Penelitian Kurniaty 2002 terhadap 300 orang dengan judul ”Perilaku Konsumsi Susu pada Wanita Dewasa di Jakarta Timur“ menunjukkan bahwa
frekuensi dan jumlah konsumsi susu berhubungan nyata positif dengan tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengeluaran untuk susu.
5.2. Hubungan pengetahuan tentang osteoporosis dengan tindakan konsumsi susu
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau overt behavior Notoatmodjo, 2003.
Pengetahuan tentang osteoporosis meliputi pengetahuan mengenai gejala dan penyebab serta pencegahannya. Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous,
osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas
berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang. Keropos tulang tidak bisa disembuhkan total dan mengembalikan tulang seperti
kondisi semula, yang dapat dilakukan adalah mengurangi faktor risikonya dengan upaya pencegahan sedini mungkin melalui pembudayaan pola hidup dan pola makan
sehat. Pengaturan makanan sangat penting untuk mencegah osteoporosis, yaitu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
melalui pengkonsumsian makanan dengan gizi seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya kalsium dan rendah lemak Anonim, 2012.
Dari hasil jawaban responden dalam menjawab kuesioner mengenai pengetahuan tentang osteoporosis ditemukan hasil tentang tingkat pengetahuan
responden mengenai osteoporosis. Pengetahuan tentang osteoporosis pada responden pada kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang 46,8 dan tindakan responden dalam
mengonsumsi susu paling banyak dalam kategori kurang yaitu sebanyak 37 orang 78,7, ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang
osteoporosis dengan konsumsi susu pada wanita premenopouse di Lingkungan I Padang Bulan. Hal ini diukur dengan menggunakan uji Chi-square pada tingkat
kepercayaan 0,05 diperoleh hasil α = 0,408 0,05 yang artinya tidak ada hubungan
antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan konsumsi susu pada wanita premenopouse.
Hasil penelitian Aryani 2005 yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis dengan Asupan Kalsium pada Wanita Premenopouse di Desa
Banjarsari Kulon Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas” menunjukkkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara nilai tingkat pengetahuan dengan asupan
kalsium, sehingga apabila nilai tingkat pengetahuan osteoporosis semakin bertambah maka asupan kalsium akan semakin bertambah pula.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Handarunestri 2006 yang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Persepsi Ancaman
Osteoporosis dan Tingkat Ekonomi dengan Penggunaan Susu Tinggi Kalsium” yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menyataka hal serupa bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan penggunaan susu tinggi kalsium.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari Mersi 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Premenopouse tentang
Osteoporosis dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis di Kelurahan Parupuk Tabing Lubuk Buaya Padang” menunjukkan hasil analisa bivariat bahwa terdapat
hubungan bermakna antara pengetahuan responden dengan tindakan pencegahan osteoporosis. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan
tindakan pencegahan osteoporosis. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang osteoporosis mempengaruhi sikap.
Konsumsi susu pada wanita premenopouse dipengaruhi oleh banyak faktor. Responden yang merupakan wanita yang berada dalam usia premenopouse lebih
banyak yang kurang memahami tentang apa sebenarnya osteoporosis yaitu 22 orang 46,8, dibandingkan dengan mereka yang tahu apa sebenarnya osteoporosis yaitu
sebanyak 14 orang 29,8. Hal ini juga didorong faktor mahalnya harga susu yang cenderung menjadikannya bukan prioritas menu harian di rumah.
Salah satu pangan yang merupakan sumber Ca yang baik adalah susu. Susu mengandung Ca sekitar 895-1300 mg per 100 gr. Tingginya kandungan Ca dalam
susu menunjukkan konsumsi susu setiap hari dapat memenuhi Ca tubuh sehingga dapat memperlambat osteoporosis. Namun perlu diingat terdapat beberapa faktor
yang berpotensi menghambat penyerapan Ca, yang jika diabaikan, tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh meski sudah banyak mengkonsumsi makanan dan
minuman sumber Ca.Beberapa faktor penghambat adalah konsumsi serat makanan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah yang berlebihan, penggunaan obatobatan tertentu yang mengganggu penyerapan Ca atau gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum kopi, dan
minum alkohol Hartono, 2001.
5.3. Asupan Kalsium