Definisi Operasional TINJAUAN PUSTAKA

2. Luas dan banyaknya jumlah relasi berkorelasi positif dengan tingkat keterlibatan petani dalam perjuangan untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. 3. Tingkat pendapatan berkorelasi positif dengan tingkat keterlibatkan petani dalam perjuangan untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. 4. Pengalaman dan peran dalam organisasi berkorelasi positif dengan tingkat keterlibatan petani dalam perjuangan untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. 5. Jumlah tanggungan keluarga berkorelasi negatif dengan tingkat keterlibatan petani dalam perjuangan untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan.

2.5.2 Hipotesis Pengarah

Dari kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis pengarah dimana terdapat hubungan antara faktor eksternal petani yang berupa keterlibatan organisasi pendukung, kesempatan politik yang tersedia, serta respon pemerintah desa dan respon pihak perkebunan dengan tingkat keterlibatan petani dalam strategi memperjuangkan akses dan penguasaan atas lahan yang kemudian juga akan berhubungan dengan bentuk strategi yang digunakan petani dan tingkat keberhasilan petani dalam mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan.

2.6 Definisi Operasional

1. Mata pencaharian adalah pola aktivitas yang dilakukan oleh anggota masyarakat, guna menghasilkan pendapatan pada tingkat yang aman untuk dapat bertahan hidup, yang dilakukan secara teratur dan berulang. Mata pencaharian di sini dikategorikan dalam 2 hal, yaitu: 1 Mata pencaharian dalam bidang pertanian, adalah aktifitas mata pencaharian di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. 2 Mata pencaharian dalam bidang non-pertanian, adalah aktivitas mata pencaharian di sektor remunerative, pendidikan, pemerintahan, jasa dan perdagangan. 2. Status penguasaan lahan adalah keadaan lahan yang dapat diakses dan dikuasai oleh seorang petani. Status penguasaan lahan di sini dikategorikan menajdi 3 tingkatan, yaitu: 1 Pinjam pakai diberi skor 1 2 Sewa diberi skor 2 3 Hak milik diberi skor 3 3. Tingkat kepemilikan lahan adalah jumlah lahan yang dimiliki oleh seorang petani, mengacu pada luas lahan ideal yang dimiliki oleh satu rumahtangga. Dalam penelitian ini tingkat kepemilikan lahan dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika tidak memiliki lahan diberi skor 1 2 Sedang : memiliki lahan kurang dari 0,3 hektar diberi skor 2 3 Tinggi : memiliki lebih dari 0,3 hektar diberi skor 3 4. Aksesibilitas menunjukkan kemampuan seorang petani dalam menguasai dan menggunakan lahan, dalam penelitian ini tingkat kepemilikan lahan dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika tidak punya akses terhadap lahan diberi skor 1 2 Sedang : akses terhadap lahan kurang dari 0,3 hektar diberi skor 2 3 Tinggi : akses terhadap lahan lebih dari 0,3 hektar diberi skor 3 5. Tingkat pendapatan adalah sejumlah sumberdaya berupa uang yang didapat setelah bekerja dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya berdasarkan UMR Upah Minimum Rata-rata Kabupaten Sukabumi tahun 2010. Pendapatan di sini dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika di bawah Rp 671.500 diberi skor 1 2 Tinggi : jika di atas Rp 671.500 diberi skor 2 6. Tingkat pendidikan ialah lama pendidikan formal yang dilalui oleh petani. Tingkat pendidikan dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika petani mengeyam pendidikan selama 0-4 tahun diberi skor 1 2 Sedang : jika petani mengeyam pendidikan selama 5-9 tahun diberi skor 2 3 Tinggi : jika petani mengenyam pendidikan lebih dari 9 tahun diberi skor 3 7. Pengalaman organisasi ialah status petani dalam sebuah organisasi. Dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika petani tidak mengikuti organisasi diberi skor 1 2 Sedang : jika petani menjadi anggota dalam sebuah organisasi diberi skor 2 3 Tinggi : jika petani menjadi pengurus dalam sebuah organisasi diberi skor 3 8. Jumlah tanggungan ialah banyaknya individu yang ditanggung oleh seorang petani. Jumlah tanggungan dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika petani menanggung lebih dari 5 orang diberi skor 1 2 Sedang : jika petani menanggung sebanyak 3-4 orang diberi skor 2 3 Tinggi : jika petani menanggung sebanyak 0-2 orang diberi skor 3 9. Tingkat keterlibatan petani adalah persentase keikutsertaan petani dalam berbagai kegiatan dalam memperjuangkan akses dan penguasaan atas lahan: a. Peran dalam organisasi 1 Rendah : jika petani tidak ikut dalam organisasi gerakan petani maka akan diberi skor 1 2 Sedang : jika petani menjadi anggota dalam organisasi gerakan petani maka akan diberi skor 2 3 Tinggi : jika petani menjadi pengurus dalam organisasi gerakan petani maka akan diberi skor 3 b. Peran dalam aksi yang dilakukan 1 Rendah : jika petani hanya ikut serta dalam pelaksanaan gerakan maka akan diberi skor 1 2 Sedang : jika petani ikut serta dalam perencanaan dan atau merekrut anggota baru maka akan diberi skor 2 3 Tinggi : jika petani menjadi penggagas gerakan maka akan diberi skor 3 10. Aksi massa ialah tindakan kolektif yang dilakukan petani sebagai upaya untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Aksi massa dibedakan menjadi demo, reklaiming, ekspansi anggota baru, dan dukungan terhadap organisasi tani lokal. Aksi massa dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : jika petani melakukan 1 bentuk aksi massa maka akan diberi skor 1 2 Sedang : jika petani melakukan 2 bentuk aksi massa maka akan diberi skor 2. 3 Tinggi : jika petani melakukan 3 atau lebih aksi massa maka akan diberi skor 3. 11. Rapat ialah pertemuan yang dilakukan oleh petani sebagai salah satu upaya petani untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Rapat dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : kurang dari 30 persen dari jumlah pertemuan yang dilakukan diberi skor 1. 2 Sedang : 30 persen - 60 persen dari jumlah pertemuan yang dilakukan diberi skor 2. 3 Tinggi : lebih dari 60 persen dari jumlah pertemuan yang dilakukan diberi skor 3. 12. Demo ialah salah satu bentuk aksi massa yang dilakukan oleh petani sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Demo dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: 1 Rendah : kurang dari 30 persen dari jumlah demo yang dilakukan diberi skor 1. 2 Sedang : 30 persen - 60 persen dari jumlah demo yang dilakukan diberi skor 2. 3 Tinggi : lebih dari 60 persen dari jumlah demo yang dilakukan diberi skor 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian mengenai strategi perjuangan petani dalam mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan dilakukan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dan explanatif dimana dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan petani dalam mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan sesuai dengan strategi yang digunakan serta menggambarkan bagaimana proses yang dilalui petani untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Metode pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus, dimana peneliti memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti Sitorus,1998. Peneliti menggali informasi mengenai proses yang dilakukan petani sehingga mereka dapat mengolah lahan milik perkebunan negara. Pembahasan kemudian dilanjutkan untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi strategi yang dilakukan petani untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan perkebunan. Metode kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan dan responden. Responden di sini dibedakan menjadi petani besar dan petani kecil yang mengolah lahan perkebunan, sedangkan terdiri dari aparatur desa, pegawai perkebunan, petani besar, dan juga petani kecil yang berjuang untuk mendapatkan akses dan penguasaan lahan. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal petani dengan tingkat keterlibatan petani dalam upaya untuk mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Metode kuantitatif dilakukan menggunakan metode survei yang mana pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner.