Optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi peternakan ayam ras pedaging: studi kasus Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor

(1)

OP

PR

(Stu

PR

PTIMALI

RODUKSI

udi Kasus

R

ROGRAM

D

FAKUL

IN

ISASI PE

I PETER

s: Kandan

RIKAWA

M SARJA

DEPART

LTAS EK

NSTITUT

NGGUNA

RNAKAN

ng Holil S

Oleh

ATI KURN

H24087

ANA ALI

TEMEN M

KONOMI

T PERTA

BOGO

2011

AAN FAK

AYAM R

Soma Ung

h

NIA LAT

7001

H JENIS

MANAJE

DAN MA

ANIAN BO

OR

1

KTOR-FA

RAS PED

ggas Farm

TIFAH

MANAJ

EMEN

ANAJEM

OGOR

AKTOR

DAGING

m Bogor)

JEMEN

MEN


(2)

RINGKASAN

RIKAWATI KURNIA LATIFAH. H24087001. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang

Holil Soma Unggas Farm Bogor). Di bawah bimbingan ABDUL BASITH.

Dalam proses produksi, usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produk. Sumber daya ini sifatnya terbatas, untuk itu perusahaan harus mengalokasikan penggunaannya secara efisien agar tidak terjadi kegiatan yang sia-sia. Dalam hal ini perusahaan perlu melakukan optimalisasi untuk mencapai tujuannya, yaitu mencapai keuntungan maksimum. Optimalisasi yang mungkin dilakukan adalah dengan memaksimalkan produksi atau dengan minimisasi biaya.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui jumlah produk yang dihasilkan agar mencapai keuntungan optimal, (2) Mengidentifikasi keterbatasan yang dihadapi Soma Unggas Farm dalam proses produksinya dan (3) Mengkaji perubahan keuntungan yang mungkin terjadi setelah dilakukan optimasi pada perusahaan peternakan Soma Unggas Farm.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi literatur, dan dokumentasi perusahaan. Data yang digunakan meliputi data penjualan aktual tahun 2009-2010, tingkat produksi tahun 2009-2010 dan jumlah tenaga kerja

tahun 2009-2010. Data yang diperoleh diformulasikan ke dalam model Linear

Programming dan diolah dengan bantuan software LINDO.

Usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm memproduksi ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging yang diproduksi Soma Unggas Farm dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan lamanya usia ayam yang dipanen dengan

kesamaan jenis Day Old Chick (DOC), pakan yang digunakan dan pemeliharaan

kandangnya. Tujuan pengelompokkan produk adalah memudahkan formulasi model.

Formulasi model terdiri dari fungsi tujuan, yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan dan fungsi kendala, yaitu kendala penggunaan pakan, kendala Vaksin, Vitamin, Obat dan Disinfektan (VOD), kendala jam tenaga kerja langsung (TKL), serta kendala kapasitas kandang. Berdasarkan hasil optimalisasi pada model, Soma Unggas Farm dapat mencapai keuntungan Rp 457.511.500 dalam satu tahun. Angka ini melebihi keuntungan yang dicapai perusahaan pada kondisi aktualnya (Rp 262.139.088).

Hasil optimalisasi pada penggunaan seluruh sumber daya menunjukkan masih terdapat sumber daya yang belum termanfaatkan sepenuhnya. Hal ini

terlihat dari adanya nilai pada slack/surplus, yang menunjukkan masih terdapat

sisa pada pemakaian sumber daya. Namun demikian, pada kendala pakan dan kapasitas kandang berstatus langka. Perusahaan peternakan Soma Unggas Farm sebaiknya berproduksi pada tingkat kondisi optimal, agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari sebelumnya (meningkat Rp 195.372.412). Dalam penelitian selanjutnya dilakukan peramalan produksi untuk setahun ke depan, sebelum dilakukan proses optimasi produksi, agar pilihan minimisasi biaya merupakan alternatif penelitian yang menarik.


(3)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR

PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

(Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

RIKAWATI KURNIA LATIFAH

H24087001

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Judul : Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor)

Nama : Rikawati Kurnia Latifah NIM : H24087001

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Ir. Abdul Basith, MSc.)

NIP. 195707091985031006

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)

NIP. 196101231986011002


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cimahi pada 15 September 1987 dari pasangan M. Latif Kusni dan Idawati yang berasal dari kota Baturaja dan Cimahi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang mengawali masa studi pada Taman Kanak-Kanak di TK Xaverius pada tahun 1992. Pada tahun 1993-1999 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Xaverius 1 Baturaja, Sumatera Selatan. Kemudian, melanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada tahun 1999-2002 SLTP Negeri 1 Baturaja. Pada tahun 2002-2005 menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Baturaja Sumatera Selatan.

Tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Komunikasi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tanpa tes, Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana (S1), pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Selama menempuh pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler. Ketika SMA, penulis aktif di Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) dan selama di pendidikan Diploma III IPB, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan kampus seperti Pecinta Lingkungan (Angsana) dan Organisasi Beladiri (Hikmatul Iman). Semenjak tahun 2009, penulis bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang peternakan, SOMA UNGGAS FARM, Bogor


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor)” dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis tingkat produksi optimal ayam ras pedaging per periode produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimum, menganalisis kendala apa yang harus diperhatikan dalam optimalisasi proses, serta menganalisis apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah dilakukan proses optimalisasi.

Laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan demi tercapainya hal yang lebih baik. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Amin.

Bogor, Februari 2011


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis dalam penyusunan skripsi dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku ketua Departemen Ekonomi

dan Manajemen IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian ini.

2. Ibu Mimin Aminah, MM selaku Ketua Program Studi Sarjana Alih Jenis

Manajemen FEM IPB atas arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Ir. Abdul Basith, MSc. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.

4. Bapak Hendri, salah satu dosen Mata Kuliah Manajemen Produksi Operasi

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk konsultasi dalam kontribusi penyusunan skripsi.

5. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Ibu Yusrina Permanasari, ME

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing akademis, yang

telah memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.

7. Kedua orangtua (M. Latif Kusni dan Idawati), serta adikku Citra tersayang

yang selalu memberikan semangat, inspirasi hidup, dukungan, dan doa yang tulus kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Ekstensi

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

9. Karyawan/wati Soma Unggas Farm, Bapak Wismarianto, Bapak Yudo, Bapak

Tjahyono, Dian, Mba Dewi, Ari, Rahmat, Mas Erik, Mas Marsidi serta karyawan lainnya, yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.


(8)

10. Penti, Pani, Agus, Dita, Dicky, Bella, Wury, Nia, Fahrizal, teman-teman seperjuangan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang selalu memberikan semangat belajar dan rasa kebersamaan

11. Kak Darussalam dan Mba Vony selaku kakak tingkat yang telah berbagi

banyak informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Kak Amrizal, Rusman, Bang Qodirun, Femy serta teman-teman lainnya yang


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... 5

KATA PENGANTAR ... 6

UCAPAN TERIMA KASIH ... 7

DAFTAR ISI ... 9

DAFTAR TABEL ... 11

DAFTAR GAMBAR ... 12

DAFTAR LAMPIRAN ... 12

I. PENDAHULUAN ... 13 1.1 Latar Belakang ... 13

1.2 Perumusan Masalah ... 15

1.3 Tujuan Penelitian ... 17

1.4 Manfaat Penelitian ... 17

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Riset Operasi ... 18

2.2 Sistem Produksi ... 7

2.3 Optimalisasi Produksi ... 7

2.4 Usaha Ayam Ras Pedaging ... 20

2.5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging ... 21

2.5.1 Day Old Chick (DOC) ... 21

2.5.2 Pakan ... 23

2.5.3 Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan ... 26

2.5.4 Tenaga Kerja ... 26

2.5.5 Kandang ... 28

2.6 Program Linear ... 28

2.7 Penelitian Terdahulu ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.4 Metode Pengambilan Data ... 38


(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 44

4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 45

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 46

4.1.4 Pengadaan Sarana Produksi Peternak (Sapronak) ... 48

4.1.5 Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging 49

4.2 Perumusan Model Linear programming ... 49

4.3 Hasil Optimalisasi Fungsi Tujuan ... 60

4.4 Hasil Optimalisasi Sumber Daya ... 64

4.5 Analisis Sensitivitas ... 67

4.6 Implikasi Manajerial ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

1. Kesimpulan ... 74

2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Populasi Ternak Tahun 2008 s/d 2010 (Prediksi) di Indonesia ... 1

2. Kebutuhan atau Permintaan Daging, Telur dan Susu Tahun 2008 s/d

2010 (target atau sasaran) ... 2

3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Soma Unggas Farm Bulan

Juni 2009 sampai Juni 2010 ... 4 4.

Standar Performance Pakan Harian Ayam Ras Pedaging ... 10

5. Peubah Keputusan ... 36 6.

7. 8. 9.

Kontribusi Keuntungan Kelompok Produk ... Koefisien Penggunaan Pakan ………...… Ketersediaan Pakan ………...…... Jumlah Ayam yang Dipanen ………...…….

37 38 39 40 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Koefisien Penggunaan VOD ……… Ketersediaan VOD ... Koefisien Jam Tenaga Kerja Langsung ... Ketersediaan Jam TKL ………. Koefisien Penggunaan Kapasitas Kandang ... Ketersediaan Kapasitas Kandang ………...

Tingkat Produksi Ayam Ras Pedaging dalam Kondisi Aktual dan Optimal di Soma Unggas Farm ... Keuntungan Penjualan Aktual Ayam Pedaging Pada 2009-2010 ...

Hasil Optimalisasi Penggunaan Pakan ... Hasil Optimalisasi Penggunaan VOD ………...……….. Hasil Optimalisasi Penggunaan Jam TKL ………... Hasil Optimalisasi Penggunaan Kapasitas Kandang ……….….

Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ………….……. Selang Kepekaan Ketersediaan Pakan ... Selang Kepekaan Ketersediaan VOD ……….……... Selang Kepekaan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung …….... Selang Kepekaan Ketersediaan Kapasitas Kandang ………...

41 41 42 44 45 45 47 49 51 51 52 52 53 55 56 56


(12)

57

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 22

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur Organisasi SOMA UNGGAS ... 67 2. Formulasi Model LP ……….……….……….. 68 3. Hasil Optimalisasi ……….….….. 69


(13)

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian masyarakat dahulu menganggap beternak merupakan salah satu kegiatan hobi atau untuk konsumsi rumah tangga sendiri. Akan tetapi dewasa ini, kegiatan beternak khususnya ayam ras pedaging sudah menjadi suatu usaha komersil yang tidak dapat dielakkan lagi dalam hal untuk pemenuhan permintaan daging dan telur di pasaran. Kegiatan usaha budidaya beternak ayam ras pedaging ini lebih diminati sebagian besar masyarakat, dikarenakan salah satu faktor umur pemeliharaannya yang relatif sangat singkat yaitu lima sampai enam minggu. Ketertarikan masyarakat terhadap kegiatan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging ini dapat dilihat dari tingginya jumlah populasi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan jenis ternak lainnya (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi Ternak Tahun 2008 s/d 2010 (Prediksi) di Indonesia

Jenis Ternak

Populasi (ekor) Pertumbuhan populasi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 (% per tahun) Sapi Potong 11.664.155 11.963.103 12.284.326 2,62

Kerbau 2.410.755 2.413.166 2.415.579 0,10

Kambing 13.983.689 14.235.395 14.491.633 1,80

Domba 9.510.080 9.776.362 10.050.100 2,80

Ayam Ras

Pedaging 1.215.651.614 1.291.561.592 1.372.211.608 6,24 Ayam Ras Petelur 72.700.000 78.000.000 83.800.000 7,29 Ayam lokal 328.087.112 329.772.828 334.502.341 1,00 Itik 52.029.221 58.349.997 65.331.997 12,07 Puyuh* 15.090.076 15.793.273 16.529.239 4,65

Sapi Perah 441.684 508.034 584.351 15,00

Babi 7.341.316 7.976.780 8.667.250 8,65

Kuda 426.699 442.017 457.084 3,58

Sumber : Data Statistik Peternakan Tahun 2009 dan *Survey Rumah Tangga Peternakan 2007.


(15)

Pada Tabel 1 dapat diketahui populasi daging dari berbagai jenis ternak terhadap populasi daging nasional. Populasi ternak daging ayam ras memiliki jumlah produksi yang paling tinggi di antara jenis ternak lainnya dari tahun 2008 hingga prediksi pada tahun 2010.

Selain dari populasinya yang meningkat, faktor lainnya yang juga turut berperan dalam perkembangan usaha ternak ini yaitu meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, pendapatan, selera serta kesadaran masyarakat akan nilai gizi terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani. Peningkatan kebutuhan atau permintaan ayam ras pedaging tersebut dapat dilihat dari Tabel.2

Tabel 2. Kebutuhan atau Permintaan Daging, Telur dan Susu Tahun 2008 s/d 2010 (target atau sasaran)

Uraian

Kebutuhan Daging, Telur dan Susu

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Kebutuhan Daging (Ribu Ton) 1.539,8 1.615,2 1.694,4

- Sapi Potong 411,0 426,0 441,0

- Kerbau 27,2 29,8 32,5

- Kambing 34,0 34,4 34,8

- Domba 45,3 45,9 46,4

- Ayam lokal 178,8 182,0 187,0

- Itik 13,5 13,9 14,3

- Ayam Ras Pedaging 528,8 561,8 596,9

- Babi 119,6 121,3 122,9

- Kuda 1,4 1,4 1,4

Kebutuhan Telur (Ribu Ton) 1.273,5 1.371,5 1.477,2

- Ayam lokal 165,7 180,0 195,0

- Itik 173,8 184,0 193,0

- Ayam Ras Petelur 934,3 1.009,2 1.076,0

Kebutuhan Susu (Ribu Ton) 1.783,0 1.812,0 1.832,8

- Sapi Perah (dalam negeri) 535,0 616,0 707,0

- Susu bubuk (Impor) 1.248,0 1.196,0 1.126,8

Jumlah Penduduk (Juta orang) 226,7 229,3 231,9 Sumber: Data Statistik Peternakan tahun 2007 dan data Tim P2SDS Ditjen Peternakan (diolah).


(16)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa dari sekian banyak kebutuhan daging, telur dan susu, kebutuhan daging lebih mendominasi terutama pada kebutuhan daging ayam ras pedaging dari tahun 2008 hingga prediksi tahun 2010. Peningkatan yang terjadi setiap tahunnya juga mengikuti seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya. Melihat perkembangan kegiatan usaha budidaya ayam ras pedaging ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk lebih meningkatkan usahanya.

Usaha peningkatan produksi ini tentunya juga harus dilakukan dengan cara yang seefisien mungkin didukung dengan berbagai persiapan dari mulai input, proses produksi hingga output yang dihasilkan. Semua hal itu sangat memerlukan manajemen yang tepat terlebih dalam pengaturan faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan produksi, karena akan sangat berhubungan langsung dengan tujuan perusahaan guna memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging.

1.2 Perumusan Masalah

Usaha peternakan ayam ras Soma Unggas Farm merupakan salah satu dari peternakan ayam ras pedaging di Indonesia yang menghasilkan daging. Peternakan Soma Unggas mempunyai kandang yang tersebar di beberapa lokasi di daerah Cigombong, Ciawi, Leuwiliang, Parung serta Depok dengan populasi mulai dari 8.000 ekor sampai 55.000 ekor ayam per kandang per periode. Satu kali periode, satu kandang membutuhkan waktu kurang lebih 6-8

minggu terhitung mulai dari awal tanggal Day Old Chick (DOC) chick in,

panen, pembersihan kandang hingga masa istirahat.

Pada umumnya di beberapa peternakan, dalam satu tahun kandang mampu berproduksi sebanyak tujuh periode. Akan tetapi yang terjadi pada peternakan Soma Unggas Farm, dari lima kandang utama yang diamati terdapat satu kandang yang hanya mampu berproduksi enam periode dalam waktu satu tahunnya. Selain itu, peternakan Soma Unggas Farm menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya (bahan baku serta tenaga kerja),


(17)

fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm selama Juni 2009 sampai dengan Juni 2010 berfluktuasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Soma Unggas Farm Bulan Juni 2009 Sampai Juni 2010

Tahun Periode Penerimaan (Rp) Harga Jual Rata-rata (Rp/kg)

2009

1 16.866.490 13.840

II 5.495.978 12.560

III -111.658.893 9.520

2010

IV -26.897.082 12.580

V 175.370.465 15.860

VI 202.962.130 15.860

Sumber : Laporan Produksi Soma, Tahun 2009 - 2010.

Tabel 3 di atas menjelaskan adanya perubahan harga jual terhadap penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa perubahan harga jual ayam ras pedaging berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan yang diperoleh Soma Unggas Farm. Penurunan harga jual yang terjadi pada periode ketiga yaitu sebesar Rp 9.520,- mengakibatkan kerugian perusahaan sebesar Rp 111.658.893,-. Tujuan memaksimumkan keuntungan dapat dicapai oleh peternakan Soma Unggas Farm jika mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan

peternakan.

Berdasarkan keadaan tersebut sebelumnya, maka permasalahan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Seberapa banyak produksi yang harus dilakukan Soma Unggas Farm

untuk mencapai keuntungan optimal ?

2. Kendala apakah yang harus diperhatikan dalam optimalisasi produksi

Soma Unggas Farm ?

3. Apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa banyak produksi yang harus dilakukan Soma

Unggas Farm untuk mencapai keuntungan optimal.

2. Menganalisis kendala apakah yang harus diperhatikan dalam optimalisasi

produksi Soma Unggas Farm.

3. Mengetahui apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan

setelah dilakukan proses optimalisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan

usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan keuntungan dapat ditingkatkan.

2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang

pendidikan, serta bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan Soma Unggas Farm.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada peternakan Soma Unggas ini mengenai pengoptimalisasian beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada kegiatan produksi ayam ras pedaging. Lingkup yang diamati yaitu dengan pengambilan satu sampel kandang yang berada di wilayah Leuwiliang peternakan Soma Unggas Farm dengan populasi rata-rata per periode 25.000

ekor. Penelitian ini menggunakan alat analisis program liniear yang

mengasumsikan bahwa koefisien di dalam model memenuhi asumsi dasar dari program linear yaitu linearitas, proporsionalitas, aditivitas, divisibilitas, dan deterministik.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Riset Operasi

Menurut Subagyo (2002) riset operasi berkenaan dengan pengambilan keputusan optimal dalam dan penyusunan model dari sistem-sistem baik deterministik maupun probabilistik yang berasal dalam kehidupan nyata.

Secara harfiah kata operations dapat didefinisikan sebagai

tindakan-tindakan yang diterapkan pada beberapa masalah atau hipotesis. Sementara

kata research adalah suatu proses yang terorganisasi dalam mencari

kebenaran akan masalah atau hipotesis tadi. Sehingga dapat simpulkan riset operasi merupakan penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar seperti manusia, mesin,bahan, dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan. Pendekatan khusus ini bertujuan membentuk suatu model ilmiah dari sistem, menggabungkan ukuran-ukuran faktor-faktor seperti kesempatan dan resiko, untuk meramalkan dan membandingkan hasil-hasil dari beberapa keputusan strategi atau pengawasan. Tujuannya adalah membantu pengambil keputusan

menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah (Operational

Research Society of Great Britain).

Riset operasi (Operation Research/OR) berusaha menetapkan arah

tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah keputusan di bawah pembatasan sumber daya yang terbatas. Istilah riset operasi sering kali diasosiasikan hampir secara eksklusif dengan penggunaan teknik-teknik matematis untuk membuat model dan menganalisis masalah keputusan (Taha, 1993).


(20)

2.2 Sistem Produksi

Menurut Gaspersz (2005), produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain.

Sedangkan komponen fungsional terdiri dari: supervise, perencanaan,

pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi.

Elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input, proses, dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus.

2.3 Optimalisasi Produksi

Model-model operation research adalah teknik-teknik optimisasi,

yaitu suatu teknik penyelesaian terhadap sebuah persoalan matematis yang akan menghasilkan sebuah jawaban optimal. Persoalan yang semakin rumit tentu saja menghendaki bangun matematik yang lebih rumit. Namun demikian, hendaknya tetap diingat bahwa model adalah penggambaran atau

tiruan dunia nyata. Di dalam operation research, keputusan optimal dari

sebuah model mungkin merupakan keputusan terbaik bagi keadaan nyata, namun mungkin juga bukan (Siswanto, 2007).

Optimalisasi merupakan serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu, juga merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu masalah yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan.


(21)

Program Linear pada hakikatnya adalah sebuah alat matematis untuk memecahkan masalah maksimisasi dan minimisasi. Teknik ini terutama berguna ketika diterapkan untuk masalah-masalah di mana beberapa batasan mengurangi jumlah arah tindakan yang tersedia bagi seorang pengambil keputusan. Karena banyak masalah manajerial memiliki

sifat ini, pemrograman linear merupakan alat yang sangat kuat untuk

pengambilan keputusan manajerial (Pappas,1995).

Mulyono (2007) mengemukakan bahwa Program Linear merupakan

metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau

meminimumkan biaya. Linear programming banyak diterapkan dalam

membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri militer, sosial dan

lainnya. Linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu

model matematika yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan Linear dan sistem

kendala linear.

2.4 Usaha Ayam Ras Pedaging

Menurut Fadilah et al. (2007) usaha peternakan ayam ras

pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan atau peternak besar) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut: 1. Skala kecil (peternakan rakyat)

Jumlah ayam yang dibudidayakan 1.000 sampai dengan 50.000 ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar. kepemilikan bersifat perseorangan.

2. Skala sedang (peternak mapan)

Jumlah ayam yang dipelihara 50.000 sampai dengan 500.000 ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini rnasih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum.


(22)

3. Skala besar (skala perusahaan)

Peternakan ini sudah bemaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dan 1.000.000. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan.

2.5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging

Faktor produksi (factors of production) merupakan input yang

digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa (Mankiw, 2006). Hasil penelitian Ermayati (2006) menjelaskan bahwa yang menjadi faktor-faktor produksi meliputi DOC, pakan, OVD (obat, vitamin, vaksin dan disinfektan), tenaga kerja, kapasitas kandang, minyak tanah, sekam, dan kapur.

2.5.1 Day Old Chick (DOC)

Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003) dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan.

Selain itu, ketersediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak yang akan dilakukan. Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003). Ada beberapa pedoman menurut Rasyaf (2003) untuk memili DOC yang baik yaitu:

1. Anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa

penyakit bawaan. Apabila baru tiga hari anak ayam sudah banyak yang mati, sedangkan hal-hal lainnya beres maka penyebabnya adalah induk yang tidak beres. Sebab itulah pembibit yang besar dan bertanggung jawab akan mengganti ayam yang mati itu bila


(23)

disebabkan oleh penyakit bawaan dari induk ayam. Akan tetapi, kadang kala pembibit yang jumlahnya banyak dengan ayam parent stock yang ratusan ribu ekor itu tentunya sulit diawasi oleh beberapa orang petugas.

2. Ukuran atau bobot ayam. Apabila ukuran atau bobot anak ayam

relatif kecil maka sumber penyebabnya adalah telur tetas ayam itu. Telur tetas yang besar akan menghasilkan anak ayam yang besar, begitu pula sebaliknya.

3. Anak ayam memiliki mata yang cerah dan bercahaya, aktif,

serta tampak tegar. Kecerahan mata inilah yang paling mudah untuk mendeteksi kondisi bangsa unggas.

4. Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bangkok,

mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat. Bulunya halus dan kering. Hal ini sebagai tanda kenormalan dalam proses penetasan.

5. Anak ayam tidak ada lekatan tinja di duburnya.

Selain itu anak ayam harus sudah divaksin. Dalam praktik sehari-hari, anak ayam yang dibeli telah dikemas dalam boks yang diikat kuat sehingga sulit dipilih. Ketika anak ayam tiba di peternakan, dimasukkan ke dalam sambil dihitung. Umunya pembibit yang baik akan menjual anak ayam yang baik pula dan sudah divaksin. Sering kali terjadi anak ayam mengalami kelelahan dalam perjalanan. Kematian dalam boks umumnya terjadi akibat beban transpor atau cara pengiriman yang tidak baik.

Hal penting lainnya mengenai ayam broiler yaitu harga anak ayam. Harga inilah yang pada akhirnya menentukan bibit yang dipilih. Umumnya harga anak ayam ras pedaging relatif sama. Hal yang membedakannya adalah cara pembayarannya. Pembibit mengharuskan membayar segera atau boleh ditunda. Cara membayar tunda itu memang memungkinkan karena anak ayam ras pedaging ini hanya dipelihara dalam waktu 5-6 minggu saja.


(24)

Menurut Rasyaf (2003), hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan puma jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan puma jual melalui pelayanan teknis.

2.5.2 Pakan

Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dan total biaya produksi. Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging.

Menurut Rasyaf (2003), pakan ayam ras pedaging di Indonesia umunya dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan masa pemeliharannya.

Pakan ayam ras pedaging masa awal (pakan starter) mempunyai

kandungan nutrisi cukup tinggi yaitu untuk protein sebesar 23 persen dan sumber energi lebih rendah dari pakan finisher yaitu sebesar 300 kkal/kg, yang ditujukan untuk memperoleh pertumbuhan masa awal

yang baik. Pakan ini berbentuk butiran pecah (crumble) untuk anak

ayam umur satu hari sampai empat minggu.

Pakan ayam ras pedaging masa akhir (pakan finisher)

berbentuk butiran (pellet) dan merupakan pakan lanjutan dari pakan

starter setelah berumur empat minggu sampai siap panen. Kandungan nutrisi yaitu protein lebih rendah sebesar 19 persen dan sumber energi lebih tinggi sebesar 3.200 kkal/kg.


(25)

Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi. Protein dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan bagian–bagian tubuh ayam, mengganti jaringan–jaringan tubuh yang rusak, serta untuk berproduksi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan dan kebutuhan protein pada ayam bibit, yaitu ukuran dan bangsa ayam, temperatur keliling, tahap produksi, sistem perkandangan, ruang tempat makanan yang dijalankan otomati, luas ruang serta air dingin dan bersih. Sedangkan sumber karbohidrat didapatkan dari jagung , beras, sorgum, dan dedak padi. Selain itu, lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan pembawa vitamin A, D, E, dan K karena vitamin-vitamin itu larut di dalamnya.

(Titik et al. 1993). Berikut dapat dilihat standarisasi penggunaan pakan


(26)

Tabel 4. Standar Performance Pakan Harian Ayam Ras Pedaging Umur (Hari) Berat Badan (Gram/Ekor) Pertumbuhan Berat

Badan (Gram/Hari/Ekor) Konsumsi Pakan

FCR Jantan Betina

Rata-rata Jantan Betina

Rata-rata

Per

Hari Kumulatif

0 42 42 42 0 0 0 0 0 0

1 49 48 48 7 6 6 15 15 0.311

2 61 58 59 12 10 11 15 30 0.506

3 76 73 75 16 15 15 20 50 0.671

4 97 91 94 21 18 19 20 70 0.747

5 121 113 117 25 22 23 25 95 0.812

6 149 139 144 28 26 27 25 120 0.833

7 182 169 175 33 30 31 30 150 0.857

8 218 202 210 37 33 35 34.1 184 0.877

9 258 238 248 40 36 38 39.7 224 0.903

10 301 278 289 43 40 41 45.5 269 0.931

11 348 321 334 47 43 45 51.5 321 0.960

12 398 366 382 51 45 48 57.6 378 0.991

13 451 414 433 53 48 51 63.7 442 1.022

14 508 465 486 57 51 54 69.9 512 1.052

15 567 519 543 59 54 56 75.9 588 1.083

16 629 575 602 62 57 59 81.9 670 1.113

17 694 633 663 65 58 62 87.7 758 1.142

18 761 693 727 68 60 64 93.7 851 1.170

19 831 756 793 70 63 66 99.6 951 1.198

20 904 820 862 73 64 68 105.3 1056 1.226

21 978 885 932 75 66 70 110.8 1167 1.252

22 1055 953 1004 77 68 72 116.6 1284 1.279

23 1134 1021 1077 79 68 74 122.5 1406 1.305

24 1214 1092 1153 80 71 75 128.5 1535 1.331

25 1296 1163 1230 83 72 77 134.4 1669 1.357

26 1380 1235 1308 84 72 78 140 1809 1.383

27 1466 1308 1387 86 73 79 145.6 1955 1.409

28 1553 1382 1467 87 74 80 150.8 2105 1.435

29 1641 1457 1549 88 75 81 155.8 2261 1.460

30 1730 1532 1631 90 75 82 160.7 2422 1.485

31 1820 1607 1714 90 76 83 165.2 2587 1.510

32 1911 1682 1797 91 75 83 169.1 2756 1.534

33 2003 1758 1881 92 76 84 172.5 2929 1.557

34 2096 1833 1964 93 75 84 175.8 3104 1.580

35 2189 1909 2049 93 76 84 179 3283 1.602

36 2283 1984 2133 94 75 84 181.7 3465 1.624

37 2377 2059 2218 95 76 84 184.3 3649 1.645

38 2471 2133 2302 94 74 84 186.8 3836 1.666

39 2566 2206 2386 95 73 84 189.1 4025 1.687

40 2660 2278 2469 94 72 83 191.1 4216 1.708

41 2754 2350 2552 94 72 83 193 4409 1.728

42 2848 2420 2634 94 70 82 194.7 4604 1.748 Sumber : Standarisasi Soma Unggas Farm, 2008.


(27)

2.5.3 Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan

Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak.

Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang

dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan.

Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program vaksin diiakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan.

Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007).

2.5.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja


(28)

tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja tetap umumnya staf teknis atau peternak itu sendiri, mereka inilah yang sehari – hari berada di peternakan. Di dalam peternakan kecil, tenaga kerja tetap umumnya dijabat oleh peternak dan juga pemilik modal, sedangkan pada peternakan menengah dan besar umunya diisi oleh pakar dalam bidangnya. Tenaga lapang kandang yang umunya diisi sebagai penanggungjawab unit atau kelompok juga bertugas sebagai pemberi makanan, administrasi atau pemasaran. Karena sifatnya sebagai tenaga kerja tetap atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel.

Sedangkan tenaga kerja harian umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana kandang misalnya membersihkan kelompok yang usai produksi, membersihkan tempat makanan dan minuman yang lumutan, mengangkat karung makanan, membersihkan rumput di antara kandang agar tidak menggangu ventilasi. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ia tekuni (Rasyaf, 2003).

Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi.


(29)

2.5.5 Kandang

Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Adapun menurut Ariefin (2002), persiapan kandang yang baik haruslah melalui beberapa tahap seperti:

1. Keluarkan sekam, kotoran dan peralatan dari dalam kandang.

2. Bersihkan sarang laba–laba di dalam kandang, lalu lantai kandang

disapu bersih.

3. Cuci dengan air dan detergen semua bagian kandang mulai dari

lantai, atap, hingga dinding sampai benar-benar bersih. Sebaiknya pencucuian ini dilakukan dengan mesin bertekanan tinggi.

Menurut Rahardi (2003) kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha.

2.6 Program Linear

Sebutan “Linear” berarti bahwa semua fungsi-fungsi

matematis yang disajikan dalam model ini haruslah Linear. Kata

programming” jangan dikacaukan dengan “computer programming”, seperti yang sering didengar dalam pembicaraan sehari-hari, walaupun secara mendasar keduanya sering digunakan untuk perencanaan. Jadi menurut

Subagyo (2002), linear programming mencakup perencanaan

kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis) di antara alternatif-alternatif yang mungkin, dengan


(30)

Linear Programming (LP) merupakan teknik riset operasional yang telah dipergunakan secara luas dalam berbagai jenis masalah manajemen. Banyak keputusan manajemen produksi dan inventori mencoba membuat agar penggunaan sumber-sumber daya manufakturing menjadi lebih efektif dan efisien. Sumber-sumber daya manufakturing seperti: mesin, tenaga kerja, modal, waktu, dan bahan baku digunakan dalam kombinasi tertentu yang paling optimum untuk menghasilkan produk. Dengan demikian menurut

Gaspersz (2005), linear programming dipergunakan untuk membantu

manajer-manajer PPIC guna merencanakan dan membuat keputusan tentang pengalokasian sumber-sumber daya yang optimum.

Mulyono (2007) mengemukakan masalah keputusan yang sering dihadapi adalah alokasi optimum suberdaya yang langka. Sumber daya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan, atau teknologi. Berdasarkan keterbatasan sumberdaya tersebut, akan didapatkan hasil yang terbaik. Hasil yang diinginkan ditunjukkan sebagai maksimisasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan, kesejahteraan, atau minimisasi seperti pada biaya, waktu dan jarak.

Model linear programming merupakan bentuk dan susunan dalam

menyajikan masalah-maslah yang akan dipecahkan dengan teknik linear

programming Subagyo (2002) menjelaskan dalam model linear programming dikenal dua macam fungsi, antara lain:

1. Fungsi Tujuan (objective function), yaitu fungsi yang menggambarkan

tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linear programming yang

berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.

2. Fungsi-fungsi Batasan (constraint function), yaitu bentuk penyajian

secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.


(31)

Bentuk umum model linear programming adalah:

Maksimumkan (minimumkan):

n

Z =

C

j

X

j

... (1)

J=i

Dengan syarat:

aijXj (≤ , = , ≥)bi, untuk semua i (i = 1, 2,…m) semua xj≥ 0

Keterangan:

Xj : banyaknya kegiatan j, di mana j = 1,2,…n. berarti di sini terdapat n

variable keputusan. Z : nilai fungsi tujuan

Cj : sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi Cj

menunjukkan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimisasi menunjukkan biaya per unit.

bi : jumlah sumberdaya I (I = 1,2,…m), berarti terdapat m jenis

sumberdaya.

aij : banyaknya sumberdaya I yang dikonsumsi sumberdaya j.

Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit

tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier menjadi absah. Asumsi itu menuntut hubungan fungsional

dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik.

1. Linearity

Syarat utama dari linear programming adalah bahwa fungsi tujuan dan

semua kendala harus Linear. Dengan kata lain, jika suatu kendala

melibatkan dua variable keputusan, dalam diagram dimensi dua ia akan berupa suatu garis lurus. Begitu juga suatu kendala yang melibatkan n

variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geomeris yang rata)

dalam ruang berdimensi n.

Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.


(32)

2. Proporsionalitas

Tingkat perubahan atau kemiringan hubungan fungsional adalah konstan dan karena itu perubahan nilai variabel akan mengakibatkan perubahan relative nilai fungsi dalam jumlah yang sama.

Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (xj) berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (CjXj) dan juga fungsi kendala (aijXj).

3. Additivitas

Aditif dapat diartikan sebagai tidak adanya penyesuaian pada perhitungan variabel kriteria karena terjadinya interaksi.

Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj)

nilai total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya

sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan.

4. Divisibilitas

Setiap kegiatan pemrograman linier dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (Xj)boleh integer dan non-integer.

5. Deterministik

Semua parameter model (ct, aij, dan bj) diasumsikan diketahui konstan.

Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.

2.7 Penelitian Terdahulu

Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi.

Penelitian Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan


(33)

gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan-positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas

gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati (2006) menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang

dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken (PPC)

belum optimal.

Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar 9.571 ekor, 9.939 ekor, 9.728 ekor, 9.939 ekor, 1.011 ekor dan 9.623 ekor.

Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I, II, III, IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal.

Berdasarkan penelitian Murni (2006) komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi.

Murni (2006) dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan


(34)

dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh. Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 516.709.407 per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp 512.851.260 per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp 3.858.147 atau 0,75 persen.

Sama halnya pada penelitian yang dilakukan Endri (2008) di lima lokasi kandang Depok pada Peternakan Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM), yaitu wilayah Cilodong, Kelapa Dua, Cilebut, Pemda, serta Ciluar. Kendala yang dialami oleh KBTM seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi.yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1.514.964.000 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor–faktor produksi belum optimal. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan keuntungan total yang diterima masih Penelititan ini

dilakukan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete

Optimizer) dengan dua belas fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1.514.964.000 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan keuntungan total yang diterima masih bisa ditingkatkan sebesar Rp 424.803.376 atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian.

Kendala pakan, batubara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli,

pemanas serta tempat makan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari

nol. Artinya faktor–faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala seperti DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal. Berdasarkan penelitian tersebut, wilayah yang merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibanding dengan lokasi kandang lainnya adalah kandang Cilodong. Hal tersebut dapat dilihat dari


(35)

biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12.368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya produksi kandang lainnya.

Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam

menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang telah diamati pada usaha budidaya peternakan Soma Unggas Farm ini yaitu dalam pemecahan kasus optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi

menggunakan alat analisis Linear Programming (LP) dengan terlebih dahulu

merumuskan fungsi tujuan serta fungsi-fungsi kendala. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda, jumlah fungsi kendala yang berbeda, serta adanya pengklasifikasian produk output yang dihasilkan dalam perumusan fungsi kendala. Berbeda halnya pada penelitian terdahulu pada umumnya output tidak dikelompokkan, hanya berdasarkan wilayah kandang yang diamati.


(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Soma Unggas Farm merupakan usaha peternakan ayam ras pedaging komersil yang mempunyai tujuan utama untuk memaksimumkan keuntungan. Keuntungan maksimum dapat dicapai jika alokasi sumberdaya yang dimiliki digunakan dengan efisien.

Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan Soma Unggas farm juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi.

Pada umumya semestinya dalam satu tahun, siklus pemeliharaan ayam ras pedaging mampu melalui tujuh periode. Akan tetapi pada Soma Unggas farm hanya mampu melewati lima sampai enam periode setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal.

Pemecahan masalah optimalisasi produksi dilakukan

dengan menggunakan model program linear. Model program linear

digunakan untuk mencari keuntungan maksimum yang mungkin dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan.


(37)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Konsumsi daging ayam tinggi

Peluang usaha peternakan Permintaan daging ayam tinggi

Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging Siklus periode yang tak menentu

Ketersediaan sumber daya

Fungsi Kendala: Pakan, VOD, Tenaga Kerja,

Kapasitas Kandang.

Keputusan Tingkat Produksi Hasil Produksi Optimal

( Output)

Fungsi Tujuan: Maksimum Keuntungan

Linear programming

Keuntungan Optimal Soma Unggas Farm Penggunaan Sumber Daya

( Input)


(38)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Peternakan Soma Unggas Farm Bogor,

Salabenda. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive

dengan pertimbangan bahwa Soma Unggas Farm merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2010.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamat langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan dan petugas lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penjualan, pembelian dan laporan keuangan, buku panduan, hasil penelitian terdahulu serta literatur yang relevan.

Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp) selama enam periode dari lokasi kandang yang dimiliki Soma Unggas Farm. Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada lokasi kandang selama kurang lebih satu tahun.

Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel.

Input-input tetap terdiri dari biaya penggunaan lahan dan kandang (m2),

sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah pakan (kg), tenaga kerja (Hari Kerja Pria), biaya Vaksin, Obat-obatan dan Disinfektan (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama satu tahun sejak bulan Juni 2009 hingga Juni 2010.


(39)

3.4 Metode Pengambilan Data

Responden sebagai sumber data adalah anak kandang, kepala kandang, tenaga kerja ahli, bagian produksi serta bagian keuangan. Anak kandang merupakan tenaga kerja yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pemeliharaan ayam. Kepala kandang merupakan tenaga kerja yang mengepalai anak kandang dan mengambil keputusan-keputusan penting tentang pemeliharaan ayam. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang, tenaga kerja ahli, bagian produksi yang mengatur produksi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga laporan biaya produksi setelah panen dan bagian keuangan. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di lokasi kandang yang dimiliki oleh Soma Unggas Farm lokasi kandang Bapak Holil di Leuwiliang.

3.5 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif. Sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan terlebih dahulu secara manual untuk mencari tingkat produksi optimum, kemudian ditabulasikan serta dibentuk persamaan dan pertidaksamaan. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan program

linear secara komputerisasi dengan memakai software LINDO (Linear, Interactive and Discrete Optimizer) yang merupakan salah satu program

komputer untuk aplikasi linear programming (LP). LINDO terdiri atas input

berupa fungsi tujuan, fungsi kendala serta output berupa penyelesaian optimal.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah dalam kerangka LP

Untuk merumuskan masalah dalam kerangka LP, maka perlu diketahui beberapa hal berikut:

a. Peubah Keputusan

Peubah keputusan merupakan peubah yang menguraikan secara lengkap keputusan-keputusan yang akan dibuat.


(40)

b. Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan adalah fungsi persamaan Linear yang mencakup peubah

keputusan yang akan dimaksimumkan (pendapatan atau keuntungan) atau diminimumkan (biaya atau sumberdaya).

c. Pembatas / Kendala

Kendala yang dimaksud adalah segala keterbatasan yang dimiliki atau situasi yang kurang mendukung operasional perusahaan.

2. Menuliskan dalam persamaan matematik LP

Setelah mengidentifikasi permasalahan perusahaan, maka rumusannya dapat ditransformasikan ke dalam persamaan matematik. Pertama, peubah keputusan disimbolkan dengan huruf-huruf tertentu. Setelah itu tujuan dapat ditransformasikan ke dalam simbol matematik yang disebut fungsi tujuan. Selain itu juga, kendala-kendala harus ditransformasikan dalam persamaan matematik atau disebut fungsi kendala.

Berdasarkan langkah ini, LP dapat dirumuskan ke dalam dua fungsi yaitu:

a. Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan merupakan suatu fungsi yang menggambarkan sasaran atau tujuan dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan penggunaan secara optimal sumber-sumber untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal.

b. Fungsi Kendala

Bentuk penyajian secara matematik kendala-kendala keputusan yang terbatas untuk dialokasikan secara optimal ke berbagai tujuan.

Secara umum, model LP dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

a. Fungsi Tujuan:

Maksimumkan: 5 6

Z =

C

ij

X

ij ……….……... (2)


(41)

Dimana:

Z : Keuntungan total maksimum yang diterima oleh peternak dari

hasil optimalisasi dan penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging (Rp)

Cij : Rata-rata keuntungan produk ke-i pada periode ke-j (Rp/ekor)

Xij : Jumlah produk ke-i yang dihasilkan pada periode ke-j

i : Kelompok Produk

j : Periode produksi dalam satu tahun (6 periode)

b. Fungsi Kendala:

i. Kendala Penggunaan Pakan

Fungsi: 5 6

P

ij

X

ij

p

ij ……….……... (3)

i=1 j=1

Dimana:

P

ij : Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam pada produk ke-i

periode ke-j

.

p

ij : Ketersediaan penggunaan pakan (kg/ekor).

ii. Kendala Penggunaan Obat, Vitamin, dan Disinfektan (OVD)

Fungsi: 5 6

O

ij

X

ij

o

ij ……….……... (4)

i=1 j=1

Dimana:

O

ij : Koefisien penggunaan OVD per ekor ayam pada produk ke-i

periode ke-j.

o

ij : Ketersediaan penggunaan OVD (Rp).

iii. Kendala Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung

Fungsi: 5 6

T

ij

X

ij

t

ij ……….……... (5)

i=1 j=1

Dimana:

T

ij : Koefisien penggunaan jam tenaga kerja langsung per ekor

ayam pada produk ke-i periode ke-j.


(42)

iv. Kendala Penggunaan Kapasitas Kandang Fungsi: 5 6

K

ij

X

ij

k

ij ……….……... (6)

i=1 j=1

Dimana:

K

ij : Koefisien penggunaan kandang per ekor ayam pada produk

ke-i periode ke-i.

k

ij : Ketersediaan penggunaan kandang (m2).

3. Menuliskan rumusan dalam program LINDO

Setelah rumusan LP terbentuk, penulisannya harus sesuai dengan perintah yang ada pada LINDO. Maka dari itu sebelumnya telah diketahui beberapa perintah yang ada yaitu:

a. MAX merupakan perintah yang dituliskan diawal fungsi tujuan untuk

menunjukkan fungsi maksimisasi dalam fungsi tujuan.

b. MIN yaitu sama dengan perintah MAX, hanya untuk menunjukkan

fungsi minimisasi dalam fungsi tujuan.

c. ST adalah perintah yang dituliskan setelah penulisan fungsi tujuan,

dengan maksud untuk mengawali penulisan fungsi kendala. ST dapat ditulis lengkap sebagai SUBJECT TO.

d. END digunakan untuk mengakhiri penulisan rumusan (setelah

penulisan kendala berakhir).

4. Interpretasi keluaran LINDO

Kemudian setelah menuliskan rumusan dalam program LINDO dan keluar hasilnya, maka langkah selanjutnya yaitu menginterpretasikan keluaran (output). Beberapa hasil keluaran (output) yang dapat dihasilkan antara lain:


(43)

a. Objective Function Value

Objective Function Value merupakan nilai fungsi tujuan optimal yang dihasilkan. Misalkan, fungsi tujuannya memaksimumkan keuntungan, maka itulah nilai keuntungan maksimal yang dihasilkan. Berlaku pula sebaliknya, jika fungsi tujuannya meminimalkan biaya, maka itulah nilai biaya minimal yang dihasilkan.

b. Variable

Variable adalah peubah keputusan (sesuai dengan simbol yang dibuat dengan huruf-huruf tertentu).

c. Value

Value ialah nilai optimal untuk masing-masing peubah keputusan. d. Reduced Cost

Reduced Cost menunjukkan besarnya penurunan koefisien fungsi tujuan, agar apabila peubah bernilai nol (berarti tidak masuk dalam solusi) dipaksa untuk positif (berarti masuk dalam solusi). Jika nilai

peubah bernilai positif, maka nilai reduced cost pasti akan sama dengan

nol. Akan tetapi jika nilai peubah bernilai nol, maka nilai reduced cost

baru akan bernilai positif. Jadi nilai reduce cost yang sama dengan nol,

berarti peubah tersebut sudah dalam solusi. e. Slack or Surplus

Slack or Surplus menunjukkan sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada nilai peubah optimal yang ditunjukkan oleh kolom peubah.

Jumlah ini pada kendala lebih kecil sama dengan (≤) disebut slack,

sedangkan pada kendala lebih besar (≥) disebut surplus. Jika kendala

memenuhi kaidah persamaan (nilai sebelah kiri sama dengan nilai

sebelah kanan), maka nilai slack or surplus sama dengan nol. Ini berarti

seluruh kapasitas habis terpakai. Kendala dengan nilai slack or surplus

sama dengan nol disebut kendala aktif. Slack or surplus dapat juga


(44)

f. Dual Price

Dual Price yang ada dalam setiap kendala menunjukkan besarnya

kenaikan fungsi tujuan akibat kenaikan satu unit kapasitas kendala. Dual

Price sering kali disebut juga sebagai shadow price, karena menunjukkan harga penambahan satu unit sumberdaya.

Dari keluaran komputer ini dapat diperoleh beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas dan analisis post optimalitas.

1. Analisis Primal

Analisis primal digunakan untuk mengetahui kombinasi produk yang terbaik yang dapat menghasilkan tujuan yang maksimum dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.

2. Analisis Dual

Analisis dual dapat mengetahui penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat nilai slack atau surplus dan nilai dualnya

3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui selang perubahan parameter dalam model yang tidak merubah nilai solusi optimal.


(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

Perusahaan Soma Unggas Farm merupakan perusahaan berbentuk bisnis perseorangan milik keluarga yang bergerak dalam bidang peternakan, di mana saham atau modal yang dimiliki adalah milik keluarga. Perusahaan Soma Unggas Farm mulai berdiri sejak tahun 2002 oleh Ir. Wismarianto B.A. yang berlokasi di Salabenda No. 29 Bogor, Jawa Barat. Berawal dari usaha kecil-kecilan dengan memiliki dua kandang peternakan yang berkapasitas 8000 ekor dan usaha penjualan daging ayam olahan, usaha ini kemudian secara perlahan berkembang seiring dengan waktu.

Perusahaan Soma Unggas Farm hingga saat ini memiliki lokasi peternakan yang cukup banyak di berbagai wilayah seperti Parung, Leuwiliang, Ciawi, Tajur Halang dan akan memperluas areanya di wilayah Kahuripan serta wilayah pemasarannya mencakup daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cibinong, serta Dramaga. Tahun 2009 Perusahaan Soma Unggas Farm mulai bekerjasama dengan beberapa peternak melalui sistem kemitraan yang diawali dari daerah Dramaga dan Cibinong. Produksi Soma Unggas Farm hingga saat ini masih menitikberatkan perhatian pada produksi ayam ras pedaging siap potong yang dijual kepada para tengkulak yang lazim disebut sebagai penangkap.

Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dimiliki Soma Unggas Farm telah terdaftar resmi dalam organisasi GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nusantara) di bawah naungan Departemen Pertanian. Adapun anggota GOPAN tersebut antara lain

Pitiekoe, Tunas Mekar Farm (TMF), Perdana Putra Chicken (PPC),


(46)

serta Kelompok Bina Usaha Tani Muslim (KBTM). Kedelapan usaha peternakan ini sama seperti Soma Unggas Farm yang berbentuk usaha tradisional.

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi perusahaan yang strategik dapat ditinjau dari beberapa faktor, yaitu bahan baku, tenaga kerja, transportasi, pasar potensial, persediaan air yang cukup, keadaan iklim dan fasilitas bank. Hampir sama halnya dalam pemilihan kandang untuk usaha budidaya peternakan, perusahaan Soma Unggas Farm terlebih dahulu melalukan survei sebelum pembangunan kandang. Kegiatan survei ini melibatkan beberapa pihak seperti pihak kesehatan yaitu dokter hewan untuk melakukan diagnosa kebersihan lingkungan kandang, air dan sekitar area peternakan melalui uji labolatorium. Pihak keamanan setempat pun juga sangat diperhitungkan demi kenyamanan lingkungan budidaya ternak melalui bekerjasama dengan pihak kepolisian.

Pada awalnya, perusahaan budidaya peternakan Soma Unggas hanya memiliki dua kandang saja dan pengaturan manajemen perusahaan masih ditangani oleh pihak keluarga. Selang beberapa tahun, pengaturan manajemen dipusatkan di Jalan Salabenda, Bogor. Seiring perkembangan usaha budidaya di Jawa Barat khususnya di Kota Bogor, perusahaan peternakan Soma Unggas Farm mulai melebarkan sayapnya dengan mendirikan dua cabang di wilayah Dramaga dan Cibinong untuk membantu pemenuhan perrmintaan para tengkulak atau para penangkap.

Kemudian, mengingat lokasi perusahaan yang kurang memadai untuk perkembangan perusahaan, sedangkan bangunan tempat penyimpanan pakan, batubara, serta lainnya makin bertambah dan tidak memungkinakan lagi, maka pusat perkantoran serta gudang bangunan untuk tempat penyimpanan berpindah tidak jauh dari tempat semula, yang memiliki kapasitas yang lebih besar dengan luas lahan kurang


(47)

lebih satu hektar. Pemilihan lokasi ini oleh Pemilik Perusahaan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Tanah yang tersedia cukup luas untuk pengembangan usaha.

b. Lokasi tidak di tengah-tengah keramaian kota.

c. Harga tanah di daerah ini pada waktu itu cukup murah dibandingkan

dengan harga di daerah perkotaan.

d. Lokasi berdekatan dengan rumah kediaman pemilik perusahaan.

e. Arus transportasi ke pabrik cukup mudah.

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi (Lampiran 1) yang diterapkan Perusahaan Peternakan Soma Unggas Farm yaitu struktur organisasi garis, dimana kekuasaan dan tanggungjawab berjalan dari puncak pimpinan tertinggi yang dipegang oleh pemilik perusahaan. Pemilik perusahan merupakan

Direksi yang dibantu oleh seorang General Manager dalam

melaksanakan kebijakan perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Direksi membawahi secara langsung seorang General Manager dan

mengawasi Internal Control perusahaan.

b. General Manager membawahi dua unit atau cabang yaitu Dramaga Unggas Farm (DUF) dan Cibinong Unggas Farm (CUF) serta

Finnance Accounting (FA).

c. Setiap unit membawahi Petugas Pengawas Lapang (PPL), bagian

Marketing dan Team Support.

d. Bagian Marketing membawahi bagian administrasi di setiap unit.

Berdasarkan struktur organisasi Soma Unggas Farm, maka tugas dan tanggungjawab dari masing-masing bagian atau jabatan sebagai berikut:

a. Direksi bertugas memimpin semua kegiatan baik di dalam maupun

di luar perusahaan secara keseluruhan dan membawahi seorang


(48)

b. General Manager bertugas untuk membantu direksi dalam mengkoordinir kegiatan-kegiatan perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

c. Bagian Marketing bertugas untuk mengkoordinir kegiatan

pemasaran serta melakukan kegiatan penagihan terhadap piutang perusahaan.

d. Bagian Keuangan bertugas untuk mengkoordinir penyelenggaraan

administrasi dan keuangan perusahaan, serta mengkoordinasi pemasukan dan pengeluaran perusahaan.

e. Petugas Pengawas Lapang (PPL) bertugas untuk mengawasi semua

kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya ternak, seperti melaporkan setiap hari data stok jumlah ayam dengan ukuran di setiap kandang yang ditangani. Melaporkan data penggunaan dan melakukan pemesanan pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin serta lainnya yang berhubungan langsung dengan produksi.

f. Bagian Administrasi. Pada bagian ini dipisah menjadi dua bagian,

yaitu:

i. Bagian Administrasi Keuangan yang bertugas melakukan

pembukuan (Accounting), menyusun laporan pembukuan yang

bersifat rutin, memeriksa, menyimpan, mencatat bukti transaksi perusahaan, membuat laporan mengenai pelaksanaan proses produksi dan hasil produksi masing-masing kandang, serta

ii. Bagian Administrasi Pembelian, bertanggung jawab atas

persediaan barang atau jasa yang diperlukan setiap unit produksi, menyusun laporan pembelian secara periodik, bekerjasama

dengan berbagai supplier dalam dan luar negeri serta bekerjasama

dengan PPL untuk mengatur pembelian bahan baku dan bahan pembantu dalam proses produksi.


(49)

4.1.4 Pengadaan Sarana Produksi Peternak (Sapronak)

Salah satu sarana penting dalam menunjang kinerja usaha ayam potong peternakan Soma Unggas Farm yaitu sarana produksi, karena berhasil atau tidaknya usaha budidaya ayam ras pedaging sangat tergantung kepada tersedianya sarana produksi yang memadai. Sarana produksi peternakan yang dipasok oleh perusahaan Soma Unggas Farn

seperti DOC (Day Old Chick), pakan, obat, vaksin serta batubara. Para

peternak mitra ataupun milik sendiri wajib menggunakan serta mengelola bahan input dari perusahaan Soma Unggas Farm. Dalam pengadaan sarana produksi peternakan, Soma Unggas Farm menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di antaranya yaitu:

a. DOC: pada penggunaan setiap minggunya, Soma Unggas Farm

bekerjasama dengan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, PT. Malindo, PT. Peternakan Ayam Manggis, PT. Kerta Mulya Sejahtera, PT. Wonokoyo, PT. Samsung, PT. Asia Afrika.

b. Pakan: dalam pengadaan pakan Soma Unggas Farm bermitra dengan

PT. Charoen Pokphand Indonesia, PT. Kerta Mulya Sejahtera, PT. Malindo, PT. Universal Agribisnisindo, PT. Samsung, PT. Comfeed.

c. Obat-obatan: obat-obatan di pasok oleh PT. Mensana Aneka Satwa,

PT. Avindo Perdana Bahtera Mulia, PT. Sanbe Farma, PT. Vetra Indonesia, PT. Khyambo Srijaya Sampurna, PT. Cakar Mas, PT. Bina San Prima, PT. Ekasapta Wijaya Tangguh

d. Batubara: untuk pemanas peternakan Soma Unggas Farm

bekerjasama dengan YM. Trading, PT. Bara Lestari, PT. Batubara Bukit Asam, PT. Mandiri Globalindo, PT. Dieng Barabriket, PT. Briket Bukit Mas.

Perusahaan Soma Unggas Farm dalam melakukan pemesanan sarana produksi peternakan dapat melalui telepon dan mesin fax. DOC dan pakan yang dipesan akan dikirim langsung ke lokasi peternakan, sedangkan obat-obatan serta batubara sebagian besar dikirim ke gudang perusahaan. Dalam satu periode apabila terdapat kelebihan dalam


(50)

penggunaan pakan, maka akan dibawa kembali dari kandang untuk di oper ke kandang yang berdekatan yang memerlukan. Hal tersebut sangat sering terjadi di akhir periode, karena salah satu penyebabnya ayam di panen pada umur yang cukup muda sesuai dengan permintaan pasar, sehingga ketersediaan pakan akan bertambah.

4.1.5 Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging

Berdasarkan jumlah ayam yang diperlihara per periodenya, maka Soma Unggas Farm termasuk dalam kelompok peternakan berskala besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah DOC yang dipelihara per periodenya di setiap lokasi kandang mulai dari 8.000 ekor hingga 55.000 ekor.

Pemeliharaan ayam ras pedaging dilakukan dengan sistem all in

all out. Sistem ini selain mempermudah pengelolaan juga dapat mengurangi stres pada ayam. Kegiatan pemeliharaan ayam pedaging dimulai dengan melakukan persiapan kandang yaitu pengeluaran pupuk kandang, penyapuan lantai kandang, kemudian dilanjutkan dengan pencucian kandang dengan air bertekanan tinggi.

4.2 Perumusan Model Linear Programming

Perumusan model linear programming pada penelitian ini

mengasumsikan beberapa hal di antaranya adalah model tidak memperhitungkan adanya stok persediaan bahan baku dan produk jadi, tidak terdapat perubahan jumlah karyawan kandang selama Juni 2009 hingga Juni 2010, adanya persamaan penggunaan obat-obatan, vaksin, vitamin dan disinvektan lainnya, serta tidak ada kerusakan pada peralatan sarana produksi operasi.

1. Peubah Keputusan

Peubah keputusan yang diteliti yaitu banyaknya output atau ayam pedaging yang dihasilkan selama dua belas bulan (Juni 2009 sampai dengan Juni 2010) atau enam periode. Produk yang dioptimalisasikan dikategorikan menjadi lima kelompok berdasarkan usia panen ayam


(51)

potong dalam satuan hari yang dijual menurut interval ukuran panen masing-masing ayam. Di antara masing-masing kelompok memiliki perlakuan pemeliharaan dan penggunaan pakan, obat-obatan serta vaksinasi yang relatif sama.

Kelompok I merupakan produk-produk yang memiliki harga jual tertinggi dengan usia panen kurang lebih 21 sampai 23 hari. Sedangkan kelompok V adalah produk-produk yang mempunyai harga jual paling rendah dengan usia panen lebih dari 32 hari. Tabel 5 menggambarkan peubah-peubah keputusan yang diteliti.

Tabel 5. Peubah Keputusan

Periode Kel. 1 Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V

I X11 X21 X31 X41 X51

II X12 X22 X32 X42 X52

III X13 X23 X33 X43 X53

IV X14 X24 X34 X44 X54

V X15 X25 X35 X45 X55

VI X16 X26 X36 X46 X56

Keterangan: Tabel rincian peubah keputusan.

2. Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan merupakan hubungan matematik linear yang

menggambarkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Tujuan yang hendak di capai pada perusahaan Soma Unggas Farm yaitu memaksimalkan keuntungan. Penetapan koefisien fungsi tujuan dimulai dengan menentukan kontribusi keuntungan perusahaan untuk masing-masing produk yang dihasilkan setiap periodenya. Formulasi model yang dapat dibentuk adalah:

Maksimumkan Z = 5 6

C

ij

X

ij


(52)

Keterangan:

Z = Nilai fungsi tujuan / maksimalisasi keuntungan (Rp) Cij = Kontribusi keuntungan produk ke-i pada periode ke-j

Xij = Jumlah produk ke-i yang dihasilkan pada periode ke-j

I = Kelompok Produk

j = Periode produksi dalam satu tahun (6 periode)

a. Perhitungan kontribusi keuntungan

Perusahaan dalam hal menetapkan besarnya kontribusi keuntungan tidak dapat berperan, karena selalu mengikuti perubahan harga jual yang selalu terjadi di pasaran. Dengan diketahuinya harga jual masing-masing produk, maka nilai kontribusi keuntungan tiap produk dapat dihitung. Harga jual kelompok produk pada Tabel 6 merupakan rataan harga jual masing-masing produk dalam kelompoknya.

Tabel 6. Kontribusi keuntungan kelompok produk

Kelompok Usia (Hari)

Harga Jual/Ekor

(Rp)

Keuntungan/Ekor (Rp)

Kelompok I 21 - 23 14.600 3.926

Kelompok II 24 - 26 13.783 2.035

Kelompok III 27 - 28 13.233 1.933

Kelompok IV 29 - 31 12.867 1.904

Kelompok V 32 - 33 12.367 1.026

Sumber : Laporan Soma Unggas Farm, 2009-2010.

b. Formulasi model fungsi tujuan

Setelah kontribusi keuntungan diketahui, maka fungsi tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut :

MAKS Z:

3.926X11 + 3.926X12 + 3.926X13 + 3.926X14 + 3.926X15 + 3.926X16 +

2.035X21 + 2.035X22 + 2.035X23 + 2.035X24 + 2.035X25 + 2.035X26 +

1.933X31 + 1.933X32 + 1.933X33 + 1.933X34 + 1.933X35 + 1.933X36 +

1.904X41 + 1.904X42 + 1.904X43 + 1.904X44 + 1.904X45 + 1.904X46 +


(1)

Lampiran 1 - Struktur Organisasi SOMA UNGGAS

SOMA

SOMA GROUP Direksi

DUF FA CUF

PPL PPL MARKETING PPL SUPPORT MARKETING ASS. FA

ASS. SUPPORT

ADM ADM

ADM ADM ADM ADM

SUPPORT


(2)

Lampiran 2. Formulasi Model LP

MAX 3.926 X11 + 3.926 X12 + 3.926 X13 + 3.926 X14 + 3.926 X15 + 3.926 X16 + 2.035 X21 + 2.035 X22 + 2.035 X23 + 2.035 X24 + 2.035 X25 + 2.035 X26 + 1.933 X31 + 1.933 X32 + 1.933 X33 + 1.933 X34 + 1.933 X35 + 1.933 X36 + 1.904 X41 + 1.904 X42 + 1.904 X43 + 1.904 X44 + 1.904 X45 + 1.904 X46 + 1.026 X51 + 1.026 X52 + 1.026 X53 + 1.026 X54 + 1.026 X55 + 1.026 X56

SUBJECT TO PAKAN)

1,35 X11 + 1,76 X21 + 2,12 X31 + 2,48 X41 + 2,80 X51 <= 90.600 1,35 X12 + 1,76 X22 + 2,12 X32 + 2,48 X42 + 2,80 X52 <= 90.600 1,35 X13 + 1,76 X23 + 2,12 X33 + 2,48 X43 + 2,80 X53 <= 90.600 1,35 X14 + 1,76 X24 + 2,12 X34 + 2,48 X44 + 2,80 X54 <= 90.600 1,35 X15 + 1,76 X25 + 2,12 X35 + 2,48 X45 + 2,80 X55 <= 90.600 1,35 X16 + 1,76 X26 + 2,12 X36 + 2,48 X46 + 2,80 X56 <= 90.600 VOD)

12.104 X11 + 14.139 X21 + 2.838 X31 + 1.014 X41 + 2.205 X51 <= 41.262.824 35.894 X12 + 0 X22 + 7.863 X32 + 2.977 X42 + 2.965 X52 <= 41.262.824 5.846 X13 + 9.062X23 + 0 X33 + 4.653 X43 + 1.980 X53 <= 41.262.824 2.696 X14 + 7.753X24 + 0 X34 + 5.485 X44 + 2.572 X54 <= 41.262.824 5.968 X15 + 0 X25 + 8.107 X35 + 4.106 X45 + 1.573 X55 <= 41.262.824 388.634 X16 + 6.745 X26 + 0 X36 + 8.336 X46 + 2.295 X56 <= 41.262.824 TKL)

0,03717 X11 + 0,01932 X21 + 0,00678 X31 + 0,07488 X41 + 0,17337 X51 <= 10.464

0,03717 X12 + 0,01932 X22 + 0,00678 X32 + 0,07488 X42 + 0,17337 X52 <= 10.464

0,03717 X13 + 0,01932 X23 + 0,00678 X33 + 0,07488 X43 + 0,17337 X53 <= 10.464

0,03717 X14 + 0,01932 X24 + 0,00678 X34 + 0,07488 X44 + 0,17337 X54 <= 10.464

0,03717 X15 + 0,01932 X25 + 0,00678 X35 + 0,07488 X45 + 0,17337 X55 <= 10.464

0,03717 X16 + 0,01932 X26 + 0,00678 X36 + 0,07488 X46 + 0,17337 X56 <= 10.464

KAP.KDG)


(3)

788 X12 + 0 X22 + 4379 X32 + 12.805 X42 + 13.688 X52 <= 3.750 4.100 X13 + 2.990 X23 + 0 X33 + 6.943 X43 + 17.372 X53 <= 3.750 9.310 X14 + 3.660 X24 + 0 X34 + 6.168 X44 + 14.002 X54 <= 3.750 2.600 X15 + 0 X25 + 2.330 X35 + 5.094 X45 + 14.157 X55 <= 3.750 74 X16 + 4.820 X26 + 0 X36 + 4.650 X46 + 17.976 X56 <= 3.750 END

Lampiran 3. Hasil Optimalisasi

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 11 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.4575115E+09

VARIABLE VALUE REDUCED COST X11 4.838710 0.000000 X12 4.758883 0.000000 X13 0.914634 0.000000 X14 0.402793 0.000000 X15 1.442308 0.000000 X16 50.675674 0.000000 X21 0.000000 1764.354858 X22 51473.621094 0.000000 X23 0.000000 1535.191284 X24 0.000000 629.259888 X25 51476.167969 0.000000 X26 0.000000 175114.171875 X31 0.000000 18451.804688 X32 0.000000 13661.154297 X33 42735.265625 0.000000 X34 42735.593750 0.000000 X35 0.000000 2637.709717 X36 42703.578125 0.000000 X41 0.000000 61291.933594 X42 0.000000 39395.765625 X43 0.000000 4921.133301 X44 0.000000 2142.772217 X45 0.000000 5597.203125 X46 0.000000 169710.250000 X51 0.000000 29890.617188 X52 0.000000 43293.957031 X53 0.000000 12946.270508


(4)

X54 0.000000 5580.350098 X55 0.000000 15089.265625 X56 0.000000 656213.000000

Lanjutan Lampiran 3.

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES PAKAN) 90593.468750 0.000000 3) 0.000000 1156.250000 4) 0.000000 911.792480 5) 0.000000 911.792480 6) 0.000000 1156.250000 7) 0.000000 911.792480 OVD) 41204256.000000 0.000000 9) 41092008.000000 0.000000 10) 41257476.000000 0.000000 11) 41261740.000000 0.000000 12) 41254216.000000 0.000000 13) 21568534.000000 0.000000 TKL) 10463.820312 0.000000 15) 9469.352539 0.000000 16) 10174.220703 0.000000 17) 10174.237305 0.000000 18) 9469.426758 0.000000 19) 10172.585938 0.000000 KANDANG) 0.000000 5.065806 21) 0.000000 3.001348 22) 0.000000 0.657337 23) 0.000000 0.289482 24) 0.000000 0.909639 25) 0.000000 36.420002


(5)

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE COEF INCREASE DECREASE X11 3926.000000 INFINITY 1823.166504 X12 3926.000000 INFINITY 2365.062500 X13 3926.000000 INFINITY 2105.111816 X14 3926.000000 INFINITY 1600.658569 X15 3926.000000 INFINITY 2365.062500 X16 3926.000000 INFINITY 2688.474609 X21 2035.000000 1764.354736 INFINITY Lanjutan Lampiran 3.

X22 2035.000000 3083.340576 2035.000000 X23 2035.000000 1535.191406 INFINITY X24 2035.000000 629.259949 INFINITY X25 2035.000000 3083.340576 2035.000000 X26 2035.000000 175114.171875 INFINITY X31 1933.000000 18451.804688 INFINITY X32 1933.000000 13661.154297 INFINITY X33 1933.000000 4232.274414 1933.000122 X34 1933.000000 4232.273926 1085.213135 X35 1933.000000 2637.709717 INFINITY X36 1933.000000 4232.273926 1933.000122 X41 1904.000000 61291.933594 INFINITY X42 1904.000000 39395.765625 INFINITY X43 1904.000000 4921.133789 INFINITY X44 1904.000000 2142.772217 INFINITY X45 1904.000000 5597.203125 INFINITY X46 1904.000000 169710.250000 INFINITY X51 1026.000000 29890.617188 INFINITY X52 1026.000000 43293.953125 INFINITY X53 1026.000000 12946.271484 INFINITY X54 1026.000000 5580.350098 INFINITY X55 1026.000000 15089.265625 INFINITY X56 1026.000000 656213.000000 INFINITY

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE RHS INCREASE DECREASE PAKAN 90600.000000 INFINITY 90593.468750


(6)

3 90600.000000 862632.500000 90593.570312 4 90600.000000 3181319.750000 90598.765625 5 90600.000000 3181324.750000 90599.460938 6 90600.000000 862639.250000 90598.054688 7 90600.000000 3180808.500000 90531.585938 OVD 41262824.000000 INFINITY 41204256.000000 9 41262824.000000 INFINITY 41092008.000000 10 41262824.000000 INFINITY 41257476.000000 11 41262824.000000 INFINITY 41261740.000000 12 41262824.000000 INFINITY 41254216.000000 13 41262824.000000 INFINITY 21568534.000000 TKL 10464.000000 INFINITY 10463.820312 15 10464.000000 INFINITY 9469.352539 Lanjutan Lampiran 3.

16 10464.000000 INFINITY 10174.220703 17 10464.000000 INFINITY 10174.237305 18 10464.000000 INFINITY 9469.426758 19 10464.000000 INFINITY 10172.585938 KANDANG 3750.000000 2638243.250000 3750.000000 21 3750.000000 902114.625000 3750.000244 22 3750.000000 28935282.000000 3750.000000 23 3750.000000 142487680.000000 3750.000000 24 3750.000000 17972680.000000 3750.000000 25 3750.000000 4106.875488 3749.999756