4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Jagung
Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah
yang terlalu bagus karena tanaman ini dapat ditanam di hampir semua jenis tanah Effendi, 1979. Dalamnya penanaman benih jagung sangat tergantung kepada iklim, apabila keadaan tanah cukup
lembab maka penanaman jagung dapat dilakukan sedalam 2.5 cm sedangkan untuk tanah yang agak kering dapat ditanam lebih dalam lagi sampai 5 cm Effendi, 1979.
Jumlah penanaman persatuan luas pada suatu tempattanah sangat bergantung kepada varietas, umur, kesuburan tanah, dan keadaan air. Jagung berumur lebih dari 90 hari dapat ditanam antara
40000-60000 tanaman per hektar, sedangkan untuk varietas-varietas genjah yang berumur kurang dari 90 hari dapat digunakan populasi tanaman antara 60000-75000 per hektar Effendi, 1979.
Jarak tanam rapat dapat lebih efisien dalam memanfaatkan sinar matahari dan penaungan permukaan tanah sehingga mengurangi evaporasi dan meningkatkkan transpirasi. Tetapi dalam
keadaan kering penaungan kurang efektif bahkan merugikan karena mengurangi transpirasi Ananto dan Haryono, 1988
Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara 2.5-5 cm. Untuk tanah
yang cukup lembab, kedalaman tanam lubang cukup 2.5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang tanam adalah 5 cm Sudadi dan Suryanto, 2002.
Dosis pupuk buatan untuk jagung hibrida adalah urea sebanyak 250 kgha, SP-36 sebanyak 100 kgha, ZA sebanyak 100 kgha, dan KCl sebanyak 100 kgha. Sedangkan pupuk buatan untuk jagung
non-hibrida adalah urea sebanyak 250 kgha, SP-36 sebanyak 75-100 kgha, dan KCl sebanyak 50 kgha Sudadi dan Suryanto, 2002.
B. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapanpengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer pengolahan tanah
pertama dan pengolahan tanah sekunder pengolahan tanah kedua, meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas bisa saling tumpang tindih. Perbedaan antara pengolahan tanah
primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam 15
cm dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal 15 cm serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah
yang relatif rata http:www.teknoperta.co.cc.
Dalam budi daya tanaman, pengolahan tanah merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap energi. Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang
kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Oisat 2001 membagi pengolahan tanah menjadi dua bagian, yaitu pengolahan konvensional dan konservasi.
Secara konvensional, pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul, bajak, garu, atau peralatan mekanis untuk menyiapkan lahan untuk budi daya tanaman. Keuntungan pengolahan tanah secara
konvensional di antaranya adalah memperbaiki aerasi tanah, mengendalikan gulma, memutus siklus
5
hidup hama, dan memudahkan aktivitas budi daya lainnya. Pengolahan tanah secara konvensional juga mempunyai kelemahan, di antaranya merusak struktur permukaan tanah, meningkatkan peluang
erosi, dan penguapan lengas tanah, dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak Oisat, 2001. Pada pengolahan tanah konservasi, sisa tanaman sebelumnya dihamparkan di permukaan tanah.
Keuntungan dari cara ini adalah menghambat evaporasi, mengurangi erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah, dan menekan biaya tenaga kerja. Kelemahan dari pengolahan tanah konservasi
adalah populasi hama kemungkinan meningkat, bahan organik terkonsentrasi pada lapisan atas tanah, dan membutuhkan waktu yang lama untuk meningkatkan kesuburan tanah. Akhir-akhir ini
pengolahan tanah minimum minimum tillage merupakan salah satu bentuk pengolahan tanah konservasi yang telah banyak diterapkan dalam budi daya jagung Oisat 2001.
Pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali. Pada pengolahan tanah pertama, tanah dicangkul atau dibajak dan dibalik sehingga sisa-sisa tanaman terbenam, dan selanjutnya mengalami
pembusukan. Alat yang umum digunakan adalah cangkul, garpu, dan bajak singkalrotari. Cangkul dan garpu merupakan alat sederhana yang dioperasikan oleh tenaga manusia. Pengolahan tanah
dengan cangkul membutuhkan waktu sekitar 44 jam kerjaha. Bajak singkal dan bajak rotari umumnya digunakan untuk pengolahan pertama. Tenaga penarik bajak dapat berupa traktor tangan
berkekuatan 5-10 tenaga kuda TK, traktor mini 12,5-12 TK, dan traktor besar 30-80 TK. Jumlah bajak yang dapat digandengkan ke traktor bergantung pada sumber tenaga traktor. Traktor tangan
biasanya hanya menggunakan satu bajak, traktor mini 1-2 bajak, dan traktor besar 3-8 bajak. Berbeda dengan bajak singkal, bajak rotari dilengkapi dengan komponen pemutar yang dapat langsung
menghancurkan dan meratakan tanah. Namun demikian, kedalaman olah bajak rotari dangkal sehingga lebih cocok digunakan untuk mengolah tanah bertekstur ringan Hendriadi et al, 2008.
Gill dan Berg 1968 menyatakan bahwa mekanisme pengolahan tanah merupakan sebab dan akibat dari aksi dan reaksi antara alat dan tanah yang diolah. Pada dasarnya mekanisme pengolahan
tanah adalah memotong, mengangkat, menggeser, membalik dan menghancurkan tanah. Sedangkan akibat yang timbul sebagai reaksi dari tanah berupa gerakan meluncur, menggeser, memberi beban,
terbalik, pecah dan hancur serta dalam kondisi tertentu terjadi kelengketan antara tanah dan bajaknya. Daywin et al. 1985 menyatakan bahwa terdapat empat perilaku yang menggambarkan proses
pengolahan tanah yaitu gesekan antara tanah dan metal, keruntuhan geser tanah, gaya percepatan gerak tanah dan tahanan pemotongan tanah. Hasil akhir dari pengolahan tanah berupa kondisi tanah
dan tenaga untuk menggerakkan alatnya. Secara keseluruhan tenaga yang diperlukan dalam pengolahan tanah meliputi tenaga untuk pemotongan tanah, tenaga untuk mengatasi gaya kohesi dan
gaya geser termasuk dalamnya pemampatan, penggeseran, pembalikan dan penghancuran tanah, serta tenaga untuk mengatasi gaya gesek antara tanah-bajak, dan tanah-land side.
Gil dan Berg 1968 menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tenaga dalam pengolahan tanah adalah tegangan normal pada permukaan bajak, luas permukaan bajak, sudut
kemiringan bajak dengan permukaan horizontal, serta sudut geser tanah di permukan bajak.
C. Traktor Roda Dua