aeruginosa Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Antimikrob dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.

Aktivitas Antimikrob Senyawa Hasil Fraksinasi Bioautografi Hasil fraksi yang telah didapatkan dari hasil fraksinasi ekstrak senyawa antimikrob, selanjutnya diuji aktivitasnya terhadap P. aeruginosa dan EPEC K1-1 dengan metode bioautografi. Hasil uji ini menunjukan bahwa ketiga isolat terbaik hasil seleksi bioasai yaitu SAB E-35, SAB E-38, dan SAB S-43 memiliki fraksi yang aktif sebagai senyawa bioaktif dan fraksi pengotor. Isolat SAB E-35 sendiri memiliki tiga fraksi yang terpisah dan saat diuji melalui uji bioautografi, hanya fraksi dengan nilai R f 0.7 saja yang mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri patogen P. aeruginosa. Isolat SAB E-38 memiliki tiga fraksi yang berhasil dipisahkan. Dua fraksi setelah uji bio- autografi, diketahui memiliki kemampuan positif sebagai senyawa antimikrob EPEC K1- 1 dan P. aeruginosa yaitu masing-masing dengan nilai R f 0.95 dan R f 0.58. Isolat SAB S-43 memiliki empat fraksi yang berhasil dipisahkan. Empat fraksi yang berhasil dipisahkan, ada satu fraksi yang mampu menghambat pertumbuhan dari dua bakteri patogen uji EPEC K1-1 dan P. aeruginosa yaitu fraksi dengan nilai R f 0.64. Fraksi lainnya juga ada yang positif menghambat pertumbuhan bakteri EPEC K1-1. Tiga fraksi SAB E-35 dan SAB E-38 pada eluen n-butanol: etil asetat: air 2:3:1, dua fraksi diantaranya memiliki nilai R f yang sama yaitu fraksi 1 dan 3. Kedua fraksi tersebut kemungkinan memiliki komposisi senyawa yang sama, namun setelah di uji bioaktivitasnya, ternyata memiliki perbedaan penghambatan terhadap EPEC dan P. aeruginosa seperti terlihat pada Tabel 3. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan keaktifan senyawa pada fraksi 1 dan fraksi 3 Tabel 3 Fraksinasi dan uji aktivitas ekstrak kasar terhadap EPEC K1-1 dan Pseudomonas aeruginosa Fase gerak Kode isolat Fraksi R f Aktivitas EPEC

P. aeruginosa

n-butanol:etil asetat:air 2:3:1 SAB E-35 1 0.70 - + 2 0.84 - - 3 0.95 - - SAB E-38 1 0.58 - + 2 0.71 - - 3 0.95 + - SAB S-43 1 0.40 - - 2 0.73 + + 3 0.90 - - n-butanol:etil asetat:air 2:5:1 SAB E-35 1 0.64 - + 2 0.76 + - 3 0.95 - - SAB E-38 1 0.62 - + 2 0.76 - - 3 0.90 + - SAB S-43 1 0.62 - - 2 0.76 + - 3 0.93 - - n-butanol:etil asetat 3:7 SAB E-35 1 0.67 - + 2 0.82 + - 3 0.95 - - SAB E-38 1 0.67 - - 2 0.78 - - 3 0.91 + - SAB S-43 1 0.36 - - 2 0.64 + + 3 0.82 - - 4 0.95 - - + Ada zona bening di sekitar pelat KLT. Gambar 2 a Kromatogram ekstrak kasar metanol isolat SAB E-38; b Hasil uji bioautografi SAB E-38 yang positif R f 0.95; c hasil uji bioautografi yang negatif R f 0.71; dan d hasil uji positif R f 0.58. untuk menghambat pertumbuhan EPEC dan P. aeruginosa. Satu fraksi yang sama dapat dilihat pula pada eluen n-butanol:etil asetat:air 2:5:1 untuk SAB E-35 dan SAB E-38 yaitu fraksi 2 dengan nilai R f 0.76. Namun terdapat perbedaan keaktifan untuk menghambat mikrob uji, dimana pada fraksi 2 SAB E-35 mampu menghambat pertumbuhan EPEC sementara pada fraksi 2 SAB E-38 tidak mampu menghambat pertumbuhan EPEC. Hal tersebut berarti senyawa yang kemungkinan sama belum tentu memiliki nilai keaktifan terhadap mikrob uji yang sama. Untuk fraksinasi yang menggunakan eluen n- butanol:etil asetat 3:7, terdapat 1 fraksi pada SAB E-35 dan SAB E-38 yang memiliki nilai R f sama yaitu fraksi 3 pada SAB E-35 dan fraksi 4 pada SAB E-38. Kesamaan nilai R f dapat memberikan kemungkinan bahwa fraksi tersebut memiliki komponen senyawa dan sifat yang sama. Fraksi-fraksi yang aktif dalam meng- hambat pertumbuhan mikrob patogen uji dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk di sekitar pelat Gambar 2. Sementara itu, tidak semua fraksi yang terpisah dan setelah melalui uji bioautografi merupakan fraksi yang aktif dapat menghambat mikrob patogen, hal ini karena fraksi tersebut tidak membawa senyawa yang berfungsi sebagai senyawa bioaktif namun hanya sebagai senyawa organik pengotor saja ataupun senyawa aktif yang tidak terdeteksi dengan mikrob uji EPEC K1-1 dan P. aeruginosa. Selain itu, penyebab lainnya yaitu fraksi tersebut merupakan senyawa yang aktif namun tidak sensitif terhadap bakteri uji yang digunakan Sudirman 2005. Uji bioautografi merupakan uji pendahuluan yang dapat dipakai untuk melihat dan mengisolasi berapa banyak senyawa organik yang memiliki kemampuan senyawa bioaktif dari setiap ekstrak kasar isolat bakteri asal spons Jaspis sp. Beberapa faktor yang membuat uji ini dapat berhasil dilakukan, antara lain yaitu keterampilan dalam membuat spot di atas KLT, komposisi eluen yang digunakan, tingkat sterilisasi KLT sesaat sebelum uji bioautografi, kuantitas bakteri patogen uji dan penyebaran bakteri uji yang merata serta lama waktu inkubasi dan penetrasi senyawa yang terdapat di dalam pelat untuk menyebar ke dalam agar medium Sudirman 2005. Kekuatan eluen dalam menarik senyawa dan dalam mengelusi sampel juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses uji bioautografi. Sistem KLT akan menghasilkan pita yang baik jika ruang penjenuhan yang digunakan benar-benar dalam kondisi telah jenuh dengan uap sistem pelarut Cristian 1994. Toksisitas Ekstrak Kasar Terhadap Larva Udang

A. salina dengan Metode BSLT