Pengertian dan Pemahaman Islam Kaffah.

Imam ath Thabari menerangkan makna ‘kaffah’ di dalam tafsirnya adalah :“Perintah melaksanakan seluruh syari’at-syari’at-Nya Islam dan hukum-hukum hudud-Nya dengan tidak mengurangi sebagiannya dan mengamalkan sebagiannya. Yang demikian itu dimaksudkan karena ‘kaffah’ itu merupakan sifat dari pada Islam, maka ini dapat ditakwilkan “Masuklah kamu dengan menagamalkan seluruh ajaran-ajaran Islam, dan janganlah kamu mengurangi sedikitpun dari padanya wahai ahli Iman dengan Muhammad dan dengan apa yang ia datang dengannya.” Al Ustadz Sayyid Quthb rahimahullah beliau mengatakan: “Tatkala Allah menyeru orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara kaffah total. Dia juga mengingatkan mereka dari mengikuti langkah-langkah syetan. Karena di sana tidak ada kecuali dua arah. Masuk ke dalam Islam secara kaffah atau mengikuti langkah-langkah syetan, Petunjuk atau kesesatan, Islam atau jahiliyah, Jalan Allah atau jalan syetan, Petunjuk Allah atau kesesatan syetan. Dengan ketegasan seperti ini seharusnya seorang muslim mampu mengetahui akan keberadaannya, sehingga tidak terombang-ambing, tidak ragu-ragu dan tidak bingung di antara berbagai jalan dan arah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan makna ayat yang artinya “Hai orang- orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Ialah : “Masuklah ke dalam ketaatan seluruhnya.” Ia menyitir pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Abul ‘Aliyah, Ikrimah, Rabi’ bin Anas, As-Suddiy, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, Adh-Dhahhak, berkata mereka bahwa makna ةفاك dalam ayat tersebut: “Beramallah dengan semua amal seluruh bentuk kebajikan”.

C. Pengertian dan Pemahaman Islam Kaffah.

Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya. Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah menyeluruh. Dua ayat dalam surah Al-Baqarah, yang pertama pada ayat ke 208, dan kedua pada ayat ke- 185 merupakan dasar pembahasan kita pada topik ini. Islam kaffah maknanya adalah Islam secara menyeluruh, dengan seluruh aspeknya, seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan akhlak, atau terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait dangan urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang sudah diatur dalam Islam. Ini makna Islam yang kaffah.Namun, sebelum membahas tentang Islam yang kaffah : apa maknanya dan bagaimana bentuk riil dari Islam yang kaffah ini? Sebelum kita mengetahui, seperti apa islam yang kaffah tersebut, apakah sudah pernah ada penerapan Islam secara kaffah? Apakah pernah agama Islam ini, sejak awal diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga hari ini, pernahkah diterapkan secara kaffah ataukah belum Jawabannya adalah pasti : bahwa Islam sudah pernah diterapkan secara kaffah. Islam secara kaffah sudah pernah dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu generasi para shahabat Nabi ridwanallahi ‘alahi jami’an baik secara zhahir maupun secara bathin. - Secara zhahir : tampak dalam berbagai amalan mereka, baik dalam urusan ibadah, akhlak, maupun muamalah. - Secara bathin : yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, dan takwa. Semua itu telah diterapkan para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam di bawah bimbingan langsung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berkesinambungan dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Ayat demi ayat turun, surat demi surat turun untuk mereka dengan disampaikan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka. Ketika turun ayat tentang ibadah, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam langsung mempraktekkan ayat tersebut, yakni mempraktekkan bagaimana cara beribadah yang dimaukan dalam ayat tersebut. Ketika turun ayat tentang iman, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam pun merinci makna yang terkait dengan iman tersebut. Kehidupan beragama, atau agama bagi kehidupan, atau hudan li al-nas petunjuk bagi umat manusia Q.S. Al-Baqarah: 185 terbangun dari satu kesatuan ajaran kaffah menyeluruh , Q.S. al-Baqarah : 208. Karena itu, penyampaian ajaran agama oleh Nabi SAW meliputi dua bentuk: Pertama, bentuk ta’lim pengajaran ; dalam Alqur’an banyak diungkap penyampaian ajaran agama melalui ta’lim ini, seperti diungkap dalam Q.S. Al-Baqarah: 129, dengan tiga tahapan: ةولتbacaan produktif dan responsive,ميلعت proses pendewasaan dan pengembangan sikap pengajaran , ةيكزت bersih diri dari berbuat kurang baik;Q.S. Jum’ah: 2; dan Q.S. Ali ‘Imran: 164; dan ayat lainnya. Kedua, bentuk uswah hasanah contoh yang baik , sebagaimana diungkap Q.S. al-Ahzab : 21 yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Ta’limpengajaran sangat diperlukan, guna antisipasi kemajuan dan perkembangan kehidupan umat dan pertanggungjawababan keilmuan, sekalipun karakter ilmu bersifat bayan penjelasan dan pemikiran; juga ciri ilmu itu detail dan parsial. Posisi ilmu dalam agama Islam sangat kokoh, menuntut dikuasai oleh setiap umatnya, sekalipun dalam batas tertentu, karena kemampuannya. Tidak dibenarkan satu keyakinan dan amal dalam Islam tanpa didukung oleh argument keilmuan Q.S. al-Isra : 36 . Sedangkan uswah hasanah, memiliki karakter konprehenshif, menyeluruh kaffah ; sekalipun empiris, tetapi mengandung muatan spirit yang besar yang bisa mempengaruhi orang lain. Q.S.al-Ahzab: 21, di atas mengisyaratkan hal tersebut dengan tegas, bahwa uswah hasanah itu berhubungan erat dengan harapan pertemuan dengan Allah SWT, hari akhirat dan banyak ingat kepada Allah SWT dzikr Allah katsiran. Sekalipun terbatas, uswah hasanah bisa ada dan dimiliki seseorang selain Rasul SAW, sekalipun orang tersebut tidak beragama, bila ketiga potensi dasar dirinya berfungsi secara baik sebagai manusia. Tiga potensi dasar diri itu, meliputi: 5 fungsi indra; 2 fungsi hati merasa baik dan buruk, benar dan salah, bahagia dan sedih; dan 1 fungsi nurani jastifikasi terhadap kebenaran, kebaikan dan kebahagiaan hakiki dan universal. Ketiganya, dipastikan hidup bersamaan dan saling berhubungan dalam setiap apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang tsb. 3 [3][6]

D. Karakteristik Muslim Kaffah