Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi Siswa SMP pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak Papua Barat

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH
AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA
DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN
FAKFAK PAPUA BARAT

ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Gaya
Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi Siswa SMP Pada Daerah
Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat adalah karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2014

Ulfah Mushliha Adhani Puarada
NIM I24100118

ABSTRAK
ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA. Pengaruh Gaya Pengasuhan dan
Pola Asuh Akademik terhadap Prestasi Siswa SMP pada Daerah Pantai dan
Pegunungan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Dibimbing oleh DWI
HASTUTI.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat fakfak adalah
rendahnya kualitas pendidikan pada setiap tingkatan. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan pola asuh akademik terhadap
prestasi siswa SMP di daerah pantai dan pegunungan di Kabupaten Fakfak,
Provinsi Papua Barat. Penelitian melibatkan 40 responden kelas VIII yang dipilih
secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pola asuh

akademik yang diberikan orangtua baik pada daerah pantai maupun pegunungan
berada pada kategori rendah. Untuk penerapan gaya pengasuhan dapat orangtua
pada daerah pantai menerapkan gaya pengasuhan penerimaan dengan skor 73 dan
pegunungan dengan skor 40-60 untuk gaya pengasuhan penolakan. Pada daerah
pantai dan pegunungan memiliki kekhasan prestasi masing-masing, daerah pantai
dengan prestasi akademik yang baik dan daerah pegunungan dengan prestasi non
akadermik yang baik. Beberapa faktor mempengaruhi prestasi siswa, baik
akademik maupun non-akademik yaitu lama pendidikan orangtua, aktivitas siswa,
gaya pengasuhan penolakan dan pola asuh akademik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dan pola asuh akademik berpengaruh
terhadap prestasi siswa SMP di Kabupaten Fakfak baik secara akademik maupun
non-akademik.
Kata kunci : daerah pantai, daerah pegunungan, pola asuh akademik, dan prestasi
akademik, prestasi non akademik
ABSTRACT
ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA. The Effect Of Parenting Style and
Academic Achievement of Adolesencts Performances On Junior High School In
Coastal and Mountain Areas at Fakfak Regency, West Papua Province. Under
Direction by DWI HASTUTI.
One of the problems Fakfak people’s facing these days is the low quality

of education at all levels. The purpose of the study was to discover the effect of
parenting style and parenting academic on junior high school performance in
coastal areas and mountains of Fakfak Regency, West Papua Province. Sample
was 40 respondent in eigth grade selected by purposive. The results showed
quality parent of both areas using academic achievement are low category. For
perceived parenting, parent on coastal areas using parenting acceptance style with
maximal score 73 and parents on mountain areas, using parenting rejection styles
with maximal score 40-60. Both areas has unique achievement, coastal area with
academic achievement and mountain area with non-academic achievement. Some
factor effect to academic and non-academic achievement are parents
education,adolesentcs activity, parental rejection and academic achievement.
Parenting style and parenting academic affect the academic achievement.
Keyword : academic achievements, coastal areas, mountain areas, and parenting
academic

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH
AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA
DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN
FAKFAK PAPUA BARAT

ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul : Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi
Siswa SMP pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak
Papua Barat
Nama : Ulfah Mushliha Adhani Puarada
NIM : I24100118

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof.Dr.Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 1 Juni 1993 dari ayah Dr. H.
Wahidin Puarada, M.Si dan ibu Siti Hadra Kadir, SH. Penulis merupakan anak
kedua dari enam bersaudara. Pendidikan terakhir ditempuh di SMA Lazuardi
Global Islamic School (GIS). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah
(BUD), dengan Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen. Selama menempuh
pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu
Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA-Bogor). Penulis juga aktif dalam mengikuti
kepanitiaan yang diselengarakan baik oleh Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM
FEMA) maupun Himpunan Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) ,
beberapa diantaranya adalah Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan
Departemen, Hari Keluarga, Family and Consumer Day, dan Indonesian Ecology
Expo (INDEX). Penulis juga pernah mendapatkan penghargaan Mahasiswa
Berprestasi bidang Olahraga FEMA pada tahun 2010.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Asuh

Akademik Dan Prestasi Siswa SMP Pada Daerah Pantai dan Daerah Pegunungan
Di Kabupaten Fakfak Papua Barat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku
pembimbing, Ibu Dr .Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku pembimbing
akademik, serta Ibu Alfiasari, SP, M.Si dan Ibu Neti Hernawati, SP selaku
penguji yang banyak memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah (Dr.H.Wahidin
Puarada,M.Si) dan Ibu (Siti Hadra Kadir,S.H) beserta kakak dan adik yang setia
mendukung dan memotivasi penulis (Icha,Aim,Ima,Eva,dan Andy) juga kepada
teman-teman seperjuangan IKK’47 (Nenggi,Anggra, Ilma,Andin) dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman sebimbingan (Lia, Andin, Herni,
Yosita),
keluarga
besar
B24,
FRENZ
(Luqman,Keke,Fender,Agus,
Rizky,Anyun,Salmi), Mutiaraners (Kak Uni, Kak Icha, Kak Upi, Kak Sri, Kak
Nur,Titin dan Yeni), Lorong 11 (Aan, Linda, Deti, Novi, Aka, Fitri), keluarga
besar FASCO , dan tidak lupa juga kepada responden yang telah membantu

penulis dalam pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Ulfah Mushliha Adhani Puarada

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Keluarga
Karakteristik Siswa
Gaya Pengasuhan
Pola Asuh Akademik
Fasilitas Belajar
Aktivitas Siswa
Prestasi Remaja
Hubungan Antar Variabel
Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi siswa
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
2
4
4

5
6
6
6
7
7
9
9
9
10
12
12
13
14
15
16
18
19
20
21

22
22

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Jenis dan cara pengambilan data
Sebaran berdasarkan besar keluarga
Sebaran berdasarkan pendapatan orangtua
Sebaran berdasarkan pendidikan orangtua
Sebaran berdasarkan pekerjaan orangtua
Sebaran berdasarkan usia siswa
Sebaran berdasarkan gaya pengasuhan
Sebaran berdasarkan pola asuh akademik
Rataan prestasi berdasarkan wilayah
Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik siswa
Sebaran contoh berdasarkan prestasi non-akademik siswa
Nilai Koefisen Korelasi Hubungan Karakteristik Keluarga,
Karakteristik Remaja, Gaya Pengasuhan, Pola Asuh Akademik
dengan Prestasi Siswa
13. Hasil analisis regresi terhadap prestasi remaja

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

DAFTAR GAMBAR
Kerangka Pemikiran
Skema Penarikan Contoh
Sebaran berdasarkan pola asuh akademik
Sebaran berdasarkan alat pembelajaran
Sebaran berdasarkan media pembelajaran
Sebaran kegiatan ekstrakulikuler berdasarkan wilayah
Sebaran kegiatan kulikuler berdasarkan wilayah

DAFTAR LAMPIRAN
Sebaran contoh berdasarkan jawaban gaya pengasuhan
Sebaran contoh berdasarkan jawaban pola asuh akademik
Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada
daerah pantai
Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada
daerah pegunungan
Sebaran contoh berdasarkan prestasi non-akademik siswa
Hasil penelitian terdahulu

7
10
10
11
12
12
13
14
18
19
19

20
21

5
6
13
15
16
17
17

26
27
29
29
30
31

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapi oleh tiga tantangan pendidikan nasional, yaitu
tantangan dalam menghadapi bonus demografi, tantangan terhadap respon
perubahan atas rencana pemberlakuan masyarakat ASEAN 2015, dan tantangan
dalam menghadapi kualitas guru. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat
namun masih terdapat ketimpangan kualitas berupa sarana prasarana maupun
output pendidikan yang masih terlokalisir di Pulau Jawa (Hidayat 2014). Survei
yang dilakukan oleh lembaga edukasi dan perusahaan penerbitan Pearson
menempati Korea Selatan sebagai peringkat pertama dengan sistem pendidikan
global terbaik, sedangkan Indonesia berada pada posisi terbawah. Kesuksesan
pendidikan Korea Selatan mencerminkan budaya bahwa baik guru, orang tua dan
murid sama-sama sangat dihormati, serta bersama-sama bertanggung jawab
terhadap pendidikan (BBC 2014).
Pembangunan pendidikan yang bermutu dan merata di seluruh wilayah
Indonesia merupakan cita-cita besar yang belum terwujud. Banyak hal yang
menjadi kendala, terlebih wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. Pendekatan
yang dilakukan untuk membangun pendidikan berbeda dengan wilayah lainnya.
Masyarakat pegunungan yang sangat tekun dengan aktivitas pertanian memiliki
gizi yang terbilang rendah. Masyarakat di daerah pesisir pantai terbilang jauh
lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat pegunungan, tetap memerlukan
pendekatan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembangunan pendidikan
di Papua Barat adalah luasnya wilayah sehingga membuat jarak menjadi
berjauhan (Akuntono 2011).
Perbedaan identitas dan perbedaan unsur kebudayaan suatu daerah pun
akan membentuk orientasi anak sesuai kebudayaan serta menimbulkan keragaman
gaya pengasuhan di berbagai etnis Indonesia, termasuk etnis Papua. Beragamnya
pengasuhan yang terjadi dapat mempengaruhi kualitas dan perkembangan anak,
salah satunya masalah yang terjadi di sekolah meliputi kegagalan dan kesulitan
belajar (Hastuti 2009). Ali (2009) dalam Nikmah (2011) menyebutkan bahwa
terdapat sejumlah faktor yang berhubungan dengan perkembangan anak, yaitu
pola asuh orang tua dan pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting yang
akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan
orang tua, semakin tinggi pengetahuan orang tua akan pentingnya pendidikan bagi
anaknya.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pengajar
untuk mengubah tingkah laku siswa melalui pengajaran dan pelatihan (Irham &
Wiyani 2013). Suatu sumberdaya manusia yang unggul tidak tercipta dengan
sendirinya, namun dibutuhkan kerjasama antara pendidik dan keluarga untuk
menciptakan suatu keberhasilan. Keunggulan sumberdaya manusia dapat dilihat
dari pencapaian suatu pembelajaran, yang dilihat melalui nilai rapor dan juga
prestasi yang menunjang pada sisi non-akademik. Secara umum, terdapat dua
faktor yang mempengaruhi prestasi seseorang, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal berkaitan dengan pengasuhan, kondisi tempat belajar,
dan kondisi lingkungan belajar. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor
psikologis (Srinovita et al. 2012)

2

Dalam prosesnya, setiap keluarga melakukan proses pengasuhan untuk
mengoptimalkan baik pertumbuhan dan perkembangan anak dengan dibantu oleh
sekolah, komunitas, dan masyarakat. Penyediaan lingkungan yang aman dan sehat
terhadap anak mampu mengoptimalkan perkembangan anak (Berns 1997 dalam
Latifah et.al 2009). Menurut Myers (1990) dalam Hastuti (2009), dilihat dari
lingkungan belajar anak terdapat enam dimensi yang dapat mempengaruhi anak,
yaitu lingkungan fisik, aktivitas, sistem nilai, hubungan sosial, masyarakat sekitar
anak, dan komunikasi.
Perumusan Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan suatu
bangsa dimana seseorang mampu mendapatkan pengetahuan serta pengembangan
diri (Prihatina 2011). Orangtua menginginkan anaknya untuk menjadi manusia
yang pandai, cerdas, dan berakhlak, namun tidak menyadari bahwa caranya
mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan serta dibatasi kebebasannya.
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara namun hingga saat ini, peluang
terbesar untuk memperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya
dan pintar. Dengan bermodalkan kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup,
didukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor pendukung untuk
memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Mereka berpeluang besar
memasuki sekolah-sekolah elit, berkualitas, berstandar nasional, bahkan
internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang kondusif,
ditunjang dengan kualitas anak didik yang punya daya pikir tinggi. Selain itu,
tersedianya sarana prasarana yang lengkap membantu untuk mewujudkan
pendidikan yang mapan (Panagan 2013).
Eksistensi pendidikan di Indonesia menjadi permasalahan yang
disebabkan oleh banyaknya anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan
tidak pernah mengikuti kegiatan di sekolah (USAID 2013). Secara umum,
terdapat dua faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal disebabkan oleh pertimbangan subjektif yang
tidak dipengaruhi oleh biaya, contohnya faktor budaya yang membatasi kemauan
sekolah. Faktor eksternal adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh lingkungan luar,
termasuk besarnya biaya pendidikan, yang berujung pada ketidakmampuan pihak
pembiaya (orang tua, wali maupun anak sendiri) dalam membayar, yang
mengharuskan anak putus sekolah. Kasus seperti ini terus meningkat, tidak saja
menjadi fenomena di Papua tetapi juga di kota lain di Indonesia.
Peranan penting untuk mewujudkan pendidikan dipegang oleh ibu yang
menerapkan pola asuh bagi siswa sehingga berdampak positif bagi prestasi siswa.
Keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar siswa
dengan mendorong serta membimbing siswa dengan baik dapat membuat siswa
memperoleh prestasi yang baik. Apabila keluarga tidak mendorong dan
membimbing siswa dengan baik maka siswa akan sulit memperoleh prestasi
belajar yang baik. Lingkungan, hubungan antar anggota keluarga, cara orang tua
mendidik siswa serta keadaan ekonomi keluarga dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa (Indriyani
2008). Bentuk kualitas siswa secara khusus yang merupakan aspek penting
sebagai pendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu ditemukan
dan diwujudkan (Hartoyo et al. 2009).

3

Berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan, Indonesia berada pada
peringkat ke-69 dari 127 negara pada tahun 2011. Di dunia internasional, kualitas
pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia
berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring
Report 2012. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013,
Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak
usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi yang disebabkan oleh tiga faktor yaitu
faktor ekonomi; anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi
keluarga; dan pernikahan di usia dini (USAID 2013).
Penelitian The Third International Mathematics and Science Repeat (1999)
menunjukkan kemampuan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Indonesia
dalam bidang ilmu pengetahuan alam di urutan ke-32 dan untuk matematika di
posisi ke-34 dari 38 negara yang diteliti (Harsono 2003 dalam Hartoyo et al.
2009). Studi tersebut menunjukkan bahwa kualitas anak SMP di Indonesia dalam
bidang pendidikan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kualitas
manusia tersebut menjadi sangat penting sebagai pertanda keberhasilan
pembangunan.
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan salah satu tolok ukur yang
digunakan MDGs dalam mengukur pencapaian kesetaraan gender dibidang
pendidikan. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang
dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 712 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia
16-18 tahun. Secara nasional persentase pencapaian APM -SD meningkat menjadi
93,99 persen pada tahun 2008. Sementara pada jenjang SMP selama periode tahun
2006-2008 berkisar 66,98 persen meskipun mengalami kenaikan walaupun tidak
signifikan. Demikian halnya dengan APM-SMA selama periode tahun 2006-2008
berkisar 43-44 persen dan angka ini juga lebih rendah apabila dibandingkan
dengan APM SD dan SMP. Untuk APM-SMP, DKI Jakarta menempati urutan
tertinggi dan Papua Barat menempati urutan terbawah dalam APM tahun 20062008.
Dalam hal ini, Angka Partisipasi Kasar (APK) juga digunakan mengingat
masih tingginya siswa berusia lebih tua dari kelompok usia yang seharusnya
(overage), sehingga APM di tingkat SD, SMP dan SMU lebih rendah
dibandingkan dengan APK. Untuk kategori APK SMP, DI Yogyakarta menempati
urutan tertinggi baik untuk laki-laki dan perempuan yaitu 91, 88 persen dan 98,71
persen sedangkan Provinsi Papua Barat berada pada urutan ke-32 untuk laki-laki
yaitu 64,34 persen dan berada pada urutan terbawah untuk perempuan yaitu 60,43
persen.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2010, Provinsi
Papua Barat berada pada urutan ke-29 dari 33 provinsi di Indonesia dengan 69,15
persen. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Fakfak mengalami
kenaikan menjadi 72,64 persen dan menduduki urutan kedua di Provinsi Papua
Barat, namun di sisi lain, Kabupaten Fakfak menduduki peringkat ke-4 untuk
penduduk miskin yaitu 28,50 persen. Untuk bidang pendidikan, peningkatan
cukup tinggi terjadi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan Angka
Partisipasi Kasar (APK) sebesar 97,72 persen dan Angka Partisipasi Murni
(APM) sebesar 78.08 persen, namun tidak sebanding dengan pelayanan yang

4

belum merata ke seluruh pelosok Kabupaten Fakfak pada setiap jenjang
pendidikan (Retno 2013)
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Fakfak
diantaranya adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap tingkatan serta
rendahnya kualitas sumberdaya manusia, mahalnya biaya transportasi, jauhnya
jarak tempuh serta kurangnya guru yang berkualitas. Kurangnya sekolah disetiap
jenjangnya (TK sampai dengan SMA) di Kabupaten Fakfak menyebabkan siswa
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan. Penyebab lainnya adalah pendidikan
dasar dan menengah tidak merata, minat guru masih rendah serta sarana dan
prasarana yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan daya saing puteraputeri Papua menjadi rendah ketika memasuki atau melanjutkan sekolah atau
perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan di luar Papua. Megawangi et al.
(2008) menyatakan bahwa metode yang digunakan pada sekolah-sekolah kurang
sesuai dengan teori perkembangan anak. Hal tersebut menyebabkan mayoritas
siswa Indonesia tidak mampu untuk mengikuti pelajaran pada jenjang selanjutnya,
sehingga mengakibatkan generasi-generasi Indonesia yang tidak percaya diri dan
menciptakan sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan terbawah,
tidak mampu bekerja, tidak terampil, serta tidak berkarakter.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana pengaruh pola asuh akademik terhadap prestasi siswa pada
daerah pantai dan pegunungan? Bagaimana perbedaan pola asuh akademik siswa
pada daerah pantai dan pegunungan? Bagaimana perbedaan prestasi siswa pada
derah pesisir pantai dan pegunungan? serta faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi siswa di daerah pesisir pantai dan pegunungan?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya
pengasuhan dan pola asuh akademik terhadap prestasi siswa pada daerah pesisir
pantai dan pegunungan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
Tujuan Khusus
1. menganalisis kualitas pola asuh akademik siswa SMP pada daerah pantai dan
pegunungan ;
2. menganalisis gaya pengasuhan yang digunakan orangtua terhadap siswa SMP
pada daerah pantai dan pegunungan ;
3. menganalisis prestasi siswa SMP pada daerah pantai dan pegunungan ;
4. menganalisis faktor yang mempengaruhi prestasi siswa pada daerah pantai dan
pegunungan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak terkait. Bagi institusi IPB,
penelitian ini diharapkan dapat menyumbang referensi baru bagi civitas
akademika khususnya pada prestasi khususnya dibidang prestasi non-akademik
yang masih sangat kurang untuk diteliti. Bagi pemerintah daerah Kabupaten
Fakfak khususnya Dinas Pendidikan dan Olahraga, penelitian ini menjadi acuan
untuk mengembangkan kualitas sumberdaya manusia di bidang akademik dan
non-akademik. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi
mahasiswa atau peneliti yang tertarik dengan topik penelitian sejenis.

5

KERANGKA PEMIKIRAN
Prestasi akademik merupakan pencapaian individu yang digunakan
sebagai ukuran keberhasilan siswa dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
akademik dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang
dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.
Karakteristik keluarga yang meliputi besar keluarga, pendapatan orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua diduga menentukan bagaimana
gaya pengasuhan, pola asuh akademik dan prestasi siswa. Menurut Hurlock
(1983) besar keluarga mempengaruhi pengasuhan dan fasilitas belajar yang
disediakan orang tua. Semakin besar keluarga maka semakin sedikit fasilitas
yang disediakan orangtua. Secara langsung atau tidak langsung kedua hal
tersebut akan mempengaruhi prestasi siswa, baik akademik maupun nonakademik. Pendapatan orang tua diduga sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan anak karena pendapatan orang tua berhubungan dengan pola asuh
belajar yang diberikan kepada anaknya
Anak yang sukses dalam belajar umumnya adalah anak yang
mendapatkan dukungan dari keluarga, seperti dukungan berprestasi dan displin
diri yang diterapkan orang tua terhadap anak. Keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak mengakibatkan anak mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan
juga perilaku yang lebih baik di sekolah maupun di rumah (Santrock 2007).
Dengan kata lain, pola asuh akademik yang diberikan orangtua diduga
berhubungan dengan prestasi akademik anak.
Penelitian ini melihat bagaimana hubungan karakteristik keluarga,
karakteristik remaja, gaya pengasuhan, pola asuh belajar, dengan prestasi siswa.
Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan karakteristik remaja,
karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola asuh akademik, prestasi siswa
yang memiliki perbedaan wilayah dapat dilihat pada Gambar 1.

Karakateristik Keluarga
- Besar keluarga
- Pendapatan orangtua
- Pendidikan orangtua
- Pekerjaan Orangtua

Karakateristik Siswa
- Usia

Karakateristik
Lingkungan
- Daerah Pantai
- Daerah Pegunungan

Pola Asuh Akademik
- Dukungan Berprestasi
(Fasilitas Belajar)
- Displin Diri
Gaya Pengasuhan
Orangtua (Parental
Acceptance Rejection)
- Warmth
- Inddiferece Neglect
- Undifferentiated
Rejection
- Hostility

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Aktivitas Siswa

Prestasi
Siswa
- Akademik
- Non
akademik

6

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yang mana
pengukuran variabel penelitian dilakukan dalam satu kali pengukuran. Penelitian
dilakukan di dua lokasi yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan
kecamatan Fakfak Tengah mewakili daerah pesisir pantai dan kecamatan
Kramomomgga mewakili daerah pegunungan. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Februari 2014.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII (delapan) pada
daerah pantai dan pegunungan dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi kelas
berlomba-lomba untuk mencapai sebuah prestasi dan tidak disibukkan oleh
persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas IX (sembilan), dengan syarat tinggal
bersama orang tua kandung. Kecamatan Fakfak Tengah dipilih mewakili daerah
pesisir pantai karena jarak tempuh ke daerah perkotaan tidak membutuhkan waktu
yang lama. Kecamatan Kramomongga dipilih mewakili daerah pegunungan
merupakan satu-satunya wilayah yang berada pada daerah pegunungan.
Berdasarkan sebaran sekolah yang berada di kabupaten Fakfak,
kecamatan Fakfak Tengah memiliki lima sekolah menengah pertama (SMP) lebih
banyak daripada kecamatan Kramomongga yang hanya memiliki satu sekolah
sekolah menengah pertama (SMP). Responden dalam penelitian adalah 40 siswa
yang terdiri dari 20 siswa-siswi di daerah pesisir pantai dan 20 siswa-siswi di
daerah pegunungan.
Kabupaten Fakfak

Kecamatan Fakfak Tengah

MTS
Muhamaddiyah

SMP
Yapis

Kelas 8a

SMP
Negeri 2

Kelas 8b

Kecamatan Kramomongga

SMP
Negeri 4

Kelas 8c

SMP
Gir-gir

SMP Negeri 4
kokas

Kelas 8d
Kelas 8

n = 25

n =27

n = 25

n = 28

n=5

n=5

n=5

n=5

n = 20

Gambar 2 Skema Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi: (1) Karakteristik siswa (usia); (2) Karakteristik keluarga
(tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, besar keluarga,
pendapatan keluarga) ; (3) Gaya pengasuhan ; (4) Pola asuh akademik; dan (5)
aktivitas siswa. Data sekunder meliputi prestasi akademi melalui nilai rapot.
Semua data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner
yang telah disiapkan. Jenis dan cara pengumpulan disajikan dalam Tabel 1.

7

Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis Data
Primer

Primer

Primer

Variabel
Karakteristik keluarga
- Besar Keluarga
(BKKBN
2005)

Skala
Data
Rasio

-

Pendidikan
Orang Tua

Nominal

-

Pekerjaan
Orang Tua

Nominal

-

Pendapatan
Keluarga

Ordinal

Karakteristik Remaja
Usia

Pola asuh akademik
- Dukungan
berprestasi
-

Displin diri

Rasio

Kategori Data

Jumlah item

1.Keluarga Kecil (≤4 orang)
2.Keluarga Sedang (5-7
orang)
3.Keluarga Besar (≥8 orang)
1.Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat
7. D1/D2/D3
8. D4/S1
9. S2
10. S3
Petani, pedagang, buruh, PNS,
Polri, Wiraswasta, Karyawan
BUMN,Karyawan swasta dan
tidak bekerja
1 . 16tahun
40 item

Ordinal

Gaya pengasuhan

Ordinal
Ordinal

Sekunder

Prestasi akademik

Ordinal

1. Rendah (50-64)
2. Sedang (65-80)
3. Tinggi (81-100)

Primer

Prestasi non-akademik

Ordinal

1.Rendah (0-2 perlombaaan)
2. Sedang ( 3-4 perlombaan)
3. Tinggi (≥ 5 perlombaan)

60 item

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry
data, cleaning data dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan
Microsoft Excel dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 16.0. Data
akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
Tingkat pendidikan orang tua digolongkan menjadi 9 bagian, yaitu Tidak
Sekolah, Tidak Tamat SD, Tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA, Tamat D3, S1,
S2 dan S3. Jenis pekerjaan orang tua meliputi petani, pedagang, buruh, PNS,

8

polri, wiraswasta, karyawan BUMN, karyawan swasta dan tidak bekerja. Tingkat
pendapatan keluarga diukur berdasarkan UMR Papua Barat (2013) yaitu Rp
1.870.000. Besar keluarga berdasarkan BKKBN (1998) dilihat dari jumlah
anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anggota keluarga yang tinggal
dirumah dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7
orang), dan besar (≥ 8 orang).
Kuesioner gaya pengasuhan merupakan alat ukur yang disusun oleh
Rohner (1986). Kuesioner terdiri dari 60 pertanyaan dengan nilai cronbach-alpha
sebesar 0.865, dengan jawaban hampir/selalu, kadang-kadang, jarang, hampir
tidak pernah, dengan 29 pertanyaan reverse. Pola asuh akademik terdiri dari 40
pertanyaan yaitu masing-masing 20 pertanyaan untuk pola asuh disiplin diri
dan pola asuh dukungan berprestasi dengan memodifikasi instrumen
Mafriana (2003) dan Hastuti (2006), Srinovita (2011), Yusmiah (2008),
Nandari (2013) dengan jawaban sering, kadang-kadang, dan tidak pernah dengan
nilai cronbach-alpha secara keseluruhan sebesar 0.797. Setelah diberi skor,
masing-masing jawaban dikategorikan menjadi rendah ( 80%).
Alat stimulasi belajar terdiri dari 10 item pertanyaan mencakup
pensil, bulpen/pena, penghapus, penggaris, jangka panjang, busur, tipex, buku
tulis, spidol, dan tempat pensil. Media pembelajaran terdiri dari 5 item pertanyaan
mencakup laptop/komputer, lembar kerja siswa, buku pelajaran, kamus (Bahasa
Inggris/ Bahasa Indonesia), dan buku gambar. Ada atau tidaknya baik alat
stimulasi belajar dan media pembelajaran yang dimiliki contoh dinyatakan dengan
skor 0 untuk tidak ada dan skor 1 untuk ada dengan nilai cronbach-alpha secara
keseluruhan sebesar 0.743. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban
dikategorikan menjadi rendah (< 60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (> 80%).
Prestasi akademik siswa dilihat dari rata-rata nilai rapor mata pelajaran
yang sama-sama dimiliki oleh kedua sekolah tersebut pada semester satu tahun
ajaran yaitu Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,IPA, IPS,
Penjaskes, Kesenian, Muatan Lokal, PPKn, Agama, Keterampilan, Teknik Ilmu
Komputer (TIK). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(PERMENDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) merupakan batas minimal ketercapaian standar kompentensi dari aspek
penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Prestasi belajar
dikategorikan berdasarkan standar KKM yaitu rendah (50-64), sedang (65-80),
dan tinggi (81-100). Prestasi non-akademik dilihat dari seberapa aktifnya anak
menjuarai atau mengikuti suatu perlombaan di luar sekolah. Prestasi internasional
diberi nilai 5, prestasi nasional diberi nilai 4, prestasi lokal diberi nilai 3, prestasi
antara RT diberi nilai 1, dan tidak mengikuti kejuaraan diberi angka 0. Kegiatan
ekstrakulikuler meliputi jenis kegiatan tambahan yang diikuti siswa diluar jam
sekolah, yaitu Pramuka, OSIS maupun les mata pelajaran atau kursus.
Untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik
individu, pola asuh akademik pada daerah pantai dan pegunungan menggunakan
analisis deskriptif dan uji Kruskal Wallis. Untuk menganalisis hubungan antar
variabel yang berskala rasio digunakan uji korelasi Pearson, sedangkan untuk
variabel yang berskala nominal digunakan uji ChiSquare. Untuk menganalisis
gaya pengasuhan, pola asuh akademik, fasilitas belajar terhadap prestasi siswa
(akademik maupun non-akademik) digunakan analisis regresi linear berganda.

9

Definisi Operasional
Pola Asuh Akademik adalah interaksi dan stimulasi yang diberikan orang tua
kepada anak untuk mencapai prestasi akademik maupun non-akademik
yang terdiri dari dukungan berprestasi dan displin diri
Disiplin Diri adalah pola asuh untuk menanamkan sikap disiplin pada anak
dalam kehidupan sehari-hari
Dukungan Berprestasi adalah pola asuh berupa dukungan untuk
berprestasi
Gaya Pengasuhan adalah cara orangtua dalam memberikan stimulasi dan displin
diri pada remaja.
Warmth adalah kualitas afeksi antara orangtua dan anak yang di ekspresikan
melalui kehangatan seperti memeluk dan mencium
Inddiference Neglect adalah sikap pengabaian yang diterima anak dari orang tua
dalam kehidupannya sehari-hari
Undiffentiated Rejection adalah sikap penolakan yang diterima anak dari orang
tua dalam kehidupannya sehari-hari
Hostility adalah sikap yang diterima anak dari orangtuanya dalam kehidupan
sehari-hari
Prestasi Siswa adalah prestasi yang dicapai siswa pada satu semester baik
akademik maupun non-akademik
Prestasi Akademik adalah gambaran mengenai penguasaan anak terhadap materi
pelajaran di sekolah, diukur melalui rata-rata nilai rapor dari mata
pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA,
IPS, Penjaskes, Kesenian, Muatan Lokal, PPKn, Agama, Keterampilan,
Teknik Ilmu Komputer (TIK).
Prestasi Non Akademik dilihat dari seberapa aktifnya anak menjuarai suatu
perlombaan atau mengikuti suatu perlombaan di luar sekolah dan seberapa
seringnya anak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ataupun kegiatan
tambahan di luar sekolah.
Aktivitas Siswa adalah jenis kegiatan yang diikuti siswa setiap hari dalam
seminggu, baik berupa kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.
HASIL PENELITIAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Fakfak memiliki 9 distrik yang terdiri dari 5 kelurahan dan
123 kampung, 67 diantaranya berupa daerah pesisir, 33 berupa daerah
lereng/punggung bukit, 20 daerah dataran dan 5 daerah lembah sungai.
Penelitian ini menggambarkan Kabupaten Fakfak dengan diwakili daerah pantai
dan pegunungan, yaitu kecamatan Fakfak Tengah dan kecamatan Kramamongga.
Daerah pesisir pantai adalah daerah yang memiliki wilayah yang berbatasan
langsung dengan garis pantai/laut. Daerah pegunungan adalah daerah yang
memiliki yang memiliki sebagian wilayahnya berada di lereng atau gunung.
Kecamatan Fakfak Tengah jika dibandingkan dengan kecamatan
Kramamongga memiliki lokasi yang strategis dekat dengan daerah perkotaan,
sebagai pusat aktivitas masyarakat Fakfak, yang terletak tidak jauh dari pantai.
Hal tersebut menjadikan kecamatan Fakfak Tengah banyak didapati bangunan
sekolah dari tingkat SD sampai dengan SMA. Menurut data BPS Kabupaten
Fakfak (2013), jumlah sekolah di kecamatan Fakfak Tengah berjumlah 33

10

bangunan sekolah dengan 6 bangunan SMP setara,sedangkan di kecamatan
Kramamongga terdiri atas 14 bangunan sekolah dimana hanya terdapat satu SMP.
Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yang berada di Kabupaten
Fakfak yaitu SMP Negeri 2 Fakfak yang terletak di kecamatan Fakfak Tengah dan
SMP Negeri 4 Kokas yang terletak di kecamatan Kramomongga. SMP Negeri 2
Fakfak merupakan salah satu sekolah favorit diantara SMP setara di kabupaten
Fakfak, yang memiliki jumlah siswa sebanyak 154 siswa/I dan mempunyai
kegiatan ekstrakulikuler berupa pramuka, paduan suara dan sepak bola. SMP
Negeri 4 Kokas memiliki jumlah murid sebanyak 44 siswa/i, mempunyai 5 kelas
dan mempunyai kegiatan ekstrakulikuler berupa pramuka, sepak bola, tenis meja,
karate, dan voli.
Karakteristik Keluarga
Besar Keluarga
Data besar keluarga dikelompokan berdasarkan data BKKBN (2005) yaitu
keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang). Data dalam
penelitian menunjukkan bahwa separuh keluarga di daerah pesisir pantai termasuk
dalam keluarga sedang (5-7 orang) dan pada keluarga di daerah pegungan
termasuk dalam keluarga besar (≥ 7 orang). Hasil uji kruskal-wallis (p>0.01)
menyatakan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara besar keluarga pada kedua wilayah tersebut.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar Keluarga
n
6
10
4
20

Keluarga Kecil (≤ 4 orang)
Keluarga Sedang (5-7orang)
Keluarga Besar (≥ 7 orang)
Total
Mean ± SD
p-value

Pesisir Pantai
%
30
50
35
100
6±2.75

n
2
8
10
20

Pegunungan
%
10
40
50
100
7.35±2.97

0.054

Pendapatan Orangtua
Pendapatan dihitung berdasarkan UMR Papua Barat yaitu Rp 1 870 000
per bulan. Pendapatan orang tua dikelompokkan menjadi < 1 870 000; 1 870 000
sampai dengan 2 476 666; 2 746 667 sampai dengan 3 623 333; 3 623 334 sampai
dengan 4 500 000. Pendapatan yang dimiliki pada kedua wilayah tersebut berkisar
Rp 1 500 000-Rp 2 000 000.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua
Pendapatan
(Rupiah/Bulan)

Pesisir Pantai
Ayah
n

0.01) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
secara keseluruhan pada lama pendidikan orang tua pada kedua wilayah tersebut.
Hal ini sejalan dengan Soetjiningsih (1995) dalam Srinovita (2011), bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan anak.
Orang tua dengan pendidikan yang baik dapat menerima segala informasi,
terutama dalam hal pengasuhan, menjaga kesehatan dan pendidikan anak.
Pekerjaan Orang tua
Pendidikan yang tinggi dapat memudahkan seseorang dalam mendapatkan
pekerjaan yang layak dan memberikan penghasilan yang memadai (Simanjuntak
2010). Petani menjadi salah satu pekerjaan yang umumnya ditekuni masyarakat
kabupaten Fakfak. Hal ini bisa juga terlihat pada Tabel 5, dimana pekerjaan
tersebut mendominasi pada daerah pegunungan.

12

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
Pesisir Pantai
Ayah

Pekerjaan

Pegunungan

Ibu

Ayah

Ibu

n

%

n

%

n

%

n

%

Petani
PNS
Tidak Bekerja
Lainnya

7
4
1
8

35
20
5
40

7
3
5
5

35
15
25
25

13
4
0
3

65
20
0
15

9
4
7
0

45
20
35
0

Total

20

100

20

100

20

100

20

100

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0.01) pada pekerjaan ayah dan ibu baik pada daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan. Berdasarkan Tabel 4, sebaran pekerjaan orang tua
menunjukkan bahwa orang tua pada daerah pegunungan umumnya bekerja
sebagai petani.
Karakteristik Siswa
Santrock (2007) menyatakan bahwa usia remaja dimulai sekitar usia 10
sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Rata-rata usia
menunjukkan bahwa usia siswa pada daerah pegunungan lebih tinggi daripada
daerah pantai. Hasil uji kruskal-wallis (p > 0.01) menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara usia siswa pada kedua wilayah tersebut.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan usia siswa
Usia siswa (tahun)

< 13
13-14
15-16
>16
Total
Mean±SD
p-value

Pesisir Pantai

Pegunungan
%

n
0
14
6
0
20

%

n
0
4
9
7
20

0
70
30
0
100
14.25±0.69

0
20
45
35
100
16±1.48

0.000**

Gaya Pengasuhan
Gaya pengasuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya
pengasuhan parental acceptance-rejection (PAR) diacu dalam Rohner (1986)
yang terdiri dari gaya pengasuhan acceptance dan gaya pengasuhan rejection.
Pengasuhan dengan penerimaan dan penolakan mencerminkan kehangatan
(warmth) dan penolakan yang diberikan orang tua terhadap anak. Pengasuhan
penolakan dibagi menjadi tiga yaitu, perilaku kekerasan (hostility), perilaku
pengabaian (indifference), dan perilaku tidak menerima anak (undifferentiated
rejection).

13

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan
Gaya pengasuhan
(skor per item)
Kehangatan
Penolakan dengan
agresif
Pengabaian
Tidak Sayang

Pesisir Pantai

Pegunungan

p-value

Min

Max

Mean ± SD

Min

Max

Mean ± SD

51
31

73
52

63.15±7.21
42.15±4.69

38
24

72
52

65.1±8.49
38.2±18.40

0.016*
0.009*

33
22

50
39

42.1±4.83
28.1±4.22

28
12

60
40

42.22±7.20
26.6±6.38

0.000***
0.000***

Anak yang menerima penolakan cenderung berperilaku kurang empati
daripada anak-anak yang mendapatkan penerimaan dari orang tua. Anak-anak
yang memiliki perasaan yang hangat dan positif dari orang tua dan
memperhitungkan apa yang dirasakan orang tua tentang perilaku mereka. Perilaku
hangat orang tua yang diberikan terhadap anak digunakan untuk menghabiskan
lebih banyak waktu dengan keluarga (Riaz 2012).
Gaya pengasuhan penerimaan yang ditunjukkan oleh dimensi kehangatan
menunjukkan bahwa skor rata-rata dimensi kehangatan pada daerah pantai lebih
tinggi daripada skor rata-rata dimesi kehangatan pada daerah pegunungan. Gaya
pengasuhan penolakan yang ditunjukkan oleh dimensi cenderung diterapkan oleh
orangtua di daerah pegunungan.
Pola Asuh Akademik
Pola asuh akademik merupakan interaksi orang tua terhadap anak untuk
mencapai kompetensi seorang anak baik prestasi didalam atau luar sekolah yang
terdiri dari pola asuh disiplin diri dan pola asuh dukungan berprestasi. Pola
asuh disiplin diri merupakan pola asuh yang diberikan orang tua untuk
menanamkan sikap disiplin pada anak, sedangkan pola asuh dukungan
berprestasi merupakan pola asuh yang diberikan orangtua dalam bentuk
dukungan untuk berprestasi (Hastuti 2009). Berdasarkan Caldwell dan Bradley
(1986) dalam Hastuti (2009), mengatakan bahwa pola asuh dan stimulasi belajar
yang diberikan orang tua kepada anak berdampak positif bagi perkembangan
kogntif anak. Pola asuh akademik yang diberikan orang tua terdiri dari
pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak (biaya sekolah) maupun dalam
bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orang tua terhadap prestasi dan
kemajuan belajar anak (Hastuti 2008)
Pola asuh displin diri merupakan pola asuh yang diterapkan orangtua
untuk menanamkan sikap disiplin pada anak dalam kehidupan sehari-hari, dengan
cara memenuhi fasilitas belajar anak yang akan membantu anak mencapai prestasi
baik di bidang akademik maupun non-akademik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orangtua pada daerah pantai termasuk kedalam kategori rendah, namun
orangtua pada daerah pegunungan termasuk kedalam kategori sedang dalam
menerapkan pola asuh displin diri.
Pola asuh dukungan berprestasi merupakan pola asuh berupa dukungan
untuk berprestasi, dengan cara pembagian waktu terhadap pekerjaan dan anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua pada daerah pantai termasuk
kedalam kategori , namun orangtua pada daerah pegunungan termasuk kedalam
kategori sedang dalam menerapkan pola asuh dukungan berprestasi terhadap anak.

14

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik
Pola Asuh Akademik
(presentase)

Pesisir Pantai

Pegunungan

n

%

n

%

8
8
4
20

20
20
10
50
68.87±16.13

7
8
5
20

17.5
20
12.5
50
64.25±14.01

17
2
1
20

42.5
5
2.5
50
53.37±15.39

Displin Diri
Rendah (0- 60)
Sedang (61-80)
Tinggi (81-100)
Total
Mean±SD
p-value
Dukungan Berprestasi
Rendah (0- 60)
Sedang (61-80)
Tinggi (81-100)
Total
Mean±SD
p-value
Pola Asuh Akademik (Total)
Rendah (0- 60)
Sedang (61-80)
Tinggi (81-100)
Total
p-value

0.088*
14
3
3
20

35
7.5
7.5
50
56.75±17.21

0.000***
22
11
7
40

55
27.5
17.5
100

24
10
6
40

60
25
15
100

0.002**

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pola asuh akademik
baik pada daerah pesisir pantai maupun pegunungan terdapat perbedaaan yang
tidak signifikan. Secara keseluruhan, pola asuh akademik yang dimiliki orang tua
pada kedua wilayah tersebut masih tergolong rendah, menandakan orang tua
masih sangat kurang dalam mendukung anak untuk berprestasi. Menurut Hastuti
(2009), pola asuh akademik yang baik dilakukan pada anak usia sekolah berupa
dorongan terhadap siswa saat masa pencarian jati diri, membentuk kepercayaan
diri siswa terutama ketekunan dan kerajinana serta academic achievement, dan
juga mendorong anak untuk menyelesaikan permasalahannya, termasuk dalam hal
proses belajar dan hasil pencapaian.
Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar pada penelitian ini adalah ketersediaan alat stimulasi dan
media pembelajaran. Hal ini berarti orangtua mampu menyediakan alat stimulasi
untuk membantu anak dalam mengingat pelajaran. Pada media pembelajaran,
daerah pantai lebih tinggi dalam memberikan media pembelajaran (buku, kamus,
laptop, dan lainnya) bagi siswa. Kelengkapan buku pelajaran berada pada kedua
wilayah termasuk kategori rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Asmin (2001),
dimana semakin lengkap sarana dan fasilitas maka semakin baik pula peningkatan
prestasi akademik siswa.

15

Alat Pembelajaran
Pantai %

Pegunungan %

47,5 47,5

45
40

40

47,5
42,5
37,5

35
30

30

37,5

32,5
27,5

27,5

25

25

20
12,5

15

Gambar 4 Sebaran berdasarkan alat pembelajaran
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kepemilikan pensil dan buku
tulis baik di daerah pantai dan pegunungan sudah cukup baik, namun tidak untuk
kepemilikan jangka panjang dan busur yang masih terbilang rendah.
Media Pembelajaran
pantai

pegunungan
45

25

22,5

47,5

50

42,5

45
22,5

22,5

7,5
Laptop/komputer Lembar kerja
siswa

Buku pelajaran

Kamus

Buku gambar

Gambar 5 Sebaran berdasarkan media pembelajaran
Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa pada kepemilikan kamus
pada daerah pantai lebih tinggi daripada daerah pegunungan, dimana untuk
kepemilikan laptop atau komputer di daerah pegunungan masih sangat rendah..
Menurut Gunarsa & Gunarsa (1995) dalam Asmin (2001) menyatakan bahwa
kurangnya fasilitas menyebabkan siswa kurang dapat mengaktualisasikan
kemampuan dasar yang menimbulkan kegagalan dalam prestasi akademiknya.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah semua jenis aktitvitas yang dilakukan diluar
sekolah, seperti kegiatan ekstrakulikuler (seni, olahraga, ilmiah, olahraga) dan les
atau kursus (seni, olahraga, mata pelajaran) yang dilakukan oleh siswa tiap
harinya. Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa pada daerah pegunungan, siswa
banyak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pada bidang olahraga, seperti
sepakbola, lari , dan sebagainya. Pada daerah pesisir pantai, siswa banyak
mengikuti kursus mata pelajaran berbeda dengan siswa pada daerah pegunungan.

16

20
15

15

15
10
10
5

5

5

5
0

0

0
seni

olahraga
pantai

ilmiah

organisasi

pegunungan

Gambar 6 Sebaran kegiatan ekstrakulikuler berdasarkan wilayah
Gambar 6 menunjukkan bahwa kegiatan seperti les ataupun kursus, semua
siswa-siswi pada daerah pegunungan tidak mengikutinya, namun kurang dari
separuh siswa di daerah pantai mengikuti les mata pelajaran, seperti matematika,
biologi, kimia, fisika, dan bahasa inggris.
40

35

30
20
10

5
0

0

0

0

0

0

0
seni

olahraga
pantai %

ilmiah

mata pelajaran

pegunungan %

Gambar 7 Sebaran kegiatan kulikuler berdasarkan wilayah
Secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa seluruh siswa-siswi pada
daerah pegunungan tidak mengikuti kegiatan di luar sekolah. Pada daerah pantai,
siswa yang mengikuti kegiatan di luar sekolah termasuk kedalam kategori sedang,
yaitu mengikuti kurang dari 5 aktivitas baik kegiatan ekstrakulikuler maupun les.
Prestasi Siswa
Prestasi akademik
Prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) dalam Srinovita (2011)
merupakan hasil pencapaian siswa dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar
diukur melalui skor prestasi belajar. Variabel prestasi belajar dikelompokan
menjadi tiga kategori KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang umum dipakai
di sekolah, yaitu rendah (50-64), sedang (65-80), tinggi 81-100). Sebaran ratarata nilai skor prestasi belajar berdasarkan mata pelajaran dengan latar
belakang pendidikan prasekolah disajikan pada Tabel 7.

17

Tabel 7 Rataan prestasi belajar berdasarkan wilayah
Skor prestasi belajar
Matematika
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
IPA
IPS
Penjaskes/Olahraga
Kesenian
Muatan Lokal
PPKn
Agama
Keterampilan
TIK
Rata-rata (skor)

Pesisir Pantai

Pegunungan

Uji beda

mean±SD

mean±SD

mean±SD

74.55±8.84
80.45±9.09
75.6±8.37
76.2±7.76
75.2±6.43
77.75±6.40
76.95±7.21
75.85±7.95
78.45±9.53
75.45±5.23
75.7±6.91
76.9±6.99
76.58±1.21

68.55±7.64
68.35±6.91
64.3±6.13
67.4±9.13
71.4±5.66
72.35±5.46
73.95±4.46
70.1±4.68
70.6±4.22
71.45±5.78
71.8±3.23
67.4±5.02
69.80±1.54

71.55±8.90
74.40±10.22
69.95±9.38
71.80±9.67
73.30±6.43
75.05±6.61
75.45±6.26
72.98±7.22
78.45±9.53
74.52±8.45
73.45±5.94
73.75±5.81
72.5±7.82

P-value
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***
0.000***

*signifikan pada 0.01 level

Berdasarkan