3.6. Defenisi Operasional Variabel
1. Pengetahuan tentang osteoporosis adalah hal-hal yang diketahui oleh wanita
premenopouse tentang osteoporosis. 2.
Premenopouse adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan aging yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon
estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas.
3. Konsumsi susu adalah tindakan wanita meminum susu untuk memenuhi
kebutuhan kalsiumnya.
3.7. Aspek Pengukuran
1. Pengetahuan tentang osteoporosis melalui 10 pertanyaan yang digunakan
kepada responden dengan memilih jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Hasil pengukuran dibedakan
atas 3 kategori menurut Arikunto, 2002:
Kurang : jika jawaban benar 3 30 Sedang : jika jawaban benar antara 4-8 40-80
Baik : jika jawaban benar diatas 8 90-100
2. Konsumsi susu melalui 10 pertanyaan yang digunakan kepada responden
dengan memilih jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Hasil pengukuran dibedakan atas 3 kategori
menurut Arikunto, 2002:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kurang : jika jawaban benar 3 30 Sedang : jika jawaban benar antara 4-8 40-80
Baik : jika jawaban benar diatas 8 90-100 3.
Penilaian hasil food frequency berdasarkan jumlah dan persentasenya melalui program pengolahan data SPSS yang kemudian dikategorikan berdasarkan
bahan makanan. 3.8. Teknik Analisis Data.
3.8.1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan computer dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Editing
2. Koding
3. Entry data
3.8.2. Analisis data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan
konsumsi susu pada wanita premenopouse dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 0,05.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Jika ditemukan pada table 2x2 ada expected count yang kurang dari 5 maka dilakukan Exact Fisher.
Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara deskriptif.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan I Padang Bulan Medan. Lingkungan ini terletak di kawasan Kelurahan Padang Bulan Medan, Kecamatan Medan Baru.
Berikut ini tentang gambaran umum lokasi penelitian. Jumlah penduduk di Kelurahan ini pada tahun 2011 adalah 11.600 orang. Sedangkan jumlah penduduk di
Lingkungan I ini adalah 3.281 orang dengan jumlah wanita sebanyak 1.902 dan pria sebanyak 1.379 orang.
4.1.1. Deskripsi wilayah Letak dan Batas
Lingkungan I ini terletak diantara Pajak Sore dan Simpang Kampus. Penduduknya rata-rata adalah pedagang dan pemilik kost untuk mahasiswa karena
letaknya berdekatan dengan beberapa fakultas dari Universitas Sumatera Utara. Wanita dewasanya kebanyakan adalah ibu rumah tangga dan pedagang di Pajak Sore.
Hal ini juga dikarenakan letak wilayahnya yang berdampingan dengan Pajak Sore. Batas wilayahnya adalah Kelurahan Merdeka Utara, Kelurahan Titi Rantai
Selatan, Kelurahan Polonia Timur, : Kelurahan Padang Bulan Barat:
4.1.2. Deskripsi responden 4.1.2.1. Umur responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita-wanita premenopouse yang berusia 40-45 tahun di Lingkungan I Padang Bulan. Jumlah
responden yang menjadi sampel sebesar 47 orang. Semua data diambil dari data primer dengan menggunakan bantuan kuesioner dan formulir food frequency.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.1.2.2. Pendidikan responden
Responden yang menjandi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang beragam dengan proporsi tidak jauh berbeda. Responden memiliki
tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA. Responden dengan pendididkan terakhir pada jenjang SMP paling banyak dengan jumlah 24 orang 25,5 dan yang
berada pada jenjang SD paling sedikit dengan jumlah 11 orang 23,4.
4.1.3. Hasil Analisa Data 4.1.3.1. Pengetahuan wanita premenopouse tentang Osteoporosis
Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang pengetahuan osteoporosis yang dianggap dapat mewakili pengetahuan responden
tentang osteoporosis. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan osteoporosis:
Tabel 4.1 Distribusi fekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang
osteoporosis
Pengetahuan n
Persentase Kurang
11 23,4
Sedang 22
46,8
Baik 14
29,8
Total
47 100,0
Dari tabel distribusi frekuensi di atas menunjukkan pengetahuan responden terbanyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang 46,8 dan yang paling
sedikit pada kategori kurang yaitu sebanyak 11 orang 23,4.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.1.3.2. Tindakan wanita premenopouse dalam mengonsumsi susu
Dalam penelitian ini digunakan juga kuesioner yang berisi pertanyaan tentang tindakan responden dalam memilih dan mengonsumsi susu. Berikut adalah tabel
distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan mengonsumsi susu: Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tindakan mengonsumsi susu
Tindakan n
Persentase Kurang
37 78,7
Sedang 7
14,9
Baik 3
6,4
Total
47 100,0
Dari tabel distribusi frekuensi diatas dapat dilihat tindakan responden dalam mengonsumsi susu paling banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak 37 orang
78,7 dan yang paling sedikit pada kategori baik yaitu sebanyak 3 orang 6,4.
4.1.3.3. Konsumsi susu wanita premenopose
Dari hasil formulir food frequency diperoleh hasil bahwa jumlah responden yang mengonsumsi susu sebanyak 3 orang 6,38 dan yang tidak mengonsumsi
susu sebanyak 44 orang 93,62. Jumlah ini sangat berkaitan dengan hasil kuesiner mengenai tindakan mengonsumsu susu yaitu hanya 3 orang berkategori baik dan 37
orang berkategori kurang.
4.1.3.4. Distribusi pendidikan terhadap umur
Wanita dalam usia premenopouse yang menjadi responden ini paling banyak berada pada usia 41 tahun 29,8 dan paling sedikit pada usia 43 tahun 8,5.
Sedangkan dilihat dari pendidikannya, responden pada usia 41 tahun ini paling banyak pada tingkat pendidikan SMP. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Tabulasi silang pendidikan terakhir responden dilihat dari umur
responden
Umur Pendidikan
terakhir Total
p SD
SMP SMA
40 2
18,2 7
63,6 2
18,2 11
100
41 4
28,6 6
42,9 4
28,6 14
100
42 4
80,0 1
20,0 5
100 0,304
43 2
50,0 2
50,0 4
100
44 3
42,9 4
57,1 7
100
45 2
33,3 1
16,7 3
50,0 6
100
Total
11 23,4 24
51,1 12 25,5
47 100
Dari tabel tabulasi silang tersebut dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP paling banyak yaitu sebanyak 24 51,1orang
sedangkan yang paling sedikit adalah pada tingkat pendidikan SD 23,4 yaitu sebanyak 11 orang. Pada kategori SMP responden paling banyak berada pada
kategori umur 40 tahun yaitu sebanyak 7 63,6 orang dan pada kategori SD responden paling banyak berada pada kategori umur 41 tahun yaitu sebanyak 4
28,6 orang sedangkan pada kategori SMA responden paling banyak berada pada kategori umur 41 tahun sebanyak 4 orang 28,6. Responden tidak ada pada
kategori SD di kategori umur 42 tahun dan 43 tahun0.
4.1.3.4. Distribusi pengetahuan responden dilihat dari umur
Responden yang berada pada tingkat umur yang berbeda juga memiliki jumlah yang berbeda bila dihubungkan dengan tingkat pengetahuan responden dalam
tiap tingkatannya, dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan usia yang lebih muda memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden dengan
usia yang lebih tua, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Tabulasi silang pengetahuan responden tentang osteoporosis dilihat dari umur responden
Umur Pengetahuan
tentang Osteoporosis Total
p Kurang
Sedang Baik
40 2
18,2 5
45,5 4
36,4 11
100
41 6
42,9 4
28,6 4
28,6 14
100
42 1
20,0 3
60,0 1
20,0 5
100 0,803
43 3
75,0 1
25,0 4
100
44 1
14,3 4
57,1 2
28,6 7
100
45 1
16,7 3
50,0 2
33,3 6
100
Total
11 23,4 22
46,8 14 29,8
47 100
Dari tabel tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa responden dengan
kategori pengetahuan baik paling banyak berada pada umur 40 tahun dan 41 tahun yaitu sebanyak 4 orang 36,4 dan 28,6, dengan kategori pengetahuan sedang
paling banyak pada umur 40 tahun yaitu sebanyak 5 45,5 orang sedangkan dengan kategori kurang paling banyak pada umur 41 tahun yaitu sebanyak 6 orang 42,9.
4.1.3.5. Distribusi pendidikan responden berdasarkan pengetahuan tentang osteoporosis
Responden yang berada pada tingkat pengetahuan yang berbeda juga memiliki jumlah yang berbeda bila dihubungkan dengan tingkat pendidikan
responden dalam tiap tingkatannya, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Tabulasi silang pendidikan responden berdasarkan pengetahuan
tentang osteoporosis
Pendidikan Pengetahuan
osteoporosis Total
p Kurang
Sedang Baik
SD 6
54,5 3
27,3 2
18,2 11
100 SMP
4 16,7
13 54,2
7 29,2
24 100
0,076 SMA
1 8,3
6 50,0
5 41,7
12 100
Total 11
23,4 22
46,8 14
29,8 47
100
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat responden dengan jenjang pendidikan SD paling banyak berada pada kategori pengetahuan kurang yaitu
sebanyak 6 orang 54,5, responden dengan jenjang pendidikan SMP paling banyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 13 orang 54,2 dan responden
dengan jenjang pendidikan SMA paling banyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 6 orang 50,0. Responden paling sedikit dengan jenjang pendidikan
SMA yang berada pada kategori kurang yaitu hanya 1 orang 8,3.
4.1.3.6. Distribusi pendidikan responden dalam tindakan mengonsumsi susu
Responden yang berada pada tingkat tindakan mengonsumsi susu yang berbeda juga memiliki jumlah yang berbeda bila dihubungkan dengan tingkat
pendidikan responden dalam tiap tingkatannya, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.6 Tabulasi silang pendidikan responden dalam tindakan
mengonsumsi susu
Pendidikan Konsumsi susu
Total p
Kurang Sedang
Baik
SD 8
72,7 2
18,2 1
9,1 11
100 SMP
19 79,2
4 16,7
1 4,2
24 100 0,918
SMA 10
83,3 1
8,3 1
8,3 12
100
Total
37 78,7
7 14,9
3 6,4
47 100
Dari tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa responden dengan jenjang pendidikan SMP paling banyak berada pada kategori tindakan mengonsumsi susu
kurang yaitu sebanyak 19 orang 79,2 dan responden dengan jenjang pendidikan SMA paling banyak berada pada kategori tindakan mengonsumsi susu kurang yaitu
10 orang 83,3, demikian juga pada responden dengan jenjang pendidikan SD juga
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
paling banyak pada kategori tindakan mengonsumsi susu kurang yaitu sebanyak 8 orang 72,7. Sedangkan pada responden dengan jenjang pendidikan SMA yang
berada pada kategori tindakan mengonsumsi susu sedang memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu 1 orang 8,3 demikian juga responden dengan kategori
tindakan mengonsumsi susu baik yang berada pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA juga hanya berjumlah 1 orang 9,1,4,2 dan 8,3.
4.1.3.7. Distribusi pengetahuan responden dalam tindakan mengonsumsi susu
Pengetahuan responden tentang osteoporosis bila dihubungkan dengan konsumsi susu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Tabulasi silang pengetahuan responden dalam tindakan
mengonsumsi susu
Pengetahuan osteoporosis
Konsumsi susu Total
Kurang Sedang
Baik p
Kurang 8
72,7 3
27,3 11
100 Sedang
18 81,8
3 13,6
1 4,5
22 100 0,408
Baik 11
78,6 1
7,1 2
14,3 14
100
Total 37
78,7 7 14,9
3 6,4
47 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang tidak mengonsumsi susu paling banyak pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 18 orang 81,8 dan yang
paling banyak mengonsumsi susu pada tingkat pendidikan baik yaitu 2 orang 14,3.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.2. Konsumsi makanan sumber kalsium wanita premenopose
Selain melihat konsumsi susu responden, penelitian ini juga melihat konsumsi responden terhadap jenis bahan makanan lain seperti makanan pokok, lauk-pauk,
sayur-sayuran dan juga buah-buahan untuk mengetahui sumber kalsium yang dikonsumsi responden selain susu. Konsumsi responden terhadap bahan makanan
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Tabel 4.8 Distribusi konsumsi lauk pauk responden
Nama bahan makanan
Frekuensi Konsumsi 1-3x sehari
4-5x seminggu
1-3x seminggu
jarang Tidak
pernah Total
n n
n n
n
Ikan basah 30 63,8
8 17,0 9
19,1 0 100
Ikan asin 0 0
47 100
100 Ikan teri
3 6,4 21
44,7 23 48,9 0
100 Ikan sarden
0 0 47
100 100
Daging ayam 29 61,7
18 38,3 0
100 Daging sapi
0 0 10
21,3 37 78,7 100
Tahutempe 8
17,0 14 29,8 25
53,2 0 100
Pada tabel 4.10 dapat kita ketahui responden paling sering mengonsumsi ikan basah sebanyak 30 orang 63,8 dan responden paling sedikit memilih kelompok
makanan lauk-pauk berupa ikan asin yaitu 47 orang 100 tidak pernah dan daging sapi sebanyak 37 orang 78,7 . Responden memperoleh asupan kalsium dari jenis
kelompok lauk-pauk paling banyak dari jenis ikan basah yaitu sebanyak 30 orang 63,8 mengonsumsinya dengan frekuensi 4-5 x seminggu. Tahu dan tempe juga
menjadi sumber kalsium bagi responden dengan jumlah 8 orang 17,0 mengonsumsinya 1-3 x sehari dan 14 orang 29,8 mengonsumsinya 4-5 x
seminggu.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Distribusi konsumsi sayuran responden
Nama bahan makanan
Frekuensi Konsumsi 1-3x
sehari 4-5x
seminggu 1-3x
seminggu jarang
Tidak pernah
Total n
n n
n n
Bayam 0 0
1 2,1
3 6,4
40 85,1
3 6,4 100
Kangkung 0 0
13 27,7
21 44,7
12 25,5
1 2,1 100
Daun ubi 0 0
12 25,5
1 2,1
34 72,3 100
Kol 0 0
6 12,8
37 78,7
4 8,5 100
Brokoli 0 0
47 100
100 Buncis
0 0 6
12,8 17
36,2 18
38,3 6
12,8 100 Kacang panjang
0 0 9
19,1 2
4,3 14
29,8 22
46,8 100 Terung
0 0 47
100 100
Wortel 0 0
5 10,6
18 38,3
14 29,8
10 21,3 100
Sawi 0 0
6 12,8
32 68,1
9 19,1 100
Sedangkan dari tabel 4.11diketahui bahwa kelompok sayuran yang menyumbang asupan kalsium paling banyak pada responden adalah dari jenis sayur
bayam yaitu sebanyak 3 orang 6,4 mengonsumsinya dengan frekuensi 1-3 x seminggu dan seluruh responden tidak mendapatkan asupan dari sayur brokoli karena
semua responden tidak mengonsumsinya.
Tabel 4.10 Distribusi konsumsi buah responden
Nama bahan makanan
Frekuensi Konsumsi 1-3x
sehari 4-5x
seminggu 1-3x
seminggu jarang
Tidak pernah
Total n
N n
n n
Pepaya 0 0
47 100
100 Jeruk
2 4,3 15 31,9
30 63,8 100
Pisang 7
14,9 18 38,3 22
46,8 100 Jambu
10 21,3 10
21,3 10 21,3 17
36,2 100 Dari tabel 4.12 diketahui bahwa responden mendapatkan asupan kalsium dari
jenis buah jeruk dan pisang. Responden mengonsumsi jeruk dengan frekuensi 1-3 x seminggu sebanyak 2 orang 4,3 dan mengonsumsi buah pisang dengan frekuensi
4-5 x seminggu sebanyak 10 orang 21,3.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1.Gambaran Umum Responden
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dianalisa secara kuantitatif dan bersifat deskriptif dapat dilihat bahwa responden yang
merupakan wanita premenopouse yang berusia berkisar dari 40-45 tahun paling banyak berada pada usia 41 tahun, jumlahnya yaitu 14 orang 29,8 sedangkan
responden yag berusia 43 tahun paling kecil jumlahnya yaitu 4 orang 8,5. Hal ini menunjukkan kebanyakan responden adalah wanita yang baru memasuki masa awal
premenopouse. Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Selanjutnya menurut Binkesmas Depkes RI pendidikan mempengaruhi seseorang untuk menerima apa yang diberikan. Pendidikan yang rendah mempengaruhi daya
serap dalam menerima pengetahuan yang diberikan. Dalam menanamkan pengertian merubah kebiasaan yang dilakukan dalam usaha perbaikan gizi sering kali pula
dihambat oleh faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sebab masyarakat yang pendidikannya rendah masih sulit untuk menerima pengetahuan yang diberikan.
Responden memiliki jenjang pendidikan terakhir mulai dari SD, SMP, dan SMA. Dari data, responden dengan pendididkan terakhir pada jenjang SMP paling
banyak dengan jumlah 24 orang 25,5 dan yang berada pada jenjang SD paling sedikit dengan jumlah 11 orang 23,4. Kebanyakan dari responden tidak bekerja
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
karena latar belakang pendidikan yang rendah dan kalau ada yang bekerja biasanya dengan cara berdagang secara kecil-kecilan di rumah ataupun di pasar.
Dari kuesioner penelitian yang berisi 10 pertanyaan tentang pengetahuan osteoporosis diperoleh hasil tingkat pengetahuan responden mengenai osteoporosis
yaitu pengetahuan responden terbanyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang 46,8 dan yang paling sedikit pada kategori kurang yaitu sebanyak 11 orang
23,4. Hal ini menunjukkan pengetahuan wanita premenopouse di Lingkungan I Padang Bulan yang menjadi responden penelitian ini masih tergolong awam karena
mayoritas hanya berada pada kategori sedang yaitu 22 orang 46,8, latar belakang dan kurangnya akses mereka terhadap isu kesehatan seperti osteoporosis membuat
mereka berada pada kategori ini meskipun mereka tinggal di daerah yang dekat dengan instansi pendidikan seperti Universitas Sumatera Utara dan AMIK Akademi
Manajemen dan Ilmu Komputer Polibisnis. Di dalam kuesioner penelitian juga terdapat 10 pertanyaan yang didesain untuk
mengetahui tindakan responden dalam mengonsumsi susu. Dari hasil wawancara langsung antara peneliti dan responden yang dilakukan di rumah setiap responden
didapatkan hasil yaitu, tindakan responden dalam mengonsumsi susu paling banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak 37 orang 78,7 dan yang paling sedikit pada
kategori baik yaitu sebanyak 3 orang 6,4. Hal ini juga berkaitan erat dengan pengetahuan mereka tentang pentingnya susu dan bahaya osteoporosis yang
mengancam wanita pada tingkatan usia mereka premenopouse. Responden juga memaparkan bahwa tidak ada keluhan jika mereka tidak mengonsumsi susu jadi
bukan sebuah kepentingan bagi mereka untuk meminum susu.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Penelitian Kurniaty 2002 terhadap 300 orang dengan judul ”Perilaku Konsumsi Susu pada Wanita Dewasa di Jakarta Timur“ menunjukkan bahwa
frekuensi dan jumlah konsumsi susu berhubungan nyata positif dengan tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengeluaran untuk susu.
5.2. Hubungan pengetahuan tentang osteoporosis dengan tindakan konsumsi susu