Sumber-Sumber Risiko Produksi Usahaternak Ayam Broiler Pada Peternakan Mitra Dramaga Unggas Farm (DUF)

SUMBER-SUMBER RISIKO PRODUKSI USAHATERNAK
AYAM BROILER PADA PETERNAKAN MITRA
DRAMAGA UNGGAS FARM (DUF)

ADELINA FITRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sumber-Sumber Risiko
Produksi Usahaternak Ayam Broiler Pada Peternakan Mitra Dramaga Unggas
Farm adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Adelina Fitri
NIM H34100072

ABSTRAK
ADELINA FITRI. Sumber-Sumber Risiko Produksi Usahaternak Ayam Broiler
Pada Peternakan Mitra Dramaga Unggas Farm (DUF). Dibimbing oleh YANTI
NURAENI MUFLIKH.
Peternakan Ayam Broiler merupakan salah satu usaha yang memiliki
potensi dalam kontribusi daging nasional. Kabupaten Bogor merupakan salah satu
sentra produksi ayam broiler di Jawa Barat sehingga mendorong tumbuhnya
perusahaan mitra seperti Dramaga Unggas Farm. Adanya mortalitas mengindikasi
terjadinya risiko produksi pada peternakan ayam broiler. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas
setiap sumber risiko dengan metode z-score dan menganalisis dampak sumbersumber risiko produksi dengan metode value at risk serta strategi yang dilakukan
oleh peternak mitra Dramaga Unggas Farm. Sumber Risiko yang ditemukan pada
peternakan ayam broiler adalah cuaca, predator, kepadatan kandang, layout
kandang, pascavaksinasi, kaki kering (dehidrasi) dan penyakit. Hasil pemetaan

risiko menunjukan bahwa ada dua strategi, yaitu strategi preventif dan strategi
mitigasi. Penyakit adalah sumber risiko yang memiliki kemungkinan dan dampak
yang paling besar. Sebaiknya peternak mengutamakan strategi untuk mengurangi
dampak dan probabilitas oleh sumber risiko penyakit.
Kata kunci : Ayam broiler,Sumber risiko produksi, z-score, value at risk.

ABSTRACT
ADELINA FITRI. Sources of Production Risk on Broiler Farm in Partner
Farmers Dramaga Unggas Farm (DUF). Supervised by YANTI NURAENI
MUFLIKH.
Broiler farms is one of the businesses that has the potential for national
poultry supply. Bogor District is one of broiler production central in West Java.So
grow the companypartners on broiler farm such as Dramaga Unggas Farm (DUF).
The mortality indicated the presence of production risk in partner farmers
Dramaga Unggas Farm. The purpose of this research are to analyze thesources of
production risk, analyze the probability of risk sources, analyze the impact of risk
sources and alternative strategic for handling it. Identification of production risk
in broiler farm use descriptive analysis resulted such as risk of weather, predators,
cage density, layout cage, post-vaccination, dry feet (dehydrated), and disease.
This research using Probability analysis with Z-score method and Implication

Analysis with VaR method. The results mapping risk indicate that there two kinds
of management strategies such as preventive and mitigation strategies. The
disease was the source of risk that had the highest probability and the worst
impact. The farmers should do strategy by prioritizing strategy that caused by a
source of risk of disease.
Key words : Broiler farms, sources of production risk, Z-score, Value at Risk

SUMBER-SUMBER RISIKO PRODUKSI USAHATERNAK AYAM
BROILER PADA PETERNAKAN MITRA
DRAMAGA UNGGAS FARM (DUF)

ADELINA FITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Sumber-Sumber Risiko Produksi Usahaternak Ayam Broiler Pada
Peternakan Mitra Dramaga Unggas Farm (DUF)
Nama
: Adelina Fitri
NIM
: H34100072

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni M, SP, M.Agribuss
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sumber-Sumber Risiko Produksi Usahaternak Ayam Broiler Pada Peternakan Mitra
Dramaga Unggas Farm (DUF)” dengan penelitian yang telah dilakukan sejak Januari
2014.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yanti Nuraeni
Muflikh, SP, M.Agribuss atas bimbingannya selama penulisan skripsi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ir. Popong Nurhayati, MM dan Anita Primaswari
W, SP, Msi selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Kemudian
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Nur Riyadi selaku pimpinan
Dramaga Unggas Farm (DUF) atas pemberian izin untuk melakukan penelitian.
Penulis pun tak lupa berterima kasih kepada bapakAsep Tahyana dan bapak Rofi
Zaenal selaku Penyuluh lapang Dramaga Unggas Farm beserta kesepuluh peternak
mitra Dramaga Unggas Farm atas kerja samanya selama melakukan pengambilan

data. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada Penelitian Unggulan Departemen
(PUD) yang telah membantu dalam kemudahan pencarian objek penelitian. Penulis
juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr Rudi Afnan, S.Pt, MSc yang telah
memberikan banyak informasi di bidang peternakan unggas.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-teman atas doa dan
dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi, namun demikian penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2014

Adelina Fitri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5


Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

8

Ruang Lingkup Penelitian

8

TINJAUAN PUSTAKA

8

Sumber-sumber risiko produksi

8


Metode penilaian sumber-sumber risiko

9

Metode Penilaian risiko usahatani

10

Strategi pengelolaan Risiko

10

KERANGKA PEMIKIRAN

12

Kerangka pemikiran teoritis

12


Kerangka pemikiran operasional

17

METODE PENELITIAN

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data

19

Metode pengumpulan data

20


Metode Pengolahan Data

20

Analisis Deskriptif

20

Analisis sumber-sumber risiko

21

GAMBARAN UMUM

26

Deskripsi perusahaan

26

Karakteristik Peternak Mitra

27

Proses Budidaya Ayam Broiler

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

35

Analisis Sumber-Sumber Risiko Produksi

35

Analisis probabilitas Risiko Produksi

45

Analisis Dampak Risiko Produksi

47

Pemetaan Risiko Produksi

48

Strategi Penanganan Risiko Produksi

50

SIMPULAN DAN SARAN

54

Simpulan

54

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

73

DAFTAR TABEL
1

Perkembangan produksi daging, susu dan telur di Indonesia tahun 2009- 2013
1
2 Pertumbuhan konsumsi daging segar per kapita per tahun periode 2009-2012
di Indonesia (Kg/kapita/tahun)
2
3 Kontribusi daging ayam broiler terhadap total produksi daging nasional tahun
2009-2013
2
4 Populasi ayam broiler di Pulau Jawa tahun 2010-2012 (ekor)
3
5 Wilayah sentra ayam broiler di Jawa Barat tahun 2012
4
6 Perkembangan populasi ayam broiler di kabupaten Bogor pada tahun 20082012 (ekor)
4
7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Dramaga Unggas Farm. 6
8 Data Jumlah dan lokasi peternak mitra Dramaga Unggas Farm
27
9 Karakteristik sepuluh peternak mitra Dramaga Unggas Farm
28
9 Suhu Ideal pemeliharaan ayam broiler
34
10 Probabilitas sumber-sumber risiko produksi ayam broiler peternakan mitra
Dramaga Unggas Farm pada skala usaha 3000 ekor
45
11 Hasil analisis dampak risiko produksi ayam broiler peternakan mitra Dramaga
Unggas Farm pada skala usaha 3000 ekor
47
12 Hasil analisis status risiko produksi usahaternak ayam broiler pada peternakan
mitra Dramaga Unggas Farm.
48

DAFTAR GAMBAR
1

Tingkat mortalitas pada salah satu peternakan ayam broiler milik peternak
mitra Dramaga Unggas Farm (DUF)
7
2 Peta risiko
16
3 Kerangka pemikiran operasional
18
4 Peta risiko
24
5 Preventif risiko
25
6 Mitigasi risiko
26
7 Disinfektan yang digunakan untuk sterilisasi kandang dan peralatan
30
8 Peralatan pakan minum yang sudah dibersihkan
30
9 Alat pakan DOC (a), tempat minum otomatis (b), tempat minum manual (c)
31
10 DOC yang baru tiba
32
11 Pakan Starter(kiri), pakan grower dan finisher (kanan)
32
12 Vaksin dengan tetes mata (kiri), vakasin ND dicampur air minum (kanan) 33
13 Antibiotik Protek Enro dan Neocamp
33
14 Pemanas semawar dan pemanas dengan kayu bakar
34
15 Menimbang dan pemikulan ayam saat panen
35
16 Grafik identifikasi sumber risiko produksi usahaternak ayam broiler setiap
minggunya selama satu periode
36
17Ayam yang mati akibat perubahan cuaca yang ekstrim (kiri) dan ayam yang
mati akibat cuaca panas (kanan)
37
18 Ayam yang mati akibat predator berupa kucing
38

19 Kandang yang menggunakan jaring kawat
39
20 Kondisi kandang yang padat mengakibatkan kematian pada ayam
40
21 Kondisi lantai kandang yang renggang yang mengakibatkan kematian pada
ayam.
41
22 Kematian ayam akibat pascavaksinasi
42
23 Kaki ayam yang kering (kiri) dan kaki ayam yang sehat (kanan)
42
24 Kematian ayam akibat penyakit Omphalitis (a), Colibacillosis (b), , Coryza
(c) dan Infection Bursal Disease (gumboro) (d)
43
25 Hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi pada peternakan mitra
Dramaga Unggas Farm
49
26 Usulan strategi preventif pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm
53
27 Usulan strategi mitigasi pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm
54

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4

Hasil analisis probabilitas sumber-sumber risiko produksi pada peternakan
mitra DUF skala usaha 3000 ekor
58
Hasil analisis dampak dari masing-masing sumber risiko produksi pada skala
usaha 3000 ekor
61
Kontrak kemitraan Dramaga Unggas Farm
62
Data kematian ayam pada setiap responden
63

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian dalam Produk Domestik
Bruto nasional menempati urutan kedua yaitu 14.7 persen setelah sektor industri
pengolahan yang memiliki nilai kontribusi terbesar terhadap PDB nasional sebesar
24.3 pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik 2012). Namunberkembangnya sektor
industri pengolahan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan sektor
pertanian karena keberlangsungan usaha industri pengolahan bergantung pada
bahan baku yang berasal dari sektor pertanian.Salah satu subsektor dari sektor
pertanian adalah subsektor peternakan.
Subsektor peternakan merupakan penghasil utama daging,susu dan telur.
Tiga produk tersebut merupakan produk andalan yang diproduksi untuk
perkembangan peternakan khususnya di Indonesia.Perkembangan produksi dari
daging,susudan telur di Indonesia tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Perkembangan produksi daging,susu dan telur di Indonesia tahun 20092013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Daging
(000 ton)
2204.9
2366.2
2554.2
2666.1
2827.8

r(%)
7.31
7.94
4.38
6.06

Telur (000
ton)
1306.9
1366.2
1456.2
1628.7
1718.9

r(%)
4.53
6.58
11.84
5.53

Susu (000
ton)
827.2
909.5
974.7
959.7
981.6

r(%)
9.94
7.16
-1.53
2.28

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa produksi daging merupakan
komoditi dengan produksi terbesar dari hasil peternakan di Indonesia. Selain
kuantitas produksi yang besar dibandingkan dengan telur dan susu, perkembangan
produksi daging selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi daging
adalah produk utama dan terbesar dari subsektor peternakan. Perkembangan
produksi daging terjadi akibat adanya pertumbuhan konsumsi akan daging segar.
Berikut ini adalah pertumbuhan konsumsi daging segar di Indonesia periode
2009-2012

2

Tabel 2 Pertumbuhan konsumsi daging segar per kapita per tahun periode 20092012 di Indonesia (Kg/kapita/tahun)
Tahun
No

Komoditi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8

Daging Sapi
Daging Kerbau
Daging Kambing
Daging Babi
Daging Ayam ras
Daging Ayam kampung
Daging Unggas lainnya
Daging Lainnya

2009

2010

2011

2012

0.313
0.000
0.000
0.209
3.076
0.521
0.052
0.052

0.365
0.000
0.000
0.209
3.546
0.626
0.052
0.052

0.417
0.000
0.052
0.261
3.650
0.626
0.052
0.052

0.365
0.000
0.000
0.209
3.494
0.521
0.052
0.052

Laju
Pertumbuhan
(%)
6.13
0
0
1.67
4.63
1.13
0
0

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Pada tabel 2 menunjukan bahwa laju pertumbuhan konsumsi pada produk
daging sapi memiliki persentase yang besar namun tingkat konsumsi daging ayam
ras memiki tingkat konsumsi paling besar dari tahun 2009 sampai tahun 2012
dengan laju pertumbuhan yang positif yang berarti setiap tahun terjadi
pertumbuhan konsumsi pada daging ayam ras. Sehingga daging ayam ras
memiliki potensi untuk dikembangkan.
Subsekstor peternakan pada peternakan ayam ras yang memiliki produksi
yang cukup besar salah satunya adalah peternakan ayam broiler. Ayam broiler
mampu menghasilkan daging seberat 1.6 kg dalam usia relatif cepat yaitu 5
hingga 6 minggu saja (Rasyaf 1995).Sehingga hal tersebut menjadikan
keunggulan produksidaging ayam broiler dibanding daging lainnya yaitu
denganpertumbuhannya yang cepat dan bobot yang tinggi dalam waktu yang
relatif pendek, siap potong di usia muda,konversi pakan yang relatif kecil serta
menghasilkan kualitas daging yang bergizi. Adapun kontribusi produksi daging
ayam broilerterhadap total produksi daging di Indonesia dapat di lihat pada 3.
Tabel 3 Kontribusi daging ayam broiler terhadap total produksi daging nasional
tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013*

Produksi daging ayam broiler
(000 ton)
1 101.8
1 214.3
1 337.9
1 400.5
1 479.8

Produksi daging nasional
(000 ton)
2 204.9
2 366.2
2 554.2
2 666.1
2 827.8

Kontribusi
(%)
49.97
51.30
52.38
52.53
52.33

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)

Berdasarkan tabel 3 menunjukan produksi daging ayam broiler memberikan
kontribusi sangat besar bagi produksi daging nasional. Pada tahun 2013 kontribusi
daging ayam broiler mencapai 52.33 persen yang berarti setengah dari produksi
daging nasional dihasilkan oleh produksi daging ayam broiler. Sehingga ayam
broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia.

3

Kuantitas produksi ayam broiler yang besar ini merupakan potensi yang harus
dikelola dengan baik agar usaha peternakan ayam broiler di Indoensia akan terus
berkembang.
Peternakan ayam broiler tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia,
khususnya daerah pulau Jawa yang merupakan daerah populasi ayam broiler
terbanyak. Usaha peternakan unggas ayam broiler merupakan usaha yang
memiliki prospek pasar yang sangat baik karena harganya yang terjangkau di
kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini di tunjukan dengan adanya perkembangan
populasi ayam broiler di Pulau Jawa yang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun yang dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4 Populasi ayam broiler di Pulau Jawa Tahun 2010-2012 (ekor)
No
1
2
3
4
5

Provinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D I Yogyakarta
Jawa Timur

2010
132 200
497 814 154
64 332 799
5 435 521
56 993 631

Tahun
2011
136 200
583 263 441
66 239 700
5 770 832
149 552 720

2012
148 700
610 436 303
76 906 291
5 814 935
155 945 927

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan(2013)

Berdasarkan tabel 4 dapat di lihat bahwa adanya peningkatan populasi
ayam broiler dari tahun 2010 sampai tahun 2012 di setiap provinsi. Hal ini
menunjukan bahwa usaha peternakan ayam broiler di pulau jawa mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun, khususnya di provinsi Jawa Barat yang
memiliki tingkat populasi ayam broiler tertinggi di pulau Jawa.Jawa Barat
merupakan salah satu sentra produksi unggas ayam broiler di Indonesia karena
kondisi alam yang mendukung untuk usaha peternakan ayam broiler.
Indonesia termasuk daerah beriklim tropis dengan rata-rata suhu sekitar
25.2-27.90C setiap harinya. Suhu ideal untuk mencapai berat optimum pada
broiler yaitu 10-220C dan 15-270C untuk efisiensi pakan. Karena itu, lokasi
kandang sebaiknya di tempat tinggi agar suhu kandang tidak jauh berbeda dengan
kebutuhan optimum. Pada tempat yang semakin tinggi diatas permukaan laut (dpl),
suhu udara semakin rendah, sehingga ternak akan mengonsumsi pakan lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan energinya (Mulyantini 2010).
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di
Jawa Barat. Jumlah populasi ayam broiler pada kabupaten Bogor sangat besar
dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Jumlah Populasi ayam broiler di beberapa kabupaten di Jawa Barat dapat di lihat
pada tabel 5.

4

Tabel 5 Wilayah Sentra Ayam Broiler di Jawa Barat Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kabupaten/kota

Jumlah (ekor)

Kab. Bogor
Kab. Sukabumi
Kab. Cianjur
Kab. Bandung
Kab. Tasikmalaya
Kab. Ciamis
Kab. Kuningan
Kab. Cirebon
Kab. Majalengka
Kab. Sumedang
Kab. Indramayu
Kab. Subang
Kab. Purwakarta
Kab. Karawang
Kab. Bekasi
Kab. Bandung Barat

17 684 762
8 247 290
6 072 328
2 443 390
6 143 350
14 029 441
2 233 240
1 144 154
1 401 161
3 359 254
7 650 117
7 067 770
2 935 896
10 612 896
2 248 187
4 290 036

Sumber :Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2012)

Selain jumlah populasi yang tinggi, kabupaten Bogor memilki
pertumbuhan populasi yang semakin tinggi dan selalu positif sejak tahun 2009
hingga tahun 2012. Pertumbuhan populasi ayam broiler tersebut mengindikasi
bahwa kabupaten Bogor memiliki potensi besar dalam memproduksi ayam broiler.
Angka perkembangan populasi ayam broiler di kabupaten Bogor dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan populasi ayam broilerdi kabupaten Bogor pada tahun
2008-2012 (ekor)
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Populasi
13 775 475
14 363 496
15 771 780
17 175 302
17 684 762

r(%)
4.26
9.80
8.89
2.96

Sumber : Dinas Peternakan provinsi Jawa Barat (2013)

Perkembangan populasi ayam broiler di kabupaten Bogor menunjukan
pertumbuhan yang positif sehingga mendorong berkembangnya peternakan ayam
broiler. Namun Peternak ayam broiler di Indonesia masih terkendala oleh modal
yang terbatas untuk kelangsungan usahanya maka banyak bermunculan
perusahaan mitra untuk membantu kelangsungan usaha para peternak. Semakin
berkembangnya perusahaan mitra maka peternak mandiri dapat bergabung dengan
tujuan untuk meningkatkan pendapatan,meningkatan kualitas sumberdaya serta
meningkatkan skala usaha dari sisi peternak maupun perusahaan. Selain itu tujuan
peternak bermitra dengan perusahaan inti adalah untuk meminimalisir risiko.

5

Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang seiring bertambah
banyaknya peternak ayam broiler. Salah satunya perusahaan inti berada di
kabupaten Bogor yaitu Dramaga Unggas Farm (DUF). Kewajiban Dramaga
Unggas Farm sebagai perusaahaan inti yaitu memenuhi kebutuhan sarana
produksi ternak dan memberikan kepastian harga jual produk serta menjamin
pemasaran atas produk yang dihasilkan. Namun usaha peternakan dengan intiplasma ini masih menghadapi risiko produksi dalam usahaternaknya. Risiko
produksi pada usahaternak ayam broiler disebabkan oleh berbagai faktor yang
berasal dari lingkungan produksi, sarana produksi yang digunakan dan tenaga
kerja yang digunakan. Salah satu sumber risiko produksi pada peternakan ayam
broiler adalah adanya penyakit.
Penyakit yang menyerang unggas mengalami pasang surut yang ditentukan
oleh berbagai faktor. Namun jika diamati dengan seksama perkembangan
penyakit dari tahun ke tahun cenderung menunjukkan pola yang sama.Kondisi ini
sudah seharusnya mulai menjadi perhatian dari semua pihak terutama yang terkait
dengan produksi unggas mulai dari breeding hingga komersial farm1.
Sumber-sumber risiko produksi pada usaha ternak ayam broiler perlu di
identifikasi untuk mengetahui penyebab dari risiko produksi ayam broiler agar
dapat ditangani dengan baik. Dampak dari kerugian pada setiap risiko yang terjadi
perlu untuk diperhitungkan karena berpengaruh langsung terhadap pendapatan
yang di terima oleh peternak. Maka akan dikaji sumber-sumber risiko produksi
pada usaha ternak ayam broiler serta kemungkinan terjadinya risiko dan dampak
kerugian yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko produksi ayam broiler.
Perumusan Masalah
Perusahaan mitra bidang peternakan ayam broiler di Indonesia semakin
berkembang. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler memiliki modal yang
terbatas sehingga memilih bermitra dengan perusahaan inti agar dapat membantu
kelangsungan usahanya. Salah satu perusahaan mitra yang berada di kabupaten
Bogor yaitu Dramaga Unggas Farm (DUF) yang merupakan perusahaan inti
yang bergerak di bidang peternakan ayam broiler. Perusahaan ini memiliki
peternak mitra yang tersebar di berbagai kecamatan di kabupaten Bogor yaitu
kecamatan Dramaga, Nanggung, Pamijahan,Cibungbulang,Ciampea, Ciseeng dan
Tenjolaya. Tujuan peternak ayam broiler bermitra yaitu untuk meningkatkan
pendapatan, mendapat jaminan pasar dan dapat meminimalkan risiko khususnya
risiko harga.Kunggulan kemitraan bagipeternak plasma adalah mendapat
kepastian harga produk darikontrak yang ditetapkan sehinggadapat membantu
peternak mitra dalam menghadapi penurunan harga ayam hidup di pasar sehingga
tidak terjadi kerugian besar akibat risiko harga.
Namun risiko produksi tidak dapat dihindari dari usaha peternakan ini
meskipun peternak sudah bermitra dengan perusahaan inti,sehingga risiko
1

Poultry Indonesia. 2013. Proyeksi
http://poultryindonesia.com// [30 Desember 2013]

Penyakit

Unggas

2014.

6

produksi harus tetap dihadapi oleh peternak plasma. Risiko produksi terjadi
karena adanya sumber-sumber risiko produksi.Salah satu sumber-sumber risiko
produksi ayam broiler yang sering dijumpai pada bulan terakhir ini adalah
ketidaktentuan cuaca dan iklim yang merupakan faktor ekternal yang tidak dapat
dihindari oleh para peternak mitra maupun perusahaan inti. Salah satu kondisi
cuaca di Indonesia adalah curah hujan tinggi, lembab, dan panas. Namun ketiga
kondisi itu tidak akrab dengan ayam ras pada umumnya khususnya terhadap ayam
broiler yang kondisi optimalnya pada suhu diantara 19-21oC (Rasyaf 1995).
Sumber risiko produksi selain cuaca dan iklim adalah penyakit. Ayam
broiler sangat rentan terhadap gangguan dari berbagai macam penyakit.
Penyebabrentannya ayam broiler terhadap penyakit adalah karena kualitas DOC
yang kurang baik. Selain itu kandungan amoniak yang tinggi karena
penggumpalan kotoran pada sekam di dalam kandang akan memicu penyakit pada
ayam dan peralatan yang kurang higienis serta kualitas air minum yang diberikan.
Faktor-faktor inilah yang dapat menimbulkan penyakit bila peternak tidak hatihati. Penyakit yang sering menyerang ayam broiler pada peternak mitra Dramga
Unggas Farm adalahCronic Respiratory Disease (CRD),Coryza (Snot),Newcastle
Disease
(tetelo),Infection
Bursal
Disease(gumboro)
,
Omphalitis,
Aspergillosisdan Colibacillosis.
Mortalitas ayam broiler pada peternakan merupakan indikasi adanya risiko
produksi. Dengan adanya mortalitas ini yang menyebabkan hasil yang diperoleh
peternak menjadi lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang diharapkannya oleh
peternak. Tabel 7 di bawah ini akan menggambarkan tingkat mortalitas ayam
broiler pada salah satu peternak mitra Dramaga Unggas farm yang sudah bermitra
selama 3 tahun. Tingkat mortalitas ayam broiler milik salah satu peternak mitra
DUF disajikan pada 6 periode di tahun 2013 yang secara umum di sebabkan oleh
perubahan cuaca dan beberapa penyakit yang menyerang disetiap musimnya.
Tabel 7 Tingkat mortalitas pada salah satu peternak mitra Dramaga Unggas Farm.
Periode

1 (Jan-Feb 2013)
2 (Mar-Apr 2013)
3 ( Mei-Jun 2013)
4 (Jul-Agt 2013)
5 (Sept-okt 2013)
6 (Nov-Des 2013)

Jumlah
Jumlah panen
Jumlah
Tingkat
DOC
(ekor)
kematian (ekor) mortalitas (%)
awal (ekor)
6000
5855
145
2.41
6000
5533
467
7.78
6000
5534
466
7.77
6000
5241
759
12.65
6000
5806
194
3.23
6000
5526
474
7.90

Sumber : Dramaga Unggas Farm (2013) (data diolah)

Tingkat mortalitas ayam broiler pada salah satu peternak mitra Dramaga
Unggas Farm terhitung sangat tinggi yaitu lebih dari batas mortalitas maksimum
(5 persen). Pada periode ke empat tingkat mortalitas sampai 12.65 persen yang
mengindikasi adanya risiko produksi pada peternakan ayam broiler pada peternak
mitra Dramaga Unggas Farm (DUF).

7

14
12
10
8

batas maksimal (%)

6

tingkat mortalitas (%)

4
2
0
jan-feb mar-apr mei-jun jul-agt sept-okt nov-des

Gambar 1 Tingkat mortalitas pada salah satu peternakan ayam broiler milik
peternak mitra Dramaga Unggas Farm (DUF)
Tingginya tingkat mortalitas tersebut menjadikan dasar untuk melakukan
penelitian analisis sumber-sumber riskoproduksi pada peternakan mitra Dramaga
Unggas Farm (DUF). Selain tingginya mortalitas, besar risiko dari salah satu
peternak mitra Dramaga Unggas Farm mencapai 0.04. Hasil tersebut di peroleh
dari perhitungan koefisien variasi yaitu membagi standar deviasi (penyimpangan)
dengan expected return yang di peroleh dari jumlah ayam yang dipanen. Sehingga
diperoleh koefisien variasi sebesar 0.04 yang berarti setiap produksi satu ekor
ayam broiler yang diharapkan akan menghadapi risiko sebesar 0.04 pada skala
usaha dengan populasi 6000 ekor ayam broiler. Angka 0.04 atau 4 persen ini
mendekati batas maksimum mortalitas yaitu 5 persen sehingga mengindikasikan
adanya risiko produksi pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm.Sesuai
dengan uraian diatas,maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang terdapat pada usahaternak
ayam broiler pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm?
2.
Berapa besar probabilitas serta dampak dari masing masing sumber risiko
produksi pada usahaternak ayam broiler ?
3.
Bagaimana alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko
pada usahaternak ayam broiler ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai
melalui penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi selain sumber yang sudah
ditemukan pada penelitian sebelumnya pada usahaternak ayam broiler pada
peternakan mitra Dramaga Unggas Farm.
2.
Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada setiap sumber
risiko produksi serta strategi pengelolaan risiko pada usahaternak ayam
broiler pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm.

8

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni:
1.
Bagi perusahaan inti, sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan Dramaga
Unggas Farm dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan
serta prosedur dalam bermitra dengan peternak plasma.
2.
Bagi peternak mitra, dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam
manajemen pengendalian risiko produksi usahaternak ayam broiler .
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.
3.
4.

Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler fase
pembesaran yang diusahakan oleh peternak mitra Dramga Unggas Farm
Penelitian ini menggunakan data kematian ayam periode produksi bulan
februari-Maret 2014 yaitu dari masuknya DOC sampai panen.
Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai sumber-sumber risiko
produksi pada usaha ternak ayam broiler.
Responden yang di pilih yaitu 10 peternak yang tersebar di kecamatan
Dramaga,Cibungbulang dan Ciampea yang didasarkan oleh kesamaan waktu
periode masuknya DOC sehingga dapat mewakili peternak lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-sumber risiko produksi
Sumber-sumber risiko pada usaha produksi peternakan dari segi teknis
(proses produksi) sebagian besar di sebabkan oleh cuaca (perubahan suhu), hama
dan penyakit,teknologi,penggunaan sarana produksi ternak serta kesalahan teknis
dari tenaga kerja (human error). Sumber-sumber risiko tersebut merupakan
sumber risiko produksi pada usaha peternakan. Jika dilihat dari segi non-teknis,
maka sumber-sumber risiko pada usaha peternakan digolongkan pada risiko pasar
yang mencakup fluktuasi harga input dan output.
Pada penelitian David (2013) menjelaskan bahwa sumber risiko produksi
pada usaha peternakan ayam broiler sebagian besar berasal dari faktor penyakit,
cuaca dan iklim serta predator yang sering dihadapi oleh peternak dalam
menjalankan usahanya.Sedangkan pada penelitian Ojo (2005) menjelaskan bahwa
sumber risiko produksi peternakan di Osun, Nigeria teridentifikasi ada lima
sumber yaitu penyakit dan parasit, serangan predator, angin topan, pencurian dan
keracunan pakan. Sumber risiko yang sering dihadapi pada peternakan di Osun,
Nigeria adalah penyakit dan parasit. Demikian juga halnya dengan sumber risiko

9

yang terjadi pada usaha pada bidang hortikultura dan perikanan. Dalam penelitian
Sembiring (2010), Silaban (2011), Jamilah dan Nurhayati (2011) serta Situngkir
(2013) menjelaskan bahwa usaha pada bidang hortikultura dan perikanan sering
menghadapisumber risiko produksi berupa hama dan penyakit.Kesalahan teknis
dari tenga kerja (human error) juga merupakan sebagian besar sumber risiko
produksi dalam usaha bidang pertanian (Situngkir 2013).
Selain hama dan penyakit,faktor cuaca dan iklim, kesalahan teknis dari
tenaga kerja, ada juga beberapa sumber risiko lain yang terdapat pada kegiatan
produksi pertanian. Sumber-sumber tersebut tergantung dari karakteristik
usahanya.Pada penelitian Jamilah dan Nurhayati (2011) sumber Risiko produksi
yang dihadapi pada usaha wortel dan bawang daun adalahfaktor cuaca dan iklim,
hama dan penyakit, kesuburan lahan,input yang digunakan dan kualitas
sumberdaya manusia. Selain itu, Pada usaha produksi jamur tiram putih, bahan
baku yang digunakan,kematangan baglog yang tidak sempurna serta tingkat
kegagalan peralatan yang digunakan merupakan sumber risiko dalam produksinya
(Situngkir 2013). Pada usaha produksi sayuran organik,tingkat kesuburan lahan
merupakan sumber risiko dalam usaha produksinya (Sembiring 2010), berbeda
halnya dengan usaha perikanan ikan hias, kualitas input merupakan sumber risiko
dalam memproduksi ikan hias tersebut (Silaban 2011).
Berdasarkan uraian diatas diperoleh variabel-variabel yang menjadi
sumber-sumber risiko produksi pada pertanian, yaitu faktor cuaca dan iklim, hama
dan penyakit, kesalahan teknis dari tenaga kerja (human error),kualitas
input,perlatan yang digunakan. Sebagian dari variabel-variabel tersebut juga
menjadi sumber risiko pada usaha peternakan ayam broiler pada peternak plasma
Dramaga Unggas Farm di kecamatan Dramaga.
Metode penilaian sumber-sumber risiko
Sumber-sumber risiko diidentifikasi dengan analisis kualitatif. Setelah di
identifikasi, sumber-sumber risiko tersebut dapat di nilai dengan memperlihatkan
tingkat risiko yang paling tinggi hingga yang paling rendah pada suatu usaha.
Salah satunya dengan menggunakan metode nilai standar (analisis z-score) untuk
mengukur probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing masing
sumber risiko produksi yang ada pada suatu usaha dan dengan menggunakan
analisis Value at Risk (VaR) untuk mengukur dampak risiko tersebut. Hasil
perkalian antara probabilitas risiko dan dampak dari risiko tersebut menghasilkan
status risiko. Status risiko akan memeperlihatkan sumber risiko produksi yang
paling besar sampai paling kecil yang seperti telah digunakan oleh David (2013).
Sedangkan pada penelitian Ojo (2005) menggunakan metode bayesian
modeluntuk mencari peluang bersyarat dari sumber-sumber risiko yang telah
teridentifikasi terhadap tipe peternakan yang sudah ada di Osun, Nigeria.
Berbeda dengan metode analisis sumber risiko yang digunakan oleh
Sembiring (2010), Silaban (2011), Jamilah dan Nurhayati (2011) hanya
mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan analisis
kualitatif tanpa melakukan penilaian terhadap sumber-sumber risiko pada suatu
usaha. Sedangkan pada penelitian Situngkir (2013), Sumber-sumber risiko yang
telah diidentifikasi dengan metode kulaitatif kemudian dapat di ukur tingkatannya

10

dengan kuantitatif berdasarkan nilai kerugian yang timbul dari masing-masing
sumber risiko yang ada. Dengan adanya tingkatan nilai kerugian dari setiap
sumber risiko akan menunjukan sumber risko mana yang menimbulkan nilai
kerugian yang paling kecil hingga paling besar.
Metode Penilaian risiko usahaternak
Metode Analais yang dipakai dalam pengukuran risiko antara lain
Variance, Standard Deviation, dan Coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut
berhubungan satu sama lainnya , dimana untuk menghitung variance sebelumnya
harus mengetahui peluang dan expected return dari suatu kejadian dalam suatu
usaha. Alat ukur risiko ini digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang di
hadapi dalam usaha tertentu. Semakin kecil nilai pada variance,standar deviation
dan coefficien variation, maka semakin rendah risiko yang di hadapi.
Pengukuran risiko mengunakan variance,standard deviation dan
coefficient variation telah digunakan oleh Sembiring (2010), Silaban (2011),
Jamilah dan Nurhayati (2011). Para peneliti ini meneliti risiko produksi dalam
suatu perusahaan. Demikian juga dengan Situngkir (2013) yang juga
menggunakan data suatu perusahaan dengan mengamati setiap hari objek
penelitian yang disebabkan oleh sumber risiko pada setiap proses produksi usaha
tersebut.
Berbeda halnya dengan metode analisis risiko yang digunakan oleh David
(2013). Peneliti ini menggunakan metode analisis yang dimulai dari
mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi,mengukur probabilitas atau
kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang
ada pada suatu usahatersebut dengan menggunakan metode nilai standard (analisis
z-score), mengukur dampak risiko dengan menggunakan analisis Value at Risk
(VaR), mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi
strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan.
Strategi pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko yang
terjadi pada suatu usaha. Strategi yang akan dilakukan pada awalnya tentu akan
mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terjadi. Strategi pengelolaan risiko
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.
Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko dalam usaha.
Strategi ini dilakukan jika probabilitas risikonya besar. Strategi mitigasi dilakukan
untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar
(Kountur 2008).
Ada beberapa contoh usaha yang telah melakukan strategi preventif dalam
mengelola risiko produksi pada usahanya seperti usaha sayuran organik pada The
Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Sembiring 2010),
usaha ikan hias pada PT Taufan Fish di kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat
(Silaban 2011), usaha peternakan ayam broiler di kampung Kandang, desa Tegal,

11

kecamatan Kemang,kabupaten Bogor,Jawa Barat (David 2013),usaha peternakan
di Osun, Nigeria. usaha jamur tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom,
kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat (Situngkir 2013), dan
usaha wortel dan bawang daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat
(Jamilah dan Nurhayati 2011).
Strategi preventif yang dilakukan oleh usaha-usaha tersebut tentu berbeda
satu sama lain, tergantung dari karakteristik usaha dan sumber-sumber risiko yang
dihadapi. Pada usaha produksi jamur tiram putih, contoh strategi preventif yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas perawatan dengan menggunakan
termometer ruangan dan higrometer yang berfungsi untuk mengukur kelembabaan
serta membersihkan area produksi serta peralatan yang digunakan untuk
mencegah timbulnya hama penyakit dan melakukan perencanaan pembibitian
yang baik dengan kualitas bahan baku yang baik (Situngkir 2013). Contoh
Strategi preventif yang dilakukan pada usaha produksi sayuran organik adalah
dengan melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman dan adanya
perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan (Sembiring 2010). Sama halnya
dengan penelitian Jamilah dan Nurhayati (2011) yang meneliti mengenai usaha
wortel dan bawang daun menerapkan alternatif penanganan risiko dengan
pengendalian hama secara terpadu (PHT), penyiraman secara rutin pada musim
kemarau, meningkatkan kesuburan tanah dengan pemupukan, penggunaan input
menurut Standard Operational Procedur (SOP) dan mengembangkan sumberdaya
manusia dengan pelatihan dan penyuluhan.
Berbeda halnya dengan Strategi preventif yang dilakukan pada usaha
produksi ikan hias yaitu dengan penerapan teknologi baru seperti teknologi suntik
hormon agar mempercepat proses pematangan gonad ikan dan meningkatkan
manajemen perusahaan yang terarah (Silaban 2011). Pada usaha peternakan ayam
broiler juga dapat menerapkanstrategi preventif yaitu dengan memasang
jaringkawat pada seluruh bagian kandang untuk mencegah serangan predator,
melakukan biosecurity, sistem buka tutup tirai,pembersihan kandang setelah hujan,
pemberian vaksin, vitamin dan obat yang bervariasi dan menggunakan kualitas
DOC yang baik (David 2013). Strategi preventif yang diterapkan pada usaha
peternakan di Osun,Nigeria adalah dengan melakukan manajemen yang efisien
agar sumber risiko penyakit dapat ditangani (Ojo 2005)
Selain strategi preventif, ada beberapa usaha menerapkan strategi mitigasi,
salah satunya adalah dengan melakukan diversifikasi yaitu dengan mengusahakan
lebih dari satu komoditas. Strategi mitigasi dengan diversifikasi juga telah
dilakukan oleh beberapa usaha seperti usaha sayuran organik pada The Pinewood
Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Sembiring 2010), usaha ikan hias
pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Silaban
2011) dan usaha wortel dan bawang daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa
Barat (Jamilah dan Nurhayati 2011).
Untuk menghadapi risiko produksi pada kegiatan produksi ternak
memerlukan penggunaan input yang tepat, teknologi, keterampilan tenaga kerja
yang menjadi faktor utama dan penentu keberhasilan usaha ternak tersebut. Risiko
produksi tersebut perlu mendapatkan penanganan dan perhatian lebih intensif
dengan berbagai strategi penanganan yang tepat agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.

12

Berdasarkan uraian diatas mengenai strategi preventif dan strategi mitigasi
yang dilakukan oleh setiap usaha berbeda sesuai dengan karakteristik usaha dan
sumber-sumber risiko yang dihadapi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran teoritis
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini menjelaskan teori-teori
yang relevan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko serta
teori yang berkaitan dengan topik penelitian
Konsep Risiko
Setiap usaha yang di jalankan oleh pelaku usaha pasti tidak terlepas dari
adanya risiko.Kountur (2008) menyatakan bahwa risiko itu terdiri dari tiga unsur
penting, yaitu kejadian, kemungkinan, dan akibat. Risiko itu berhubungan dengan
suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau
tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Jika
salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi maka pernyataan tersebut bukan risiko.
Menurut Kasidi (2010), risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari
harapan yang dapat menimbulkan kerugian.
Pengertian lain tentang risiko menurut Darmawi (2004) yaiturisiko
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak
diinginkan, atau tidak terduga.Artinya bahwa penggunaan kata kemungkinan
tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian.Ketidakpastian itu merupakan
kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.Kondisi yang tidak pasti tersebut
timbul karena berbagai sebab, antara lain :
1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan teknik mengambil keputusan.
Terdapat persamaan konsep risiko antara Kountur (2008) , Kasidi (2010)
dan Darmawi(2004) yaitu suatu kondisi dengan adanya kemungkinan timbulnya
kerugian atau penyimpangan terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan.
Sedangkan menurut (Djohanputro 2008) mengatakan bahwa risiko dan
ketidakpastian itu berbeda. Perbedaan risiko dan ketidakpastian terletak pada
subjek yang diukur bisa dihitung (risiko) dan tidak bisa dihitung (ketidakpastian)
karena risiko memiliki data pendukung atau informasi sedangkan ketidakpastian
tidak ada data pendukung untuk mengukur kemungkinan kejadian.
Kountur (2008) juga mengemukakan bahwa ada beberapa kategori risiko.
Kategori risiko tersebut tergantung dari sudut pandang mana melihatnya. Risiko
dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu risiko dari sudut pandang
penyebab timbulnya risiko, risiko dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan,

13

risiko dari sudut pandang aktivitas yang dilakukan, dan risiko dari sudut pandang
kejadian yang terjadi, yaitu:
a)
Risiko dari sudut Pandang Penyebab
Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan
kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh
faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga input maupun output, tingkat
bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor
nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan keadaan suhu kandang.
b)
Risiko dari Sudut Pandang Akibat
Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori
risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko
yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya
keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk
menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.
c)
Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Kountur (2008) menyebutkan bahwa segala aktivitas dapat menimbulkan
berbagai macam risiko. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak
jumlah aktivitas yang ada.
d)
Risiko dari Sudut Pandang Kejadian
Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko
yang paling baik. Setiap kegiatan dalam suatu usaha pasti mengandung risiko
dalam pengusahaanya dan risiko tersebut tentunya akan memberikan dampak
kerugian bagi perusahaan. Jenis-Jenis risikonya tergantung dari jenis usahanya
juga, sehingga dalam menentukan strategi untuk menangani risiko yang ada, maka
harus terlebih dahulu diketahui jenis risikonya. Dalam bidang agribisnis, risiko
yang dapat terjadi pada kegiatan usahatani adalah risiko selama proses produksi
berlangsung dan risiko terhadap harga jual. Risiko yang paling utama dihadapi
oleh usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi. Risiko produksi antara lain
disebabkan cuaca dan iklim,serangan hama, input, dan faktor kesalahan tenaga
kerja. Akibat risiko produksi tersebut terjadi penurunan kualitas serta kuantitas
hasil panen. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh fluktuasi harga input dan
harga output yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan
penawaran produk.
Sumber-Sumber Risiko
Risiko merupakan hal yang sulit bahkan tidak bisa dihindari pada suatu
kegiatan atau aktivitas usahatani dan apabila risiko terjadi maka akan
menimbulkan kerugian. Suatu perusahaan harus mampu mengidentifikasi risikorisiko apa saja yang dihadapi sebelum membuat strategi untuk mengendalikan
risiko tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengidentifikasi
sumber-sumber yang menimbulkan risiko. Menurut Harwood,et al. (1999) ada
lima sumber-sumber risiko yaitu,
1.
Risiko produksi (Yield Risk)
Merupakan kegagalan yang terjadi dalam proses budidaya atau dalam
proses memproduksi suatu komoditas yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Contohnya berhubungan dengan
keadaan alam seperti kelembaban kandang, perubahan suhu di dalam kandang,
serta serangan hama dan penyakit yang tidak terkontrol.

14

2.

Risiko pasar (Market Risk)
Merupakan risiko yang terjadi akibat dari tidak stabilnya harga komoditi
yang dihasilkan dari usaha (output) dan harga sumber daya (input) yang
digunakan untuk menghasilkan komoditi tersebut (fluktuasi harga output dan
input). Namun, selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan
terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar
sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar
perusahaan dibandingkan dengan pembeli. Pada akhirnya risiko harga tersebut
akan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh petani.
3.
Risiko Kelembagaan (Institusional Risk)
Risiko kelembagaan muncul sebagai akibat dari perubahan kebijakan atau
peraturan yang mempengaruhi sektor pertanian.Sebagai contoh, perubahan dalam
peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida untuk tanaman atau obatobatan untuk ternak, keputusan negara asing dalam membatasi impor dari
tanaman tertentu.Risiko kelembagaan lainnya mungkin timbul dari perubahan
kebijakan yang mempengaruhi pembuangan kotoran hewan, pembatasan dalam
praktek konservasi atau penggunaan lahan, atau perubahan kebijakan pajak
penghasilan atau kebijakan kredit.
4.
Risiko Sumber Daya Manusia (Personal Risk)
Risiko sumber daya manusia dapat muncul sebagai akibat dari kematian
tenaga kerja, perceraian, cedera, kesahatan yang buruk. Selain itu, perubahan
tujuan individu yang terlibat dalam perusahaan akan memiliki pengaruh yang
signifikan dalam sistem operasional perusahaan dalam jangka panjang. Risiko aset
misalnya pencurian, kebakaran, kerusakan, juga dapat terjadi.
5.
Risiko Keuangan (Financial Risk)
Risiko keuangan berbeda dengan risiko usaha yang sudah dijelaskan
sebelumnya.Risiko ini erat kaitannya dengan fluktuasi suku bunga pinjaman
modal, kenaikan upah minimum regional (UMR), hutang piutang yang macet, dan
aliran uang yang rendah.
Menurut Kountur ( 2004) ada tiga faktor penyebab terjadinya suatu risiko
(kemungkinan kejadian yang merugikan) pada perusahaan, yaitu faktor fisik,
faktor sosial dan faktor ekonomi.
1.
Penyebab dari faktor fisik
Beberapa risiko disebabkan oleh faktor fisik, seperti api, angin, banjir,
gempa bumi, dan kadaluarsa. Risiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini bisa
dikelompokan ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor fisik alam yang
disebabkan faktor alam yang tidak dapat di kendalikan manusia seperti cuaca dan
iklimyang merupakan salah satu sumber risiko pada peternakan ayam broiler dan
faktor fisik non alam yang disebabkan faktor fisik berupa teknologi yang
diciptakan manusia seperti mesin mogok akibat kehabisan bahan bakar.
2.
Penyebab dari faktor sosial
Faktor sosial pada umumnya berhubungan dengan kondisi atau tingkah
laku manusia. Risiko yang disebabkan oleh faktor sosial, antara lain kelalaian,
penipuan, pencurian, tidak kompeten, demonstrasi dan pemogokan. Faktor sosial
ini dibedakan ke dalam dua sumber sosial yaitu bersumber dari individu seperti
sumberdaya manusia yang kurang kompetendalam manajemen usahaternak ayam
broiler dan kelompok masyarakat seperti demonstrasi.

15

3.

Penyebab dari faktor ekonomi
Faktor ekonomi penyebab risiko diantaranyaharga,suku bunga,dan nilai
tukar mata uang. Harga yang tidak menentu atau berubah-ubah, suku bunga yang
tidak stabil dan nilai tukar mata uang yang fluktuatif dapat menyebabkan
timbulnya risiko.
Menurut Rasyaf (2001) Sumber Risiko produksi yang sering ditemui pada
usaha peternakan Ayam broiler salah satunya adalah penyakit. Faktor-faktor
pendukung terjangkitnya penyakit pada ayam broiler disebabkan oleh kondisi atau
faktor sebagai berikut
a)
Perubahan kelembaban dan temperatur lingkungan
kelembaban di Indonesia membuat masalah dalam tata laksana peternakan.
Misalnya, bahan litter yang terlalu basah atau sulit kering,kandang baudan
sumpek. Hal ini dapat menyebabkan daya tahan ayam melemahdan bibit penyakit
tumbuh lebih dari biasanya. Temperatur lingkungan yang tinggi akan
menyebabkan ayam kehausan dan mengurangi konsumsi ransum. Akibatnya
unsur gizi yang seharusnya terpenuhi, menjadi tidak terpenuhi. Kejadian itu akan
memperlemah daya tahan ayam terhadap penyakit.
b)
Perubahan musim
Perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya merupakan
kesempatan bagi bibit penyakit untuk menyerang ayam. Hal ini karena selama
perubahan tersebut kembali ayam tercekam dan akibatnya daya tahannya
melemah.
c)
kebersihan kandang dan peralatan
kandang yang kotor dan peralatan yang tidak bersih akan mengundang
bibit penyakit atau dapat menjadi media penularan penyakit. Misalnya, kandang
yang kotor karena ceceran makanan akan mengundang tikus dan siput ke kandang.
Selain itu peralatan baru yang hendak dimasukan ke kandang sebaiknya
dibersihkan dengan alat pembunuh kuman.
d)
Keadaan ayam
Ada penyakit tertentu yang diturunkan oleh induknya. Jadi jika menerima
anak ayam atau membeli anak ayam berumur satu hari (DOC) hendaknya
pembibit yang bersangkutan telah terbukti menjual ayam yang berkualitas baik.
Selain itu ada pula bibit ayam yang lemah. Bila menghadapi hal ini maka usaha
pencegahan harus benar-benar dilakukan dan perlu ditanyakan dengan sesama
kawan peternak mengenai keadaan bibit ayam tertentu yang pernah dipelihara.
Namun, perlu diingat sekali lagi tidak satupun bibit ayam yang sempurna. Bibit
ayam yang dipilih tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.
e). Kualitas ransum
kualitas ransum ini berkaitan dengan penyakit karena kekurangan atau
kelebihan gizi. Selain itu dapat menyebabkan penyakit lain ikut serta
mendampingi penyakit kekurangan unsur gizi ini, akibat dari daya tahan tubuh
ayam yang lemah. Misalnya ayam yang kekurangan mineral kalsium, sedangkan
untuk ayam broiler sangat membutuhkan kalsium untuk pertumbuhannya.
Kekurangan kalsium ini dapat mengganggu pertumbuhan.
Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang ditujukan
untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap

16

berisiko.Salah satu strategi pengelolaan risiko adalah dengan menggunakan
pemetaan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil dari kemungkinan
(probabilitas) dan dampak dari sumber