Reglement op het Notaris Ambt in Indonesie = Peraturan Jabatan Notaris Responsibility = Tanggungjawab Schade = Schorsing = Pemecatan dari keanggotaan Schuld Self Governing Body = Kemandirian Organisasi Straffen on Bepaalding = Trust = Vetrouwenambt = Jaba

xi

17. Onwetmatige = Perbuatan yang melanggar

Undang-Undang

18. Partij Akten = Akta Partij

19. Public trust = Kepercayaan masyarakat

20. Rechtelijkemacht = Kekuasaan KehakimanPengadilan

21. Rechtsplicht = Kewajiban hukum

22. Rechtmatige, Lawfull = Perbuatan manusia yang sesuai

dengan hukum

23. Reglement op het Notaris Ambt in Indonesie = Peraturan Jabatan Notaris

24. Responsibility = Tanggungjawab

25. Schade =

Kerugian

26. Schorsing = Pemecatan dari keanggotaan

Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia

27. Schuld

= Kesalahan

28. Self Governing Body = Kemandirian Organisasi

29. Straffen on Bepaalding =

Hukuman Tertentu

30. Trust =

Kepercayaan

31. Vetrouwenambt = Jabatan Kepercayaan

32. Verlijden = Menyusun; Mambacakan; dan

Menandatangani

33. Wettelijkerecht = Perbuatan yang bertentangan

dengan kewajiban hukum yang timbul karena Undang-Undang

34. Wettelijkeplicht = Perbuatan yang bertentangan

dengan kewajiban hukum sosial Universitas Sumatera Utara xii DAFTAR SINGKATAN

1. INI = Ikatan Notaris Indonesia

2. KUHPERDATA = Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. KEMENKUMHAM = Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia

4. MPD = Majelis Pengawas Daerah

5. MPW = Majelis Pengawas Wilayah

6. MPP = Majelis Pengawas Pusat

7. PJN = Peraturan Jabatan Notaris

8. SK = Surat Keputusan

9. UUJN = Undang-Undang Jabatan Notaris

Universitas Sumatera Utara i ABSTRAK Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN. Pasal 2 UUJN menyatakan bahwa seorang notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Dalam menjalankan jabatannya, notaris wajib bersikap netral, independen, dan tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan larangan berdasarkan ketentuan Undang-Undang dan Kode Etik Notaris. Oleh karenanya ditetapkan masalah yang akan dianalisis, yaitu apakah yang menjadi hubungan antara penegakan Kode Etik Notaris dengan keberadaan Undang-Undang Jabatan Notaris terhadap profesi pekerjaan notaris? ; Kedua bagaimanakah ketentuan yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris, sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN? ; Ketiga bagaimanakah pertanggungjawaban Notaris, apabila dalam melaksanakan tugasnya melakukan pelanggaran kode etik? Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, yaitu dengan cara meneliti bahan hukum primer, bahan hukum sekunder yang dilengkapi dengan analisis dilapangan dengan cara wawancara langsung kepada praktisi seperti notaris sebagai anggota PerkumpulanIkatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas dan Dewan Kehormatan Notaris. Selanjutnya bahan hukum akan ditelaah, dijelaskan dan dianalisa permasalahan dalam penegakan hukum atas UUJN dalam hubungannya dengan Kode Etik Notaris deskriptif analitis. Dari semua analisis diperoleh kesimpulan, bahwa hubungan antara penegakan Kode Etik Notaris dengan keberadaan Undang-Undang Jabatan Notaris terhadap profesi pekerjaan sebagai notaris adalah hubungan yang timbal balik saling terkait diantaranya dalam menjamin kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum, maksud saling terkait bahwa Kode Etik Notaris lahir akibat amanat UUJN Seperti maksud dan tujuan Pasal 83 UUJN. Kedua, seoarang notaris wajib mematuhi dan menjalankan ketentuan UUJN maupun Kode Etik Notaris, namun ditemukan beberapa ketentuan dalam rumusan Kode Etik Notaris yakni, pada Pasal 5 yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris, sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN. Ketiga, dalam melaksanakan jabatannya, seoorang notaris diawasi oleh Menteri vide Pasal 67 UUJN Juncto Pasal 68. Menteri membentuk Majelis Pengawas berdasarkan ketentuan UUJN, sedangkan dalam ketentuan Kode Etik Notaris, fungsi pengawasan dijalankan oleh Dewan Kehormatan. Fungsi pengawasan merupakan tujuan penegakan hukum bagi profesi notaris dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya. Seorang notaris yang dapat telah dibuktikan melakukan pelanggaran kode etik akan dimintai keterangannya. Dimintai keterangannya seperti dimaksud, hanya dapat dijalankan oleh Majelis Pengawas Notaris Vide Pasal 66 UUJN, hal mana jika perbuatan tersebut melanggar ketentuan UUJN dan tidak terkecuali perbuatan pelanggaran yang ditentukan dalam Kode Etik Notaris dan juga Oleh Dewan Kehormatan. Pertanggungjawaban notaris tersebut diberikan sanksi sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya, seperti diberikan sanksi teguran, peringatan, schorsing pemecatan sementara dan onzetting pemecatan. Kata kunci : Penegakan Hukum, Notaris, Pelanggaran UUJN, Pelanggaran Kode Etik. Universitas Sumatera Utara ii ABSTRACT Notary is public official with an authority to make authentic deed and the other authorities as stated in Law No. 302004 on Notarial Position UUJN. Article 2 of Law No.302004 on Notarial Position UUJN stated that a notary is appointed and dismissed by Minister and in running hisher office a notary must be neutral, independent, and not to do anything in conflict with the restrictions regulated by the Law and Ethical Codes of Notary. The research problems studied in this study were as follows: what relationship existed between the enforcement of Ethical Codes of Notary and the existence of law No.302004 on Notarial Position and notary as profession; second, what provision that becomes and exception in the enforcement of Ethical Codes of Notary that it is not included in the offence of the enforcement of Law No.302004 on Notarial Position; and third, how a notary will be responsible in case heshe violates the Codes af Ethic The data for this normative juridical study were obtained from studying the primary and secondary legal materials and directly interviewing the practitioners like notaries as the members of Indonesia Notary Association, Supervisory Board and Notary Board of Honor. Then the legal materials were examined, explained and analyzed to look at the problems occurred in legal enforcement of Law No.302004 on Notarial Position in its relation to Ethical Codes of Notary descriptive analysis. The result of this study showed that, first, the relationship between the erforcement of Ethical Codes of Notary and the existence of Law No. 302004 on Notarial Position with notary as profession was reciprocal in ensuring legal certainty, order, and legal protection. Being reciprocal in this context means that Ethical Codes of Notary is based on Article 83 of Law No. 302004 on Notarial Position; second, a notary shall comply with and execute both the provisions of Law No. 302004 on Notarial Position and Ethical Codes of Notary but several provisions are found in the formulation of Ethical Codes of Notary, such as what found in Article 5 which is the exeption in the enforcement of Ethical Codes of Notary that they are not included in the enforcement of Law No.302004 on Notarial Position; third, in running hisher office, a notary is supervised by a Minister vide Article 67 of Law No.302004 on Notarial Position in conjunction with Article 68. The Minister establishes the Supervisory Board based on the provisions of Law No. 302004 on Notarial Position, while by the Board of Honor. The function of supervisory is intended to enforce the law by a notary to account for hisher actions. A Notary who is proven to have violated the Ethical Codes of Notary will be interrogated only by the Supervisory Board vide Article 66 of Law No. 302004 on Notarial Position; the same will apply for the offenses related to the violated the Ethical Codes of Notary, and also by Board of Honor. The accountability of the notary will be given a sanction such as oralwritten notice, warning, temporary dismissal schorsing and dismissal onzetting accordinig to the offences that heshe has done. Keywords : Law Enforcement, Notary, Violation of Law No. 302004, Codes of Ethics Violation Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Notariat berdiri di Indonesia sejak Tahun 1860, sehingga lembaga Notariat bukan lembaga yang baru di kalangan masyarakat Indonesia. Notaris berasal dari perkataan Notarius, ialah nama yang pada zaman Romawi, diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis. Notarius lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula, sehingga kira-kira pada abad kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah mereka yang mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat. 1 Indonesia, sebagai suatu negara dengan menerapkan sistem hukum Romawi sistem hukum Kontinental, mengenal pembuktian dengan tulisan, yang dimaksud dengan pembuktian dengan tulisan disini adalah berupa surat, dengan demikian surat yang mempunyai kekuatan pembuktian terutama mengenai kepastian tanggalnya dan penandatangannya adalah dalam bentuk akta otentik. Suatu akta otentik adalah suatu tulisan yang di dalam bentuk ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat dimana aktanya dibuat. 2 1 R. Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1993 hal. 13 2 Lihat Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Yang menyatakan bahwa : Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. 1 Universitas Sumatera Utara 2 Perkembangan pembangunan nasional 3 yang semakin kompleks dewasa ini, tentunya memerlukan peran dan fungsi dari suatu notaris. Misalnya saja semakin luas dan berkembangnya suatu dunia usaha 4 , seiring proses perkembangan pembangunan dimaksud, sudah dapat dipastikan dalam melakukan aktifitas bisnis tertentu didalam dunia usaha menginginkan suatu kepastian hukum 5 dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelayanan dan produk hukum yang dihasilkan oleh Notaris. Disamping diperlukannya akta otentik untuk keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum tertentu, akta Notaris dapat menjamin kebebasan berkontrak dan mengikat, berintikan kebenaran dan kepastian hukum yang merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak yang berkepentingan dengan akta Notaris tersebut. Dengan adanya kepastian hukum, akan tercapai pula ketertiban dan perlindungan hukum kepada masyarakat yang sekaligus dapat memberikan keadilan bagi pihak- pihak yang berkepentingan. 3 Perkembangan Pembangunan Nasional dimaksud merupakan pengejawantahan dari pada salah satu tujuan Negara, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Preambule Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Yang menyatakan bahwa : “memajukan kesejahteraan umum”, yang merupakan landasan yuridis bagi tugas, wewenang dan tanggungjawab pemerintahan Negara untuk menciptakan kesesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. 4 Arimbi HP dan Emy Hafalid, Membumikan Mandat Pasal 33 UUD 1945, bahwa untuk menggali potensi kekayaan alam yang merupakan asset bangsa, pemerintah mengikutsertakan masyarakat guna mewujudkan tujuan tersebut, diantaranya dengan meningkatkan peran dunia usaha agar dapat menggerakkan roda perekonomian bangsa., diakses pada Tanggal 22 Februari 2012. http:www.pasific.net.iddede_smembumikan.html. Selanjutnya penjabaran dari pada tujuan Negara seperti dimaksud, Lihat juga pada Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Yang menyatakan bahwa : ”Bumi, air dan kekayaan alam yang yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. 5 Bandingkan dengan Amandemen Terakhir Ke-4, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 D ayat 1, yang menyatakan bahwa : “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Universitas Sumatera Utara 3 Pelayanan kepentingan umum seperti dimaksud diatas merupakan suatu tugas yang dilakukan oleh salah satu unsur dibidang pemerintahan yang didasarkan pada asas memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakat. Dalam bidang tertentu, tugas itu oleh undang-undang diberikan dan dipercayakan kepada Notaris, sehingga oleh karenanya masyarakat juga harus percaya bahwa akta Notaris yang diterbitkan tersebut memberikan kepastian hukum bagi para warganya. Adanya kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dan kepercayaan trust dari masyarakat yang dilayani itulah yang menjadi dasar tugas dan fungsi Notaris dalam lalu lintas hukum. 6 Peraturan Jabatan Notaris termasuk dalam rubrik undang-undang dan peraturan-peraturan organik, oleh karena ia mengatur jabatan Notaris. Materi yang diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris termasuk dalam hukum publik, sehingga ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya adalah peraturan-peraturan yang memaksa dwingend recht, hal tersebut telah diwujudkan pada Tanggal 6 Oktober 2004 dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang mencabut Reglement op het Notaris Ambt in Indonesia Peraturan Jabatan Notaris. 7 Kedudukan notaris sebagai pejabat umum seperti maksud dari ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN Nomor 30 Tahun 2004 merupakan suatu jabatan terhormat yang diberikan oleh negara secara simbolis, hal mana sesuai 6 Paulus Effendie Lotulung, Perlindungan Hukum Notaris Selaku Pejabat Umum Dalam Menjalankan Tugasnya, Jurnal Notariat, April - Juni 2003, hal. 64 - 65. 7 G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999, hal 30 Universitas Sumatera Utara 4 dengan ketentuan Pasal 2 UUJN, yakni seorang notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Menteri negara dimaksud ialah, menteri Kehakiman sekarang disebut Menkumham, maka seorang notaris dapat menjalankan tugasnya dengan bebas tanpa dipengaruhi badan eksekutif atau unsur dari beberapa badan pemerintahan. Maksud kebebasan seperti dimaksud agar, profesi notaris nantinya tidak akan takut untuk menjalankan jabatannya, sehingga dapat bertindak netral dan independen. 8 Oleh karena hukum positif di Indonesia telah mengatur jabatan notaris dalam suatu undang-undang khusus yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, selanjutnya dalam penelitian ini disebut dengan UUJN. Pasal 1 UUJN memberikan defenisi notaris yaitu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Jabatan Notaris juga merupakan jabatan seorang pejabat negara atau pejabat umum, berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UUJN pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi publik dari negara, khususnya di bidang hukum perdata. 9 Untuk menjalankan jabatannya Notaris harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 3 Undang-undang Jabatan Notaris, yakni : 10 1. Warga Negara Indonesia; 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 8 Dedy Rajasa Waluyo, Hanya Ada Satu Pejabat Umum Ialah Notaris, Jurnal Notariat, April - Juni 2003, hal. 41 9 Yudha Pandu, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Jabatan Notaris dan PPAT, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2009, hal. 2 10 Djuhad Mahja, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Durat Bahagia, Jakarta, 2005. hal. 60 Universitas Sumatera Utara 5 3. Berumur paling sedikit 27 dua puluh tujuh tahun; 4. Sehat jasmani dan rohani; 5. Berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang Strata Dua S-2 Kenotariatan; 6. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 dua belas bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; dan 7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris. Selanjutnya, Notaris bertugas untuk mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses Hukum. 11 Seperti telah disebutkan diawal bahwa salah satu tugas dari pada notaris ialah untuk melayani kepentingan masyarakat yang memberi kepercayaan kepada Notaris, untuk membuat akta otentik mengenai perbuatan hukum yang diinginkan oleh masyarakat. Adapun tujuan masyarakat mendatangi seorang Notaris untuk membuat akta otentik adalah, karena akta otentik tersebut akan berlaku sebagai alat bukti yang sempurna baginya. 11 Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2000 hal. 159 Universitas Sumatera Utara 6 Suatu akta Notaris sebagai akta yang otentik mempunyai kekuatan nilai pembuktian seperti dimaksud ialah, sebagai berikut : 12 1. Lahiriah Uitwendige Bewijskracht Nilai pembuktian akta Notaris dari aspek lahiriah, akta tersebut harus dilihat apa adanya, bukan dilihat ada apa. Secara lahiriah tidak perlu dipertentangkan dengan alat bukti lainnya. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta Notaris tidak memenuhi syarat sebagai akta, maka yang bersangkutan wajib membuktikan bahwa akta tersebut secara lahiriah bukan akta otentik. 2. Formal Formele Bewijskracht Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul waktu menghadap, dan para pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihakpenghadap, saksi dan Notaris, serta membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh Notaris pada akta pejabatberita acara, dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihakpenghadap pada akta pihak. 3. Materiil Materiele Bewijskracht Kepastian tentang materi suatu akta sangat penting, bahwa apa yang tersebut dalam kata merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya tegenbewijs. Keterangan atau pernyataan yang dituangkandimuat dalam akta pejabat atau berita acara, atau 12 Subekti. R, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Bandung:, 1989, hal. 93‐94. Universitas Sumatera Utara 7 keterangan para pihak yang diberikandisampaikan di hahadapan Notaris dan para pihak harus dinilai benar. Notaris bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan oleh seorang notaris maka dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, dimana untuk mendapatkan suatu kepastian hukum seperti maksud dan tujuan perkembangan pembangunan yang telah diuraikan diatas. Adanya kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang dan kepercayaan dari masyarakat yang dilayani itulah yang menjadi dasar tugas dan fungsi Notaris dalam lalu lintas hukum. Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik Jabatan Notaris, karena tanpa itu, harkat dan martabat profesionalisme akan hilang sama sekali. Kode etik profesi notaris, disusun oleh organisasi profesi notaris, Ikatan Notaris Indonesia INI. Menurut Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia INI menjabarkan bahwa Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut kode etik adalah seluruh kaedah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut ”Perkumpulan” berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan danatau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang Universitas Sumatera Utara 8 menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus. Kongres INI pertama diadakan di Surabaya Tahun 1974 dan kemudian diubah dan disusun kembali dalam Kongres XIII yang diadakan tahun 1981 di Bandung. Selanjutnya Kode Etik Notaris telah disempurnakan melalui Konggres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia INI di Bandung tanggal 29 Januari 2005. 13 Dalam Ketentuan Kode Etik Notaris tersebut telah ditetapkan beberapa kaidah-kaidah yang harus dijalankan oleh notaris. Hal dimaksud merupakan ketentuan selain yang terdapat dalam Peraturan Jabatan Notaris, diantaranya adalah: 1. Kepribadian Notaris, hal ini dijabarkan kepada : 14 a. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum Peraturan Jabatan Notaris, Sumpah jabatan, Kode Etik Notaris dan berbahasa Indonesia yang baik; b. Memiliki perilaku professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional terutama sekali dalam bidang hukum; c. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan Notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya. 2. Dalam menjalankan tugas, Notaris harus : 13 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu. Sekarang dan Di Masa Datang,: Gramedia Pustaka, Jakarta, 2008 hal. 198 14 Suhrawardi K Lubis., Etika Profesi Hukum, Pnerbit Sinar Grafika, Cet. 4, Jakarta. 2006, hal. 35-37. Universitas Sumatera Utara 9 a. Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung jawab; b. Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh Undang- Undang, dan tidak membuka kantor cabang dan Perwakilan dan tidak menggunakan perantara; c. Tidak menggunakan mass media yang bersifat promosi. 3. Hubungan Notaris dengan klien harus dilandaskan : a. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya; b. Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya; c. Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang mampu. 4. Notaris dengan sesama rekan Notaris haruslah : a. Hormat menghormati dalam susunan kekeluargaan; b. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama rekan; c. Saling menjaga dan membela kehormatan dan nama korps Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif. Kode etik notaris merupakan seluruh kaedah moral yang menjadi pedoman dalam menjalankan jabatan notaris, hal ini ditemukan dalam ruang lingkup Universitas Sumatera Utara 10 pengaturan kode etik notaris, yakni berdasarkan Pasal 2 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia INI. Hal ini berlaku bagi seluruh anggota Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris, baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan etika menuntun seseorang untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk, sehingga selalu mengutamakan kejujuran dan kebenaran dalam menjalankan jabatannya. Oleh karena itu menurut Ignatius Ridwan Widyadharma, profesionalisme adalah di dalam menjalankan karyanya wajib didukung oleh Etika Profesi sebagai dasar moralitas, sekaligus kedua hal tersebut. Profesionalisme dan Etika Profesi merupakan satu kesatuan yang manunggal. 15 Jadi setiap profesi itu mengandung dua aspek, yaitu Profesionalisme dan Etika Profesi sebagai pedoman moralitas. Sehingga pada setiap profesi dijumpai technic dan ethic pada profesi. Oleh karena itu Etika Profesi sangat berperan dalam kehidupan masyarakat dan sekaligus dapat dijadikan agent of change perantara perubahan dari perkembangan suatu masyarakat dan hukumnya. 16 Atas dasar kondisi yang demikian, maka peneliti tertarik untuk menganalisis secara mendalam mengenai keterkaitan Penegakan hukum atas Undang-Undang Notaris UUJN dalam hubungannya dengan Penegakan Kode Etik Notaris. Dalam dua ketentuan aspek yuridis tersebut, maka ditemukan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu pengaturan mengenai tugas dan wewenang notaris dan sejauh 15 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Op Cit. hal. 230 16 Ibid Universitas Sumatera Utara 11 mana ketentuan yuridis tersebut, menilai suatu tindakan notaris dalam tugasnya tidak berdasarkan pertimbangan pelaksanaan penegakan kode etik notaris dalam hal terjadi pelanggaran kode etik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan beberapa permasalahan yakni, sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi hubungan antara penegakan kode etik notaris dengan keberadaan Undang-Undang Jabatan Notaris terhadap profesi pekerjaan notaris ? 2. Bagaimanakah ketentuan yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris, sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN ? 3. Bagaimanakah pertanggungjawaban Notaris, apabila dalam melaksanakan tugasnya melakukan pelanggaran kode etik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara penegakan kode etik notaris dengan keberadaan Undang-Undang Jabatan Notaris terhadap profesi bekerja sebagai notaris. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan yang merupakan pengecualian dalam penegakan kode etik notaris, sehingga tidak termasuk pelanggaran dalam penegakan hukum atas Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN Universitas Sumatera Utara 12 3. Untuk menganalisis guna mengetahui pertanggungjawaban Notaris, apabila dalam melaksanakan tugasnya melakukan pelanggaran kode etik.

D. Manfaat Penelitian 1.

Secara Teoritis Secara teoritis, kajian dalam penelitian tesis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menambah ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan masalah Kenotariatan

2. Secara Praktis

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

6 96 116

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris.

1 5 42

ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

0 1 109

PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT.

0 0 11

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 0 2

pemanggilan notaris dalam proses penegakan hukum oleh hakim terkait akta yan g dibuatnya pasca perubahan undang undang jabatan notaris. - Repositori Universitas Andalas

0 2 39

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014 A. Karakter Yuridis Akta Notaris - Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor

0 1 30

Analisis Yuridis Atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

0 0 14

URGENSI DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DALAM PENEGAKAN KODE ETIK NOTARIS DI KABUPATEN PATI - Unissula Repository

1 1 31