BAB 4 HASIL PENELITIAN
1.1 Data Demografi Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang
kelompok mengunyah dan 16 orang kelompok menghisap. Penelitian ini melibatkan
17 orang laki-laki 53,13 dan 15 orang perempuan 46,87 yang mengonsumsi antidepresan serta mengalami xerostomia Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.
Jenis Kelamin F Frekuensi
Laki-laki 17 53,13 Perempuan 15 46,87
Total 32 orang 100
Berdasarkan kelompok umur, umur sampel penelitian yang mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia terdapat pada rentangan umur 40-60 tahun yang
telah dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur, yaitu kelompok umur 40-49 tahun terdapat 9 orang 28,12, kelompok umur 50-59 tahun 15 orang 46,88, dan
kelompok umur 60 tahun terdapat 8 orang 25. Karakteristik sampel ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan umur pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.
Umur f Frekuensi
40-49 tahun 9
28,12 50-59 tahun
15 46,88
≥ 60 tahun 8
25
Total 32 orang
100
4.2 Pemeriksaan Klinis Subjek Penelitian
Jangka waktu mengonsumsi antidepresan terbanyak pada subjek penelitian yang berkunjung ke psikiatri RSUP H Adam Malik Medan adalah sekitar 1-12 bulan
yaitu 13 40,63 subjek penelitian. Jangka waktu 13-24 bulan sebanyak 4 orang 12,5, 25-36 bulan sebanyak 5 orang 15,62, 37-48 bulan sebanyak 2 orang
6,25, dan pada jangka waktu lebih dari 49 bulan sebanyak 8 orang 25 Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan lama mengonsumsi antidepresan.
Lama Mengonsumsi Antidepresan Bulan
f Frekuensi
1-12 bulan 13
40,63 13-24 bulan
4 12,5
25-36 bulan 5
15,62 37-48 bulan
2 6,25
≥ 49 bulan 8
25
Total 32 orang 100
Universitas Sumatera Utara
Golongan antidepresan yang terbanyak digunakan adalah golongan heterosiklik. Golongan heterosiklik tersebut yaitu trisiklik sebanyak 19 orang
59,37 dan antidepresan generasi ke 2 sebanyak 13 orang 40,63. Antidepresan yang dikonsumsi ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis golongan antidepresan yang dikonsumsi subjek penelitian.
Golongan Antidepresan f Frekuensi
Heterosiklik -
Trisiklik -
Antidepresan generasi ke 2
19 13
59,37 40,63
MAOI - -
Total 32 orang
100
Rata-rata laju aliran saliva sebelum distimulasi pada kelompok perlakuan mengunyah permen karet xylitol terdiri dari 16 orang pasien mengonsumsi
antidepresan dengan xerostomia adalah 0,1750 mLmenit. Sesudah distimulasi dengan mengunyah permen karet xylitol terjadi peningkatan rata-rata laju aliran
saliva menjadi 0,4731 mLmenit Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet
xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik
Perlakuan Rata-rata ±
SD
Sebelum mengunyah permen karet xylitol
0,1750 ± 0,03502 Sesudah mengunyah permen karet xylitol
0,4731 ± 0,23440
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata laju aliran saliva sebelum distimulasi pada kelompok perlakuan menghisap permen karet xylitol yang terdiri dari 16 orang pasien mengonsumsi
antidepresan dengan xerostomia adalah 0,1694 mLmenit. Sesudah distimulasi dengan menghisap permen karet xylitol rata-rata laju aliran saliva menjadi 0,3638
mLmenit. Rata-rata laju aliran saliva ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah menghisap permen karet
xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik
Perlakuan Rata-rata ±
SD
Sebelum menghisap permen karet xylitol 0,1694 ± 0,04781
Sesudah menghisap permen karet xylitol 0,3638 ± 0,20063
Uji statistik menggunakan uji T berpasangan menunjukkan nilai n= 0,000 p0,05. Nilai p0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-
rata laju aliran saliva sebelum distimulasi dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan mengunyah permen karet
xylitol dapat meningkatkan rata-rata laju aliran saliva pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia sekitar 0,29813 mLmenit, sedangkan peningkatan
rata-rata laju aliran saliva sesudah distimulasi dengan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia sekitar 0,19438 mLmenit
Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah atau menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T berpasangan
Perlakuan Rata-rata ± SD
Selisih Rata-rata Nilai P
Sebelum mengunyah permen
karet xylitol 0,1750 ± 0,03502
0, 29813
0,000
Sesudah mengunyah permen
karet xylitol 0,4731 ± 0,23440
Sebelum menghisap permen
karet xylitol 0,1694 ± 0,04781
0, 19438
0,000
Sesudah menghisap permen karet
xylitol 0,3638 ± 0,20063
=
signifikan Uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa rata-
rata laju aliran saliva pada 16 orang subjek penelitian pada kelompok mengunyah permen karet xylitol sekitar 0,4731 mLmenit, sedangkan rata-rata laju aliran saliva
pada 16 orang subjek penelitian kelompok menghisap permen karet xylitol sekitar 0,3638 mLmenit. Hasil dari uji statistik T tidak berpasangan dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna antara mengunyah dan menghisap permen karet xylitol dengan nilai P = 0,166, sehingga secara statistik mengunyah
permen karet xylitol lebih baik dalam menstimulasi laju aliran saliva Tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sesudah mengunyah dan sesudah menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T tidak berpasangan
Perlakuan N Mean SD T
t-test P-value
Mengunyah 16 0,4731
0,23440 1,418
0,166 Menghisap
16 0,3638
0,20063
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN