Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi

i

PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PADA BEBERAPA TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN
HUTAN HARAPAN JAMBI

AMBAR MUTIARA DEWI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumbuhan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan
Harapan Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Ambar Mutiara Dewi
NIM A24090043

iii

ABSTRAK
AMBAR MUTIARA DEWI. Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
pada Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi. Dibimbing oleh
HERDHATA AGUSTA.
Penelitian ini dilakukan secara observasi untuk melihat pengaruh
kemiringan lahan terhadap pertumbuhan kelapa sawit di Hutan Harapan Jambi.
Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Penelitian ini

menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor, yaitu
kemiringan lahan. Lahan dikelompikkan ke dalam empat kelas kemiringan lahan,
yaitu 0-3%, 3-12%, 12-25% dan 25-40%. Setiap perlakuan terdiri atas empat
tanaman, sehingga total tanaman yang diamati ada 16 tanaman. Pengamatan
meliputi aspek vegetatif dan ekologis tanaman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemiringan lahan tidak mempengaruhi aspek vegetatif dan ekologis
tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan daun terbaik terdapat pada kemiringan 312%.
Kata kunci: ekologis, intensitas cahaya, vegetatif

ABSTRACT
AMBAR MUTIARA DEWI. Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Growth at
Various Gradients at Hutan Harapan Jambi. Supervised by HERDHATA
AGUSTA.
The objective of this research was to evaluate the impact of land slope on
growth factor of oil palm at Hutan Harapan Jambi. Research start from Desember
2012 to Maret 2013. The experiment was arranged in a randomized complete
block design with one factor and, such as land slope. The existing foeld was
classified according the slope degree was arranged into 0-3%, 3-12%, 12-25% and
25-40%. Four plants were selected in every slope, so there were 16 palm as
sample. The observed parameters included vegetative and ecological parameters.

The result of observation showed that slope didn’t affect the vegetative and
ecological parameter of oil palm. The best growt of leaf were found at slope 312%.
Keyword : ecological, light intensity, vegetative

v

PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PADA BEBERAPA TINGKAT KEMIRINGAN LAHAN
HUTAN HARAPAN JAMBI

AMBAR MUTIARA DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vii

Judul Skripsi : Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada
Beberapa Tingkat Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi
Nama
: Ambar Mutiara Dewi
NIM
: A24090043

Disetujui oleh

Dr Ir Herdhata Agusta
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kekuatan, umur panjang, serta karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Desember 2012 sampai Maret 2013 ini ialah pertumbuhan tanaman, dengan judul
Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Beberapa Tingkat
Kemiringan Lahan Hutan Harapan Jambi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Herdhata Agusta selaku
pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan,
arahan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada
CRC990 selaku pemberi dana dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Bapak
Nasution selaku pemilik lahan yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian
ini. Terima kasih kepada Keluarga besar Mas Sukar dan Mas Roni yang telah

bersedia menampung penulis dan menemani serta memberikan semangat selama
penulis melakukan penelitian ini. Terima kasih kepada kedua orang tua dan adikadik penulis serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan motivasi
kepada penulis. Terima kasih kepada kak Teguh sebagai rekan penelitian yang
telah membantu penulis dalam pengamatan. Terima kasih kepada Denti, Ilsa,
Nurul, Erna, Aul, Tika, Munil, Catur dan keluarga besar Agronomi dan
Hortikultura angkatan 46 yang telah memberi doa, dukungan dan bantuan selama
penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Restu Purnama atas
doa, motivasi dan waktu yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Ambar Mutiara Dewi

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


Hipotesis Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

3

Topografi

4


Kemiringan Lereng

4

METODE

5

Bahan dan Alat

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

5

Prosedur Penelitian

5


Prosedur Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum

7

Pelepah Kelapa Sawit pada Berbagai Kemiringan Lahan

7

Kemiringan dan Tinggi Pohon pada Berbagai Kemiringan Lahan

9


Warna Daun

10

Lolosan Intensitas Cahaya Tajuk pada Berbagai Kemiringan Lahan

11

Analisis Vegetasi Gulma

13

Penutupan Tanah pada Berbagai Kemiringan Lahan

15

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1

Klasifikasi kelas kemiringan lahan

4

2

Data curah hujan dan jumlah hari hujan wilayah Hutan Harapan Jambi
Desa Singkawang Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
Provinsi Jambi pada bulan Desember 2012–Februari 2013

7

Rata-rata jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun yang
ditanam pada 4 kemiringan lahan (%)

8

Rata-rata kemiringan dan tinggi pohon yang ditanam pada 4 kemiringan
lahan (%)

9

Rata-rata nilai parameter daun kelapa sawit yang ditanam pada 4
kemiringan lahan (%)

10

6

Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) gulma pada 4 kemiringan lahan (%)

14

7

Rata-rata % penutpan permukaan tanah oleh gulma pada 4 kemiringan
lahan (%)

15

3
4
5

DAFTAR GAMBAR
1

Kondisi kemiringan lahan kebun kelapa sawit

8

2

Lolosan intensitas cahaya kemiringan 3-12%

12

3

Lolosan intensitas cahaya kemiringan 12-25%

12

4

Lolosan intensitas cahaya kemiringan 25-40%

12

5

Lolosan intensitas cahaya tajuk berdasarkan jarak (m) dan kemiringan
lahan (%)

13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Nisbah jumlah gulma (NJD) pada 4 kemiringan lahan (%)

19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit memiliki peranan penting bagi perkekonomian nasional,
terutama menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan
Negara (Herman dan Pranowo 2009). Luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tahun 2009 mencapai 7.5 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa
sawit yang terluas di dunia. Demikian pula produksi minyak sawit Indonesia
tahun 2009 mencapai 21.5 juta ton dan menduduki posisi pertama di dunia
(Ditjenbun 2013).
Tingkat produksi yang dicapai dari suatu kebun kelapa sawit merupakan
hasil interaksi antara faktor potensi genetik varietas tanaman, lingkungan tempat
tumbuhnya, dan pengelolaan dalam budidayanya. Produksi tinggi akan dicapai
jika digunakan varietas sawit unggul dan ditanam di lokasi yang paling sesuai
dengan menerapkan pengelolaan yang baik (Syakir 2010).
Kelapa sawit merupakan tanaman tropik yang ditanam sebagai tanaman
industri. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang tinggi dan merata serta suhu
yang tinggi untuk pertumbuhan dan produksi optimal. Kondisi tanah harus dalam
dan drainase baik (Verheye 2011). Curah hujan rata – rata yang diperlukan kelapa
sawit adalah 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun
tanpa bulan kering yang berkepanjangan (Fauzi et al 2006).
Budi daya pengembangan perkebunan kelapa sawit sangat erat kaitannya
dengan daya dukung lahan sebagai media tanam (Krisnohadi 2011). Lahan miring
memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya
kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan
unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah – tanah yang
mengalami erosi berat umunya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai
akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya et al. 2010)
Kondisi fisik lahan seperti diuraikan di atas pada gilirannya menurunkan
laju pertumbuhan dan produksi tanaman termasuk kelapa sawit (Harahap 2001).
Fenomena tersebut cukup banyak terjadi pada lahan perkebunan kelapa sawit
yang telah menghasilkan (Pambudi dan Hermawan 2010). Lahan curam
menghasilkan populasi tanaman per hektar lebih sedikit. Kemiringan optimal
kurang dari 23% (12°) dan tidak disarankan lebih dari 38% (20°) (Syakir 2010).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kemiringan lahan terhadap
pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan perkebunan kelapa
sawit yang telah menghasilkan (TM8)
Hipotesis Penelitian
1. Kemiringan lahan mempengaruhi keragaan pertumbuhan kelapa sawit.
2. Semakin curam kemiringan lahan pertumbuhan sawit semakin menurun.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak
mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batangnya lurus, berbentuk bulat
panjang dengan diameter 25-75 cm (Sunarko 2007). Batang berfungsi sebagai
penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Tanaman
yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi
batang bertambah 25-45 cm/th. Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 100
cm/th jika kondisi lingkungan sesuai. Tinggi maksimum yang ditanam di
perkebunan antara 15 sampai 18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m.
pertumbuhan batang tergantung pada jenis jenis tanaman, kesuburan lahan, dan
iklim setempat (Wardiana et al. 2003).
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang,
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat
respirasi. Sistem perakaran tanaman kelapa sawit merupakan sistem akar serabut.
Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk
akar primer, sekunder, tertier, dan kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di
dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter
tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter
menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Kelapa
sawit juga memiliki akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air
tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Akar primer tertier
dan kuarter merupakan bagian akar yang paling dekat dengan permukaan tanah.
Kedua akar ini paling banyak ditemukan pada 2-2.5 m dari pangkal batang dan
sebagian besar berada di luar piringan (Wardiana et al. 2003).
Daun kelapa sawit mirip daun kelapa yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai 7.59 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah
berkisar antara 250-400 helai. Produksi daun tergantung iklim setempat. Di
Sumatera Utara produksi daun dapat mencapai 20-24 helai/tahun. Umur daun
mulai terbentuk sampai tua sekitar 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan
segar berwarna hijau tua (Wardiana et al. 2003).
Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada
umur tanaman. Tanaman yang berumur tua memiliki jumlah pelepah dan anak
daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan
dengan tanaman yang masih muda. Tanaman dewasa dapat memproduksi 40-50
pelepah. Tanaman yang berumur sekitar 10-13 tahun luas daun permukaannya
dapat mencapai 10-15 m2. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat
produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah
daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan
dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai
11 m2 (Lubis 1992).

3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah sekitar
Lintang Utara – Selatan 12° pada ketinggian 0 – 500 m dpl (Lubis 2008). Syakir
(2010) menyatakan bahwa iklim dan karakteristik lahan atau tanah adalah faktor
lingkungan penting yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk
pengusahaan kelapa sawit.
Faktor iklim yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit adalah
curah hujan, suhu, dan intensitas matahari. Curah hujan berhubungan dengan
jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi
curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2000–3500 mm/th yang
merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan (Paramananthan 2003).
Di luar kisaran tersebut tanaman kelapa sawit akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan berproduksi. Lokasi dengan curah hujan kurang dari 1450
mm/th dan lebih dari 5000 mm/th sudah tidak sesuai untuk sawit. Rendahnya
curah hujan tahunan berkaitan dengan defisit air dalam jangka waktu relatif lama
sedangkan curah hujan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya intensitas cahaya
(Syakir 2010).
Intensitas matahari yang optimal bagi tanaman sawit berkisar antara 5
sampai 7 jam/hari dengan kelembaban 80%. Temperatur yang optimal bagi
tanaman kelapa sawit adalah 24–28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C (Lubis
2008). Temperatur rendah menyebabkan stomata tertutup dan mengurangi
fotosintesis (Paramananthan 2003). Temperatur sangat erat kaitannya dengan
tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl) pada daerah tropis. Tinggi tempat
optimal adalah 200 mdpl dan disarankan tidak lebih dari 400 mdpl (Syakir 2010).
Temperatur menurun 0.6 °C per 100 m ketinggian di atas permukaan air laut
(dpl). Hal ini telah dilaporkan dari Sumatera bahwa tanaman kelapa sawit yang
ditanam pada ketinggian >500 m mengalami cekaman lingkungan pada tahun
pertama dan produksi lebih rendah dari tanaman yang ditanam pada dataran
rendah (

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Limbah

3 33 65