Hubungan Penegakan Kode Etik Notaris Berdasarkan UUJN Guna

37 seperti akta di bawah tangan, hal itu juga harus terlebih dahulu ditandatangani oleh para penghadap.

2. Hubungan Penegakan Kode Etik Notaris Berdasarkan UUJN Guna

Memenuhi Tanggungjawab Dalam Berprofesi Notaris adalah pejabat umum, hal ini ditemui dan diatur dalam UUJN atau sama seperti defenisi pada uraian diatas. Bahwa sebelum menjalankan tugas jabatannya, seorang notaris harus mengangkat sumpah, dengan tidak diangkatnya sumpah tersebut adalah tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam bidang tugas Notaris. Adapun inti dari tugas jabatan Notaris adalah membuat akta otentik dan di dalam pembuatannya, Notaris harus benar-benar menguasai ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang bentuk atau formalitas dari akta notaris itu, agar supaya dapat dikatakan sebagai akta otentik dan tetap memiliki kekuatan otentisitasnya sebagai akta notaris. 47 Hal yang demikian tidak hanya sekedar untuk memberikan perlindungan terhadap diri notaris yang bersangkutan, melainkan juga demi kepentingan dan 47 Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal 4, bunyi sumpahjanji seperti dimakusd ialah : “saya bersumpahberjanji : - bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya. - bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak. - bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris. - bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. - bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.” Universitas Sumatera Utara 38 perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang membutuhkan jasanya. Suatu akta adalah otentik, bukan karena penetapan Undang-Undang, akan tetapi karena dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum. Otentisitas dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 UUJN, di mana notaris dijadikan sebagai ”pejabat umum”, sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik. Dengan perkataan lain, akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena Undang-Undang menetapkan sedemikian, akan tetapi oleh akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata. 48 Seorang notaris dalam melaksanakan tugasnya harus membedakan maksud dan tujuan dari para pihak yang membutuhkan jasanya, agar akta yang dibuatnya memenuhi syarat suatu akta yang autentik menurut ketentuan PerUndang-Undangan dan memenuhi tanggungjawab dalam berprofesi sebagai notaris. Agar hal dimaksud dapat terlaksana dengan baik, maka dalam pembuatan akta notaris sebaiknya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut : 49 a. Akta yang dibuat oleh notaris atau dinamakan “akta relaas” atau ambtelijke akten, akta ini merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yaitu notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta yang dibuat 48 Ibid, hal 50-51. 49 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal 44 ayat 1 dan 2 Universitas Sumatera Utara 39 sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu. Termasuk di dalam akta “relaas” ini antara lain berita acara rapatrisalah para pemegang saham dalam perseroan terbatas. b. Akta yang dibuat di hadapan notaris atau yang dinamakan “akta partij” partij akten, akta yang dibuat di hadapan notaris, akta ini berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan notaris, artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu di hadapan notaris, agar keterangan itu dikonstantir oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Termasuk dalam golongan akta ini yaitu perjanjian hibah, jual beli, wasiat, kuasa dan lain sebagainya. Undang-undang mengharuskan bahwa akta-akta partij, dengan diancam akan kehilangan otentisitasnya atau dikenakan denda, harus ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan atau setidak-tidaknya di dalam akta itu diterangkan apa yang menjadi alasan tidak ditandatanganinya akta itu oleh pihak atau para pihak yang bersangkutan, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau tangannya lumpuh dan lain sebagainya, keterangan mana harus dicantumkan oleh notaris dalam akta dan keterangan itu dalam hal ini berlaku sebagai ganti tanda tangan surrogaat tanda tangan. Dengan demikian untuk akta partij penandatanganan oleh para pihak merupakan suatu keharusan. Universitas Sumatera Utara 40 Jadi pada dasarnya bentuk suatu akta notaris yang berisikan keterangan- keterangan dan hal-hal lain yang dikonstantir oleh notaris, umumnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu antara lain KUHPerdata dan UUJN. Dalam hubungannya dengan apa yang diuraikan di atas, maka yang pasti secara otentik pada akta partij terhadap pihak lain, ialah : 1. tanggal dari akta itu; 2. tanda tangan-tanda tangan yang ada dalam akta itu; 3. identitas dari orang-orang yang hadir comparanten; 4. bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah sasuai dengan apa yang diterangkan oleh para penghadap kepada Notaris untuk dicantumkan dalam akta itu, sedang kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri hanya pasti antara pihak-pihak yang bersangkutan sendiri. Dalam akta relaas tidak menjadi soal, apakah orang-orang yang hadir itu menolak untuk menandatangani akta itu. Apabila misalnya pada pembuatan berita acara rapatrisalah para pemegang saham dalam perseroan terbatas orang-orang yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum akta itu ditandatangani, maka cukup notaris meneragkan dalam akta, bahwa para yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menanda tangani akta itu dan dalam hal ini akta itu tetap merupakan akta otentik. Pembedaan yang dimaksud di atas penting, dalam kaitannya dengan pemberian pembuktian sebaliknya terhadap isi akta itu. Terhadap kebenaran isi dari akta pejabat ambtelijke akte tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa Universitas Sumatera Utara 41 akta itu adalah palsu. Pada akta partij dapat digugat isinya, tanpa menuduh kepalsuannya, dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari para pihak yang bersangkutan ada diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu, akan tetapi keterangan itu adalah tidak benar. Artinya terhadap keterangan yang diberikan diperkenankan pembuktian sebaliknya. Selaku pejabat umum, notaris dalam menjalankan tugasnya harus bertindak berdasarkan etika. Etika yang dimaksud adalah kode etik yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu profesi supaya betul-betul mencerminkan pekerjaan profesional, bermoral, dengan motivasi dan berorientasi pada keterampilan intelektual dengan argumentasi rasional dan kritis. 50 Maksud profesional disini dalah suatu paham yang menciptakan dilakukannya kegiatan-kegiatan tertentu dalam masyarakat dengan berbekal keahlian yang tinggi dan berdasarkan keterpanggilan, serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut, untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah kehidupan. Dengan demikian profesi tidaklah sekali-kali boleh disamakan begitu saja dengan kerja biasa yang bertujuan mencari nafkah danatau mencari kekayaan duniawi. 51 50 G.H.S. Lumban Tobing, Op Cit, hal 48 51 Soetandyo Wignjosoebroto, Profesi Profesionalisme dan Etika Profesi, Media Notariat, PP INI,2001, hal 32. Universitas Sumatera Utara 42 Profesionalime kerja seorang notaris mensyaratkan adanya tiga watak kerja agar memenuhi tanggungjawab dalam beretika dan juga melaksanakan ketentuan dalam UUJN. Adapun ketiga hal tersebut, ialah : 52 1. bahwa kerja itu merefleksikan adanya itikat untuk merealisasikan kebajikan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat, yang oleh karena itu tak akanlah kerja itu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil untuk para pelakunya, melainkan tegaknya kehormataan diri. 2. bahwa kerja itu dikerjakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi, yang karena itu amat mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung bertahun-tahun secara ekslusif dan berat; serta 3. bahwa kualitas teknis dan moral yang amat disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian jasa profesi ini dalam pelaksanaannya harus menundukkan diri pada control sesama warga terorganisasi, berdasarkan kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam organisasi tersebut, yang pelanggarannya akan membawa konsekuensi bagi si pelanggar kehadapan Dewan Kehormatan. Seorang notaris dalam membuat aktanya juga tidak boleh memihak pada salah satu penghadap yang datang kepadanya. Untuk membuat akta sehingga akta itu tidak menjadi berat sebelah yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja seperti yang dinyatakan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notaris. Seorang notaris dalam menjalankan tugasnya selain harus memiliki pengetahuan 52 Ibid, hal 32-33 Universitas Sumatera Utara 43 secara teoritis dan pengalaman secara teknis, tetapi juga harus ditambah dengan memiliki tanggung jawab etika hukum yang tinggi berupa nilai-nilai atau ukuran- ukuran etika, penghayatan terhadap keluhuran dan tugas jabatannya, serta integritas dan moral yang baik. B. Profesi Pekerjaan Notaris Dalam Hubungannya Dengan Penegakan Kode Etik Notaris Dan Undang-Undang Jabatan Notaris. Dalam menjalankan jabatannya notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan berkembang di masyarakat. Selain dari adanya tanggung jawab dari etika profesi, adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh seorang notaris. Oleh karena itu notaris harus senantiasa menjalankan jabatannya menurut Kode Etik Notaris yang ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia yang telah mengatur mengenai kewajiban, dan larangan yang harus dipatuhi oleh notaris dalam menegakkan kode etik notaris dan mematuhi undang-undang yang mengatur tentang jabatan notaris yaitu Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Etika menuntun seseorang untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk sehingga selalu mengutamakan kejujuran dan kebenaran dalam menjalankan jabatannya. Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Kata “etika” yang secara etimologis berasal dari kata Yunani “ethos”. Di dalam pengertian harafiah “etika” dimaknai sebagai “adat kebiasaan, “watak,” atau “kelakuan manusia”. Tentu saja sebagai suatu istilah Universitas Sumatera Utara 44 yang cukup banyak dipakai sehari-hari, kata “etika” tersebut memiliki arti yang lebih Iuas dari hanya sekedar arti etimologis harafiah. 53 Dalam pemakaian sehari-hari, sekurang-kurangnya dapat dibedakan tiga arti kata “etika”, yaitu : Pertama, sebagai “sistem nilai. berarti nilai-nilai dan norma- norma moral yang menjadi pedoman perilaku manusia. Kedua, etika adalah “kode etik”, maksudnya, kumpulan norma dan nilai moral yang wajib diperhatikan oleh pemegang profesi tertentu. Dan ketiga, etika adalah ilmu yang melakukan refleksi kritis dan sistematis tentang moralitas. Etika dalam arti ini sama dengan filsafat moral. 54 Dalam Ensiklopedia Indonesia, terbitan Ikhtisar Baru, tahun 1984, dijelaskan bahwa etika berasal dari bahasa Inggris Ethics yang berarti Ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana seharusnya manusia hidup dalam masyarakat. Etika berupaya menyadarkan manusia akan tanggung jawab sebagai makhluk sosial yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tapi juga menjunjung tinggi nilai- nilai dan penghargaan terhadap pihak lain. Sistem nilai merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia karena dengan nilai manusia mempunyai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, selanjutnya niiai dan norma berkaitan erat dengan moral dan etika. Etika dan moral senantiasa berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab yang hanya membebaninya dengan kewajiban moral sehingga penerapannya tidak dapat 53 Refik Isa Beekum, Etika Bisnis Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal. 3. 54 Ibid, hal 3-4 Universitas Sumatera Utara 45 dipaksakan, oleh karena itu organisasi atau perkumpulan profesi menerapkan sanksi bagi pelanggaran etika atau kode etik profesi agar setiap profesional senantiasa menjunjung tinggi kode etik profesi dalam menjalankan jabatannya. Seorang profesional yang mencintai profesinya sebagai jabatan mulia senantiasa menjalankan jabatannya dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian terhadap kepentingan umum yang berakar pada penghormatan terhadap martabat kemanusiaan serta senantiasa mematuhi kode etik profesi sehingga ia dipercaya dan dihormati bukan karena kemampuan intelektualnya semata tapi juga karena memiliki integritas diri dan komitmen moral atas jabatan yang disandangnya. Etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat, dan ketentuanketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan profesional. “profesi”, secara umum, dimaknai sebagai bentuk dari suatu pekerjaan atau keseluruhan kelompok di dalam suatu pekerjaan tertentu. Profesi bisa juga dimaknai pekerjaan tetap untuk melaksanakan fungsi kemasyarakatan yang pelaksanaannya dilakukan secara mandiri dengan komitmen dan keahlian yang tinggi dalam bidang tertentu. Di dalam profesi itu juga, terdapat semangat pengabdian terhadap kemanusiaan dan pada penghormatan terhadap kemanusiaan dan demi kepentingan umum serta berakar terhadap martabat kemanusiaan. 55 Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik profesi juga penting sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik 55 Ibid, hal 12 Universitas Sumatera Utara 46 adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang wajib diperhatikan dan dijalankan oleh profesional hukum. 56 Kedudukan notaris sebagai pejabat umum adalah merupakan salah satu organ negara yang mendapat amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara yaitu berupa tugas, kewajiban, wewenang dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat umum di bidang Keperdataan. Jabatan yang diemban notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang diamanatkan oleh undang-undang dan masyarakat, untuk itulah seorang notaris bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selaiu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan oleh seorang notaris maka akan berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Agar kode etik profesi dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka paling tidak ada dua syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, kode etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri, Kode etik tidak akan efektif, kalau diterima begitu saja dari atas, dari instansi pemerintah atau instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Kedua, agar kode etik berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus. 57 Kode etik notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasar keputusan konggres perkumpulan danatau yang ditentukan oleh dan diatur 56 Magnis Suseno, Etika Sosial, Buku Panduan Mahasiswa, APTIK Gramedia, Jakarta, 1991, hal 9. 57 Ibid, hal 282-283 Universitas Sumatera Utara 47 dalam Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dari yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus. 58 Organisasi profesi mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan perilaku anggotanya untuk mematuhi nilai-nilai etis. Oleh karena itu Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Bandung pada Tanggal 28 Januari 2005 telah menetapkan kode etik Ikatan Notaris Indonesia INI, yang didalamnya juga memuat ketentuan mengenai kewajiban, larangan dan pengecualian bagi notaris. Yakni dapat dilihat dalam Bab III Kode Etik Notaris mulai dari Pasal 3, adapun mengenai kewajiban sebagimana dimaksud diatas, akan diuraikan sebagai berikut : Pasal 3 tentang Kewajiban : yakni “ Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib : 1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik. 2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris 3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan 4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris. 5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan. 6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara. 7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotarisan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium. 8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari. 58 Lihat, Republik Indonesia Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia INI Bab I, Pasal 1 Universitas Sumatera Utara 48 9. Memasang 1 satu buah papan nama di depandi lingkungan kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 800 cm, yang memuat : a. Nama lengkap dan gelar yang sah; b. Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan yang terakhir sebagai Notaris; c. Tempat kedudukan; d. Alamat kantor dan nomor teleponfax. Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud. 10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi,melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan. 11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib. 12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia. 13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium ditetapkan perkumpulan. 14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang sah. 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim. 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status ekonomi danatau status sosialnya. 17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan yang tercantum dalam : a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; b. Penjelasan Pasal 19 ayat 2 UU Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; c. Isi Sumpah Jabatan Notaris; d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia;” Dari uraian mengenai kewajiban diatas, dapat ditemukan hubungan antara ketentuan yang diatur dalam kode etik notaris dan ketentuan Undang-Undang Jabatan Universitas Sumatera Utara 49 notaris. Maksudnya bahwa, berprofesibekerja sebagai notaris, wajib melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Notaris Indonesia, yakni melalui ketentuan yang dimuat dalam Kode etik Notrais dan Pemerintah melalui Undang- Undang Jabatan Notaris, tujuannya agar dalam melaksanakan tugas, seorang notaris dapat menjunjung keadilan dan kaidah-kaidah moral ditengah masyarakat luas yang membutuhkan jasanya. Selanjutnya yang menjadi hubungan dasar dari pembentukan kode etik notaris adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN serta kaidah-kaidah, norma-norma atau peraturan-peraturan hidup yang telah ada atau yang disepakati bersama oleh orang perorang dalam perkumpulan. Tujuan disusunnya kode etik notaris adalah untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah moral bagi notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, sedangkan undang- undang jabatan notaris mengatur tentang tata cara dalam melaksankan tugas jabatannya. 59 Ikatan Notaris Indonesia INI merupakan satu-satunya organisasi profesi notaris yang diakui di Indonesia, memiliki suatu dewan yang disebut dengan Dewan Kehormatan yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik notaris dengan tujuan menjadikan anggota agar lebih menjaga keluhuran moral serta kejujuran, sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap notaris. Mengingat 59 Notaris Risna Rahmi Arifa, Hasil Wawancara dengan Informan, Notaris di Kota Medan dan Ketua Ikatan Notaris Indonesia Daerah Kota Medan, Tanggal 26 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara 50 selaku pejabat umum berwenang untuk membuat suatu akta otentik yang merupakan alat bukti sempurna. 60 Ikatan Notaris Indonesia INI dalam upaya untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan Notaris, mempunyai kode etik Notaris yang ditetapkan oleh kongres dan merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota Ikatan Notaris Indonesia INI. Dewan Kehormatan merupakan organ perlengkapan Ikatan Notaris Indonesia INI, terdiri dari anggota-anggota yang dipilih dari anggota Perkumpulan INI dan werda Notaris, yang berdedikasi tinggi dan loyal terhadap perkumpulan, berkepribadian baik, arif dan bijaksana, sehingga dapat menjadi panutan bagi anggota dan diangkat oleh kongres untuk masa jabatan yang sama dengan masa jabatan kepengurusan. Dewan Kehormatan berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap kode etik dan menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangannya dan bertugas untuk : 61 1. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; 2. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai masyarakat secara langsung; 3. memberikan saran dan pendapat kepada majelis pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris. 60 Ibid, Notaris Risna Rahmi Arifa. 61 Ibid, Notaris Risna Rahmi Arifa. Universitas Sumatera Utara 51 Bagi Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, Dewan Kehormatan berkoordinasi dengan Majelis Pengawas berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran tersebut dan dapat menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya, sanksi yang dikenakan terhadap anggota Ikatan Notaris Indonesia INI yang melakukan pelanggaran kode etik dapat berupa : 62 a. Teguran; b. Peringatan; c. Schorsing pemecatan dari keanggotaan Perkumpulan; d. Onzetting pemecatan dari keanggotaan Perkumpulan; e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keangotaan Perkumpulan. Meneruskan mengenai penjelasan dari pelanggaran kode etik yang dilakukan notaris seperti dimaksud diatas, UUJN juga menerapkan ketentuan apa yang dilakukan Majelis Pengawas Notaris dalam melaksanakan tugasnya jika ditemui pelanggaran hukum yang dilakukan oleh notaris. Baik pelaksanaan yang dilakukan oleh Majelis di ditingkat daerah atau Kabupaten dan Kota, Wilayah atau pada Ibu Kota Provinsi dan Pusat atau Majelis yang berwenang ditingkat Nasional yang berada di ibu kota negara. 63 62 Ibid, Notaris Risna Rahmi Arifa. 63 Lihat, Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, tentang Jabatan Notaris, Bab IX Pengawasan, Pasal 67 sd Pasal 81. Universitas Sumatera Utara 52

BAB III KETENTUAN YANG MERUPAKAN PENGECUALIAN DALAM

PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS, SEHINGGA TIDAK TERMASUK PELANGGARAN DALAM PENEGAKAN HUKUM ATAS UNDANG- UNDANG JABATAN NOTARIS UUJN A. Tindakan Melanggar Hukum Dan Unsur-Unsur Yang Merupakan Kategori Perbuatan Pelanggaran Dalam Penegakan Hukum 1. Pengertian Tindakan Melanggar Hukum Perbuatan melanggar hukum merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan yang berlaku di dalam masyarakat. Sifat melawan hukum adalah suatu perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan Undang-Undang, tetapi juga bertentangan dengan ketetapan peraturan lainnya baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. 64 Pelanggaran yang dilakukan oleh seorang notaris dalam melaksanakan tugasnya dapat dibedakan dalam tindakan dan batasan-batasan yang merupakan pengecualian pada bentuk pelanggaran yang berakibat sebagai pertanggungjawaban secara perdata dan pidana. Hal dimaksud selanjutnya akan diuraikan pada bab ini. Namun sedikit ulasan, mengenai ketentuan tersebut seorang notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memiliki kewenangan dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan PerUndang-Undangan yang berlaku. Akan tetapi pada pelaksanaannya tidak mungkin dapat terhindar dari permasalahan, mungkin disebabkan karena dalam melaksanakan tugasnya, notaris tidak 64 Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, CV. Bayu Grafika, Yogyakarta, 1996, hal. 9 52 Universitas Sumatera Utara 53 menjalankannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contohnya seperti notaris tidak menjalankan protokol notaris secara baik dan benar seperti menghilangkan minuta akta yang seharusnya disimpan dan dijaga oleh notaris, notaris dalam membuat akta tidak menjalankannya sesuai dengan prosedur dan tata cara yang ditentukan di dalam peraturan perundangan seperti pembuatan akta tidak dilakukan di hadapan notaris dan tidak dihadiri oleh para pihak dan saksi-saksi maupun notaris tidak berwenang membuat akta tersebut maksudnya notaris yang membuat akta tersebut bukan merupakan wilayah jabatan dari notaris, kelalaian notaris dalam pembuatan akta otentik seperti lupa mencantumkan para pihak maupun menulis nomor akta maupun waktu dibuatnya akta. Beberapa hal contoh mengenai pelaksanaan tugas notaris diatas yang diamaksud sebagai klasifkasi tindakan-tindakan dan batasan sebagai pengecualian dalam melaksanakan penegakan kode etik notaris dan juga tidak bertentangan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN Penyebab terjadinya pelanggaran Kode Etik Profesi oleh notaris terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu : 65 a. faktor Ekonomi, kebutuhan ekonomi yang mendesak b. adanya misinterpretasi pemahaman yang berbeda terhadap Kode Etik Profesi 65 Ibid, hal 11-12 Universitas Sumatera Utara 54 c. kuantitas jumlah profesi notaris pada area dekat yang sama hingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat maupun perebutan klien. d. rendahnya moral. Wirjono Prodjodikoro, merumuskan pengertian dari perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan dalam masyarakat. Selanjutnya kegoncangan itu tidak hanya terdapat apabila peraturan-peraturan hukum dalam suatu masyarakat dilanggar langsung, melainkan juga apabila peraturan-peraturan kesusilaan, keagamaan dan sopan santun dalam masyarakat juga dilanggar. Maka perbuatan tersebut akan dinilai tergantung dari hebatnya kegoncangan yang terjadi dalam suatu lingkungan masyarakat tersebut, meskipun secara langsung hanya mengenai perkosaan peraturan-peraturan kesusilaan, keagamaan atau sopan santun yang harus dicegah seperti mencegah suatu perbuatan yang langsung melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum mempunyai dua macam perumusan, yaitu perumusan sempit dan perumusan luas. Sebelum Tahun 1919 di Negeri Belanda Hoge Raad menganut pengertian sempit, yaitu perbuatan melanggar hukum diartikan sebagai setiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena undang-undang. Perbuatan melanggar hukum ini berarti bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena undang-undang. Perbuatan melanggar hukum ini bertentangan dengan wettelijkerecht atau setiap perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang timbul karena Undang-Undang, sehingga bertentangan dengan wettelijke plicht. Setelah Universitas Sumatera Utara 55 Tahun 1919 perbuatan melanggar hukum telah menjadi lebih luas dengan keputusan Hoge Raad di negeri Belanda tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara Lindenbaum melawan Cohen. Dimana dalam putusannya Hoge Raad menyatakan bahwa dengan Perbuatan Melanggar Hukum onrechtmatige daad dapat diartikan suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan maupun dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda. Sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat perbuatannya itu telah mendatangkan kerugian pada orang lain yang berkewajiban membayar ganti kerugian tersebut. Salah satu contoh dari perbuatan melanggar hukum yang disebabkan karena melanggar hukum yang disebabkan karena melanggar kesusilaan adalah dalam perkara Lindenbaum melawan Cohen berdasarkan Arrest Hoge raad Tanggal 31 Januari 1919 dimana dalam perkara itu Cohen telah berusaha menyuap seorang karyawan Lindenbaum untuk membocorkan rahasia perusahaan Lindenbaum. Tindakan Cohen ini menurut Hoge Raad dianggap melakukan perbuatan yang melanggar kesusilaan yang ada dan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran menurut Kode Etik Notaris diatur dalam Pasal 1 angka 9, yaitu: Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan kode etik dan atau disiplin organisasi. Universitas Sumatera Utara 56 Maksud kriteria dari perbuatan melanggar hukum akibat perbuatan manusia dibagi menjadi 2 macam yaitu : 66 1 Perbuatan manusia yang sesuai dengan hukum rechtmaitg, lawfull 2 Perbuatan manusia yang tidak sesuai hukum onrechtmatig, unlawfull. Menyambung ulasan awal di bab ini mengenai pertanggungjawaban pelanggaran dalam perbuatan melawan hukum seperti dimaksud, terdapat beberapa jenis perbuatan melanggar hukum dalam profesi notaris : a. Perdata Perbuatan melawan hukum dalam bidang Perdata diatur dalam Buku III Pasal 1352 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perbuatan melanggar hukum timbul, semata-mata berasal dari undang-undang, bukan karena dari perjanjian yang berdasarkan persetujuan dan perbuatan melawan hukum murni yang juga merupakan akibat pelanggaran perbuatan manusia yang sudah ditentukan sendiri oleh undang-undang. b. Pidana Seperti halnya pelanggaran norma perdata, seorang notaris juga dapat dikenakan tindakan Pidana atas perbuatan yang melanggar kaedah peraturan larangan yang diterbitkan oleh Negara. Hukum pidana adalah suatu kumpulan aturan menyangkut langsung ketertiban umum. setiap perbuatan pidana selalu dirumuskan secara seksama dalam undang-undang sehingga sifatnya terbatas. 66 http:herman-notary.blogspot.com200906perbedaan-wanprestasi-dengan-perbuatan.html Universitas Sumatera Utara 57 c. Kode etik Undang-Undang Jabatan Notaris Selanjutnya, batasan seorang notaris dikategorikan melanggar Undang- Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris secara Formil atau perdata law of tort atas apa yang mereka lakukan terkait dengan tindakan-tindakan notaris seperti halnya penambahan, pengurangan, pencoretan, pengubahan, pembuatan akta tidak sesuai prosedur dengan dilakukan tidak di hadapan 2 saksi, notarissaksi tidak cakap melakukan perbuatan hukum, notaris mempunyai hubungan darah dengan salah satu atau para penghadap Pasal 16 ayat 1 huruf I jo Pasal 16 ayat 1 huruf k jo Pasal 41 jo Pasal 44 jo Pasal 48 jo Pasal 49 jo Pasal 50 jo Pasal 51 jo Pasal 52. Perbuatan melanggar hukum menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Pasal 48 hanya mengatur mengenai konten isi akta yang tidak boleh diubah ditambah, baik berupa penulisan tumpang tindih, penyisipan, pencoretan, tanpa sepengetahuan para pihak. Dengan catatan apabila para pihakpenghadap setuju untuk melakukan perubahan pada isi akta, maka bentuk perubahan, penambahan, penggantian, atau pencoretan dalam akta dianggap sah jika perubahan tersebut ditandatangani, diparaf oleh para penghadap, saksi dan notaris. Sebagaimana uraian mengenai perbuatan melanggar hukum diatas, selanjutnya akan diuraikan bagaimana mengenai batasan perbuatan melanggar hukum oleh notaris. Kewajiban-kewajiban yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris tersebut lebih cenderung berkaitan dengan pembuatan akta, yang mana kewajiban tersebut harus dipatuhi oleh notaris. Universitas Sumatera Utara 58

2. Unsur-Unsur Perbuatan Pelanggaran Dalam Penegakan Hukum Menurut

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

6 96 116

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris.

1 5 42

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 109

PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT.

0 0 11

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 0 2

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 2 39

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 A. Karakter Yuridis Akta Notaris - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor

0 1 30

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

URGENSI DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DALAM PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS DI KABUPATEN PATI - Unissula Repository

1 1 31