22
Lebih lanjut Friedmann menyatakan bahwa dalam elemen struktur structure, dirumuskan bahwa sistem hukum legal system terus berubah, namun elemen-
elemen system itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, ada pola jangka panjang yang berkesinambungan, aspek sistem yang berbeda disini kemarin atau bahkan pada
abad yang lalu akan berada disitu dalam jangka panjang. Inilah struktur system hukum, kerangka atau rangkanya, elemen yang tetap bertahan, elemen yang memberi
semacam bentuk atau batasan terhadap keseluruhan.
31
Menjelaskan hubungan antara ketiga elemen sistem hukum tersebut, Friedman menggambarkan sistem hukum
sebagai suatu “proses produksi”, dengan menempatkan mesin sebagai “struktur”, kemudian produk yang dihasilkan sebagai “substansi hukum”, sedangkan bagaimana
mesin ini digunakan merupakan representasi dari elemen “budaya hukum”. Ketiga elemen ini dapat digunakan untuk mengurai apapun yang dijalankan oleh sistem
hukum.
32
2. Konsepsi
Bertolak dari kerangka teori sebagaimana tersebut diatas, berikut ini disusun kerangka konsep yang dapat dijadikan sebagai defenisi operasional sebagai berikut :
a. Penegakan Hukum, adalah segala kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mengemban tugas sebagai seorang profesi notaris. Kegiatan dimaksud ialah
memberikan pelayanan
hukum kepada
masyarakat, guna
memberi
31
Lawrence. M. Friedman, Opcit. hal 9
32
Ibid,. hal 7-8
Universitas Sumatera Utara
23
perlindungan dan jaminan hukum demi tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat.
b. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris. Notaris dikatakan pejabat umum, dalam hal ini dapat dihubungkan dalam
Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan dalam Undang-Undang dibuat oleh atau
dihadapan Pejabat Umum yang berwenang untuk itu.
33
Notaris dalam menjalankan kewenangan terikat pada ketentuan-ketentuan yang harus ditaati, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 15 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang antara lain Menyebutkan : 1.
Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan
akta, menyimpan akta memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan
atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2. Notaris berwenang pula :
33
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hal. 26
Universitas Sumatera Utara
24
a Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. b
Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus ;
c Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan
yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
d Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya.
e Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta. f
Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau g
Membuat akta risalah lelang. 3.
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. c. Kewajiban Notaris adalah, melaksanakan kegiatan seorang yang berprofesi
sebagai notaris. kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan oleh Notaris sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus menjalankan kewajiban,
diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
25
a Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
b Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris.
c Mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta.
d Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya.
e Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah
janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain. f Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 satu bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 lima puluh akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku.
g Mempunyai capstempel yang memuat lambang negara Republik
Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan.
h Membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh
penghadap, saksi, dan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
26
i Menerima magang calon Notaris. d. Penegakan Kode Etik Notaris, adalah pelaksanaan kegiatan oleh seorang yang
berprofesi sebagai notaris dengan mengacu pada norma-norma hukum, atau etika dalam berprofesi sebagai notaris.
e. Kode Etik Notaris adalah, seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang berlaku bagi seluruh anggota
Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai perbandingan pengertian Kode Etik Notaris menurut Liliana Tedjosaputro dapat dijelaskan bahwa :
34
“Kode Etik adalah suatu tuntunan, bimbingan atau pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban
dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam mempraktekkannya. Sehingga dengan
demikian Kode Etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, atau pedoman moral atau kesusilaan notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang
diangkat pemerintah dalam rangka pemberian pelayanan umum, khususnya dalam bidang pembuatan akta. Dalam hal ini dapat mencakup baik Kode Etik
Notaris yang berlaku dalam organisasi INI, maupun Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia yang berasal dari Reglement op het Notaris.”
34
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, Bayu Grafika, Yogyakarta, 1995, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
27
G. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum bersifat memberi petunjuk atau ketentuan berdasarkan peraturan yang berlaku. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan didalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu,
penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jika pada keilmuan
yang bersifat deskriptif jawaban yang diharapkan adalah true atau false, jawaban yang diharapkan didalam penelitian hukum adalah right, appropriate, inappropriate,
atau wrong. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh didalam penelitian hukum sudah mengandung nilai.
35
1. Sifat Penelitian