Motivasi Wan ita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada Nama NTM pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

MOTIVASI WANITA BERWIRAUSAHA
DI KOTA SUKABUMI
(Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

SALWA NURHANIFAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi Wanita
Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di
Kecamatan Cikole) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Salwa Nurhanifah
NIM H34124052

ii

ABSTRAK
SALWA NURHANIFAH. Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus
pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole) Dibimbing oleh
TINTIN SARIANTI.
Wirausaha wanita merupakan potensi sumberdaya manusia yang perlu
diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya. Salah satu bentuk keterlibatannya yaitu
sebagai pelaku ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah. Dalam menjalankan
usaha, seseorang harus memiliki karakterisitik wirausaha, seperti memiliki
pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, memiliki keberanian
dalam mengambil keputusan dan adanya dukungan keluarga/suami. Terselenggaranya
perekonomian tersebut tidak terlepas dari adanya motivasi. Motivasi merupakan

aspek utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan. Terdapat tiga
variabel penting yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang, yaitu kebutuhan
eksistensi, kebutuhan hubungan, dan kebutuhan berkembang. Tujuan penelitian ini
untuk mengkaji hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi
berwirausaha. Hasil analisis korelasi rank spearman menunjukkan bahwa variabel
yang memiliki korelasi atau hubungan nyata positif yaitu variabel berkeinginan
merubah nasib dan adanya dukungan keluarga/suami berhubungan dengan kebutuhan
eksistensi dan kebutuhan berkembang serta keberanian dalam mengambil keputusan
dengan kebutuhan akan berhubungan.
Kata kunci : Motivasi, Karakteristik Wirausaha Wanita
ABSTRACT
SALWA NURHANIFAH. Motivation of Women Enterpreneurship in Sukabumi (A
case in the act of micro scale, small and middle enterprise at Kecamatan Cikole)
advised by TINTIN SARIANTI.
Women enterpreneurship is a human resource potential which is needed to be
empowered and enhanced. One of the involving form is as the act of economic micro
scale, middle and small. In running the business, someone should have an
enterpreneur characteristic, such as having knowledge in enterpreneurship, have a
desire to change the fate, dare to make a decision and supported by her
family/husband. Its economic implementation can not be separated with the

motivation. Motivation is a major aspect in supporting the development of
enterpreneur activity. There are three important variables which can affect
someone’s motivation, existence needs, relationship needs, and growth needs. The
aims of this research is to assess the relation between women’s enterpreneur
characteristic and enterpreneur motivation. The rank spearman corelation result
shows that the variable which has a corelation or real positive relation is the variable
of desire to change the fate and supported by family/husband related to the needs of
existence and needs of growth also dare to take a decision with needs will also
related.
Keywords : Motivation, Women’s Enterpreneurship Characteristic

iii

MOTIVASI WANITA BERWIRAUSAHA
DI KOTA SUKABUMI
(Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

SALWA NURHANIFAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

Judul Skripsi: Motivasi Wan ita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada
pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)
Nama
: Salwa Nurhanifah
: H34124052
NTM


Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP. MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

1 B SEP 2014

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada pelaku usaha kecil
dan menengah di Kecamatan Cikole)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti SP. MM selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Dinas
Koperasi Industri dan Perdagangan Bagian UKM Kota Sukabumi, dan wanita
wirausaha pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Sukabumi. Serta pihak
– pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga dan teman – teman atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Salwa Nurhanifah

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA TEORI
Kerangka Pemikiran Teoritis
Motivasi
Wirausaha
Berbagai Macam Profil Wirausaha
Karakteristik Individu
Karakteristik Wirausaha
Wirausaha Wanita (Women Enterpreneur)
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode Penentuan Sampel
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data

Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Korelasi Rank Spearman
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Keadaan Geografis
Karakteristik responden
Analisis Karakteristik Wirausaha Wanita dan Motivasi Berwirausaha
Karakteristik Wirausaha Wanita
Motivasi Berwirausaha
Hubungan Karakteristik Wirausaha Wanita dengan Motivasi Berwirausaha
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii

1
1
5
7
7
7
7
9
9
9
11
12
13
13
13
14
16
16
17
17

18
18
18
19
20
21
21
21
22
27
27
28
29
34
34
35
36
45

vii


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Sebaran jumlah sentra UKM Jawa Barat tahun 2012
Penentuan kategori skor berdasarkan kategori jawaban responden
Kelompok umur responden
Tingkat pendidikan responden
Latar belakang keluarga responden
Jumlah tanggungan keluarga responden
Rataan skor karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi menurut
indikator motivasi
8 Rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi menurut indikator
motivasi
9 Koefisien korelasi karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi
berwirausaha

2
19
23
23
24
24
27
28
30

DAFTAR GAMBAR
1 Persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan informal di Jawa
Barat pada tahun 2013
1
2 Persentase jumlah UKM kota sukabumi pada tahun 2008-2012
3
3 Jumlah UKM wanita per sektor industri kota sukabumi Tahun 2013
4
4 Partisipasi angkatan kerja wanita di kota sukabumi tahun 2012
5
5 Jumlah UKM wanita kota sukabumi tahun 2013
6
6 Motivasi sebagai proses psikologis
10
7 Kerangka pemikiran operasional
16
8 Macam-macam produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kota sukabumi 26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto-foto bersama responden pengelola Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
kota sukabumi
39
2 Data identitas responden
41
3 Hasil analisis korelasi rank spearman
44

viii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kewirausahaan di Indonesia merupakan topik yang sedang marak
dibicarakan, namun demikian jarang diakui bahwa enam puluh persen
wirausaha mikro, kecil, dan menengah adalah wanita. Wanita wirausaha yang
bergerak di bidang usaha kecil yaitu delapan puluh lima persen, usaha
menengah tiga belas persen, dan hanya dua persen yang memiliki usaha besar.
Wanita wirausaha memiliki andil dalam mendorong peranan wanita sebagai
agen perubahan, hal tersebut merupakan sumber kegiatan ekonomi yang cukup
besar dalam penciptaan lapangan kerja baru, oleh karenanya layak untuk
mendapat perhatian (Tinaprilla 2007). Kondisi wirausahawan wanita di
Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, kondisi tersebut dapat terlihat
dari banyaknya koperasi-koperasi wanita baru dan beragam bisnis usaha kecil
dan menengah yang terbentuk dan sukses (SMECDA 2006). Sektor informal
di Jawa Barat menjadi salah satu penyedia lapangan kerja yang potensial.
Kaum wanita pun terlibat besar dalam mewujudkan tatanan ekonomi di
masyarakat.

Gambar 1 Persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan
informal di Jawa Barat pada tahun 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah
pekerja wanita yang bekerja di sektor informal di Jawa Barat lebih besar
daripada jumlah pekerja wanita di sektor formal, yaitu sebanyak 52,58 persen
bekerja di sektor informal, sedangkan di sektor formal tercatat sebanyak 47,42
persen. Dhefira (2014) mengatakan bahwa sektor formal adalah usaha yang
memiliki izin dan terdaftar di kantor pemerintahan. Adapun ciri-cirinya yaitu
adanya izin mendirikan usaha dari pemerintah (SIUP), ada akta pendirian oleh
notaris, memiliki pembukuan/laporan keuangan yang jelas dan rutin
melaporkan keuangan ke kantor pajak. Sedangkan sektor ekonomi informal
adalah usaha yang tidak memiliki ijin dan tidak terdaftar di lembaga
pemerintahan. Adapun ciri-cirinya yaitu : tidak memiliki izin usaha, modal
relative kecil, peralatan yang digunakan sederhana, tidak terkena pungutan

2

pajak dan administrasi tidak punya/sangat sederhana. Sethurahman (1981)
menambahkan bahwa yang membedakan sektor formal dengan informal adalah
skala dan asal pekerjanya. Sebagian besar UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
merupakan salah satu sektor informal dengan subsektor umumnya adalah
perdagangan dan jasa (Dini 2010). Bentuk keterlibatan wanita dalam sektor
informal salah satunya sebagai pelaku ekonomi berskala mikro, kecil dan
menengah. Keberadaan industri kecil terutama industri rumah tangga banyak
melibatkan tenaga kerja wanita, baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Terselenggaranya perekonomian tersebut tidak terlepas dari adanya
motivasi. Motivasi merupakan aspek utama dalam mendorong berdirinya
kegiatan kewirausahaan. Terdapat tiga variabel yang dapat mempengaruhi
motivasi seseorang dalam berwirausaha guna memenuhi kebutuhan, yaitu
kebutuhan eksistensi (existence needs), kebutuhan berhubungan (relatedness
needs), dan kebutuhan berkembang (growth needs) (Winardi 2011). Selain itu,
lingkungan juga dapat mendorong timbulnya motivasi seperti lingkungan kerja
dan sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang dapat
membangkitkan minat berwirausaha. Dorongan lain yang dapat membentuk
seseorang memiliki jiwa wirausaha juga datang dari teman sepergaulan,
lingkungan keluarga dan sahabat, dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide
wirausaha serta masalah yang dihadapi dalam berwirausaha dan cara-cara
mengatasi masalah tersebut.
Ada beberapa alasan wanita terlibat menjadi pengusaha, pertama adalah
karena tekanan ekonomi yaitu memperoleh pendapatan untuk menambah
penghasilan suami, secara alamiah usaha terebut sudah terbentuk dari orang
tuanya sehingga mereka mewarisi usaha tersebut dan adanya keinginan wanita
untuk menjalankan usaha pribadinya dimana suami mereka memiliki pekerjaan
lain dan mereka sendiri sudah memiliki pengalaman (Machfud et al 1994).
Kondisi inilah yang mendorong, memotivasi wanita untuk memutuskan
berwirausaha. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya wanita
cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat
membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Menurut Septianingsih (2011),
pengusaha wanita cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan control
diri mereka.
Sektor perkoperasian dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Jawa Barat.
Jumlah UKM yang terdapat di Jawa Barat menurut Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) dengan jumlah sentra UKM yang
tersebar di lima wilayah yakni Wilayah Priangan Barat, Wilayah Priangan
Timur, Wilayah Bogor, Wilayah Purwakarta dan Wilayah Cirebon.
Tabel 1 Sebaran jumlah sentra UKM Jawa Barat tahun 2012
Wilayah
Jumlah Sentra (%)
Wilayah Priangan Barat
Kota Bandung
30
Kota Cimahi
18
Wilayah Priangan Timur
Kota Tasikmalaya
18
Kota Banjar
6

3

Wilayah Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bogor
Depok
Wilayah Purwakarta
Kota Bekasi
Wilayah Cirebon
Kuningan
Kota Cirebon

20
9
9
13
18
12

Sumber : Dinas KUMKM Jawa Barat, 2012

Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Jawa Barat ini mampu
menyerap tenaga kerja serta dapat memberikan sumbangan terhadap Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan berkontribusi terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Peranan UKM yang sangat penting
menunjukkan bahwa UKM, merupakan sektor ekonomi yang tidak hanya
memberikan kegiatan usaha pada rakyat kecil saja, namun juga dapat berperan
sebagai alternatif pemecahan masalah sosial yakni pengangguran. Dari tabel
diatas dapat disimpulkan, sebesar dua puluh persen Kota Sukabumi menjadi
sentra UKM setelah Kota Bandung. Hal ini menjelaskan bahwa sektor informal
yaitu UKM khususnya di Kota Sukabumi, memberikan kontribusi positif untuk
Provinsi Jawa Barat. Perkembangan dunia Usaha Kecil Dan Menengah
(UKM), terus meningkat di Kota Sukabumi.

Gambar 2 Persentase jumlah UKM Kota Sukabumi pada tahun 2008-2012
Sumber : Pemerintah daerah Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan data Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban-Akhir Masa
Jabatan (LKPJ-AMJ) Kota Sukabumi tahun 2008-2013, bahwa terjadi
peningkatan jumlah UKM baik yang dijalankan oleh kaum lelaki dan wanita di
Kota Sukabumi. Setyanti (2013) memaparkan bahwa, ada perbedaan perilaku
sukses berwirausaha berdasarkan jenis kelamin, perbedaan tersebut dapat
dilihat dari pola pikir dan definisi sukses, dimana laki-laki cenderung lebih
rumit dibanding wanita. Meskipun laki-laki dan wanita sama-sama punya
keinginan untuk jadi wirausaha sukses, namun laki-laki cenderung memikirkan

4

jenis bisnis atau produk jualan yang rumit sedangkan wanita, lebih cenderung
berpikir dan memulai usaha dari hal-hal yang simpel. Menurut Anggarwati
(2012) Wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang
menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga, dan lebih luas lagi
ekonomi nasional. Wanita sangat potensial dan memiliki kompetensi dalam
pengembangan usaha kecil, menengah, maupun koperasi, baik wanita tersebut
sebagai pelaku bisnis, pengelola/pendamping, atau sebagai tenaga kerja. Tentu
saja masih terus ditingkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan
meningkatan kemampuan dan keterampilannya.
Terciptanya pembangunan perekonomian dapat diwujudkan melalui
upaya peningkatan peran aktif wanita. Kemandirian wanita memiliki arti yang
dapat dikembangkan dan dicirikan oleh pengembangan kewirausahaan
diberbagai sektor industri.

Gambar 3 Jumlah UKM yang diusahakan wanita per sektor industri Kota
Sukabumi Tahun 2013
Sumber : Dinas koperasi industri dan perdagangan Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan data Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kota
Sukabumi 2013, Ada enam Kategori usaha di sektor yang berbeda diantaranya
sektor kuliner, sektor aksesories&batu alam, sektor fashion&konveksi, sektor
furniture, sektor alat rumah tangga dan sektor hasil bumi. Dari grafik diatas
dapat disimpulkan bahwa sektor kuliner merupakan sektor yang paling unggul
dibandingkan dengan sektor lainnya. Sebanyak 275 pelaku UKM wanita
menjalankan usaha di bidang kuliner di Kota Sukabumi.
Keterlibatan wanita dalam bidang kuliner secara tidak langsung
menunjukkan identitas seorang wanita yang dapat membuktikan bahwa tugas
seorang ibu rumah tangga tidak hanya menyajikan makanan untuk keluarganya
saja, dengan keterampilan, kreatifitas dan inovasi menjadikan makanan
menjadi sesuatu yang berharga dan berdaya saing. Menurut Yusuf (2014),
Pemerintah Jawa Barat mempunyai rencana untuk menjadikan Kota Sukabumi
sebagai tempat wisata kuliner utama untuk Jawa Barat. Selain Kota Bandung,
Kota Sukabumi adalah kota lainnya yang berpotensi menjadi pusat kuliner
untuk wilayah Jawa Barat karena sejak lama Kota Sukabumi telah menyimpan
segudang kuliner yang mungkin tidak terdapat di kota-kota lainnya.

5

Kecamatan Cikole merupakan salah satu kecamatan di Kota Sukabumi
dengan jumlah wirausaha wanita paling banyak dibandingkan kecamatan yang
lain. Letak Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi dekat dengan
pusat pemerintahan, kemudahan memperoleh informasi usaha seperti
penyuluhan yang dilakukan Dinas Koperindag dan akses perekonomian yang
mudah mendukung perkembangan jumlah UKM yang semakin meningkat di
kecamatan ini. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian tentang motivasi
wanita dalam berwirausaha perlu dikaji, sehingga secara tepat dapat
mengetahui hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi
wanita berwirausaha di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah

Peran wanita di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya
peningkatan, baik yang bekerja disektor formal maupun informal. Menurut
Mar’atus, (2011), banyak sektor kehidupan dimana wanita sudah dapat bebas
bekerja
dan
bersaing
dengan
kaum
laki–laki.
Kewirausahaan
(entrepreneurship) merupakan salah satu yang menjadi pilihan wanita untuk
pembuktian dirinya bahwa, wanita mampu berusaha yakni menciptakan usaha
kecil.
Saat ini mayoritas penelitian kewirausahaan yang dilakukan banyak yang
terfokus pada pengusaha laki-laki. Pada penelitian yang dilakukan oleh Deputi
Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2006), jumlah wanita pengusaha
lebih sedikit daripada laki-laki. Namun sejak tahun delapanpuluhan, jumlah
wanita karier dan wanita pengusaha telah meningkat tajam dan sejak saat itu,
wanita bekerja menjadi topik penelitian yang menarik. Meskipun dunia
wirausaha dan bisnis didominasi oleh kaum laki-laki, dalam dekade ini, situasi
tersebut mulai berubah. Sudah sangat banyak wanita yang menjadi pengusaha
dari tingkat mikro, kecil, menengah, dan besar, dengan maksud untuk
membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam hal ini
motivasi sangat erat kaitannya dalam pengambilan keputusan untuk bekerja
atau berwirausaha.

Gambar 4 Partisipasi angkatan kerja wanita di Kota Sukabumi tahun 2012
Sumber : Pemerintah daerah Kota Sukabumi, 2012

6

Berdasarkan data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Kota Sukabumi tahun 2012 menunjukkan dari tujuh kecamatan yang
berada di Kota Sukabumi. Jumlah angkatan kerja wanita di Kota Sukabumi
tertinggi adalah di Kecamatan Cikole dengan persentase 37,14 persen
diantaranya wanita yang bekerja di sektor formal dan sektor non formal. Pada
sektor informal dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM di Kota Sukabumi,
kaum wanita sudah memperlihatkan perannya sebagai wanita yang juga
memberikan kontribusi dalam bidang perekonomian khususnya perekonomian
dalam rumah tangganya.

Gambar 5 Jumlah UKM wanita Kota Sukabumi tahun 2013
Sumber : Dinas koperasi industri dan perdagangan Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan data Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kota
Sukabumi tahun 2013, Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari tujuh
Kecamatan yang ada di Kota Sukabumi, jumlah UKM wanita dengan jumlah
terbesar yaitu di Kecamatan Cikole. Sebesar dua puluh enam persen atau
sebanyak sembilan puluh dua adalah pelaku UKM yang berada di Kecamatan
Cikole. Jumlah tersebut paling besar dibandingkan jumlah pelaku UKM di
kecamatan lainnya. Lokasi Kecamatan Cikole yang berada di pusat Kota
membuat kecamatan ini unggul di bidang perekonomian, diantaranya akses
pemasaran yang mudah, perolehan informasi usaha yang cepat seperti adanya
penyuluhan, pemantauan, pendampingan usaha dari Dinas Koperindag Kota
Sukabumi yang juga selalu memfokuskan pada wilayah kecamatan yang
berada dekat dengan pusat pemerintahan.
Suksesnya pembangunan perekonomian, khususnya di Kota Sukabumi
bukan hanya di tentukan oleh tersedianya fasilitas/sarana prasarana, barang
modal dan alat bantu lainnya, tetapi juga motivasi para wanita pelaku UKM
untuk berperan secara aktif dan produktif. Keberadaan wanita dalam Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) mengindikasikan bahwa kaum wanita memiliki
potensi untuk melakukan kegiatan produktif dan dapat membantu
perekonomian keluarga, bahkan mungkin perekonomian nasional. Hal tersebut
menjadi daya tarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam mengenai bagaimana
hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha
di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

7

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan yang
ada. Secara spesifik tujuan penelitian di Kota Sukabumi ini adalah
menganalisis hubungan karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi
berwirausaha di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan untuk :
1. Sebagai masukan khususnya bagi wirausaha wanita di Kota
Sukabumi untuk lebih meningkatkan motivasi dalam berwirausaha.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan dan
pengalaman mengenai motivasi yang ada dalam diri wanita dalam
berwirausaha.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai
motivasi dan wirausaha wanita.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota
Sukabumi. Penelitian di fokuskan kepada pelaku Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) wanita khusus yang bergerak dibidang kuliner. Lokasi penelitian di
Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Jumlah responden sebanyak empat puluh
delapan pelaku UKM wanita. Alat analisis yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah adanya
karakteristik seorang wirausaha. Seorang wirausaha memiliki hal-hal khusus
mengenai sikap, watak, dan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan dibentuk
oleh keadaan lingkungan dan pengalaman yang khusus pula. Hal ini akan
menyebabkan para wirausaha wanita tersebut memiliki motivasi kerja yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Mereka membawa harapan,
kepercayaan, keinginan, dan kebutuhan personalnya kedalam lingkungan kerja
mereka sehingga memungkinkan mereka untuk berupaya memenuhinya
melalui berwirausaha. (Suprayitno, 2004).
Berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku wanita
dalam pengambilan keputusan untuk berwirausaha, penelitan yang dilakukan
oleh Pristiana, dkk. (2009) menemukan sejumlah situasi yang berhubungan
dengan keputusan wanita untuk berwirausaha. Hal yang menyebabkan wanita

8

memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena faktor internal (minat,
pemberdayaan diri, motivasi) dan faktor eksternal (peran suami dan sumber
modal). Pengambilan keputusan wanita untuk berwirausaha semata-mata hanya
didasarkan pada minat dan motivasi saja, hal tersebut belum menunjukkan
esensi yang sebenarnya bahwa mereka memang mau dan mampu untuk
memberdayakan diri dengan berwirausaha Selain itu, modal untuk
berwirausaha tidak begitu dipermasalahkan oleh wanita, namun peran suami
tetap dipertimbangkan saat wanita (istri) akan memutuskan untuk
berwirausaha. Dalam penelitian Orhan dan Scott (2011) betujuan untuk
mengembangkan model yang berkaitan dengan faktor yang memotivasi wanita
untuk memulai bisnis. Ada sejumlah situasi yang berhubungan dengan
keputusan wanita untuk berwirausaha, hal yang menyebabkan wanita
memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena keturunan, tidak ada
pilihan lain, kebetulan, bakat, terpaksa, sengaja dibentuk, dan wirausaha murni.
Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar wanita berwirausaha karena
alasan kebutuhan dan karena hal-hal yang secara umum disebut faktor push,
pull dan faktor lingkungan. Kesimpulan yang diperoleh bahwa secara khusus
penelitian ini menunjukkan interaksi antara dominasi pria dan faktor yang
mendorong wanita berwirausaha karena beberapa keadaan.
Keberadaan wirausahawan wanita dalam usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Penelitian Nurhayati (2011) hasil penelitian pada
wirausaha wanita pada UKM agroindustri perikanan di Kabupaten Sukabumi,
menunjukkan bahwa faktor pendorong kegiatan usaha dikategorikan sebagai
motivasi berwirausaha dikelompokkan menjadi empat, yaitu meringankan
beban keluarga, menciptakan lapangan kerja dan merubah nasib serta ingin
mandiri. Faktor pendorong lain yaitu keinginan untuk merubah nasib,
keinginan untuk menciptakan lapangan kerja juga menjadi motivasi/faktor
pendorong dalam berwirausaha. Keterlibatan wanita dalam pembangunan dapat
dilihat dengan semakin banyaknya yang bekerja di beberapa sektor.
Penelitian mengenai keterlibatan wanita dalam usahaternak ayam buras,
menunjukkan bahwa karakteristik peternak berhubungan signifikan dengan
keterlibatannya dalam usahaternak ayam buras Yuliani (2002). Motivasi wanita
dideskripsikan menjadi dua indikator diantaranya motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik meliputi kebutuhan akan
prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan, sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi
sistem kekerabatan, pengambilan keputusan, stabilitas harga, dukungan
keluarga dan pergeseran norma. Hasil yang diperoleh bahwa semua variabel
yang di uji berhubungan positif dengan motivasi yang dimiliki oleh wanita
peternak untuk mampu mendorong dan terlibat secara aktif dalam kegiatan
berusaha ternak (Nursulasiah 2004). Selain itu, penelitian mengenai pengaruh
motivasi dan kompetisi terhadap kesuksesan pengusaha wanita, menunjukkan
bahwa motivasi dan kompetensi berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap kesuksesan pengusaha wanita dan motivasi memiliki pengaruh
dominan terhadap kesuksesan pengusaha wanita (Prabandari SP dan Rosita NH
2013).
Wanita miskin di daerah pedesaan perlu diberdayakan melalui
pengembangan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi kreatif. Komponen

9

utama pemberdayaan wanita miskin adalah adanya dukungan seluruh
stakeholders (baik pemerintah, swasta, LSM maupun perguruan tinggi) untuk
melakukan program-program penanggulangan kemiskinan yang responsif
gender. Adanya Achievement Motivation Training untuk menumbuhkan
kesadaran (keberdayaan) akan pentingnya mengembangkan kewirausahaan
keluarga menuju ekonomi kreatif, pemantapan jejaring antar sesama wanita
miskin pelaku usaha serta pengusaha lokal sebagai media learning by doing,
pembentukan kelompok-kelompok usaha bersama atas dasar kesamaan jenis
usaha, pengembangan kreativitas melalui capacity building agar produk yang
dihasilkan menarik bagi pembeli dan sesuai selera pasar dan memperhitungkan
potensi pasar dan perluasan sistem bapak angkat dengan melibatkan sebanyak
mungkin usahawan lokal sehingga dapat memperkuat modal usaha dan pasar
bagi wanita miskin pelaku usaha (Sri M, Ismi DA 2011). Adanya potensi
kesuksesan wirausahawan wanita tersebut, maka perlu dan penting bagi
pemerintah untuk merumuskan strategi dan mengembangkan program
pemberdayaan wanita dibidang ekonomi khususnya sebagai wirausaha.
Penelitian yang akan dilakukan ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Objek yang diteliti adalah pelaku Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) wanita di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Penelitian ini, akan
menganalisis hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi
berwirausaha. Karakteristik wirausaha yang diamati yaitu memiliki
pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian
dalam mengambil keputusan, dan adanya dukungan keluarga/suami serta
motivasi berwirausaha menggunakan teori motivasi ERG yaitu kebutuhan
eksistensi (existence needs), kebutuhan berhubungan (related needs), dan
kebutuhan berkembang (growth needs). Alat analisis yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi rank
spearman.

KERANGKA TEORI
Kerangka Pemikiran Teoritis
Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yaitu
movere yang berarti menggerakkan (Winardi 2011). Menurut Robbins (1999)
motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkap upaya yang tinggi kea
rah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya, untuk
memenuhi kebutuhan individual tertentu. Sedangkan Ghiselli dan Brown
(1959), Manusia seperti makhluk hidup lainnya memiliki kebutuhan dan
harapan yang mendorong mereka menuju ke suatu tujuan tertentu, hal ini yang
membentuk perilaku manusia menjadi perilaku yang berorientasi pada tujuan
tertentu pula. Proses dimana kebutuhan atau harapan timbul dapat dikatakan
motivasi, sedangkan kebutuhan serta harapan tersebut adalah sebagai motifnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja
seseorang, agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan

10

keterampilannya untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu. Motivasi menjadi
penting karena dengan motivasi, diharapkan seseorang mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Menurut Wahjosumidjo
(1987), Motivasi adalah kekuatan internal yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu tindakan. Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau
psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan
juga merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Gambaran
mengenai motivasi sebagai proses psikologis disajikan dalam Gambar 6.

Stimulus

Stimulus

Faktor
Ekstrinsik

Faktor
Intrinsik

Alternatif
Perilaku

Penentuan
Perilaku

Perilaku

Gambar 6 Motivasi sebagai proses psikologis
Sumber : Wahjosumidjo (1987)

Teori Motivasi ERG
Teori motivasi ERG dimunculkan oleh Clayton Alderfer. Kebutuhan
manusia tersusun dalam suatu hirarki berjenjang. Jenjang tersebut tidak bersifat
kaku sehingga unsur keterkaitan akan selalu dominan dalam mengarahkan
individu untuk selalu memenuhi kebutuhannya, baik yang sudah terpenuhi
maupun yang terhambat pemenuhannya (Mosher 1991). Menurut Winardi
(2011), Jenjang kebutuhan manusia menurut Clayton Alderfer adalah sebagai
berikut :
1. Eksistensi (Existence needs)
Semua tipe keinginan-keinginan fisiologikal dan material. Ketersedian
kebutuhan dasar seperti adanya modal usaha.
2. Berhubungan (Relatedness needs)

11

Kebutuhan untuk memiliki hubungan-hubungan berarti dengan pihakpihak penting lainnya. Kepuasan akan dicapai karena berbagi pemilikan dan
perasaan-perasaan secara bersama, seperti hubungan antara individu dan
lingkungan sosial yang bermanfaat.
3. Berkembang (Growth needs)
Kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia, dan memanfaatkan
kemampuan-kemampuan kita hingga mencapai potensi maksimal, seperti
mendapat tambahan pendapatan dari berwirausaha.
Masing-masing kebutuhan tersebut tidak sama kekuatan tuntutantuntutan pemenuhannya. Tumbuhnya kekuatan itu satu sama lain juga berbedabeda waktunya. Seluruh kebutuhan tidak timbul dalam waktu yang bersamaan,
walaupun kadang-kadang beberapa kebutuhan dapat muncul sekaligus,
sehingga seorang wirausaha harus menentukan pilihannya yang mana yang
harus dipenuhinya terlebih dahulu.
Teori Motivasi David Mc Clelland
Dalam bukunya, Kristianto dan Heru (2009), teori motivasi juga mampu
menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan usaha sebagai seorang
wirausaha. Motif berprestasi kewirausahaan teori David McClelland yaitu
seorang wirausaha melakukan kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan untuk
berprestasi, hubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan kekuasaan
baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan kegiatan
usaha dimotivasi oleh :
1. Motif berprestasi (Need for achievement)
Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan
mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga.
2. Motif berafiliasi (Need for affiliation)
Orang melakukan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk
berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.
3. Motif kekuasaan (Need for power)
Orang melakuakn kewirausahaan didorong oleh keinginan
mendapatkan kekuasaan atas sumberdaya yang ada. Peningkatan kekayaan,
penguasaan pasar sering menjadi pendorong utama wirausaha melakukan
kegiatan usaha.
Dari bebereapa definisi motivasi diatas, dapat disimpulkan motivasi
adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai
pendorong perilaku seseorang. Motivasi orang melakukan wirausaha sering
bereda. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang
berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan.
Wirausaha
Wirausaha adalah self-employee yaitu orang yang bekerja sendiri dengan
cara menjalankan usaha milik sendiri, ada orang yang bekerja untuknya,
menciptakan kerja bagi orang lain, ada sistem yang digunakan dan ada
penghasilan yang dapat diperolehnya (Soesarsono dan Sarma M. 2002).
Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan
mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan

12

pertumbuhan bisnis dengan cara mengidentifikasikan peluang dan
menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya
(Zimmerer dan Scarborough 2008). Menurut (Robbins 2001), Pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh dasar-dasar perilaku individual, persepsi, motivasi
dan pembelajaran individu, selain itu juga perubahan yang terjadi dapat
mempengaruhi nilai dan sikap seseorang dan pada akhirnya mempengaruhi
pula pengambilan keputusan yang dibuatnya.
Berbagai Macam Profil Wirausaha
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), jika diperhatikan
entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai
macam profil, diantaranya :
1. Women Entrepreneur
Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka
menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin
memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga,
frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
2. Minority Entrepreneur
Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memiliki
kesempatan kerja di lapangan pemernitahan sebagaimana layaknya warga
negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan
bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah
tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga
berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin
maju dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.
3. Immigrant Entrepreneurs
Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun
dalam pekerjaan yang bersikap non-formal yang dimulai dari berdagang kecilkecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.
4. Part Time Entrepreneurs
Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time
merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja
part-time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang
pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk
berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya
mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih
profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan
hobinya.
5. Home-Based Entrepreneurs
Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari
rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan,
mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin
lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa
masak, kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.
6. Family-Owned Business
Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai jenis cabang dan
usaha, mngkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah

13

usaha bapak ini maju, dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua
perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis
usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa
dikembangkan atau dipimpin oleh anak anak mereka. Dalam keadaan sulitnya
lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.
7. Copreneurs
Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as coownners of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang
bekerja bersama sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka).
Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha
Mom and Pop ( Pop as “boss” and Mom as “subordinate” / Ayah sebagai
pemimpin dan Ibu berada di bawah kekuasaan Ayah). Copreneurs dibuat
dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian
masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi
penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada.
Karakteristik Individu
Pada dasarnya ciri-ciri seorang wirausaha adalah rasa percaya diri dan
mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang pada
umumnya. Para wirausaha memerlukan kebebasan untuk memilih dan
bertindak menurut persepsinya mengenai tindakan yang akan membuahkan
kesuksesan. Ciri-ciri wirausaha tersebut ditunjukkan dengan karakter
pribadinya. Karakteristik individu adalah sifat atau ciri-ciri yang dimiliki
seseorang.
Karakteristik terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis (Rakhmat 2000). Faktor biologis mencakup genetik, sistem
syaraf dan system hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari
komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif yang berhubungan dengan
kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Ada sejumlah variabel penting dan
menarik yang digunakan orang untuk menerangkan perbedaan-perbedaan
motivasi, antara lain : umur, pendidikan dan latar belakang keluarga (Winardi
2011).
Karakteristik Wirausaha
Seorang harus memiliki karakteristik dalam menjalankan usahanya.
Zimmerer dan Scarborough (2008) mengemungkakan delapan karakteristik
yang meliputi : (1) Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya, (2) Lebih memilih risiko yang moderat, (3) Percaya akan
kemampuan dirinya untuk berhasil, (4) Selalu menghendaki umpan balik yang
segera, (5) Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke
depan, (6) Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik, (7) Memiliki keterampilan
dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah, (8)
Selalu menilai prestasi dengan uang.
Wirausaha Wanita (Women Enterpreneur)
Wirausaha wanita didefinisikan sebagai pemilik dari bisnis yang
memiliki inisiatif, menerima segala resiko dan keuangan, bertanggung jawab

14

secara administrasi dan sosial dan efektif memimpin dalam manajemennya
(Meng dan Liang 1996). Definisi umum dari wirausahawan wanita adalah
pemilik bisnis yang juga menjalankan bisnisnya sendiri atau bersama rekan
bisnisnya, baik yang membayar maupun yang tidak membayar pegawai (Meng
dan Liang 1996).
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), Bisnis kecil merupakan
pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik kewirausahaan
maupun pekerjaan. Kewirausahaan dapat membuat wanita mengembangkan
impian maupun harapan terbesarnya, semakin banyak wanita yang menyadari
bahwa menjadi wirausaha adalah cara terbaik untuk menembus dominasi lakilaki yang menghambat peningkatan karir waktu ke puncak organisasi melalui
bisnis mereka sendiri (Zimmerer dan Scarborough 2008).
Wirausaha wanita dan Wirausaha Pria
Mengenai karakteristik wirausaha, menurut Alma (2013) walaupun antara
wirausaha pria dan wirausaha wanita pada umumnya sama, namun dalam
beberapa hal ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis.
Perbedaan - perbedaan ini antara lain :
1. Pengusaha wanita di motivasi untuk membuka bisnis karena ingin
berprestasi dan adanya frustasi dalam pekerjaan sebelumnya. Dia merasa
terkekang tidak dapat menampilkan kebolehannya dan mengembangkan bakatbakat yang ada pada dirinya.
2. Dalam hal permodalan bisnis pengusaha pria lebih leluasa memperoleh
sumber modal sedangkan pengusaha wanita memperoleh sumber modal dari
tabungan, harta pribadi, dan pinjaman pribadi. Agak sulit pengusaha wanita
memperoleh pinjaman perbankan dibandingkan kaum pria.
3. Mengenai karakteristik kepribadian pengusaha wanita mempunyai
sifat toleransi dan fleksibel, realistis dan kreatif, antusias dan enerjik dan
mampu berthubungan dengan lingkungan masyarakat dan memilikin medium
level of self confidence, kaum pria self confidencenya lebih tinggi dari
kebanyakan wanita.
4. Usai memulai usaha pria rata-rata umur 25-35, sedangkan wanita di
usia 35-45.
5. Kerabat yang menunjang pada pengusaha wanita adalah keluarganya,
suami, organisasi wanita dan kelompok-kelompok sepergaulannya.
6. Bentuk bisnis yang dibuka pada pria pengusaha lebih banyak
ragamnya akan tetapi pada wanita pengusaha kebanyakan berhubungan dengan
bisnis jasa, pendidikan, konsultasi dan public relation.

Kerangka Pemikiran Operasional
Keterlibatan wanita di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya
peningkatan, baik yang bekerja disektor formal maupun informal. Keterlibatan
wanita dalam sektor informal salah satunya sebagai pelaku ekonomi berskala
mikro, kecil dan menengah. Motivasi dan karakteristik wirausaha sangat
berpengaruh terhadap kemandirian yang dimiliki oleh seorang wanita dalam
berwirausaha, hal ini guna meningkatkan pendapatan rumahtangga dan

15

menurunkan tingkat kemiskinan bahkan menigkatkan pendapatan per kapita
suatu daerah. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dikelola oleh
kaum wanita di Kota Sukabumi khususnya di Kecamatan Cikole paling banyak
dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini didorong oleh adanya pola
pendampingan usaha, pelatihan keterampilan, penyuluhan kewirausahaan yang
merupakan upaya guna peningkatan pertumbuhan ekonomi dan mendorong
motivasi dalam berwirausaha.
Dalam hal ini, perlu di analisis karakteristik wirausaha wanita dan
motivasi berwirausaha. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha terlebih dahulu harus
melakukan identifikasi terhadap karakteristik wirausaha wanita sendiri.
Karakteristik wirausaha wanita yang diamati yaitu memiliki pengetahuan
dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian dalam
mengambil keputusan, adanya dukungan keluarga/suami serta motivasi
berwirausaha menggunakan teori motivasi ERG yaitu kebutuhan eksistensi
(existence needs), kebutuhan berhubungan (related needs), dan kebutuhan
berkembang (growth needs). Kemudian karakteristik wirausaha wanita akan
dihubungkan dengan motivasi berwirausaha.
Karakteristik wirausaha wanita merupakan bagian penting dalam
kewirausahaan. Karakteristik wirausaha akan menentukan pengambilan
keputusan berwirausaha guna mencapai keberhasilan dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha. Setiap pelaku UKM di Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi memiliki karakteristik sendiri dalam menjalankan usahanya.
Kerangka pemikiran tersebut disajikan pada Gambar 7.

16

Keterlibatan wanita di bidang ekonomi sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Salah satunya
yang bekerja di sektor informal sebagai pelaku
ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah.
Jumlah pelaku usaha wanita di Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi paling banyak
dibandingkan dengan Kecamatan lainnya
Analisis mengenai karakteristik wirausaha
wanita dan motivasi berwirausaha

Karakteristik wirausaha
wanita

Motivasi berwirausaha
Didorong oleh kebutuhan :

1. Memiliki Pengetahuan
dalam Berwirausaha
2. Berkeinginan Merubah
Nasib
3. Keberanian dalam
Mengambil Keputusan
4. Adanya Dukungan
Keluarga/Suami

1. Eksistensi
2. Berhubungan
3. Berkembang

Keputusan Berwirausaha

Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Kecamatan Cikole merupakan salah satu kecamatan di
Kota Sukabumi yang memiliki jumlah wirausaha wanita lebih banyak
dibandingkan kecamatan yang lain hal ini dikarenakan lokasi berada di pusat
Kota Sukabumi, dekat dengan pusat pemerintahan dan akses perekonomian
yang mudah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014
untuk pengambilan dan pengolahan data.

17

Metode Penentuan Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah populasi (Sugiyono, 2005). Sample
dalam penelitian ini adalah wirausaha wanita pelaku UKM di Kecamatan
Cikole, Kota Sukabumi. Pengambilan sample menggunakan metode simple
random sampling yaitu semua populasi mempunyai peluang yang sama untuk
menjadi sample. Data diolah menggunakan Microsoft Exel 2007. Teknik
pengambilan sample menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008) sebagai
berikut:

n=
Keterangan:
n = Jumlah sample
N = Ukuran populasi
E = Taraf kesalahan yaitu 10% atau 0.1

= 47,92
Jumlah sample yg akan diambil sebesar 47,92 atau 48 wirausaha wanita
pelaku UKM di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi

Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara
langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah
data yang telah terdokumentasi sebelumnya, seperti data yang berasal dari
Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi,
Badan Pusat Statistika (BPS) dan lembaga-lembaga penelitian atau publikasi
yang relevan dengan tujuan penelitian. Data harus relevan, dan dapat
dipercaya.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam
mengumpulkan data dari responden, karena metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah survey. Kuesioner berisikan sejumlah item pertanyaan dan
pernyataan tertulis, dimana responden diminta untuk memberikan tanggapan
sesuai dengan persepsi mereka tentang karakteristik wirausaha wanita dengan
motivasi berwirausaha.
Untuk mengkuantitatifkan data yang diperoleh dari responden yang
bersifat kualitatif, maka diperlukan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha.

18

Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan item untuk menyusun itemitem instrumen yang berbentuk pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2005).

Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan survey.
Untuk keperluan pengumpulan data disusun sebuah instrumen berupa
kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup.
Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi
mengenai karakteristik wirausaha wanita dan motivasi wanita berwirausaha di
Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.

Metode Pengolahan Data
Ada dua jenis alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini,
yaitu Analisis Statistik Deskriptif dan Analisis Korelasi Rank Spearman.
Analisis Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk
memberi gambaran secara kualitatif mengenai karakteristik wirausaha wanita
pelaku UKM dan motivasi berwirausaha di Kecamatan Cikole, Kota
Sukabumi. Data dan informasi berasal dari kuesioner yang akan diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang
sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentase berdasarkan jumlah
responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari
masing-masing variabel yang dianalisis.
Untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data, digunakan
ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata-rata hitung
(mean). Mean adalah nilai yang mewakili himpunana atau kelompok data.
Nilai rata-rata umumnya cenderung terletak ditengah suatu kelompok data
yang disusun menururt besar kecilnya nilai (Sudjana,2005).
Rumus rata-rata ( X ) :

x = ∑xi
Keterangan:
X = Rata-rata
∑xi = Jumlah pengamatan ke-i
n
= Jumlah data

19

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah, untuk menentukan kriteria
pengklasifikasian yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan (Umar,
2008), diamana rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut:

Rs = (m - n)

Keterangan:
Rs = Rentang Skor
m
= Skor tertinggi item
n
= Skor terendah item
b
= Jumlah kelas
Kemudian untuk mengetahui kategori skor tersebut, dilihat dari hasil
rentang skor yang diperoleh dalam persen, dengan demikian kategori jawaban
responden ditentukan berdasarkan skala, seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Penentuan kategori skor berdasarkan kategori jawaban responden
No.
Skala kategori jawaban
Kategori skor
(%)
1
1 – 25
Kurang baik
2
26 – 50
Cukup baik
3
51 – 75
Baik
4
76 – 100
Sangat baik
Sumber : Riduan, 2004.

Analisis Korelasi Rank Spearman
Analisis korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha. Analisis
korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan linear antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dua variabel
dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variabel akan diikuti oleh
perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama atau arah yang berbeda
(Suliyanto, 2005).
Menurut (M. Firdaus, et al. 2013) Nilai rs bisa bertanda positif bisa pula
bertanda negative, dan nilai mutlaknya maksimal 1 dan minimal 0. Secara
umum, nilai rs diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Bila nilai | rs| = 0, berarti kedua variabel tidak berkorelasi
2. Bila nilai | rs| = 1, berarti kedua variabel berkorelasi sempurna.
Semakin tinggi nilai | rs|, berarti semakin kuat hubungan kedua
variabel
3. Tanda positif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi
searah, yakni bila variabel X semakin tinggi maka variabel Y akan
cenderung semakin tinggi pula, atau sebaliknya.
4. Tanda negatif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi
berlawanan arah, yakni bila variabel X semakin tinggi maka variabel
Y akan cenderung semakin rendah, atau sebaliknya.

20

Secara deskriptif, nilai rs dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori.
Piliha