Pertama, bentuk ta’lim pengajaran ; dalam Alqur’an banyak diungkap penyampaian ajaran
agama melalui ta’lim ini, seperti diungkap dalam Q.S. Al-Baqarah: 129, dengan tiga tahapan: ةولتbacaan produktif dan responsive,ميلعت proses pendewasaan dan pengembangan sikap
pengajaran , ةيكزت bersih diri dari berbuat kurang baik;Q.S. Jum’ah: 2; dan Q.S. Ali ‘Imran:
164; dan ayat lainnya.
Kedua, bentuk uswah hasanah contoh yang baik , sebagaimana diungkap Q.S. al-Ahzab : 21
yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. Ta’limpengajaran sangat diperlukan, guna antisipasi kemajuan dan perkembangan
kehidupan umat dan pertanggungjawababan keilmuan, sekalipun karakter ilmu bersifat bayan penjelasan dan pemikiran; juga ciri ilmu itu detail dan parsial. Posisi ilmu dalam agama Islam
sangat kokoh, menuntut dikuasai oleh setiap umatnya, sekalipun dalam batas tertentu, karena kemampuannya. Tidak dibenarkan satu keyakinan dan amal dalam Islam tanpa didukung oleh
argument keilmuan Q.S. al-Isra : 36 . Sedangkan uswah hasanah, memiliki karakter konprehenshif, menyeluruh kaffah ; sekalipun empiris, tetapi mengandung muatan spirit yang
besar yang bisa mempengaruhi orang lain. Q.S.al-Ahzab: 21, di atas mengisyaratkan hal tersebut dengan tegas, bahwa uswah hasanah
itu berhubungan erat dengan harapan pertemuan dengan Allah SWT, hari akhirat dan banyak ingat kepada Allah SWT dzikr Allah katsiran. Sekalipun terbatas, uswah hasanah bisa ada dan
dimiliki seseorang selain Rasul SAW, sekalipun orang tersebut tidak beragama, bila ketiga potensi dasar dirinya berfungsi secara baik sebagai manusia. Tiga potensi dasar diri itu, meliputi:
5 fungsi indra; 2 fungsi hati merasa baik dan buruk, benar dan salah, bahagia dan sedih; dan 1 fungsi nurani jastifikasi terhadap kebenaran, kebaikan dan kebahagiaan hakiki dan universal.
Ketiganya, dipastikan hidup bersamaan dan saling berhubungan dalam setiap apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang tsb.
3
[3][6]
D. Karakteristik Muslim Kaffah
Karakteristik alami muslim kaffah adalah penting bagi kesejahteraan manusia, dengan catatan hal tersebut tidak berlebih-lebihan dan dapat dikontrol. Kecenderungan untuk
membuktikan dirinya memotivasinya untuk mencari sisi yang terbaik dari dirinya, kepuasan
3
yang dia dapat dari kesadaran akan kualitas yang baik ia miliki akan memotivasi dirinya untuk berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Tetapi apabila hasrat untuk
membuktikan diri ini belebihan dan lepas kontrol, maka hasrat ini akan menjadi menjijikkan, penyakit berbahaya yang menjadikan seseorang sombong dan takabur, dia akan meremehkan
teman sejawatnya, walaupun kualitas yang ia miliki jauh di bawah apa yang ia ceritakan pada orang lain.
Sangat jelas bahwa manusia itu cenderung lalai dan tidak peduli dari pada mencari apa yang benar, karena lebih gampang terjatuh dari pada bangkit, dan lebih gampang lalai dari pada
mengikuti aturan. Sehingga manusia memerlukan sebuah pengingat untuk mengingatkan dia setiap dia lupa dan setiap langkahnya tergelincir dari jalan yang lurus.
Allah SWT tidaklah menurunkan agama Islam dari langit ke tujuh sebagai teori untuk didiskusikan atau kalimat-kalimat suci yang dihafal dan diucapkan untuk mencari keberkatan
tanpa mengetahui artinya. Allah SWT menurunkan agama ini untuk mengatur hidup individu, keluarga, dan masyarakat luas. Sebagai rambu-rambu yang akan mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya: “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan
kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” QS. Al Maidah 5: 15-16
Allah mengingatkan kita orang-orang yang beriman agar masuk kedalam Islam secara sempurna. Sempurna dalam arti kata tidak terikuti langkah-langkah syaitan.
Ada beberapa ciri-ciri orang yang masuk kedalam islamsecara menyeluruh dan sempurna: 1. Mengerjakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Swt.
Tidak mau berbohong bukan karena takut pada manusia tapi takut pada Allah. Mengerjakan shalat, puasa dan berhaji bahkan berbuat baik demi mendapat keridhoan Allah. Apa yang tiak
Allah sukai ditinggalkannya karena takut murka Allah. 2. Tidak mengharap imbalan dan sanjungan dari manusia.
Bagi manusia, jika kita menguntungkan dia maka dia akan baik pada kita. Tapi jika kita tidak memberi keuntungan lagi padanya maka dia akan menjadi musuh kita. Kata Imam Ghazali,
Orang-orang yang bersahabat karib tatkala memiliki kepentingan yang berbeda akan menjadi musuh. Bahkan anak bisa menjadi musuh orang tuanya.
3. Sangat mengharap balasan dari Allah Swt. Apapun yang dilakukannya dia selalu bergantung dan meminta pertolongan pada Allah.
Sekecil apapun yang dikerjakannya dia meminta kekuatan pada Allah. Pada waktu makan dia betul-betul meminta agar apa yang dimakannya akan membuat dia sehat. Ketika berkendaraan
membaca bismillah mengharap keselamatan dari Allah. Belajar dan berusahapun juga mengharap ridho Allah agar diberi kemudahan dalam menghadapinya.
4. Sangat takut akan dosa dan azab Allah Swt. Orang yang mau menahan nafsunya agar tidak tergelincir kedalam dosa. Dia tidak ingin
memakan sesuatu yang berasal dari sumber yang haram. Daging yang tumbuh dari yang haram, nerakalah tempatnya. Ingatlah jika dewasa nanti pastikanlah kita bekerja ditempat yang jelas
sumber uangnya itu halal. 5. Sangat harap pada buah kebaikan.
Seperti kisah Ashabul Kahfi yang selamat terkurung dari dalam goa karena kebaikan yang pernah dilakukannya. Oleh karena itu perbanyaklah amal kebaikan dan niatkan segala sesuatu itu
karena Allah. Semua itu insya Allah tidak sia-sia disisi Allah.
E. Bentuk Kepribadian Muslim Kaffah