunakan
dalam perhitungan jumlah koloni bakteri asam laktat (BAL) jus silase. Sampel jus
silase sebanyak 1 ml dipipet ke dalam 9 ml Bufffer Pepton Water (BWP), yakni
setara dengan 101 lalu divortex agar larutan homogen. Pengenceran dilakukan
hingga 1010 dan divortex. Masing-masing pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan sebanyak 18-20 ml
agar De Man Rogosa Sharpe (MRS). Campuran diratakan dengan cara
menggerakkan cawan petri membentuk angka delapan pada bidang datar.
Kemudian cawan diinkubasi pada inkubator dengan posisi cawan terbalik selama
18-24 jam pada suhu 360 C. Setelah masa inkubasi cawan dikeluarkan dan
dilakukan perhitungan jumlah koloni BAL yang tumbuh. Jumlah koloni bakteri
yang tumbuh dihitung dengan rumus:
N = ∑C/[(1x n1)+(0.1xn2)]d
Keterangan:

∑C= jumlah semua koloni dalam cawan
n1 = cawan ke-n pada pengenceran terendah yang dapat dihitung
n2 = cawan ke-n pada pengenceran yang lebih besar yang dapat dihitung
d = pengenceran dimana jumlah pertama yang dapat dihitung

Pengukuran pH dan Kandungan Asam-asam Organik Jus Silase
Pengukuran nilai pH sampel jus silase dilakukan dengan menggunakan pH
meter (sensIONTM). Sebelum digunakan alat pH meter digital terlebih dahulu
dikalibrasi dengan membandingkan larutan standard dan kemudian dilakukan
pengukuran pada setiap sampel uji.
Kandungan asam-asam organik jus diukur dalam penelitian ini adalah
asam laktat, format, asetat, propionat dan butirat dengan menggunakan alat HPLC
(AOAC 2002).

5

Pemeliharaan
Pada awal penelitian pedet ditimbang bobot badan untuk mengetahui
jumlah pakan yang akan diberikan. Pemberian pakan dan air minum secara ad
libitum, sehingga pakan dan air minum selalu tersedia setiap waktu. Jumlah pakan
yang diberikan pada pedet ditingkatkan sedikit demi sedikit setiap harinya. Pada
pedet perlakuan jus silase, pemberian jus silase diberikan secara oral
menggunakan spoid yang dimasukkan ke dalam mulut pedet. Pemberian jus silase
dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada minggu ke-enam
dan ke-delapan. Analisis profil darah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit dan deferensiasi leukosit (neutrofil dan
limfosit). Sebanyak 10 ml darah diambil dari pembuluh darah vena (vena
jugularis) setelah tiga jam makan pada pagi hari dengan menggunakan jarum
steril, kemudian sampel darah ditempatkan pada tabung yang mengandung
antikoagulan berisi K2EDTA. Tabung darah langsung ditempatkan dalam box
berisi es.
Analisis Profil Darah
Analisis profil darah dilakukan dengan alat otomatis ‘Hematology
Analizer’ yang berada di Laboraturium Yasa, Bogor. Hematology Analizer
merupakan suatu alat otomatis yang digunakan untuk memeriksa darah. Alat
Hematology Analizer ini dapat menghitung berbagai macam sel darah, seperti
jumlah eritrosit, jumlah leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit,
perhitungan volume rata-rata sel darah merah/Mean Cell Volume (MCV) dan
masih banyak parameter yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan alatnya.
Peubah yang Diamati
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan (kg ekor-1 hari-1) diperoleh dengan cara menghitung
selisih pemberian dan sisa pakan yang tersisa pada pagi hari. Konsumsi BK =
konsumsi pakan (kg) x % BK pakan.
Profil Darah
Profil darah yang menjadi peubah dalam penelitian ini adalah jumlah
eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit, persentase
diferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit) pedet Friesian Holstein.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Jus Silase Jagung
Jus silase merupakan produk asal silase yang berbentuk cairan dengan
kandungan bakteri asam laktat (BAL) dan asam-asam organik. Jus silase dalam
penelitian ini didapatkan dari silase jagung yang mengalami proses ensilase

6

selama 45 hari. Lama proses ensilase mempengaruhi derajat keasaman silase
jagung. Jus silase asal silase jagung yang mengalami proses ensilase selama 70
hari memiliki pH 3.87 (Gurning 2013) dan juga dilaporkan oleh Nahrowi et al.
(2013), jus silase berasal dari silase jagung yang mengalami proses ensilase
selama satu tahun mempunyai derajat keasaman 4.47. Derajat keasaman jus silase
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur silase. Menurut Kung dan
Shaver (2001), silase jagung yang mengalami proses ensilase dengan baik
umumnya memiliki nilai pH berkisar 3.7 sampai 4.2. Sedangkan pH yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah 2.98.
Jumlah BAL yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi dari hasil
yang dilaporkan oleh Pang et al. (2011), yakni jus silase penelitian ini
mengandung bakteri asam laktat (BAL) sebesar 2.2 x 108. Jumlah BAL yang
tinggi serta nilai pH yang rendah tersebut mengindikasikan bahwa proses ensilase
berjalan dengan baik.
Tabel 2 Profil jus silase jagung dengan proses ensilase 45 hari
Pengukuran
Rataan ± standar deviasi
pH
2.98 ± 0.06
-1
Asam laktat (g l )
0.40 ± 0.05
Asam asetat (g l-1)
25.11± 1.21
Bakteri asam laktat (cfu ml-1)
2.20 x 108
Hasil Analisis di Laboratorium Center for Hazard Chemical Studies (CHCS) Bogor dan
Laboratorium Mikrobiologi FKH IPB.

Komposisi asam organik yang dihasilkan pada penelitian ini adalah asam
laktat dan asam asetat, tidak ditemukan adanya asam butirat dan asam propionat.
Hal ini menandakan bahwa proses ensilase berhasil. Munculnya asam butirat dan
asam propionat pada produk silase mengindikasikan adanya aktivitas Clostridia
yang mendegradasi asam amino maupun asam laktat. Clostridia tumbuh dengan
baik pada pH netral (7 sampai 7.4) dan tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4
(Mc Donald et al. 1991).
Kandungan Nutrien Ransum
Kandungan nutrien ransum penelitian perlu diketahui untuk menyesuaikan
nutrien ransum yang digunakan selama penelitian dengan kebutuhan ternaknya,
sehingga kebutuhan nutrient ternak dapat tercukupi. Calf starter merupakan pakan
yang diberikan pada saat pedet masih dalam periode menyusu. Pemberian calf
starter diharapkan dapat mempercepat proses penyapihan pada pedet.
Karakteristik calf starter salah satunya adalah mempunyai kandungan protein
tinggi, karena protein merupakan suatu zat pakan essensial bagi pedet yang dapat
memacu pertumbuhan, selain itu ketersediaan protein yang cukup didalam tubuh
pedet akan menstimulir aktivitas perkembangan mikroorganisme rumen serta
membuat rumen pedet berkembang. Kandungan nutrien calf starter yang
digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

7

Tabel 3 Kandungan nutrien calf starter (%) pada penelitian
Zat makanan
Kadar (%)
Bahan kering
87.76
Abu
6.24
Protein kasar
23.11
Serat kasar
5.98
Lemak kasar
6.77
Beta-N
57.89
TDN*
76.52
Mineral Ca
0.42
Mineral P
0.74
Hasil Analisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2013), Beta-N: bahan ekstrak tanpa
nitrogen, TDN: total digestible nutrient *Rumus perhitungan TDN (Wardeh, 1981) = 40.263 +
0.197 (%PK) + 0.423 (%Beta-N) + 1.190 (%LK) – 0.138 (%SK).

Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis laboratorium calf starter yang
digunakan dalam penelitian mempunyai kandungan protein kasar (PK), lemak
kasar (LK), mineral phospor (P) yang tinggi, akan tetapi kandungan TDN dan
mineral kalsium (Ca) rendah. Hal ini dapat dibandingkan dengan kualitas calf
starter menurut NRC. Kualitas calf starter yang baik yaitu mengandung protein
kasar 18%-20%, lemak 3%, TDN 80%, Ca 0.6% dan P 0.4% (NRC 2001).
Konsumsi Pakan
Pakan yang dikonsumsi ternak diperlukan guna mencukupi kebutuhan
nutrisi tubuh untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan setiap ternak
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor diantaranya jenis ternak, bangsa,
status fisiologis, kondisi lingkungan, kandungan nutrien ransum dan lain-lain.
Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian
Perlakuan
Konsumsi
P1
P2
P3
-1
-1
BK (kg ekor hari )
1.39 ± 0.10
1.67 ± 0.52
1.79 ± 0.32
% Bobot badan
1.70 ± 0.11
1.78 ± 0.32
2.06 ± 0.16
Ransum kontrol (P1), Ransum kontrol + 50 mg kg-1 ransum antibiotik Chlortetracycline® + 0%
jus silase (P2), Ransum kontrol + 0% antibiotik + 0.3% jus (P3). BK: bahan kering

Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap
konsumsi bahan kering (BK). Konsumsi BK penelitian ini berkisar 1.39-1.79 kg
ekor-1 hari-1. Hasil tersebut sesuai dengan standar kebutuhan BK pedet menurut
NRC (2001), berikut ini merupakan kebutuhan BK untuk ternak pedet dengan
bobot badan 50-80 kg dan pertambahan bobot badan (PBB) 500-600 g ekor-1 hari-1
adalah 1.27-1.83 kg ekor-1 hari-1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pedet
mengkonsumsi BK sesuai dengan kebutuhan.
Rataan konsumsi calf starter dapat dilihat pada Tabel 4, yakni pada
perlakuan antibiotik dan jus silase konsumsi BK lebih tinggi dibandingkan
perlakuan kontrol. Pemberian jus silase nampaknya dapat meningkatkan selera

8

makan pedet seperti halnya pada perlakuan antibiotik. Hal ini menunjukkan
bahwa jus silase dapat menggantikan antibiotik sebagai growth promotor, karena
jus silase memiliki pH rendah (pH 2.98) dan mengandung bakteri asam laktat
(BAL) serta produk fermentasi berupa asam-asam organik yakni asam laktat dan
asam asetat. Melihat kandungan yang terdapat di dalam jus silase, dapat
digolongkan sebagai probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang
memberikan keuntungan pada kesehatan manusia maupun ternak (D’Silva 2011).
Konsumsi pakan cenderung meningkat pada pedet perlakuan jus silase
diduga karena jus silase sebagai bahan yang dapat menstimulasi perkembangan
rumen sehingga mampu meningkatkan daya cerna serat dan penyerapan zat-zat
nutrisi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan (Pamungkas dan Aggraeny 2006)
bahwa peningkatan konsumsi pakan dikarenakan terjadinya peningkatan laju
cerna serat dan peningkatan laju alir protein mikroba. Peningkatan laju
pencernaan serat dapat memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme, karena
terpenuhinya kebutuhan hidup bagi perkembangbiakan mikroorganisme.
Pemberian jus silase diduga juga dapat memperbaiki daya hidup mikroorganisme
pencerna serat di dalam rumen karena jus silase mengandung pH rendah (pH 2.98)
sehingga mampu menjaga kestabilan pH rumen.
Profil Darah
Gambaran darah ternak sangat perlu diketahui, karena gambaran darah
merupakan salah satu indikator status fisiologis. Gambaran darah yang tidak
normal menandakan bahwa kondisi kesehatannya terganggu. Hal ini akan
membahayakan kesehatan ternak jika tidak cepat dilakukan analisa. Gambaran
darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah
leukosit, persentase neutrofil dan limfosit pedet FH yang diamati selama
penelitian ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap profil darah pedet
Peubah

Nilai normal

P1
3.00 ± 0.20

Perlakuan
P2
2.90 ± 0.20

P3
Eritrosit
5-10*
2.70 ± 0.30
(juta mm3 -1)
Hemoglobin
8-15*
8.80 ± 0.80
8.80 ± 0.40
8.40 ± 0.70
(g 100 ml-1)
Hematokrit
24-46*
25.80 ± 2.40
26.00 ± 0.90
24.80 ± 2.20
(%)
Leukosit
8-18**
10.18 ± 4.70
14.50 ± 2.70
14.50 ± 7.20
(ribu mm3 -1)
Neutrofil
12-38***
44.80 ± 11.90b
16.20 ± 3.80a
33.70 ± 14.60ab
(%)
Limfosit
33-87***
53.00 ± 13.00
83.20 ± 4.40
63.50 ± 16.90
(%)
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata tiap perlakuan dengan
(P0.05) terhadap jumlah
eritrosit pedet. Tabel 5 menunjukkan rataan jumlah eritrosit pedet pada semua
perlakuan yaitu berkisar antara 2.70-3.00 juta mm3 -1. Rataan jumlah eritrosit
tersebut berada di bawah kisaran normal pedet. Menurut Lumsden et al. (1980),
jumlah eritrosit sapi pada umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara
6.5-11.5 juta mm3-1. Nilai eritrosit yang rendah pada hasil penelitian disebabkan
oleh organ pembentuk eritrosit yakni sumsum tulang belakang yang belum
bekerja secara sempurna sehingga nilai eritrosit yang dihasilkan tidak stabil. Arut
(2010) menyatakan bahwa jumlah eritrosit yang rendah pada awal kelahiran
diduga karena organ pembentuk eritrosit belum bekerja secara sempurna, namun
organ pembentuk eritrosit mulai aktif bekerja seiring dengan meningkatnya umur.
Menurut (Jain 1993; Mohri et al. 2007), jumlah eritrosit mengalami peningkatan
seiring dengan pertambahan umur dan mencapai nilai yang stabil pada umur satu
tahun.
Menurut Frandson (1992), jumlah eritrosit dipengaruhi juga oleh nutrisi
yang terdapat dalam pakan seperti mineral Fe, mineral Cu, vitamin dan asam
amino. Besuni et al. (2013) melaporkan bahwa zat nutrisi yang membantu
pembentukan sel darah merah adalah mineral Fe, Cu, asam folat, vitamin
B12,vitamin E dan protein. Terlihat pada tabel 5, bahwa jumlah eritrosit pada
semua perlakuan cenderung sama yakni dibawah kisaran normal, hal ini diduga
bahwa ransum yang digunakan dalam penelitian defisiensi mineral Fe dan asam
amino. Wardhana et al. (2001), menyatakan bahwa kurangnya prekursor seperti
zat besi dan asam amino yang membantu proses pembentukan eritrosit akan
menyebabkan penurunan jumlah eritrosit. Menurut NRC (2001), Kebutuhan
mineral Fe pada ternak pedet 50 mg kg-1 ransum, hal ini diduga kandungan
mineral Fe dalam ransum penelitian tidak mencukupi kebutuhan ternak, sehingga
jumlah eritrosit pedet penelitian rendah.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu protein berpigmen merah yang membawa dan
menukar oksigen dan karbondioksida dalam eritrosit (Samuelson 2007).
Hemoglobin memiliki peran sebagai media transpor oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. Hemoglobin juga membawa karbondioksida hasil metabolisme
dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas
(Guyton & Hall 1997). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata
(P>0.05) terhadap konsentrasi hemoglobin darah pedet. Rataan konsentrasi
hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 5, konsentrasi hemoglobin darah pedet pada
semua perlakuan berada pada kisaran normal yaitu, 8.40-8.80 g 100 ml-1.
Konsentrasi hemoglobin darah sapi dewasa berkisar antara 8-15 g 100 ml-1 (Jain
1993). Menurut Lumsden et al. (1980), konsentrasi hemoglobin sapi pada umur
dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 8.5-14.1 g 100 ml-1.
Pada Tabel 5, terlihat bahwa konsentrasi hemoglobin pada semua
perlakuan cenderung sama, tetapi masih dalam kisaran normal. Menurut
Wardhana et al. (2001), faktor yang mempengaruhi konsentrasi hemoglobin
adalah umur hewan, spesies, lingkungan, pakan, ada tidaknya kerusakan eritrosit,

10

dan penanganan darah saat pemeriksaan. Saat penelitian, dikondisikan beberapa
faktor yang mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dijaga agar dalam kondisi
yang homogen, kecuali pakan. Pakan digunakan sebagai perlakuan pedet,
sehingga pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan berbeda. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa dengan pemberian antibiotik maupun jus silase
tidak memberikan efek negatif terhadap konsetrasi hemoglobin darah pedet.
Hematokrit
Hematokrit adalah persentase sel darah merah dari volume darah (Suhesti
2010). Budiman (2007), menyatakan bahwa fungsi dari hematokrit yaitu
mengukur proporsi eritrosit dalam darah. Perlakuan memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P>0.05) terhadap nilai hematokrit darah pedet. Rataan nilai
hematokrit darah pedet penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hematokrit pedet berada pada
kisaran 24.80(%)-26.00(%). Nilai hematokrit tersebut masih berada pada kisaran
normal. Menurut Jain (1993), nilai hematokrit normal sapi adalah 24(%)-46(%).
Winarsih (2005), menyatakan bahwa kadar hematokrit sangat tergantung pada
jumlah eritrosit, karena eritrosit merupakan masa sel terbesar dalam darah.
Wahyuni et al. (2012) berpendapat bahwa ada keterkaitan antara nilai hematokrit,
persentase hemoglobin dan jumlah eritrosit. Hal tersebut sebanding dengan hasil
penelitian ini, yakni adanya rangkaian yang saling terkait antara nilai hematokrit,
persentase hemoglobin dan jumlah eritrosit. Terlihat nilai hematokrit pada
perlakuan jus silase, mengalami penurunan hal ini sebanding dengan jumlah
eritrosit dan persentase hemoglobin yang rendah. Namun penurunan nilai
hematokrit pada perlakuan jus silase, masih berada dalam kisaran normal nilai
hematokrit pedet.
Rajora dan Pachauri (2000); Malik et al. (2013) melaporkan bahwa nilai
hematokrit yang tinggi pada ternak mengindikasikan ternak dalam kondisi
kekurangan cairan atau dehidrasi. Hasil penelitian yang didapatkan tidak
menunjukkan bahwa pedet dalam kondisi dehidrasi. Hal tersebut digambarkan
oleh nilai hematokrit pedet penelitian berada pada kisaran normal, dengan nilai
yang tidak jauh berbeda pada semua perlakuan. Dengan demikian pemberian
antibiotik maupun jus silase tidak memberikan efek negatif terhadap kondisi
normal pedet.
Leukosit
Leukosit memiliki peranan penting dalam merespon kekebalan tubuh.
Leukosit merupakan komponen aktif dari sistem pertahanan tubuh yang dibentuk
sebagian dalam sumsum tulang dan sebagian dalam organ limfoid seperti timus
dan limpa (Suhesti 2010). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata
(P>0.05) terhadap rataan jumlah leukosit pedet. Rataan jumlah leukosit pedet
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5, hasil penelitian menunjukkan ada
kecenderungan peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan antibiotik dan jus
silase, dengan jumlah leukosit sebesar 14.5 ribu mm3 -1, namun peningkatan
jumlah leukosit tersebut masih dalam batas normal. Duncan dan Prasse’s (2011),
melaporkan bahwa jumlah leukosit normal sapi berkisar 8-18 ribu mm3 -1.
Pada hasil penelitian, jumlah leukosit darah pedet perlakuan antibiotik
maupun jus silase cenderung mengaalami peningkatan, namun peningkatan

11

tersebut masih dalam kisaran normal. Menurut pendapat (Suhesti 2010),
meningkatnya jumlah leukosit pada tikus yang diberikan probiotik BAL hal
tersebut menandakan bahwa probiotik BAL mampu bertindak sebagai
immunomodulator yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Immunomodulator merupakan senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh, baik spesifik maupun non spesifik. Rataan jumlah
leukosit pedet pada perlakuan jus silase sama tingginya dengan jumlah leukosit
pedet perlakuan antibiotik, dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini menggambarkan
bahwa jus silase dapat dijadikan sebagai antibiotik alami.
Jumlah leukosit yang tinggi pada pedet perlakuan antibiotik dan jus silase
dikarenakan adanya senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam antibiotik
maupun jus silase. Jus silase mengandung BAL dan hasil fermentasinya berupa
asam laktat dan asam asetat yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh ternak.
Mekanisme BAL dalam meningkatkan kekebalan tubuh yaitu dengan kemampuan
melekatnya BAL pada permukaan usus sehingga dapat meningkatkan pertahanan
saluran pencernaan ternak dari bakteri patogen. Selain itu BAL dalam
menghambat bakteri gram negatif menghasilkan senyawa antimikroba.
Mekanisme kerja antimikroba asam-asam lemak rantai pendek (asam asetat dan
asam laktat) disebabkan oleh banyaknya senyawa asam yang tidak terurai secara
sempurna (berdissosiasi). Asam-asam lemak rantai pendek yang tidak
berdissosiasi bersifat lipofilik yaitu mampu menembus membran sel dan merusak
aktivitas metabolit sel bakteri gram negatif (Morz et al. 2006). Sehingga jus silase
dinyatakan mampu meningkatkan kekebalan tubuh ternak karena mengandung
BAL di dalamnya. Hal ini didukung oleh pendapat Heczko et al. (2006), bahwa
peningkatan BAL dalam saluran pencernaan dapat merangsang usus, dengan
melibatkan limfoid dan jaringan epitel untuk mengaktifkan respon imun sekunder
di usus.
Neutrofil
Neutrofil merupakan leukosit granulosit yang memiliki warna indiferen,
tidak merah dan tidak biru. Sel ini merupakan jajaran pertama dalam sistem
pertahanan melawan infeksi dengan cara migrasi ke daerah-daerah yang sedang
mengalami serangan oleh bakteri, menembus dinding pembuluh, dan menerkam
bakteri untuk dihancurkan (Frandson 1992). Perlakuan memberikan pengaruh
nyata (P0.05) terhadap persentase limfosit pedet. Pada Tabel 5, dapat dilihat persentase
limfosit pedet perlakuan berkisar antara 53.00-83.20 (%). Persentase limfosit yang
didapatkan dalam penelitian beragam pada setiap perlakuan, pada Tabel 5 terlihat
bahwa nilai limfosit pedet penelitian berada pada kisaran normal. Menurut
(Benzamin 2007) persentase limfosit pedet normal berkisar 33(%)-87(%).
Sedangkan menurut (Frandson 1992) persentase limfosit sapi normal berkisar
60(%)-65(%), hal ini menandakan bahwa persentase limfosit pedet normal pada
perlakuan jus silase saja, yakni sebesar 63.50(%).
Terlihat pada Tabel 5, bahwa pedet perlakuan kontrol memiliki persentase
limfosit rendah, rendahnya persentase limfosit menandakan bahwa pedet kontrol
memiliki antibodi yang rendah. Menurut Julendra et al. (2010), bahwa limfosit
berperan dalam pembentukan antibodi. Hal ini berbeda dengan persentase limfosit
pedet perlakuan antibiotik yang memiliki nilai limfosit tertinggi dalam penelitian.
Sedangkan pedet perlakuan jus silase memiliki persentase limfosit yang normal.
Hal tersebut menandakan bahwa pemberian jus silase mampu meningkatkan
imunitas pedet. Hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian
(Fleige et al. 2008) bahwa pemberian probiotik bakteri asam laktat mampu
meningkatkan jumlah limfosit pedet. Meningkatnya imunitas pada pedet
perlakuan jus silase, dikarenakan asam laktat yang dihasilkan oleh BAL pada jus
silase bersifat meningkatkan kekebalan tubuh. Heczko et al. (2006); Fleige et al.
(2008), menyatakan bahwa suplementasi bakteri asam laktat bersifat
imunomodulator (meningkatkan sistem imun) dengan cara mereduksi bakteri
patogen pada saluran pencernaan, disebutkan juga bahwa suplementasi BAL
mampu merangsang berbagai variabel kekebalan di dalam usus diantaranya
jaringan limfa dan jaringan limfoid sekunder, di dalam usus.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian jus silase tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan
kering, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit

13

dan persentase limfosit namun berpengaruh terhadap persentase neutrofil. Jus
silase dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk menekan infeksi bakteri pedet.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian jus silase terhadap
profil darah pedet Friesian Holstein yang diuji tantang menggunakan bakteri
Salmonella sp.

DAFTAR PUSTAKA
Aboderin FI, Oyetayo VO. 2006. Haematological studies of rats fed different
doses of probiotic, Lactobacillus plantarum, isolated from fermenting corn
slurry. Pakistan J of Nutrit 5(2): 102-105
AOAC. 2002. Official Methods of Analysis of AOAC International. Arlington
(US): Assoc. Off. Anal. Chem.
Arut AF. 2010. Gambaran sel darah merah sapi perah Friesien Holstein pada
masa pertumbuhan. [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Barton MD. 2000. Antibiotic use in animal feed and its impact on human health.
Nutr. Res. Rev 13: 279-299.
Benzamin MM. 2007. Outline of Veterinary clinical Pathology. Ed ke-3. New
Delhi (IN). Kalyani.
Besuni A, Jafar N, Indriasari R. 2013. Hubungan asupan zat gizi pembentukan sel
darah merah dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Gowa.
Makassar (ID). Universitas Hasanudin. hlm 1-10
Budiman R. 2007. Pengaruh penambahan bubuk bawang putih pada ransum
terhadap gambaran darah ayam kampung yang diinfeksi cacing nematode
(Ascaridia galli). [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Carventes. 2007. Antibiotic Feed Additives: Politics and Science, Poultry and Egg
Association Poultry Production and Health Seminar. [September 19-20,
2007 In Memphis,] USA (US): Tennessee. hlm 1-13.
D’Silva I. 2011. Recombinant technology and probiotics. Int J of Eng and Tech 3
(4):288-293.
Duncan JR, Prasse W. 2011. Clinical Pathology. Ed ke-5. J Wiley. Amerika
Serikat (US). Univ Iowa State Pr.
Edwards VA. 2006. Plate Count Procedure. Quality control method. Alken
Murray Corporation. New York (US). New Hyde Park.
Finnegan M, Linley E, Denyer SP, McDonel G, Simons C, Maillard J. 2010.
Mode of action of hydrogen peroxide and other oxiding agent: differences
between liquid and gas form. J Antimicrob Chemoter 65: 2108-2115.
Fleige S, Preibinger W, Meyer HHD, Pfaffl MW. 2009. The immunomodulatory
effect of lactulose on Enterococcus faecium fed preruminant calves. J Anim
Sci 87: 1731-1738.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Yogyakarta (ID).
UGM Pr.
Gurning FN. 2013. Profil jus silase jagung dan kemampuannya dalam
menghambat bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. yang diisolasi dari
feses pedet diare [Tesis]. Bogor (ID): IPB.

14

Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Jakarta (ID). Penerbit
buku kedokteran EGC.
Hattingh LA, Viljoen BC. 2001. Yoghurt as probiotic carrier food. Int Dairy J 1:
1-17.
Heczko PB, Strus M, Kochan P. 2006. Critical evaluation of probiotic activity of
lactit acid bacteria and their effect. J Physiol Pharmacol 57: 5-12.
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Wiley.
Julendra H, Zuprizal, Supadmo. 2010. Penggunaan tepung cacing tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan terhadap penampilan produksi
ayam pedaging, profil darah, dan kecernaan protein. Bul Petern 34(1):21-19.
Kohanski MA, Dwyer DJ, Hayete B, Lawrence CA, Colins JJ. 2007. A common
mechanism of cellular death induced by bactericidal antibiotics. Cell 130:
797-810.
Lumsden JH, Mullen K, Rowe R. 1980. Hematology and biochemistry reference
value for female Holstein cattle. Can J Comp Med 44:24-31
Malik S, Verma AK, Kumar A, Gupta MK, Sharma SD, Sharma AK, Rahal A.
2013. Haematological profile and blood chemistry in diarrhoeic calves
affected with Collibacillosis. J. Anim Health And Product 1(1): 10-14.
McDonald P, Henderson AR, Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Ed
ke-2. Aberystwyth (GB): Cambrian Pri.
Mohri M, Sharifi K, Eidi S. 2007. Hematology and serum biochemistry of
Holstein dairy calves: age related changes and comparison with blood
composition in adult. J Vet Scin 83: 30-39.
Morz Z, Koopmans SJ, Bannink A, Pertanen K, Krasucki W, Overland M.,
Radcliffe S. 2006. Biology of Nutrition in Young Animals. London (UK)
Elsevier Limited.
Nahrowi, Setiyono A, Gurning FN. 2013. Kajian Jus Silase Sebagai Alternatif
Antibiotik pada Pedet Sapi Perah Penyapihan Dini. Laporan Akhir
Penelitian Lintas Fakultas/Departemen. Bogor (ID). IPB
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirment of Dairy Cattle.
Ed ke-7. Washington DC (US). National Academy of Science.
Pamungkas D, Anggraeny YN. 2006. Probiotik dalam pakan ternak ruminansia.
Wartazoa. 16:82-91.
Rajora VS, Pachauri SP. 2000. Laboratory assessment as an aid to rehydration
therapy in neonatal diarrhoeic calves. Indian J Vet Med. 20 (1): 18-20.
Samuelson DA. 2007. Veterinary Histology. St. Louis: Saunders Elsevier.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Principles and Procedures of Statistic. A
Biometrical Approach. Ed ke-2. New York (US). Mc Graw Hill Book Co.
Suhesti E. 2010. Dampak pemberian bakteri asam laktat probiotik indigenus
terhadap status hematologi tikus percobaan yang dipapar Enteropatogenik
Escherichia coli (EPEC). [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Wardeh MF. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed.
[Disertasi]. Logan (US) : Utah State University
Wardhana, April H, Kencanawati E, Nurmawati, Rahmaweni, Jatmiko JB. 2001.
Pengaruh peberian sediaan patikaan kebo (Eupdorbia hirta l) terhadap
jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit pada ayam
kampung yang diinfeksi dengan Eimeria tenella. JITV 6(2): 126-133.

15

Winarsih W. 2005. Pengaruh probiotik dalam pengendalian salmonellosis
subklinik pada gambaran patologis dan performa ayam. [Tesis]. Bogor (ID).
IPB.

16

Lampiran 1 ANOVA konsumsi bahan kering
SK
Db
JK
KT
Perlakuan 2
0.207
0.104
Error
6
0.292
0.049
Total
8
0.499

Fhitung
2.131

Sig
0.200

ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

Lampiran 2 ANOVA jumlah eritrosit
SK
db
JK
KT
Perlakuan 2
0.071
0.035
Error
6
0.92
0.015
Total
8
0.162

Fhitung
2.309

Sig
0.180

ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

Lampiran 3 ANOVA konsentrasi hemoglobin
SK
db
JK
KT
Perlakuan 2
0.285
0.143
Error
6
1.095
0.182
Total
8
1.380

Fhitung
0.781

Sig
0.500

ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

Lampiran 4 ANOVA nilai hematokrit
SK
db
JK
KT
Perlakuan 2
2.389
1.194
Error
6
11.833
1.972
Total
8
14.222

Fhitung
0.606

Sig
0.576

ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit:
nilai hitung, Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

Lampiran 5 ANOVA jumlah leukosit
SK
Db
JK
KT
Perlakuan 2
0.048
0.024
Error
6
0.142
0.024
Total
8
0.190

Fhitung
1.020

Sig
0.416

ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

17

Lampiran 6 ANOVA persentase netrofil
SK
Db
JK
KT
Perlakuan 2
0.298
0.149
Error
6
0.097
0.016
Total
8
0.395

Fhitung
9.199

Sig
0.015

*

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, *: signifikan

Lampiran 7 ANOVA persentase limfosit
SK
Db
JK
KT
Perlakuan 2
0.062
0.031
Error
6
0.047
0.008
Total
8
0.110

Fhitung
3.924

Sig
0.081 ts

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah,
Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan

18

Lampiran 8 Foto-foto dokumentasi penelitian

Sampel pedet penelitian

Sampel darah pedet dalam
tabung EDTA

Jus silase penelitian dalam gelas

Alat pres silase

Silase penelitian dalam kemasan plastik

Hematology analizer di
Laboratorium Yasa, Bogor

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 20 Agustus
1991. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara
dari pasangan Bapak Wahono dan Ibu Eti Priyani. Penulis
menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiyah NU GarumBlitar pada tahun 2004-2007 dan Madrasah Aliyah Ma’arif
NU Kota Blitar pada tahun 2007-2010. Penulis masuk IPB
lewat jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian
Agama RI pada tahun 2010 dan diterima di Institut Pertanian
Bogor Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER), staf PSDM CSS MORA
IPB tahun 2012 dan sekretaris Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama IPB
(KMNU IPB) 2013. Penulis pernah menjadi ketua kelompok Program Kreatifitas
Mahasisiwa di bidang Penelitian (PKM-P) yang didanai oleh DIKTI pada tahun
2013 yang berjudul Tepung Lidah Buaya sebagai Antibiotik Alami untuk
Meningkatkan Performa Puyuh Coturnix coturnix japonica. Pada tahun 2014
penulis diberikan kesempatan dalam melaksanakan Program Kreatifitas
Mahasiswa di bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yang didanai oleh DIKTI
dengan judul Penerapan Sistem Pertanian Terpadu dengan Konsep LEISA (Low
Eksternal Input Suistainable Agriculture) di Pondok Pesantren Darul Amal Kec.
Jampangkulon, Sukabumi.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dikti-BOPTN (2013-2014) yang telah
mendanai penelitian ini yang diketuai oleh Prof Dr Ir Nahrowi MSc. Terima kasih
pula saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Nahrowi MSc dan Ibu Prof Dr Ir Yuli
Retnani MSc selaku pembimbing skripsi saya yang selalu sabar dalam
membimbing dan mendidik penulis, serta Bapak Dr Anuraga Jayanegara Spt MS
selaku dosen pembahas seminar saya pada tanggal 19 Mei 2014, Prof Dr Ir Dewi
Apri Astuti MS dan Dr Ir Afton Atabani MSi selaku dosen penguji sidang serta Dr
Ir Lilis Khotijah MSi selaku panitia sidang yang telah banyak memberikan
masukan serta saran.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman penelitian: kak
Oman dan kak Ade, karyawan kandang penelitian, bapak Soleh FKH IPB, serta
staf Laboratorium Yasa Bogor, Laboratorium Mikrobiologi Klinis FKH IPB,
Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Pakan Fakultas Peternakan IPB
yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian berlangsung. Penulis
sampaikan terima kasih juga kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga atas segala
doa, dukungan serta kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada sahabat tercinta Nely Nurul Faizah, Ayu Lailiatul M, Shufia El
Tsaura, Mbak Yati serta teman-teman INTP 47 yang telah banyak memberikan
semangat, hiburan, dukungan serta perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga segala amal kebaikan kalian semua dibalas
dengan yang lebih baik oleh Allah SWT.