Kinerja Unit Pembuat Guludan

28

5. Roda Bantu

Konstruksi roda bantu dapat dilihat pada Gambar 28. Roda ini berfungsi untuk mengatur kedalaman singkal dan menjaga kestabilan singkal pada kedalaman yang diinginkan. Roda bantu ini didesain dapat diatur hingga 4 cm. Pada roda bantu dilaskan juga plat strip yang berfungsi untuk membersihkan permukaan roda dari tanah yang menempel. Gambar 28. Roda bantu furrower

6. Dudukan Rangka Tarik

Bagian ini terbuat dari besi pelat tebal 6 mm. pada bagian ini terdapat 2 buah lubang baut M 12 yang berfungsi untuk melekatkan rangka tarik pada rangka utama traktor. Rangka tarik disatukan dengan las pada bagian ini seperti yang terlihat pada Gambar 29 di bawah ini. Gambar 29. Dudukan rangka tarik pada rangka utama traktor tangan

B. Kinerja Unit Pembuat Guludan

Rangka tarik yang ada saat ini dimodifikasi bentuk dan bahannya. Pada prototipe-1, rangka tarik terbuat dari pipa dan besi pelat 12 mm serta banyak sambungan sehingga mengakibatkan berat 29 dan lemah. Pada penelitian ini ada beberapa bentuk rangka yang direncanakan yaitu kotak berlubang, silinder pejal, dan pipa silinder. Setelah dilakukan analisis maka ditentukan penampang rangka yang paling optimum adalah kotak berlubang dengan ukuran 30 x 40 cm dan tebal 3 mm. Pada hasil modifikasi rangka diganti menjadi bentuk kotak berlubang yang terbuat dari besi pelat tebal 3 mm. pembuatan rangka ini diawali dari pembuatan pola terlebih dahulu sehingga mempermudah dalam pengerjaan. Pemotongan pelat dilakukan dengan las LPG dan untuk membentuk menjadi kotak digunakan penekuk pelat serta untuk menyatukan potongan-potongan menggunakan las listrik. Pemasangan rangka pada traktor diawali dengan melepaskan rangka lama dari dudukan rangka pada badan traktor kemudian dilaskan rangka baru pada dudukan tersebut karna memang posisi pemasangan rangka pada traktor untuk yang baru dan rangka lama tidak berubah, hanya dimensi dan bahan saja yang berubah. Rangka yang baru ini memang merupakan hasill modifikasi dengan tujuan memperkuat dan mengurangi bobot dari rangka itu sendiri. Hasil dari pengukuran bobot dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan bobot alat sebelum modifikasi dan setelah modifikasi No Komponen Bobot kg Keterangan Lama Baru 1 Rangka tarik 5.75 2.75 2 Furrower 3.00 3.80 Penambahan anak singkal pada hasil modifikasi 3 Roda bantu 2.20 2.20 4 Selongsong - 2.25 Pada alat lama tidak ada 5 Segitiga penahan 1.6 1.75 Total 12.55 12.75 Dari Tabel 7 di atas terlihat bahwa rangka tarik telah dapat dikurangi bobotnya sebesar 3 kg untuk masing-masing rangka yaitu dari 5.7 kg prototipe-1 menjadi 2.75 kg prototipe-2. Hasil modifikasi ini mampu menurunkan beban angkat pada stang kemudi rotary tiller dari 50 kg prototipe-1 menjadi 31 kg prototipe-2. Beban angkat ini masih memungkinkan untuk diturunkan yaitu dengan mengurangi bobot pada selongsong. Dari hasil pengujian pembentukan guludan, fungsi selongsong sebagai pengatur dimensi guludan kurang efektif. Hal ini terlihat dari hasil pengujian pada Tabel 8. Oleh karena untuk mengurangi beban angkat pada stang kemudi mungkin dilakukan dengan meniadakan selongsong mengingat fungsinya yang kurang efektif. Selain itu, untuk mereduksi beban angkat pada stang kemudi juga bisa dilakukan dengan mengurangi beberapa bagian pada selongsong seperti yang terlihat pada Gambar 30. Gambar 30. Saran pengurangan bobot pada selongsong 30 Selain itu, mengurangi bobot juga bisa dilakukan pada roda bantu. Ada 2 cara yaitu: mengurangi bahan-bahan yang digunakan untuk roda bantu atau mengganti fungsi roda bantu dengan land side . Pada roda bantu ada beberapa bagian yang bisa dikurangi bobotnya seperti pada poros roda, poros engsel, dan plat penghubung roda ke rangka tarik. Sedangkan untuk mengganti roda dengan land side dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 31. Konsep modifikasi pada roda bantu Pengujian prototipe-2 mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi ini dilakukan pada lahan yang telah diolah. Kondisi tanah diukur sebelum dan sesudah dilakukan pengujian prototipe mesin. Lahan yang digunakan untuk melakukan pengujian prototipe memiliki kadar air 30.69 . Densitas tanah lahan setelah pengujian mengalami kenaikan dari 0.737 gcm³ menjadi 0.779 gcm³. tahanan penetrasi lahan pengujian disajikan pada Gambar 32. Hasil pnegukuran secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 6, 7 dan 8. Gambar 32. Grafik tahanan penetrasi guludan terhadap kedalaman tanah Dari Gambar 32 dapat dilihat bahwa kerapatan isi tanah dan tahanan penetrasi pada kedalaman sampai dengan kedalaman 10 cm mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena pengujian dilakukan pada lahan yang telah di olah dengan garu rotary terlebih dahulu. Setelah pengolahan menggunakan mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi terjadi pemadatan oleh penggulud 500 1000 1500 2000 2500 0-5 5-10 10-15 15-20 T ah an an P en et ra si k P a Kedalaman cm Sebelum diolah Sesudah diolah Land side 31 khusunya pengarah tanah dan roda penggerak sehingga kerapatan tanah dan tahanan penetrasi tanah meningkat. Hasil dari pembentukan guludan oleh penggulud dapat dilihat pada Gambar 33 dan dimensi guludan disajikan pada Tabel 8 sedangkan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 34. Data lengkap hasil pengukuran dimensi guludan disajikan pada Lampiran 9. Gambar 33. Guludan hasil pengujian Tabel 8. Hasil pengujian dimensi guludan rata-rata yang dibentuk oleh penggulud hasil modifikasi Sudut sayap singkal Ketinggian selongsong Tinggi guludan t Lebar atas guludan a Lebar bawah guludan b Jarak antar puncak j Sudut guludan α ° cm cm cm cm cm ° 45° 4 18.5 24.1 58.8 77.4 46.8 18.1 22.8 57.6 74.2 46.2 40° 4 16.7 20.4 57.2 76.9 42.2 17.0 20.0 57.3 78.2 42.4 35° 4 15.1 17.5 57.1 76.3 37.3 15.7 16.9 57.8 79.4 37.5 Gambar 34. Ilustrasi penampang guludan dan ketinggian selongsong a t b α j Selongsong Ketinggian selongsong Rangka tarik Singkal penggulud 32 Pembentukan guludan pada prototipe-2 ini bisa lebih bervariatif. Pada prototipe-1 hanya dapat membuat guludan dengan satu ukuran saja yaitu tingi 19 cm, lebar puncak 17 cm dan kemiringan 42° sedangkan pada prototipe-2 hasil pembentukan guludan lebih bervariatif seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Tinggi guludan dapat divariasikan dari 15 cm sampai 18.5 cm. kemiringan guludan dapat divariasikan dari 37° sampai 46°. Demikian juga dengan lebar guludan dapat divariasikan dari 16 cm sampai 24 cm. Dari data pembentukan guludan dapat dilihat bahwa dengan pengubahan sudut kemiringan sayap singkal penggulud dapat menghasilkan ukuran guludan yang bervariatif, sementara dengan pengaturan tinggi selongsong tidak begitu memperlihatkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya acuan yang digunakan sebagai titik tumpu penggulud. Dari data juga terlihat bahwa sudut kemiringan guludan yang terbentuk tidak sesuai dengan sudut kemiringan sayap singkal. Hal ini disebabkan karena adanya tanah yang turun kembali akibat adanya tekanan oleh roda penggerak. Dalam pengujian mesin ini diperoleh kapasitas lapangan efektif K LE sebesar 0.13 ha jam dengan efisiensi 82.04 . Jika dibandingkan dengan prototipe-1, K LE yang diperoleh lebih besar di mana pada prototipe-1 diperoleh K LE sebesar 0.11 hajam. Hasil pengukuran dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Kapasitas lapangan ini juga dipengaruhi oleh kemampuan operator dalam mengoperasikan mesin dan bentuk lahan yang diolah. Perlu juga diperhatikan tekanan roda traksi agar alat bisa berjalan stabil di lahan tanpa kendali dari operator. Dalam pengujian, mesin ini memang kurang ergonomis, di mana pada saat mengemudikan mesin ini operator harus berjalan melangkahi guludan dengan posisi kaki terbuka. Namun hal ini hanya terjadi ketika operator harus memegang kedua stang kemudi traktor. Pada kenyataannya mesin ini tidak harus selalu dikemudikan oleh operator karena alat ini cukup stabil dan bahkan bisa dilepas oleh operator pada track lurus Gambar 35. Sehingga permasalahan ergonomika ini timbul hanya pada saat berbelok di ujung lahan di mana operator harus memegang kedua stang kemudi traktor. Gambar 35. Mesin sedang beroperasi tanpa dikemudikan operator 33 VI. KESIMPULAN DAN SARAN